Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai

dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinjanya cair, dan

dapat disertai dengan darah dan atau lendir dalam 24 jam terakhir (Berhe et al,

2016). Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian tertinggi dan

tingkat morbiditas yang tinggi pada anak-anak di bawah lima di seluruh

dunia. Kematian diseluruh dunia diperkirakan mencapai 1,5-5,1 juta kematian

pertahun, terutama di Negara-negara berkembang (Musonda et al., 2017). Di

beberapa negara-negara berkembang anak-anak di bawah tiga tahun rata-rata

pernah mengalami tiga episode diare setiap tahun. Setiap episode diare

berkontribusi terhadap kekurangan gizi signifikan yang diperlukan untuk

pertumbuhan anak. Berdasarkan data, di Asia Tenggara diantaranya Thailand,

Vietnam, Malaysia prevalensi diare pada balita sebesar 6%. (Aziz, 2016).

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan

penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan

kematian. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 terjadi 21

kali KLB diare yang tersebar di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota. Kabupaten

Polewali Mandar, Pohuwato, Lampung Tengah dan Merauke masing-masing

terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang

(CFR 1,97%). Berdasarkan data rekapitulasi, KLB masih cukup tinggi (>1%)
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016, kecuali pada tahun 2011 CFR

pada saat KLB sebesar 0,40%. Peningkatan CFR saat KLB di Indonesia terus

terjadi dari tahun ketahun, hal tersebut dapat dilihat dari CFR tahun 2013

sebesar 1,08%, menjadi 1,14% pada tahun 2014, terus meningkat menjadi

2,47% pada tahun 2015, hingga mencapai 3,04% pada tahun 2016 (Kemenkes

RI, 2018)

Berdasarkan hasil Survei Morbiditas Diare diperkirakan jumlah

penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 6.897.463

orang, jumlah ini meningkat dibanding dengan tahun 2015 yaitu 5.405.235

yang berarti terjadi kenaikan sebanyak 27 %. Jawa timur berada pada urutan

kedua prevalensi terbanyak diare, dengan jumlah kejadian diare 1.048.885.

Jumlah ini berada dibawah Jawa Barat dengan jumlah diare sebesar

1.261.159. Dari semua jumlah kasus yang ditangani di Jawa Timur hanya

338.806 yaitu sekitar 32,3 % (Kemenkes RI, 2017).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Kediri menyebutkan bahwa terdapat

1.999 (13,1%) dari 15.227 jumlah kasus diare yang ditangani dan dilaporkan

ke Dinas Kesehatan. Angka kejadian diare semua umur di wilayah Kediri

sebesar 4.831 penderita, diantaranya sebesar 1.947 (40%) merupakan

penderita balita (Dinkes Kediri, 2017). Di Wilayah Puskesmas Campurejo

angka kejadian diare pada usia balita tahun 2018 mencapai 225 (7,5%)

penderita dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (PKP

Puskesmas Campurejo, 2018) Cakupan pelayanan diare pada tahun 2017 dan

2018 belum mencapai target yang diharapkan (RUK, 2019). Pada Puskesmas
Kota Wilayah Utara angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 219

( 11,5 %), (PKP Puskesmas Kowilut, 2018). Pada Puskesmas Kota Wilayah

Selatan angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 364 ( 16,7 %)

(PKP Puskesmas Kowilsel, 2018). Pada Puskesmas Balowerti angka kejadian

diare balita pada tahun 2018 sebesar 324 ( 13,2 %), namun sudah mencapai

target capaiannya (PKP Puskesmas Balowerti, 2018). Pada Puskesmas

Sukorame angka kejadian diare balita pada tahun 2018 sebesar 417 ( 10,3 %)

(PKP Puskesmas Sukorame, 2018). Pada Puskesmas Mrican angka kejadian

diare balita pada tahun 2018 sebesar 108 ( 7,3 %) (PKP Puskesmas Mrican,

2018). Pada Puskesmas Ngletih angka kejadian diare balita pada tahun 2018

sebesar 125 ( 10,5 %) (PKP Puskesmas Ngletih, 2018). Sementara itu, jumlah

pasien diare balita pada Puskesmas Pesantren 1 sebesar 280 ( 13,9 %) dan

Pesantren 2 sebesar 417 ( 13,8 %) balita dengan cakupan pelayanan yang

cukup baik (PKP Puskesmas Pesantren 1&2, 2018).

Faktor yang berpengaruh pada terjadinya diare balita antara lain usia

ibu muda, pendidikan ibu rendah, tingkat pengetahuan ibu kurang, kurangnya

pasokan air bersih, kebiasaan cuci tangan yang buruk, sosial ekonomi

masyarakat dan makanan atau minuman yang di konsumsi (George et al,

2014). Di daerah pedesaan, karena berpenghasilan rendah, sumber air yang

tidak memadai dan lingkungan yang tidak higienis, orang lebih sering

menderita penyakit menular salah satunya adalah diare (Florence et al, 2016)

Faktor lingkungan juga terkait terhadap terjadinya diare pada balita

antara lain kepemilikan jamban di setiap rumah, fasilitas-fasilitas cuci tangan,


dan ketersediaan sumber air bersih (Getachew et al, 2018). Selain itu tempat

pembuangan sampah dan air limbah juga terkait dengan kejadian diare pada

balita (Maria et al, 2017). Sementara itu, faktor perilaku yang terkait dengan

kejadian diare pada balita mencakup kebiasaan mencuci tangan, cara

pemberian makan terutama pada bayi dan balita, waktu memasak memasak air

yang singkat, penggunaan air dari truk tangki dan pemakaian jamban untuk

buang air besar (BAB) ( George et al, 2014). Pemberian ASI yang diberikan

secara eksklusif telah terbukti dapat mengoptimalkan fungsi saluran cerna dan

mencegah kejadian diare akut, anak-anak usia 0-5 tahun yang tidak mendapat

ASI eksklusif beresiko tinggi mengalami diare yaitu 165% lebih tinggi

menderita diare dan 107% mederita pneumoni dibanding anak yang

mendapatkan asi eksklusi (Siregar, 2018).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kejadian diare pada usia

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo tahun 2018 mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun (PKP Puskesmas Campurejo, 2018) serta

cakupan pelayanan diare pada tahun 2017 dan 2018 belum mencapai target

yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk melakukan penelitian

tentang Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 TujuanUmum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh ketersediaan air bersih terhadap kejadian

diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota

Kediri

2. Mengetahui pengaruh ketersediaan jamban keluarga terhadap

kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Campurejo Kota Kediri

3. Mengetahui pengaruh sarana pembuangan air limbah terhadap

kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Campurejo Kota Kediri.

4. Mengetahui pengaruh ketersediaan sarana pembuangan sampah

terhadap kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Campurejo Kota Kediri.

5. Mengetahui pengaruh pendidikan ibu/pengasuh terhadap

kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Campurejo Kota Kediri.

6. Mengetahui pengaruh pekerjaan ibu/pengasuh terhadap

kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Campurejo Kota Kediri.


7. Mengetahui pengaruh perilaku ibu/pengasuh terhadap kejadian

diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota

Kediri.

8. Mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian diare pada

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri.

9. Mengetahui pengaruh asi eksklusif terhadap kejadian diare

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota

Kediri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Kediri

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi

bagi Dinas Kesehatan Kota Kediri dalam pencapaian target terhadap

penuruan kejadian diare di Wiluayah Kerja Puskesmas Campurejo

Kota Kediri.

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas Campurejo Kota Kediri

Memberikan informasi kepada puskesmas tentang kejadian

diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri

sehingga bisa digunakan untuk mencegah diare pada balita.

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu kegiatan penelitian dalam mengembangkan

dan menerapkan keilmuan yang telah dimiliki peneliti.


1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang

memengaruhi kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Campurejo Kota Kediri.

Anda mungkin juga menyukai