Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Interaksi antara setiap
organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana,
melainkan suatu proses yang kompleks. Lingkungan merupakan hal yang
paling penting untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya karena merupakan
tempat dimana seluruh makhluk hidup tinggal, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik sebagai pendukungnya.
Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan
lingkungan, salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan suatu
kumpulan dari berbagai macam tumbuhan yang hidup bersama di suatu tempat.
Vegetasi selalu dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan keadaan
habitatnya, dengan itulah maka perlu melakukan kegiatan analisis vegetasi.
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan
langsung. Terdapat beberapa metode analisis vegetasi antara lain metode
kuadrat (quadrat method), metode titik (point intercept), dan metode garis (line
intercept). Pada praktikum kali ini menggunakan metode kuadrat yaitu
pengambilan sampel gulma digunakan alat berupa kerangka kawat berbentuk
lingkaran, bujur sangkar atau empat persegi panjang. Dengan alat ini setiap
jenis gulma yang terdapat dalam kerangka kawat dicabut atau di potong dan
dicatat jumlah individu serta berat keringnya, untuk mendapatkan parameter
kerapatan, frekuensi, dan dominansi.
Mengingat betapa pentingnya mengetahui metode analisis vegetasi
untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang menyusun vegetasi beserta
keragaman komunitas gulma antar lokasi, maka praktikan ingin membuat
laporan praktikum yang berjudul “Analisis Vegetasi”.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum analisis vegetasi antara lain:
1. Memperoleh gambaran secara langsung yang mengenai hubungan di dalam
penyebaran pertumbuhan gulma pada suatu lahan.
2. Memperoleh gambaran jenis gulma utama yang harus dikendalikan.
3. Menentukan cara pengendalian gulma yang efektif dan efisien pada lahan
pengamatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ekologi


Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal
atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau
kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu
menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal
makhluk hidup (Arrijani, 2006).
Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga
kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang
dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan
informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau
beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang
dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi,
energi, dan informasi (Riberu, 2002).
Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan
merupakan suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang
dapat menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan
pada pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya di antara
spesies simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa jumlah
tertentu sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum
pengaruh dari kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan
kepunahan pesaing yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies
yang dapat hidup bersama-sama (Campbell, 2004).

2.2 Analisis Vegetasi


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

3
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).
Analisa vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada
suatu kondisi hutan yang luas, kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling sehingga cukup ditempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dala sampling ini, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi
yang digunakan (Soerianegara, 2005).
Analisa vegetasi penting untuk mengetahui vegetasi tumbuhan dimasa
sekarang dan menduga-duga kemungkinan perkembangan dimasa depan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Analisis data memerlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Michael,1994).
Pada suatu wilayah yang berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri dari
beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Hal ini
menyebabkan adanya berbagai tipe vegetasi. Vegetasi terdiri dari semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi sendiri dicirikan oleh bentuk pertumbuhan
tumbuhan dominan atau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan
karakteristik atau paling khas (Harjosuwarno, 1990).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan,
satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati
suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis
komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas
pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).

4
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini, suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada (Syafei, 1990)

2.3 Metode Kuadrat


Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah
suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-
lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam
yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi
panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki
kelebihan dan kekurangannya (Kusmana, 1997).
Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique) merupakan
suatu teknik survey vegetasi dan sering digunakan dalam semua tipe komunitas
tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa
petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan
informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen.
Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau
beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah
dikemukakan (Soegianto, 2002).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh
dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai
oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter
batang (Buchler, 1995).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari
jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan

5
seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam
suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies
tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,
kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus
maka akan diperoleh:
Indeks Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil, dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, 1971).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengelolaan Gulma tentang “Analisis Vegetasi Gulma” ini
telah dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 pukul 13.30 WIB – 15.20
WIB dan bertempat di Pondok Indah Estate dan Laboratorium Ilmu Dasar dan
Perlindungan Tanaman di Lantai 2 Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah ATK. Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum yaitu tali rafia dan gulma.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Didengarkan instruksi dari asisten laboratorium
3. Dibagikan tali rafia kepada masing-masing kelompok
4. Dilakukan pengambilan sampel denganmenggunakan metode kuadrat
5. Sampel yang sudah di dapat di oven selama 24 jam
6. Setelah itu sampel di timbang
7. Dan dibuat dalam bentuk laporan

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan KM dan KN
KN
NO Nama Gulma PS-1 PS-2 PS-3 PS-4 PS-5 KM
(%)
1 Imperatacylindrica 15 12 4 - - 31 39,24
2 Mimosa Pudica 5 - 3 - 29 37 46,84
3 Persicariaodorata - 2 - - - 2 2,53
4 Dactgiisgiomeralta - - - 7 - 7 8,86
5 Bidenstripartita - - - 1 - 1 1,26
6 Tragopogon dubius - - - - 1 1 1,26
Total 20 17 7 8 30 79 100

Tabel 2. Hasil Perhitungan FM dan FN


FN
NO Nama Gulma PS-1 PS-2 PS-3 PS-4 PS-5 FM
(%)
1 Imperatacylindrica 1 1 1 - - 3 30
2 Mimosa Pudica 1 - 1 - 1 3 30
3 Persicariaodorata - 1 - - - 1 10
4 Dactgiisgiomeralta - - - 1 - 1 10
5 Bidenstripartita - - - 1 - 1 10
6 Tragopogon dubius - - - - 1 1 10
Total 2 2 2 2 2 10 100

Tabel 3. Hasil Perhitungan DM, Nilai Penting, dan SDR


NO Nama Gulma DM % Nilai Penting (%) SDR (%)
1 Imperatacylindrica 24,13 95,84 31,95
2 Mimosa Pudica 28,89 108,69 36,23
3 Persicariaodorata 4,80 17,83 5,94

8
4 Dactgiisgiomeralta 5,69 25,13 8,38
5 Bidenstripartita 27,06 41,09 13,7
6 Tragopogon dubius 0,14 11,41 3,8
Total 90,71 258,21 100

4.2 Pembahasan
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Menurut
Rukmana dan Saputra (1999) mengatakan bahwa gulma adalah tumbuhan yang
tidak dikehendaki yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai
kesejahteraan dan memiliki kemampuan kompetitif dan agresif serta tumbuhan
yang kukuh (gigih) dan tahan pengendalian. Pada bidang pertanian, gulma
dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut
disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam
memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan
udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan
tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya
penurunan hasil tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah,
jenis dan kerapatan gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Menurut
Barus (2003) analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang
hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan
gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki
peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh
adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak. Secara ekologi
keberadaan vegetasi gulma sebenarnya dapat membantu keseimbangan
ekosistem pada lingkungan terebut dimana gulma dapat membantu mengatur
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat tanah,
dan pengaturan tata air tanah.

9
Pada praktikum kali ini kami melakukan analisis vegetasi gulma yang
bertempat di Pondok Indah Estate, vegetasi adalah suatu kumpulan dari
tumbuhan yang pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-
sama dalam suatu habitat atau tempat. Pada mekanisme hidup bersama tersebut
terdapat interaksi yang sangat erat, baik interaksi antara sesama individu
penyusun vegetasi tersebut maupun organisme lainnya sehingga terjadi suatu
sistem hidup dan tumbuh yang dinamis,
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode kuadrat.
Menurut Sukman (1995) yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran
luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m2, cm2, dan sebagainya)
tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat), segi panjang,
atau sebuah lingkaran. Pada petak pertama diketahui dua jenis gulma yaitu
alang-alang sebanyak 15 dan putri malu sebanyak 5, dapat diketahui data pada
gulma alang-alang yaitu KN 39,24%, FN 30%, DN 24,13%, NP 95,84%, dan
SDR 31,95%. Pada gulma putri malu diketahui data KN 46,48%, FN 30%, DN
28,89%, NP 108,69%, dan SDR 36,24%. Dari data tersebut diketahui bahwa
tanaman alang yang mendominasi petakan satu.
Selanjutnya yaitu petakan kedua diketahui dua jenis gulma yaitu alang-
alang sebanyak 12 gulma dan gulma daun kesum sebanyak 2. Pada gulma
alang-alang diketahui bahwa KN 39,24%, FN 30%, DN 24,13%, NP 95,84%,
dan SDR 31,95%. Sedangkan pada daun kesum didapat data bahwa bahwa KN
2,53%, FN 10%, DN 4,80%, NP 17,83%, dan SDR 5,94%. Pada petakan kedua
diketahui gulma mendominasi adalah jenis daun kesum.
Selanjutnya yaitu pengamatan pada petakan ketiga terdapat dua jenis
gulma yaitu alang=alang dengan sebanyak 4 dan dan putri malu sebanyak 3,
diketahui data pada gulma alang-alang yaitu KN 39,24%, FN 10%, DN
24,13%, NP 95,84%, dan SDR 31,95%. Pada gulma putri malu diketahui data
KN 46,48%, FN 10%, DN 28,89%, NP 108,69%, dan SDR 36,24%. Dari data
tersebut diketahui bahwa tanaman alang yang mendominasi petakan ketiga.
Selanjutnya yaitu pengamatan pada petakan ke empat terdapat dua jenis
gulma yaitu Dactgiisgiomeralta sebanyak 1 dan gulma Bidenstripartita
sebanyak 7, diketahui bahwa data gulma Dactgiisgiomeralta KN 8,86%, FN

10
10%, DN 5,69%, NP 25,13%, dan SDR 8,38%. Sedangka pada gulma
Bidenstripartita diketahui data yaitu KN 1,26%, FN 10%, DN 27,06%, NP
41,09%, dan SDR 13,7%. Dari data tersebut diketahui bahwa gulma
Dactgiisgiomeralta adalah gulma yang mendominasi di petakan ke empat
Selanjutnya yaitu pada petakan ke lima yaitu terdapat dua jenis gulma
Tragopogon dubius sebanyk 1 dan gulma putri malu sebanyak 29. Diketahui
data gulma Tragopogon dubius KN 1,26%, FN 10%, DN 0,14%, NP 11,41%,
dan SDR 3,8%. Sedangkan pada gulma putri malu diketahui data yaitu KN
46,48%, FN 10%, DN 28,89%, NP 108,69%, dan SDR 36,24%. Dapat
diketahui gulm dominan dalam petakan lima yaitu jenis gulma putri malu.
Dari data SDR setiap petakan diketahui bahwa gulma putri malu
memiliki persentase tertinggi sebesar 36,24% hal ini menyatakan bahwa gulma
putri malu merupakan gulma yang mendominasi di lahan. Gulma ini tergolong
berdaun lebar, mempunyai partumbuhan yang cepat dan besar-besar selain itu
percabangan yang cukup banyak mengakibatkan untuk menghasilkan biji
menjadi banyak sehingga biomasanya menjadi tinggi. Gulma ini tahan
terhadap naungan, memiliki kerapatan yang tinggi dan penyebaran merata,
menyebabkan gulma ini menjadi salah satu gulma yang dominan.
Diketahui pula terdapat dua jenis gulma lainnya yang dapat
mendominasi lahan seperti alang-alang SDR sebesar 31,95 dan gulma
Bidenstripartita SDR sebesar 13,7. Selain itu perbedaan jenis gulma juga turut
menjadi pertimbangan sendiri untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan
gulma pada masing-masing lahan, pada setiap lahan pasti memiliki jenis
gulmanya masing-masing, setiap jenis gulma juga memilki penanganannya
tersendiri seperti contoh missal pada lokasi B gulma yang mendominasi yaitu
jenis rerumputan atau berdaun sempit sedangkan gulma pada lokasi A yaitu
jenis daun lebar, sehingga cara pengendalian gulma atau saran
pengendaliannya juga berbeda. Pada lokasi B gulma jenis rerumputan atau
berdaun sempit saran pengendalian secara mekanis dengan bajak atau babat
periodik 2-3 minggu sekali atau dengan herbisida sestemik selektif untuk
rerumputan, sedangkan saran pengendalian lokasi A dengan gulma jenis daun
lebar sebaiknya digunakan cara mekanis dengan babat sekali sebelum

11
berbunga, apabila gulma sudah masuk fase generatif atau telah berbunga atau
berbuah saran pengendalian dengan babat perodik selang waktu 2-3 minggu
dan dapat pula secara kimia dengan herbisida kontak atau herbisida sistemik
selektif untuk daun lebar.
Apabila pengendalian gulma ini tidak dilakukan secara tepat, misalnya
disamakan maka hasilnya tidak akan efektif, efisien dan maksimal. Misalnya
lokasi B dengan gulma jenis daun sempit atau rerumputan dilakukan
pengendalian secara mekanis dengan babat sekali sebelum berbunga maka
dipastikan gulma akan tumbuh kembali setelah beberapa minggu karena
karakteristik retumputan yang memiliki akar panjang dan pertumbuhan yang
cepat secara vegetatif begitupun dengan pengaplikasian herbisida kontak yang
dinilai kurang efektif karena herbisida kontak akan mematikan jaringan
tumbuhan yang terkena saja, sedangkan yang tidak terkena tidak akan rusak
dan mati yang dipastikan batang dan akar gulma rerumputan yang tidak terkena
herbisida tidak akan mati serta akan subur kembali setelah beberapa minggu
kedepan melalui perkembangbiakan secara vegetatif maupun generatif melalui
biji yang tertinggal didalam tanah akan tumbuh dan berkembang dengan cepat.
Sesuai dengan pendapat Ariance (2011) yang menyatakan program
pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan
perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma
(daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan
mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan
perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda-
beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program
pengendalian.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan yang didapat pada praktikum kali ini yaitu yang dimaksud
kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat
(misalnya m2, cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa
segi-empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran. Vegetasi merupakan
jenis tanaman yang menempati suatu ekosistem. Tanaman yang jumlah
populasinya sedikit di suatu tempat bukan berarti vegetasinya sedikit, akan
tetapi bisa jadi di pengaruhi oleh fakto-faktor lingkungan sekitar. Dan tanaman
yang jumlah populasinya bisa saja di sebabkan karena vegetasi dari tanaman
tersebut memang banyak terdapat di sekitar lahan tempat pengambilan sampel
pengamatan yang di gunakan. Adapun hasil yang didapat dari pengamatan
yaitu jenis gulma berdaun lebar putri malu merupakan gulma dominasi dengan
nilai SDR tertinggi.

5.1 Saran
Adapun saran ysng dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah
praktikan diharapkan lebih kondusif dan lebih memperhatikan asisten
laboratorium dengan benar agar tidak terjadi kesalalahn pada saat praktikum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ariance, Y.K. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi gogo Varietas Lokal.
Jurnal Agroforestri. Vol. 6(2): 121-128.
Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Biodiversitas. Vol. 7(2): Hal 147-153.
Buchler, D.B., J.D. Doll, R.T. Proost, and M.R. Visocky. 1995. Integrating
mechanical weeding with reduce herbicide use in conservation tillage corn
production systems. Journal Agron. Vol.87(2): 507-512.
Campbell, N. A. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas
Biologi UGM.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika.
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Michael, P.E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur No1/Th
I. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Rukmana, H.R. dan U.S. Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian. Jakarta:
Kanisius.
Soegianto, Agus. 2002. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Jakarta:
Rajawali Press.
Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

14

Anda mungkin juga menyukai