Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

SAWIT

“Kelayakan pembangunan perkebunan kelapa sawit”

KELOMPOK 1 DUMPY

NAMA KELOMPOK : RAHMAD RAMLI


MITRA TURAHMAH
AFRIWALMPUTRA JAYA
ANIZAR RIZKI PESAPUTRA
ADITYA WARMAN
AURA NABILA F.N
BAGUS PRAMUJI
RIKO RISASTRA
SASTRIMAL MARZUKI

DOSEN PENGAMPU: IR EDWIN SP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KAMPUS III DHARMASRAYA
2019

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Kelayakan
pembangunan perkebunan kelapa sawit”.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam memperlancar pembuatan makalah ini, terkhususnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Sawit yang
telah mengamanahkan penulis untuk membuat makalah ini, dan juga membantu
penulis untuk membangun makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Dharmasraya, 10 September 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan
karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa
sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai
Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini
dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk
dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat
tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa
sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi
sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan
komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda
dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap
perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas,
industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha
pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan
kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga

3
diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah
1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005.
Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang
tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah
pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat
menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan
sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil
akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas
kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan.
Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan
tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah
pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa
sawit ini yaitu untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan


kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat be
rproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapa
t mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budid
aya, dan penerapan teknologi.

Klasifikasi kelapa sawit :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq.

B. Iklim
 Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim
yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cuk
up. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
 Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. S
uhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27
5
0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tingg
i. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin d
apat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.
 Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah
yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun
yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam
kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan
laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan
kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah.
C. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada k
arakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis t
anah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah
kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah u
ntuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis da
n kimia tanah.
 Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH opti
mumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada d
aerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengan
dung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang b
elum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
 Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miri
ng, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permea
bilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tan
ah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan ha
ra yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok a
dalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-bata
s yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah meman
g relatif sulit.

6
D. Potensi Lahan
Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm
oil, CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan diperkirakan se
besar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun, dengan komp
osisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor.

Industri kelapa sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan se


kitar 4 juta kesempatan kerja (pro-job), serta mendukung pembangunan daera
h dan pengentasan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan Luar Jawa (pro p
oor). Selain itu, mayoritas perkebunan kelapa sawit ditanam di kawasan hutan
left-over/bekas HPH (pro-environment), seta nilai ekspor CPO dan produk CP
O berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitar U
SD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total), terbesar kedua setela
h minyak dan gas (pro-growth).

CPO digunakan untuk bahan baku industri pangan sebesar 80-85% dan in
dustry nonpangan sebesar 15-20%. Pertumbuhan konsumsi minyak sawit dala
m negeri adalah sekitar 5,5%/tahun.

Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya sa
ing sebagai industri minyak nabati.Sawit adalah salah satu sumber yang palin
g kompetitif di dunia untuk biofuels, dan aplikasi teknis dan yang paling penti
ng adalah sebagai sumber makanan.

Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu mi


nyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan yang berasal
dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sa
wit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty
acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stea
rin. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri
barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika.

7
Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah diant
aranya adalah pupuk organik, kompos dan kalium serta serat yang berasal dari
tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas yan
g berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang,
dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari limbah cai
r dari proses produksi minyak sawit.

Diperkirakan pada 2030 akan dibutuhkan lebih banyak produksi makanan


untuk memberi makan penduduk dunia yang semakin meningkat. Berdasarkan
perhitungan konservatif, pada tahun itu dunia akan mengkonsumsi 48 juta MT
lebih minyak untuk penggunaan makanan, sehingga dibutuhkan peningkatan s
ebesar 30 juta MT yang harus dipenuhi dalam 20 tahun. Indonesia seharusnya
dapat berperan besar dalam menangkap peluang ini.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan
dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º
Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-
2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun
2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini
terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan
peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001
dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005

B. Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini maka diperlukan penambahan
pembacaan jurnal agar kedepannya lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai