PENDAHULUAN
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinjanya cair, dan
dapat disertai dengan darah dan atau lendir dalam 24 jam terakhir (Berhe et al,
2016). Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian tertinggi dan
pernah mengalami tiga episode diare setiap tahun. Setiap episode diare
Vietnam, Malaysia prevalensi diare pada balita sebesar 6%. (Aziz, 2016).
penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan
terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang
(CFR 1,97%). Berdasarkan data rekapitulasi, KLB masih cukup tinggi (>1%)
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016, kecuali pada tahun 2011 CFR
pada saat KLB sebesar 0,40%. Peningkatan CFR saat KLB di Indonesia terus
terjadi dari tahun ketahun, hal tersebut dapat dilihat dari CFR tahun 2013
sebesar 1,08%, menjadi 1,14% pada tahun 2014, terus meningkat menjadi
2,47% pada tahun 2015, hingga mencapai 3,04% pada tahun 2016 (Kemenkes
RI, 2018)
orang, jumlah ini meningkat dibanding dengan tahun 2015 yaitu 5.405.235
yang berarti terjadi kenaikan sebanyak 27 %. Jawa timur berada pada urutan
Jumlah ini berada dibawah Jawa Barat dengan jumlah diare sebesar
1.261.159. Dari semua jumlah kasus yang ditangani di Jawa Timur hanya
1.999 (13,1%) dari 15.227 jumlah kasus diare yang ditangani dan dilaporkan
angka kejadian diare pada usia balita tahun 2018 mencapai 225 (7,5%)
Puskesmas Campurejo, 2018) Cakupan pelayanan diare pada tahun 2017 dan
2018 belum mencapai target yang diharapkan (RUK, 2019). Pada Puskesmas
Kota Wilayah Utara angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 219
( 11,5 %), (PKP Puskesmas Kowilut, 2018). Pada Puskesmas Kota Wilayah
Selatan angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 364 ( 16,7 %)
diare balita pada tahun 2018 sebesar 324 ( 13,2 %), namun sudah mencapai
Sukorame angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 417 ( 10,3 %)
diare balita pada tahun 2018 sebesar 108 ( 7,3 %) (PKP Puskesmas Mrican,
2018). Pada Puskesmas Ngletih angka kejadian diare balita pada tahun 2018
sebesar 125 ( 10,5 %) (PKP Puskesmas Ngletih, 2018). Sementara itu, jumlah
pasien diare balita pada Puskesmas Pesantren 1 sebesar 280 ( 13,9 %) dan
Faktor yang berpengaruh pada terjadinya diare balita antara lain usia
ibu muda, pendidikan ibu rendah, tingkat pengetahuan ibu kurang, kurangnya
pasokan air bersih, kebiasaan cuci tangan yang buruk, sosial ekonomi
tidak memadai dan lingkungan yang tidak higienis, orang lebih sering
menderita penyakit menular salah satunya adalah diare (Florence et al, 2016)
pembuangan sampah dan air limbah juga terkait dengan kejadian diare pada
balita (Maria et al, 2017). Sementara itu, faktor perilaku yang terkait dengan
pemberian makan terutama pada bayi dan balita, waktu memasak memasak air
yang singkat, penggunaan air dari truk tangki dan pemakaian jamban untuk
buang air besar (BAB) ( George et al, 2014). Pemberian ASI yang diberikan
secara eksklusif telah terbukti dapat mengoptimalkan fungsi saluran cerna dan
mencegah kejadian diare akut, anak-anak usia 0-5 tahun yang tidak mendapat
ASI eksklusif beresiko tinggi mengalami diare yaitu 165% lebih tinggi
cakupan pelayanan diare pada tahun 2017 dan 2018 belum mencapai target
yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk melakukan penelitian
1.3.1 TujuanUmum
Kediri
Kediri.
Kediri.
Kota Kediri.