1.Latar Belakang
Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu
komoditas penting di Indonesia karena selain untuk memenuhi kebutuhan ekspor,
ubikayujuga merupakan tanaman pangan yang pada beberapa wilayah dijadikan
sebagai bahan makanan pokok. Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen
ubikayuterbesar keempat di dunia setelah Nigeria, Thailand dan Brasil. Ekspor
ubikayudi Indonesia pada umumnya dalam bentuk ubikayukering (gaplek atau
lainnya) dan tepung tapioca.
Tanaman ubi kayu atau singkong merupakan salah satu tanaman yang banyak
dibudidayakan di indonesia kerena hampir diseluruh wilayah indonesia tanaman
ubi kayu dapat tumbuh baik, di indonesia sendiri tanaman ubi kayu merupakan
komoditas ketiga sesudah padi dan jagung. selain itu tanaman ini menghasilkan
komoditas ekspor dalam bentuk gaplek, tapioka, dan pelet pakan ternak. Umbi
tanaman ubi kayu juga banyak di jadikan olahan seperti keripik, gaplek, tape, ubi
rebus dan aneka olahan dari tepung tapioka.tanaman ini tersebar diseluruh wilayah
indonesia baik sebagai tanaman tegal atau perkebunan, jawa timur, jawa tengah,
jawa barat dan lampung merupakan penghasil ubi kayu terbesar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2015), Provinsi Lampung
menduduki peringkat pertama sebagai penghasil ubikayuterbesar di Indonesia.
Luas areal tanamanubikayupada tahun 2015 di Provinsi Lampung yaitu 310.441
ha dengan total produksi 8.294.913 ton. Luas areal tanamandan total produksi
ubikayudi Lampung mengalami penurunan pada tahun 2016 dengan total luasan
areal sebesar 298.299 ha dan total produksi 7.820.000 ton (BPS, 2016).
Penurunan produksi ubi kayu tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yaitu serangan patogen penyebab penyakit pada ubikayu. Menurut
Sito(2014), kerugian yang diakibatkan oleh penyakit hawar bakteri
(Xanthomonascampestris) dapat mencapai 50-90% untuk tanaman yang agak
2rentan/rentan dan mencapai 8% untuk tanaman yang agak tahan. Peningkatan
produksi ubikayu dapat dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi.
Intensifikasi untuk meningkatkan produksi ubi kayu yang masih rendah dapat
dilakukan dengan menanam varietas unggul dan menerapkan teknologi budidaya
yang lebih maju. Ekstensifikasi dilakukan dengan meningkatkan luas areal tanam,
pemanfaatan lahan tidur, dll (Purwono dan Heni, 2009).
Perakitan klon unggul ubikayu yang tahan terhadap penyakit merupakan
salah satu cara untuk mengurangi kerugian terhadap serangan penyakit dan untuk
meningkatkan produksi ubikayu.Klon unggul dapat diperoleh melalui perakitan
secara genetik oleh pemulia tanamanmelalui tahap-tahap perakitan klon unggul
ubikayuyang meliputi penciptaan atau perluasan keragaman genetik populasi
awal, evaluasi karakter agronomi dan seleksi kecambah dan tanaman yang tumbuh
dari biji botani, evaluasi dan seleksi klon, uji daya hasil pendahuluan, dan uji daya
hasil lanjutan .
Menurut Tandriantoet al. (2014), rendahnya harga singkong
jugadipengaruhi oleh sifat singkong segar yang mudah rusak bila tidak segera
dilakukan penanganan pasca panen karena kadar air singkong segar yang tinggi,
adanya senyawa poliphenol yang menyebabkan pencoklatan, serta adanya asam
sianida (HCN) yang menyebabkan racun. Sebagian masyarakat telah
memanfaatkan singkong sebagai bahan pengganti nasi karena ketidakmampuan
ekonomi untuk membeli beras. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia
semenjak dahulu telah mengenal makanan sumber karbohidrat sebagai makanan
pokok yang dapat mengenyangkan .Singkong sering dianggap bahan baku yang
bermutu rendah karena rendahnya protein, mineral dan vitamin. Pada varietas
tertentu singkongmengandung banyak cyanogenic glikosida (linamarin dan
lotaustralin) yang dapat dihidrolisis menjasi asam sianida (HCN) oleh enzim
endogen (linamarase) ketika jaringan tanaman rusak selama pemanenan,
pengolahan atau proses mekanis lainnya. Singkong juga mengandung asam
tannic, yaitu zat yang dapatmenimbulkan warna kusam pada produk olahan
singkong sehingga mempunyai nilai pasar yang rendah.
Di Indonesia, sampai saat ini hanya terdapat beberapa klon yang tahan
terhadap serangan penyakit, yaitu klon UJ 3 dan UJ 5 yang memiliki keunggulan
yaitu tahan terhadap bakteri hawar daun (Cassava Bacterial Blight) (Sundari,
2010).
BAB II PEMBAHASAN
Subdivisio : Angiospermae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Produksi tanaman ubi kayu di indonsia saat ini dapat dikatakan masih
belum maksimal selain disebabkan karena berkurangnya areal lahan hingga
menurunnya luas areal panen akibat konversi lahan juga disebabkan karena
serangan penyakit tanaman akan tetapi kegiatan penggendalian penyakit pada
tanaman ubi kayu budidaya tidak begitu terkenal namun serangan dari penyakit ini
mampu menurunkan produksi dari tanaman ubi kayu apalagi Indonesia memiliki
iklim tropis sehingga potensi serangan penyakit di indonesia sangat tinggi .
Salah salah satu penyakit penting dari tanaman ubi kayu ialah hawar
bakteri yang disebabkan oleh patogen Xantomonas axonopodis pv. Manihotis,
patogen mampu tersebar secara luas terutama pada areal pertanaman yang sudah
terinfeksi, patogen tersebar luas melalui percikan air hujan, serangga dan campur
tangan manusia melalui peralatan budidaya (Agrios, 2005). Budidaya tanaman ubi
kayu tidak lepas dari permasalahan penyakit yang sering menyerang tanaman
budidaya. Serangan patogen sering di abaikan oleh petani karena petani
beranggapan serangan patogen penyakit tidaklah berpengaruh banyak terhadap
produktivitas tanaman ubi kayu budidaya, sehingga tindakan pengendaliannya
masih jarang dilakukan. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman ubi
kayu dan berpotensi besar menimbulkan kerugian ialah sebagai berikut :
1. Penyakit penting yang paling sering menyerang tanaman ubi kayu dapat
disebabkan oleh patogen cendawan, bakteri dan virus.
2. Penyakit yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan
cendawan yaitu Bercak Coklat (Cercosporidium henningsii Allesh.) Deighton,
Bercak Daun Baur (Cercospora viscosae Muller et Chupp. ) dan Bercak Daun
Phyllosticta (Phyllosticta spp.)
3. Penyakit yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan
bakteri yaitu Hawar Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Manihotis Berthet. )
dan Layu Bakteri ( Pseudomonas sonacearum Smith. 1896).
4. Pengendalian yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit pada
tanaman ubi kayu ialah :
a. Penggunaan varietas/klon tahan sebagai bahan tanam.
b. Selalu menggunakan stek yang sehat dan terbebas penyakit
(bersertifikat).
c. Sanitasi kebun untuk menjaga lingkungan tidak mendukung
perkembangan patogen penyakit dan memusnahkan tanaman inang.
d. Pemusnahan tanaman yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Maya Rohmawati. 2005. studi komperatif penyebab bercak daun pada tembakau
(cercospora nicotianae) dengan cercospora asal ubi kayu. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Jember
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press;
Yogyakarta
Semangun, H. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Diterbitkan oleh Gadjah
Mada University Press. Tahun 1996 .
Semangun, H. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan. Diterbitkan oleh Gadjah
Mada University Press. Tahun 1996.
Sudir, D.I. Yuliani, A. Faizal, dan A. Yusuf. 2012. Pemetaan patotipe
Xanthmonas oryzae pv. oryzae, penyebab penyakit hawar daun bakteri padi di
sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Lap. Hasil
Penelitian Th. 2012. Balai Besar Peneltian Tanaman Padi. 53p.
Reddy R. and Shang-Zhi Y. 1989. Survival of Xanthomonas campestris pv.
oryzae, the causal organism of bacterial blight. in Bacterial Blight of Rice.
IRRI. pp.65-78.