Anda di halaman 1dari 3

Cara mencegah aterosklerosis yang bisa dilakukan adalah dengan mengatasi faktor

faktor resikonya, misalnya :

1. Menjaga kadar kolestrol darah

2. Menjaga berat badan ideal

3. Menurunkan berat badan jika mengalami kegemukan

4. Menurunkan tekanan darah yang tinggi dan menjaganya stabil

5. Menjaga kadar gula dalam darah

6. Tidak merokok atau berhenti merokok

7. Olahraga secara teratur

8. Hindari stress

9. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan

Orang- orang beresiko tinggi mengalami aterosklerosis bisa terbantu dengan mengkonsumsi
obat-obat tertentu, misalnya statin ( meskipn jika kadar kolestrol normal atau hanya sedikit
tinggi) dan aspirin/obat anti-pembekuan darah lainnya.

Asam asetilsalisilat atau banyak dikenal sebagai aspirin adalah turunan salisilat yang
merupakan prototipe obat antiinflamasi non steroid (non steroid antiinflammatory drugs=
NSAIDs). Aspirin dan NSAIDs lainnya bekerja dengan cara menghambat siklooksigenase (COX
1 atau 2) yang mengakibatkan penurunan produksi prostaglandin. Berbeda dengan analgesik
opioid dan parasetamol, hal ini tidak hanya mengurangi sakit/nyeri, tetapi juga inflamasi
sehingga digunakan pada pengobatan berbagai kondisi akut dan kronik yang menimbulkan nyeri
dan inflamasi.
Aspirin berbeda dengan derivat asam salisilat lainnya karena mempunyai gugus asetil. Gugus
asetil inilah yang nantinya mampu menginaktivasi enzim siklooksigenase, sehingga obat ini
dikenal sebagai Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) yang unik karena penghambatannya terhadap
enzim siklooksigenase bersivat ireversibel, sementara AINS lainnya menghambat enzim
siklooksigenase secara kompetitif sehingga bersifat reversibel (Miladiyah, 2012).
Farmakokinetik : Aspirin merupakan obat anti inflamasi non steroid. Aksi anti inflamasi
disebabkan oleh penghambatan terhadap prostaglandin. Aspirin secara ireversibel terikat ke
enzim siklooksigenase (COX) pada jaringan untuk menghambat sintesis prostaglandin. Pada
dosis yang rendah lebih spesifik untuk COX-1 daripada COX-2. Sensitifitas COX-1 di atas
COX-2 untuk dosis rendah aspirin digunakan untuk pengobatan anti platelet. Farmakodinamik :
Salisilat khususnya asetosal merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik,
antipiretik dan antiinflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik.
Dosis toksik obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga pada keracunan berat terjadi
demam dan hiperhidrosis (Wilmana dan Sulistia, 2007)

Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan

tromboksan A2. Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin, yaitu: (1)

antiinflamasi, karena penurunan sintesis prostaglandin proinflamasi, (2) analgesik, karena


penurunan prostaglandin E2 akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf nosiseptif

terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena penurunan prostaglandin E2 yang

bertanggungjawab terhadap peningkatan set point pengaturan suhu di hipotalamus (Roy, 2007).

Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet
secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama hidupnya platelet
tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesis tromboksan A2 (TXA2) yang

berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat. Penggunaan aspirin dosis rendah regular
(81 mg/hari) mampu menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2 sehingga penggunaan rutin

tidak memerlukan monitoring (Harrison, 2007). Molekul prostaglandin I2 (PGI2) yang

bersifat sebagai anti agregasi trombosit diproduksi oleh endothelium pembuluh darah
sistemik. Sel‐sel endotel ini mempunyai nukleus sehingga mampu mensintesis ulang enzim
COX. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa aspirin dosis rendah dalam jangka panjang
mampu mencegah serangan infark miokard melalui penghambatan terhadap TXA2 namun

tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2 (Roy, 2007).


Perbaikan konsentrasi NO juga mampu dilakukan oleh aspirin dengan mengasetilasi
enzim Nitric Oxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO).
Nitric Oxide diketahui bersifat sebagai inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian hal ini
menambah informasi mengenai manfaat aspirin sebagai antiplatelet (O’Kane et al., 2009).

Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi sehingga didapatkan pembuluh arteri


yang kaku. Hal tersebut secara patofisiologi melibatkan lipid, thrombosis, dinding vaskuler dan
sel-sel imun. Umumnya aterosklerosis diawali dengan disfungsi endotel dan inflamasi. Keadaan
tersebut menyebabkan endotel vaskular secara homeostasis mengeluarkan zat-zat yang dapat
menyebabkan penggumpalan (clotting) atau anti penggumpalan (anti clotting). Keluarnya zat-zat
tersebut disebabkan oleh karena faktor pelindung dari endotel yang telah rusak. Pelindung
tersebut adalah nitrogen monoksida (NO), bahan antiaterogenik yang utama dihasilkan oleh
endotel. (Adi, 2014) Dari penelitian telah dibuktikan bahwa penyakit aterosklerosis penyakit
inflamasi yang disebabkan oleh reaksi imun (immune-mediated inflammatory disease). Dengan
demikian, pemberian obat-obatan anti inflamasi di harapkan sangat berperan penting untuk
menghambat menjadi proses lebih lanjut. Salah satu obat yang dapat digunakan yaitu aspirin.

Anda mungkin juga menyukai