PENDAHULUAN
media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses
peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan
epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells
yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun
kronis.1,2 Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya
telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul
adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada
pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya). 2
orang dewasa. Jika tidak di obati, infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga
tengah, termasuk di antaranya otak, yang bisa menyebabkan infeksi yang serius.
Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah
kematian. 3 Untuk itu, disusunlah kasus ini yang bertujuan mengetahui lebih rinci
tentang mastoiditis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam.
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm.
2
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada
duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 1
b. Telinga tengah
c. Telinga dalam
3
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli. 1,2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi
perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang
terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfe
tinggi akan natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfe tinggi akan
kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak
organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme
saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam
(3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat
lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk
oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung
bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang
melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat
gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membrane tektoria. Membran tektoria
disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut
sebagai limbus. 3,4
4
Gambar 3. Potongan melintang koklea
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut
membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti.
d. Tulang Mastoid
5
Struktur didalam tulang Mastoid : antrum mastoid ( rongga di belakang
epitimpani/ atik). Aditus ad antrum adalah saluran yang menghubungkan
antrum dengan epitimpani. Lempeng dura (dura plate ) adalah lempeng tips
yang keras dibanding tulang sekitarnya yang membatasi rongga mastoid
dengan sinus lateralis. Sudut sinodura adalah sudut yang dibentuk oleh
pertemuan duramater fosa media dan fosa posterior otak dengan sinus lateral
di posterior. Sudut ini ditemukan dengan membuang sebersih-bersihnya sel-
sel pneumatisasi mastoid di bagia posterior inferior lempeng dura dan postero
superior lepeng sinus. Sudut keras/ solid angel / hard angel adalah penulangan
yang keras sekali yang dibentuk oleh pertemuan 3 kanalis semisirkularis.
Segitiga trautmann adalah daerah yang terletak di balik antrum yang dibatasi
oleh sinus sigmoid, sinus lateral ( sinus petrosus superior), dan tulang labirin.
Batas medialnya adalah lempeng dura fosa posterior. 4,5,6
2. Mastoiditis
1. Definisi
6
Gambar 5. Tulang mastoid
2. Epidemiologi
7
mastoiditis akut di Belanda, yang memiliki tingkat peresepan antibiotik rendah
untuk OMA, dilaporkan terdapat 3,8 kasus per 100.000 orang per tahun. Di semua
negara lain dengan tingkat peresepan antibiotik tinggi, kejadian ini jauh lebih
rendah dari pada ini, yaitu 1,2-2 kasus per 100.000 orang per tahun. 9
Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah,
bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat
pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan Streptococcus aureus
adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. 10
Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya
air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang kemudian dapat
menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan
menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus
respiratorius. Beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit
adalah faktor tubuh penderita (imunitas) dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat
dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun,
pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk
tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri,
pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan
keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit. 9,10
Telinga tengah biasanya steril. Gangguan aksi fisiologis silia, enzim
penghasil mucus dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila
telinga terpapar dengan mikroba dan kontaminan pada saat menelan. Ini terjadi
apabila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai pelengkap mekanisme
pertahanan dipermukaan, suatu anyaman kapiler subepitel yang penting
menyediakan pula faktor-faktor humoral leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit
lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar.
Dengan demikian hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri dan sepsis bakteri
yang tidak biasanya patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga tengah
menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi.(4) Nanah (pus) yang terbentuk
8
akibat infeksi ditelinga tengah merupakan media yang sesuai bagi berbagai
macam kuman untuk dapat tumbuh dan berkembang baik.(5)
Apabila ada otitis media stadium supuratif penyakit berlanjut dan tidak
dilakukan miringiotomi, maka membran timpani akan pecah sendiri biasanya
dikuadran anteroinferior, tapi ada kalanya disetengah posterior membran timpani.
Cairan yang keluar pada mulainya serosasangiosa, kemudian menjadi
mukopurulen. Mukosa jelas menebal dan berwarna merah dengan corakan banyak
neokapiler. Proses ini terjadi pada seluruh telingan tengah dan mastoid sehingga
menyumbat sel-sel mastoid yang kecil-kecil, mukosa yang menebal dapat
menutup aditus ad antrum sehingga drainase mastoid terganggu.
Setelah telinga mengeluarkan cairan keluhan nyeri akan hilang karena penekanan
pada membran timpani hilang, gejala toksemia dan demam mulai berkurang, kini
perubahan mukosa menyebabkan pendengaran jelas berkurang, bila mukopus
tertahan di mastoid akan terasa nyeri serta nyeri tekan di bagian belakang telinga.
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering berpulsasi, keluar
melalui perforasi pars tensa membran timpani, bila tampak terlihat mukosa
menebal, berwarna merah dan lembut seperti bludru, pada perforasi yang kecil
tampak mukosa edem menonjol keluar melalui lubang perforasi dan sekret keluar
dari tengahnya hal ini disebut perforasi puting susu, dan disebut mastoiditis akut.
Stadium Komplikasi, komplikasi utama mastoiditis dengan perluasan
sekunder ke sinus venosus meningen atau labirin timbul karena drainase yang
tidak adekuat melewati aditus ad antrum akibat mukosa atik yang menebal,
akibatnya mastoid terisi oleh mukosa granuler yang edem serta sekret mukopus
yang mempunyai tekanan, kemudian proses ini akan menyebabkan absrobsi
dinding tulang mastoid yang tipis meluas sepanjang alur vena ke perifer merusak
periosteum mastoid. Pada proses stadium awal bersifat reversibel sedang yang
lanjut memerlukan tindakan pembedahan untuk memeperbaiiki drenase sebelum
terjadi perluasan ke sinus lateral atau meningen. Gejala keluarnya cairan dari
telinga, keluahan nyeri menghilang untuk sementara waktu kemudian gejala
ringan timbul kembali, terjadi demam subfebris dan toksisitas yang disertai oleh
rasa nyeri daerah mastoid, hal ini terjadi walaupun sekret dari telinga tengah
sudah berkurang. Tanda klinis terdapat nyeri tekan dan penebelan periosteum
9
korteks mastoid kemudian berlanjut menjadi masaa yang berfluktuasi bila terjadi
abses subperiosteum, pada pemeriksaan tampak dinding posterosuperior liang
telinga menggantung (sagging), gambaran membran timpani tidak jelas berbeda
dengan sebelumnya, gambaran radiologis menjukan sel-sel mastodi berselubung
dan terlihat penipisan (rarefaction) serta batas-batas sel mastoid hilang.
Stadium resulusi pada stadium ini infeksi mereda dan terjadi
penyembuhan telinga, sekret telinga kering, penebalan mukosa dan edem akan
berkurang perlahan-lahan namun bila sudah kembali normal makan peradangan
lambat laun akan kembali normal. Perforasi membran timpani yang kecil dapat
cepat menyembuh, biasanya tampak terbentuk jaringan parut, tetapi kadang-
kadang terbentuk parut atrofi kecil, ini merupakan titik lemah dari membarn
timpani yang sewaktu-watu dapat terinfeksi kembali dan mengeluarkan sekret
telinga. Penimbunan sedikit cairan steril aka tetap ada untuk beberapa tahun
dalam daerah coalescent di rongga mastoid tanpa menimbulkan gejala, hal ini
kadang dapat terlihat secara radiologik sebagai area radiolusen.
4. Manifestasi Klinis
10
Gambar 6. Mastoiditis
Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi
telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan
penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka
kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. 9
Keluhan nyeri dirasakan cenderung menetap dan berdenyut. Gangguan
pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid
akibat infeksi. Jika tidak diobati dapat terjadi ketulian yang berkembang secara
progresif, sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.
Membran timpani menonjol keluar, dinding posterior kanalis
menggantung, pembengkakan post aurikula mendorong pinna keluar dan ke
depan, dan nyeri tekan pada mastoid, terutama di posterior dan sedikit di atas
liang telinga (segitiga Macewen). 10
11
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses. Biasanya gejala muncul dalam
waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis media akut, dimana penyebaran infeksi
telah merusak bagian dalam dari prosesus mastoideus.
5. Pemeriksaan Fisik
12
Rontgen
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi foto dibuat
dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X
ditujukan dengan sudut 30° cephalo-caudad. Pada posisi ini perluasan
pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas.
Posisi ini juga memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius
eksterna dan hubungannya dengan sinus lateralis. 8
CT Scan
CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi oleh
cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.
Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis mengungkapkan adanya
opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal
13
dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur masing-masing sel, membedakan temuan
ini dengan temuan pada otitis media serosa di mana kontur sel tetap utuh. 11
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka
yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya
berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang
lazim adalah sama dengan penyebab otitis media akut. 12
Laboratorium
a. Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan
myringotomy, ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik
dan anaerobik, jamur, mikobakteri dan basil tahan asam.
Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat
dibersihkan, dan sampel cairan drainase segar diambil. Ketelitian adalah
penting untuk mendapatkan cairan dari telinga tengah dan bukan saluran
eksternal. Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu
dalam memodifikasi terapi inisial antibiotik. Hasil kultur yang
dikumpulkan dengan benar untuk bakteri aerobik dan anaerobik sangat
membantu untuk pilihan terapi definitif. Pewarnaan Gram dari spesimen
13
awalnya dapat membimbing terapi antimikroba empiris.
b. Kultur darah harus diperoleh.
c. Pemeriksaan darah rutin dan laju sedimentasi dihitung untuk mengevaluasi
efektivitas terapi seterusnya.
d. Pemeriksaan LCS untuk evaluasi jika dicurigai perluasan proses ke
intrakranial. 5
7. Diagnosis
14
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya
penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-
scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala. 2
8. Tatalaksana
15
dilakukan mastoidektomi sederhana. Bila gambaran radiologis memperlihatkan
hilangnya pola trabekular atau adanya progresi penyakit, maka harus dilakukan
mastoidektomi lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti
petrosis, labirintis, meningitis dan abses otak. 5,6
Modalitas Terapi yang bisa dilakukan apabila perlu terapi pembedahan adalah :
1. Mastoidektomi sederhana/ simple mastoidektomi (operasi Schwartze).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh, dengan tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannnya ialah
supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi, pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu ruanggan.
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial, fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
3. Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik,
tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan
dari dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini ialah
membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
9. KOMPLIKASI
16
Tendensi otitis media mendapatkan komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna. Akan tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi
akut oleh kuman virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan suatu
komplikasi. 11
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama adalah mukosa kavum timpani yang
menyerupai mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasi
infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum
timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya
akan terkena. 13
17
jalan yang sudah ada, misalnya fenestra rotundum, meatus akustikus interna,
dusktus perilimfatik atau duktus endolimfatik. 13
Complications in acute
mastoiditis. Extension of the
infectious process beyond the
mastoid system leads to
intracranial and extracranial
suppurative complications,
including :
- subperiosteal abscess (A),
- epidural abscess (B),
- subdural empyema (C),
- brain abscess (D),
- meningitis (E),
- lateral sinus thrombosis (F),
- carotid artery involvement (G),
- apical petrositis (H).
18
Penyebaran melalui erosi tulang, dapat diketahui, bila :
1. Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal
penyakit
2. Gejala prodromal infeksi lokal biasanya mendahului gejala infeksi
yang lebih luas, misalnya paresis n. Fasialis ringan yang total, atau
gejala meningitis lokal mendahului meningitis purulen
3. Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara
fokus supurasi dengan struktur di sekitarnya. Struktus jaringan
lunak yang terbuka biasanya dilapisi ileh jaringan granulasi
Penyebaran melalui jalan yang sudah ada, penyebaran ini dapat diketahui
bila :
1. Komplikasi terjadi pada awal penyakit
2. Ada serangan labirintis atau meningitis berulang, mungkin dapat
ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat
otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi intrakranial
mengikuti komplikasi labirintis supuratif.
3. Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar
tulang yang bukan oleh karena erosi.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Olga Agnes Pratiwi
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Perumahan residence 73 blok 1 NO.3 Pekanbaru
Suku Bangsa :
ANAMNESA
Keluhan Utama :
Telinga berdenging sebelah kanan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
(SMRS)
20
Riwayat Penyakit Dahulu :
- 3 tahun SMRS pasien mengeluhkan telinga kanan berdenging disertai
nyeri, nyeri dirasakan perlahan-lahan, semakin hari semakin nyeri, lalu
telinga pasien juga mengeluarkan cairan, cairan tidak disertai darah, tidak
ada riwayat demam. Pasien lalu berobat ke RS dan diberi obat tetes.
- Riwayat sering batuk pilek
- Riwayat trauma kepala tidak ada
- Riwayat darah tinggi tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat ISPA tidak ada
- Riwayat alergi tidak ada
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat darah tinggi tidak ada
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
- Pegawai swasta
- Kesan ekonomi : cukup
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 123/72 mmhg
Frekwensi Nadi : 76 denyut per menit
Suhu Tubuh : 39, 0 derajat celcius
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Mata : Konjungtiva : Pucat -/-
Sklera : kuning -/-
21
Paru : Vesikuler di seluruh lapangan paru
Membran Tympani
22
Jumlah perforasi Sulit dinilai
Jenis Sulit dinilai
Perforasi Kwadran Sulit dinilai
Pinggir Sulit dinilai
Warna mukosa telinga tengah Sulit dinilai
Gambar
23
Hidung
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
24
Edema Tidak Tidak
Cukup lurus / deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Massa Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada
Pengaruh vasokonstriktor Tidak ada Tidak ada
Gambar
Orofaring / Mulut
25
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Muara kripti Tidak ada Tidak ada
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dengan pilar Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda Merah muda
Peritonsil Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Tumor Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Gigi Karies / Radiks Normal Radiks
Kesan Normal Normal
26
Pemeriksaan kelenjar Getah Bening Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer Limfe
Inspeksi :
lokasi..................................................................................................
Bentuk................................................................................................
Soliter/Multiple..................................................................................
Palpasi : Bentuk
..............................................................................................
Ukuran..............................................................................................
Konsistensi........................................................................................
Mobilitas............................................................................................
27
RESUME ( DASAR DIAGNOSIS )
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Telinga berdenging 1 bulan SMRS
Pemeriksaan Fisik
Sempit Normal
Liang Telinga Terdapat massa
Cairan berwarna bening
dan bau
Perforasi marginal Normal
Membran Tympani Antero inferior
28
Mastoid Bengkak Normal
Hiperemis tidak ada
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Gambar
Gambar
Rinoskopi Posterior - -
Laringoskopi Indirek - -
Epiglotis - -
29
Pita Suara - -
Gambar - -
Gambar
30
Diagnosis : Otitis media supuratif kronik AD tipe maligna dengan
komplikasi mastoiditis
(abses retroauricular)
DD/ :
Terapi : 1. Ciprofloxacin
2. Na diclofenac
3. Ranitidin
4. irigasi AD
5. Paracetamol
Prognosis :
Quo ad vitam : dubia
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
memberikan informasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan telinga agar
dijaga tidak kemasukan air dan tidak mengorek-ngorek kuping, memberikan
informasi kepada pasien untuk minum obat teratur. Selain itu, pasien dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan anjuran seperti audiometric untuk menilai secara
lebih dalam tentang gangguan pendengaran yang dialami oleh pasien.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
2. Ludman, Harold. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Jakarta: Hipokrates. 2015.
3. Dejong, W., Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : 2005
4. Rasad, sjahriar. Radiologi Diagnostik edisi ke 2. Jakarta:FKUI. 2005
5. Widodo P dkk. Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret
Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akutdi RS Dr Kariadi Semarang. 2015.
6. Mukmin, Sri; Herawati, Sri. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya. 2017
7. Palva, T., Pukkinen, K. Mastoiditis. J. Laryngol. Otol. 1959;73:573–588.
8. Ogle, J.W., Lauer, B.A. Acute mastoiditis. Am. J. Dis. Child. 2000.
9. Bluestone, C.D., Klein, J.O. Intratemporal complications and sequelae of
otitis media. in: C.D. Bluestone, S.E. Stool (Eds.) Pediatric
Otolaryngology. Saunders, Philadelphia, PA; 2017
10. Mygind, H. Subperiosteal abscess of the mastoid region. Ann. Otol. Rhinol.
Laryngol. 2000.
11. Kelompok Studi Otologi. Guideline Penyakit THT di Indonesia.
Dalam:Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia. Jakarta: 2015 p. 55
12. Zanetti D, Nassif N. Indications for Surgery in Acute Mastoiditis and Their
Complications in Children. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology (2006) 70, 1175—1182
13. Wicker AM, Mohundro BL. Management of Pediatric Otitis Media. US
Pharm 2010;35(3):44-9
14. Tarantino V, Agostino RD, Taborelli et al. Acute mastoiditis: a 10 year
retrospective study. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology
2002; 66 :143-8
34