Resume Besaran Dan Satuan, Siti Rokhayah, 172210101042
Resume Besaran Dan Satuan, Siti Rokhayah, 172210101042
Disusun Oleh :
Siti Rokhayah
17221010142
Dosen Pembimbing :
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
RESUME BESARAN DAN SATUAN
A. Besaran dan Satuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi
para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya
besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan
1.1 Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran
yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak
bergantung pada besaran pokok yang lain. Dimensi suatu besaran adalah cara besaran
tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada
tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak
berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf
tertentu dan diberi tanda kurung persegi.
Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi
1.3 Pengukuran
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu benda secara umum tidak
lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yangtelah ditetapkan sebagai
standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukurandisebut alat ukur. Alat ukur dalam
kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnyaalat ukur panjang (mistas, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup), alat ukurmassa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll (Sasmito, 2010).
B. Ketidakpastian Pengukuran
Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum,
kesalahan sistematik, dan kesalahan acak (Setya, 2009).
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan padapengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkankarena kesalahan membaca
skala kecil, dan kekurangterampilan dalammenyusun dan memakai alat, terutama untuk
alat yang melibatkan banyak komponen
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan
dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponenalat atau kerusakan alat, kesalahan
paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
a. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.
b. Kesalahan titik nol karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidakbisa kembali tepat
pada skala nol.
c. Kesalahan komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur.
d. Kesalahan peralatan terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi fluktuasi halus
pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya
gerak brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan
radiasi.
C. Angka Penting
a. Penulisan Angka Penting
Kriteria angka penting :
Semua angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh: 2,45 memiliki 3 angka
penting.
Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting 16,00 memiliki 4 angka penting.
Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka bukan nol),
juga termasuk angka penting. Contoh: 305 memiliki 3 angka penting. 20,60
memiliki 4 angka penting.
Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai
penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,5 memiliki 1
angka penting. 0,0860 memiliki 3 angka penting.
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator tingkat
ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka penting yang dituliskan, berarti
pengukuran yang dilakukan semakin teliti. Contoh penulisan hasil pengukuran dengan
memperhatikan angka penting:
E. Contoh Soal
1. Satuan pengukuran besaran ada yang baku dan ada yang tidak baku. Satuan tidak baku,
misalnya: hasta, depa, dan jengkal, sangat menyulitkan dalam komunikasi apalagi untuk
kepentingan ilmiah. Jelaskan mengapa demikian ?
Jawaban :
Karena satuan tak baku yaitu satuan yang apabila digunakan untuk melakukan
pengukuran maka memberikan hasil yang berbeda-beda bila dilakukan oleh orang yang
berbeda. Hal ini disebabkan karena satuan tak baku belum disepakati ukurannya secara
paten
2. Massa jenis air dalam sistem CGS (cm - gram - sekon) adalah 12 g/cm3. Jika massa jenis
ini dikonversikan ke sistem internasional (SI) maka nilainya adalah ....
Jawaban :
Konversi satuan 12 g/cm3 = 123 kg/m3
3. Seseorang melakukan pengukuran tebal udem pada tikus dengan jangka sorong. Hasil
pengukurannya adalah 5,33 mm. Dengan memperhitungkan kesalahan mutlak, pembacaan
dari hasil pengukuran tersebut dapat dituliskan menjadi ....
Jawaban : (5,33 + 0,05) mm
Cara penulisan hasil pengukuran harus menambahkan angka ketelitian alat yang
besarnya setengah dari ketelitian jangka sorong yaitu 0,05 mm.
DAFTAR PUSTAKA