Tiga Strategi Distribusi
Tiga Strategi Distribusi
Secara umum ada tiga strategi distribusi produk dari pabrik ke pelanggan. Masing-masing dari
strategi ini memiliki keunggulan dan kekurangan. ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut:
3. Cross-Docking
Pada model ini, produk akan mengalir lewat fasilitas cross-dock yang berada antara pabrik
dan pelanggan. Di tempat ini, kendaraan penjemput dan pengirim akan bertemu dan terjadi
transfer beban (dalam hal ini dimungkinkan terjadinya konsolidasi yang melibatkan banyak
pabrik dan pelanggan). Secara umum keunggulan model ini adalah pengiriman bisa relatif
cepat dan tetap bisa mencapai economies of transportation yang baik karena adanya
konsolidasi. Di samping itu, kegiatan handling akan jauh berkurang dan inventory di supply
chain tidak akn setinggi model warehousing.
Strategi ini lemah dari sisi kebutuhan investasi sistem yang biasanya cukup tinggi untuk
menciptakan visibilitas informasi serta koordinasi antara pabrik dengan pelanggan maupun
antar pabrik dan antar pelanggan.
8.4 Mode Transportasi serta Keunggulan dan Kelemahannya
Dalam manjemen transportasi/ pengiriman, kita biasanya membedakan antara pihak yang
memiliki barang dan pihak yang melakukan pengiriman:
Pemilik barang yang ingin mengirimkan barang -> shipper
Pengantar barang -> carrier
Mode tranpsortasi yang paling baik digunakan bisa berbeda bila ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda (sudut carrier VS sudut shipper). Beberapa hal yang biasanya dijadikan sebagai dasar
perimbangan dalam mengevaluasi mode transportasi adalah:
1. Dilihat dari sudut carrier, hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terlibat,
mulai dari biaya alat transportasinya sendiri (bisa dengan biaya beli atau sewa alat
transportasi), biaya operasional tetap(biaya terminal atau bandara yang besarnya tidak
tergantung pada volumde barang yang dikirim), dan biaya operasional variabel (seperti
biaya bahan bakar) dimana besarnya biaya tergantung pada volume angkut atau jaak yang
ditempuh dalam pengiriman. Biaya-biaya lain seperti biaya overhead juga harus menjadi
pertimabangan. Di sisi lain, beberapa aspek yang tidak langsung terkait dengan biaya, seperti
kecepatan, volume yang bisa diangkut, maupun fleksibilitas dalam melakukan pengiriman.
2. Dari sisi shipper, pertimbangannya bisa didasarkan pada berbagai ongkos yang timbul pada
supply chain, termasuk selain yang terkait langsung dengan trasnportasi, namun sebagai
konsekuensi dari pemilihan mode tranportasi tersebut.
Selain biaya transportasi yang harus ditanggung, perusahaan juga harus memperhitungkan
biaya persediaan seperti:
a. Biaya loading-unloading,
b. Biaya fasilitas (gudang, dll.)
Konsekuensi lain, seperti tingkat service level yang diperoleh dan ketidakpastian waktu
pengiriman juga menjadi pertimbangan penting bagi shipper. Tradeoff antar berbagai
ongkos tersebut harus dicari dalam menentukan mode transportasi yang akan di[ilih.
Misalnya, ada mode transportasi yang mahal, namun cepat dan mengakibatkan penurunan
inventory secara signifikan.
Secara umum, tiap mode transportasi memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri yang
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola kegiatan pengiriman
adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari suatu mode transportasi. Biaya
pengiriman akan tinggi kalau perusahaan sangat mementingkan kecepatan respon.
Misalnya, apabila semua order harus dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada
permintaan order(diterima), maka seringkali pengiriman dilakukan dengan voolume kecil
dan tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan
penggabungan (agregasi) pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga
pengiriman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi tiap dua atau tiga hari. Praktek
melakukan agregasi waktu dalam proses pengiriman ini biasanya dinamakan dengan istilah
temporal aggregation.