Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSERVASI TANAH DAN AIR

“JENIS,PROSES DAN PENYEBAB TERJADINYA EROSI”

KELOMPOK 1 DUMPY

NAMA KELOMPOK : FITRI JULI YENTI


ANIZAR RIZKI PESAPUTRA
AURA NABILA F.N
BAGUS PRAMUJI
RIKO RISASTRA
SASTRIMAL MARZUKI

DOSEN PENGAMPU: IR EDWIN SP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KAMPUS III DHARMASRAYA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang
yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Jenis,Proses dan Penyebab
Terjadinya Erosi”.

Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam memperlancar pembuatan makalah ini, terkhususnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Sawit yang
telah mengamanahkan penulis untuk membuat makalah ini, dan juga membantu penulis
untuk membangun makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Dharmasraya, 22 Agustus 2019

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Erosi adalah proses pengikisan padatan (sedimen,batuan,tanah dan partikel


lainnya) akibat tranportasi angin, air atau gletser/es, karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lainnya di bawah pengaruh gravitasi atau makhluk hidup. Erosi
adalah proses dua tahap yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi partikel-
partikel tunggal, serta pengangkutan partikel-partikel tersebut oleh tenaga-tenaga erosi,
seperti aliran air dan angin dari Morgan (1977 dalam Taryono, 2000).

Erosi merupakan proses geomorfologi, yaitu terlepas dan terangkutnya material


bumi oleh tenaga geomorfologi. Proses geomorfologi tersebut tercakup dalam studi
geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) secara genetik dan
proses yang mempengaruhi bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal balik
antara bentuklahan dan proses-prose itu dalam susunan keruangan dari Zuidam dan
Zuidam Cancelado (1979 dalam Taryono, 2000)..

Banjir adalah peristiwa alam yang bisa dikategorikan sebagai sebuah bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.

Banjir merupakan bencana yang sudah menjadi ”langganan” bagi beberapa wilayah
di Indonesia. Bahkan, di ibu kota Jakarta setiap tahun terjadi bencana ini. Selain
disebabkan oleh faktor alam, banjir juga disebabkan ulah manusia. Pembangunan
gedung, penebangan pohon, dan penyempitan sungai merupakan contoh ulah manusia
yang menjadi penyebab banjir.
Di Indonesia banyak kita temukan tanah pelapukan yang bersumber dari letusan
gunung berapi. Tanah hasil pelapukan ini mempunyai komposisi tanah yang sedikit
lempung dengan sedikit pasir dan juga subur. Adapun tanah pelapukan yang terdapat
di atas batuan kedap air pada perbukitan dan mempunyai kemiringan sedang maupun
terjal sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor pada musim
hujan. Oleh karenanya jika di perbukitan itu tidak terdapat tanaman dengan akar yang
kuat dan dalam maka daerah tersebut sangat rentan terjadi becana longsor .

Tanah longsor adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses yang
melibatkan gerakan tanah, bebatuan dan juga puing-puing kearah bawah atau keluar
lereng di bawah pengaruh gravitasi bumi. Tanah longsor terjadi disebabkan oleh
gerakan menurun atau keluar lereng oleh masa tanah ataupun disebabkan oleh batuan
penyusun, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan pada lereng itu.

Tanah longsor merupakan salah satu bencana geologis yang bisa diperkirakan.
Terdapat beberapa petunjuk umum untuk melihat kemungkinan terjadinya bencana
longsor.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian erosi?
2. Bagaimana proses terjadinya erosi?
3. Apa jenis-jenis erosi?
4. Apa pengertian aliran permukaan, sedimentasi, longsor dan banjir?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagamaina erosi, longsor dan banjir .

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Erosi

Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi
partikel-partikel tunggal, serta pengangkutan partikel-partikel tersebut oleh tenaga-
tenaga erosi, seperti aliran air dan angin dari Morgan (1977 dalam Taryono, 2000).

Erosi merupakan proses geomorfologi, yaitu terlepas dan terangkutnya material


bumi oleh tenaga geomorfologi. Proses geomorfologi tersebut tercakup dalam studi
geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) secara genetik dan
proses yang mempengaruhi bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal balik
antara bentuklahan dan proses-prose itu dalam susunan keruangan dari Zuidam dan
Zuidam Cancelado (1979 dalam Taryono, 2000).

Erosi secara alamiah dikatakan tidak menimbulkan masalah, hal ini disebabkan
kecepatan erosinya relatif sama atau lebih rendah dari kecepatan pembentukan tanah,
erosi demikian disebut dengan erosi normal (erosi geologi). Aktivitas manusia dalam
beberapa bidang dapat mempercepat erosi, sehingga timbul masalah, yang disebut erosi
dipercepat (accelerated erosion). Akibat dari erosi tersebut adalah : a.) merosotnya
produktivitas tanah pada lahan yang tererosi, disertai merosotnya daya dukung serta
kualitas lingkungan hidup, b.) sungai, waduk, dan aliran irigasi/drainase di daerah hilir
menjadi dangkal, sehingga masa guna dan daya guna berkurang, c.) secara tidak
langsung dapat mengakibatkan terjadinya banjir kronis pada setiap musim penghujan
dan kekeringan di musim kemarau (Arsyad, 1981) serta d.) dapat menghilangkan
fungsi tanah menurut Suwardjo (1981 dalam Taryono, 1997).

B. Jenis-Jenis Erosi
1. Erosi oleh air

Jenis erosi pertama yang akan dijabarkan dalam pembahasan kali ini adalah
erosi oleh air (ablasi). Erosi oleh air ini dapat disebabkan oleh aliran air sungai maupun
air hujan (baca : Jenis-jenis Hujan). Erosi oleh air sungai atau erosi sungai merupakan
sebuah proses berpindahnya suatu massa tanah atau batuan (baca: Jenis Jenis Batuan)
karena adanya air sungai yang mengalir secara terus menerus. Erosi oleh air sungai ini
bisa terjadi di dasar maupun di tepi sungai. Jika erosi oleh air sungai terjadi di dasar,
maka dasar sungai akan menjadi semakin dalam. Sedangkan erosi oleh air sungai yang
terjadi di tepi akan membuat sungai menjadi semakin lebar ( baca : Akibat Erosi
Sungai ). Proses terjadinya erosi oleh air sungai ini bisa dikelompokkan menjadi 3,
yaitu :

 Pemindahan regolith, yakni proses erosi yang mana melibatkan pemindahan


tanah dan hasil pelapukan batuan.
 Penggerusan, adalah proses erosi yang melibatkan peran pasir dan gravel dalam
aliran air. Penggerusan oleh pasir dan gravel tersebut terjadi di kanal sungai.
 Erosi ke arah hulu, merupakan proses yang disebabkan karena adanya
hubungan antara lereng regional dengan lembah.

Air yang dapat menyebabkan erosi selanjunya adalah air hujan. Hujan
mempunyai pengaruh besar pada proses terjadinya erosi tanah. Daerah dengan
intensitas hujan yang tinggi sangat rawan mengalamai erosi tanah. Sebaliknya, tanah
yang berada di wilayah dengan intensitas hujan yang rendah cukup aman dari bahaya
erosi.

2. Erosi oleh angin

Jenis erosi yang kedua yakni erosi oleh angin. Erosi oleh angin ini disebut juga
dengan istilah deflasi. Deflasi hanya berlaku di daerah dengan tekstur tanah berpasir,
misalnya di pantai atau di gurun. Erosi oleh angin dapat terjadi jika kekuatan angin
cukup besar untuk memindahkan partikel- partikel tanah. Meski seringkali tak disadari,
angin laut dapat mengangkat partikel- partikel pasir secara perlahan- lahan menuju ke
tempat yang lain. Pada akhirnya pasir yang awalnya berada di suatu tempat akan
terkikis, berpindah dan kemudian mengendap di tempat yang lain.

3. Erosi oleh es
Jenis erosi yang ketiga yakni erosi oleh es atau gletser. Erosi oleh es ini disebut
juga dengan istilah eksarasi. Gletser atau es yang baru saja mencair akan membentuk
cairan kental yang terus bergerak turun dari puncak pegunungan menuju ke lembah.
Pergerakan es yang mencair yang disebabkan gaya beratnya itu akan mengikis bagian
kanan dan kiri lembah. Batuan yang terkena aliran gletser akan tergores kemudian
terkikis dan terbawa oleh gletser. Peristiwa tersebut dinamakan plucking.

4. Erosi oleh gelombang laut

Jenis erosi yang keempat adalah erosi oleh gelombang laut. Erosi ini lebih
dikenal dengan istilah abrasi. Abrasi merupakan jenis erosi yang disebabkan oleh
gelombang atau arus lau t yang sifatnya merusak. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempercepat terjadinya erosi oleh gelombang laut. Dua dari faktor tersebut adalah
besarnya daya gelombang dan intensitas waktu. Semakin besar daya gelombang yang
menghantam pesisir pantai maka semakin cepat terjadi abrasi. Begitu juga dengan
faktor intensitas waktu. Semakin sering gelombang laut menghempas pasir pantai maka
semakin cepat pula proses terjadinya abrasi.

Faktor lain yang dapat mempercepat abrasi yakni pemanasan global, tidak
seimbangnya ekosistem pantai dan ekosistem air laut, hembusan angin laut, serta
pasang surut air laut. Erosi oleh gelombang laut dapaat dicegah dengan beberapa hal,
diantaranya yakni dengan cara melestarikan hutan mangrove, menjaga habitat terumbu
karang, melakukan kegiatan pengisian pantai (beach fill) untuk membentuk garis
pantai, membangu pemecah gelombang & sea wall, serta melarang kegiatan
penambangan pasir yang berlebihan.

C. Proses Terjadinya Erosi


1. Tahap Pengelupasan ( Detachment )
Proses awal erosi diawali dengan proses pengelupasan oleh air hujan. Dimana percikan
air hujan adalah media utama dalam pengelupasan partikel dalam tanah. Prosesnya
adalah ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah maka partikel tanah akan
terlepas dan terlempar ke udara. Proses ini akan berlanjut ke proses pengangkutan oleh
aliran air tanah
2. Tahap Penangkutan ( Transportation )

Proses setelah terjadinya pengelupasan oleh air hujan yang menghasilkan


partikel tanah adalah proses pengangkutan. Dimana ketika partikel tanah terlempar ke
udara maka partikel tersebut akan kembali jatuh ke bumi akibat gravitasi bumi. Pada
lahan yang miring, partikel tanah tersebut akan tersebar ke arah bawah searah dengan
lereng dimana partikel tanah tersebut akan menyumbat pori-pori tanah.Percikan air
hujan yang tadi akan menimbulkan pembentukan lapisan tanah yang keras pada lapisan
tanah di bagian permukaan. Kejadian ini mengakibatkan menurunnya tingkat kapasitas
dan laju inflasi di tanah. Dimana pada kondisi intensitas hujan akan melebihi laju inflasi
yang akan menimbulkan genangan air di permukaan tanah yang kemudian akan
menjadi aliran air di permukaan tanah. Aliran inilah yang nantinya digunakan untuk
mengangkut partikel-partikel yang terlepas tadi.

3. Tahap Pengendapan ( Sedimentation )

Proses sedimentasi berlangsung ketika energi aliran di permukaan mulai


menurun dan tidak mampu lagi untuk mengangkut partikel tanah yang terlepas. Proses
sedimentasi tersebut terjadi sementara yang berada di lereng yang bergelombang
seperti bagian lereng yang cekung dan dapat menampung endapan partikel yang hanyut
oleh aliran air. Ketika hujan turun lagi maka endapan sementara tadi akan terangkut
kembali menuju dataran yang lebih rendah. Proses pengendapan terakhir ini terjadi di
kaki bukit yang relatif datar, daerah sungai dan waduk. Jika pengendapan terjadi di
daerah sungai, maka partikel tanah dan unsur hara yang terlarut dalam aliran
permukaan akan mengalir dan akan menyebabkan pendangkalan. Besar atau kecilnya
terjadi erosi bergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan juga kapasitas
media pengangkutnya. Apabila media pengangkutnya memiliki kapasitas yang lebih
besar dari suplai material yang terlepas maka proses erosi akan dibatasi oleh pelepasan
(detachment limited). Begitu juga sebaliknya apabila kuantitas suplai materi melebihi
kapasitas maka proses erosi akan dibatasi oleh kapasitas (capacity limited).

Proses erosi yang terjadi karena air hujan ini merupakan gabungan dari 2 sub
proses yaitu proses pertama adalah proses penghancuran struktur tanah menjadi butiran
primer oleh energi tumbuk butiran hujan yang jatuh menimpa tanah dan perendaman
oleh air tergenang serta proses pemindahan butir tanah oleh percikan air hujan dan
proses yang kedua adalah penghancuran struktur tanah yang diikuti oleh pengangkutan
butiran tanah oleh air yang mengalir di permukaan tanah.

D. Aliran Permukaan

Ialah Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik
yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi
yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).

E. Sedimentasi

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau jenis erosi lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit,
didaerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Hasil sedimen (sediment
yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan
air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya
diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau
dengan pengukuran langsung didalam waduk.
Sedimen yang sering dijumpai didalam sungai, baik terlarut dan tidak terlarut,
adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut dikenal
sebagai partikel-partikel tanah. Oleh karena pengaruh tenaga kinetis air hujan dan
aliran air permukaan (untuk kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut
dapat terkelupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke
dalam sungai dan dikenal sebagai sedimen. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat
yang lebih tinggi ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai,
saluran irigasi dan terbentuknya tanah-tanah baru di pinggir-pinggir dan di delta-delta
sungai.

Dengan demikian proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang


menguntungkan dan merugikan. Dikatakan menguntungkan karena pada tingkat
tertentu adanya aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta
terbentuknya tanah garapan baru didaerah hilir. Tetapi, pada saat bersamaan aliran
sedimen juga dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan.
Dalam konteks pengelolaan DAS, kegiatan pengelolaan dilakukan umumnya bertujuan
mengendalikan atau menurunkan laju sedimentasi karena kerugian yang ditimbulkan
oleh adanya proses sedimentasi jauh lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh
(Asdak, 2001).

F. Longsor

Longsor ialah sebagai pergerakan material ke bawah dan ke luar lereng karena
pengaruh dari gravitasi. Longsor yang lebih dikenal dengan tanah longsor (landslide)
juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan massa berbagai jenis batuan atau tanah
yang tidak membutuhkan media berpindah seperti air atau udara.

G. Banjir

Banjir didefinisikan sebagai hadirnya air suatu kawasan luas sehingga menutupi
permukaan bumi kawasan tersebut. Berdasarkan SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam
Suparta 2004, bahwa banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung
oleh alur sungai atau saluran.

D. Faktor Penyebab Terjadinya Erosi

Terjadinya erosi dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan
faktor non alam. Faktor alam adalah faktor yang sudah ada di alam seperti iklim,
kemiringan dan panjang lereng, sifat fisik tanah, tersedianya vegetasi penutup tanah.
Sedangkan faktor non alam adalah faktor yang disebabkan oleh adanya campur tangan
manusia.

a. Faktor Iklim

Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-
butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat-agregat tanah
yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup
besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya
rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit
erosi karena jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya
tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.

b. Topografi

Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan


panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal
ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan
semakin besar kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah
kepekaan tanah atau erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin
besarnya nilai erodibilitas suatu tanah.

c. Vegetasi
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan
tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba
yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi.
Penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan
kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain
penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah
ruangan pori makro.

d. Tanah

Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran
sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan
meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas
infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air.

e. Manusia

Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan
atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Perubahan
topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan
pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh pada struktur
tanah.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Erosi adalan tergerusnya permuakaan tanah oleh beberapa penyebab yaitu;
1. Erosi oleh air
2. Erosi oleh angin
3. Erosi oleh es
4. Erosi oleh gelombang laut

Secara ilmiah erosi tidak menimbulan masalah namun, Aktivitas manusia


dalam beberapa bidang dapat mempercepat erosi, sehingga timbul masalah.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini dapat diharapkan kita sebagai manusia dapat lebih
memperhatikan lingkungan agar bumi menjadi lebih baik .

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1981. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Asdak, Chay. 2001 Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai..Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press

Morgan, RPC. 1977. Soil Erotion and Conservation. Longman Sci & Tech. Essex.
England

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa – Sisa dalam Konservasi Tanah dan Air pada Lahan
Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. 240 hal.

Taryono, 2000, Buku Pegangan Kuliah Erosi Dan Konserfasi Tanah, Surakarta,
FakultaS Geografi UMS

Van Zuidam, R.A. & Van Zuidam-Cancelado, F.I. 1979. Terrain analysis and
classification using aerial photographs. A geomorphological approach. ITC
Textbook of Photo interpretation. ITC. Enschede.

Anda mungkin juga menyukai