Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam atau kejadian
kejadian yang ada dimuka bumi ini dalam mempelajari ilmu fisika tentu didasarkan atas
percobaan. Salah satu percobaan atau kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran. Dalam
fisika pengukuran berarti membandingkan dua hal yang salah satunya menjadi
perbandingan atau alat ukur yang besarnya harus di standarkan, bertujuan untuk
mengetahui kualitas atau kualitas suatu besaran. Besaran merupakan segala sesuatu yang
dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.

Pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendasar.
selain itu, pengamatan juga berperan penting dalam pengukuran. Pengukuran dan
pengamatan secara benar teliti dan seksama merupakan factor terpenting dan harus
diperhatikan dalam melakukan suatu percobaan. Hal ini agar dilakukan hasil percobaan
yang diperoleh benar benar akurat dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan teori
yang dilakukan. Bagaimana pun praktikan melakukan pengukuran itu, pengukuran itu
selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian adalah adanya
nilai skala terkecil. Kesalahan pastian pengukuran adalah dikarenakan kesalahan titik nol,
kesalahan kalibrasi, alat lingkungan yang saling mempengaruhi dan keterampilan
pengamat sehingga sangat sulit mendapatkan nilai sebenarnya.

Dalam melakukan pengukuran pasti diperlukannya alat ukur untuk mengukur


benda atau objek dengan adanya alat ukur praktikan bisa terbantu untuk mendapatkan
hasil. Paham dan mengerti tentang alat tersebut karena kalau praktikan tidak mengerti
praktikan tidak bisa melakukan pengukuran, mungkin praktikan menganggap
menggunakan alat-alat itu mudah, tidak perlu memahaminya, namun anggapan itu salah
karena dalam melakukan pengukuran praktikan dituntun untuk teliti dan paham
menggunakan alat ukut agar hasil dari pengukuran yang praktikan itu benar. Namun tak
selamanya praktikan selalu benar dalam melakukan pengukuran kadang-kadang praktikan
pernah salah dalam melakukan pengukuran yang dikarenakan kurang ketelitian. Hal ini
menyebabkan praktikan bisa melakukan pengukuran berulang kali.

Alat ukur yang kita gunakan tak selamanya bagus dan utuh. Alat ukur juga bisa
mengalami kerusakan. Maka dari itu, diperlukannya perawatan yang benar. Selain itu
praktikan bisa melakukan pemakaian harus bertanggungjawab dalam menggunakannya.
Dengan diadakannya praktikum ini diharapkan praktikan bisa menggunakan alat-alat ukur
dengan benar dan bermanfaat bagi kehidupan praktikan. Serta praktikum ini bisa
mengajarkan praktikan arti tanggung jawab dalam melakukan sesuatu atau memakai
barang yang praktikan gunakan.

Pada percobaan yang dilakukan ada beberapa alat-alat ukur yang dipelajari yaitu
jangka sorong, micrometer sekrup, neraca teknik, penggaris, busur derajat, termometer,
stopwatch, termometer, stopwatch, neraca pegas dan neraca o’haus.. Masing-masing alat
ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang
diukur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum adalah :

1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur untuk pengukuran panjang, massa, dan


volume.

2. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar.

3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.

4. Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam


pengolahan hasil pengukuran.

5. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur untuk pengukuran massa, temperatur dan


waktu.
6. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar.
7. Mampu menentukan ketidakpastian dalam pengukuran tunggal dan berulang.
8. Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sains dan engineering didasarkan pada pengukuran dan perbandingan. Oleh
karena itu, praktikan memerlukan aturan-aturan tentang bagaimana sesuatu itu diukur dan
dibandingkan. Salah satu tujuan fisika adalah untuk merancang dan melaksanakan
eksperimen tersebut. Sesuatu yang diukur itu adalah besaran. Besaran erat kaitannya
dengan pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dan satuan.
Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik, seperti
panjang, waktu, gaya, energi, dan suhu. Di dalam ilmu fisika praktikan dituntut untuk
mampu mendefinisikan besaran-besaran secara tepat dan mendefinisikan tiap-tiap
pengukuran yang dilakukan serta dapat melakukannya dengan teliti. Nilai suatu besaran
fisika biasanya diungkapkan sebagai hasil kali antara suatu nilai numerik dengan satuan.
Satuan adalah suatu besaran fisika khusus yang telah didefiniskan dan disepakati untuk
dibandingkan dengan besaran lain dari jenis yang sama dalam berbagai pengukuran.
Satuan ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Satuan juga bisa dikonversi dari satu satuan
ke satuan yang lain untuk besaran yang sama sehingga tidak menghambat komunikasi
dan pembelajaran.

Ilmu fisika dilandasi oleh besaran fisika. Atas dasar pengukuran itu, praktikan
dapat mengetahui jejari atom, massa bumi, dan juga jarak dari bumi ke matahari. Alat
ukur yang telah digunakan telah berkembang seiring berkembangnya teknologi. Tujuan
dari setiap pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang benar dan
tepat. Besaran yang biasa diukur, misalnya massa, suhu, arus listrik, waktu, dan panjang.
Besaran massa diukur menggunakan neraca, suhu dengan termometer, arus listrik dengan
amperemeter, dan waktu dengan stopwatch atau arloji. Alat ukur panjang bisa berupa
mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup. Alat ukur besaran yang sama memiliki
kawasan dan ketelitian ukur masing-masing. Ketelitian pembacaan skala pada alat ukur
tertentu berhubungan dengan jumlah angka penting pada sederetan angka hasil ukur yang
menggunakan alat ukur itu. Hal ini berarti penyajian angka hasil ukur tidak sama dengan
penyajian angka dari perhitungan menggunakan kalkulator. Micrometer sekrup memiliki
ketelitian lebih baik daripada jangka sorong yaitu 0,001 cm. Jangka sorong dengan
ketelitian 0,01 cm memiliki ketelitian yang lebih baik daripada mistar yang hanya
memiliki ketelitian 0,05 cm. Penyajian nilai ukur bermakna bahwa secara ilmu fisika,
praktikan tidak dapat menyatakan nilai ukur itu dengan tepat pada sebuah angka tertentu,
melainkan hanya berada di kawasan antara nilai minimal dan nilai maksimal. Ketelitian
alat ukur tidak sama dengan setengah skala.

Pengukuran yang akurat adalah bagian penting dalam pembelajaran fisika


walaupun pada kenyataannya tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat karena pasti
ada ketidakpastian dalam setiap pengukuran. Pengukuran memiliki karakteristik, yaitu
perbandingan antara atribut yang diukur diukurdengan menggunakanalat ukurnya,
hasilnmya dinyatakan kuantitatif yaitu berwujud angka dan tidak dijabarkan secara rinci.
Kegiatan mengukur dapat didefiniosika sebagai proses pebandingan ssuatuobjek
terhadap standar yang relevan dengan mengikuti perarturan terkait dengan tujuan untuk
dapat memberikan gambaran terkait dengan tujuan untuk daat memberikan gambaran
yang jelas tentang objek yang diukur. Melalui proses pengkuran dapat membuat
gambaran karakteristik suatu objek ,mengadakan komunikasi antara peranxcangan
dengan peaksana pembutan , memperkirakan hal– hal yang terjadi, mencapai 0,005 mm .

Mikrometer sekrup terdiri dari rahang tetap dan rahang geser disertai pemutar untuk
mengubah posisi rahang geser. Dalam pengukuran tidak jarang terjadi kesalahan ,
ketidak pastian ditunjukan dengan nilaiyang berubah ubah selamaproses pengukuran.
Ketidakpastian ini dapat terjadi karena adanya kesalahan, seperti kesalahan umum
,kesalahan acak, kesalahan kalibrasi.kesalahan karena alat , dan kesalahan karena arah
pandang. Pengukuran dapat dilakukan secara tunggal artinya pengukaran hanya dilakukan
satu kali saja atau secara berulang, artinya pengukuran dilakukan lagi. Pengukuran
tunggal tidak bisa dilakukan terlalu seringitu dikarenakan dapat menimbulkan banyak
kesalahan. Oleh karena itu , pengukuran perlu dilakuakan lagi . Jika benda yang diukur
tidak mudah berubah bentuk , maka pengukuran berulang akanmemberikan data yang
lebih akurat. Dalam laporan hasil pengukuran tidak hanya mencamtumkan hasil
pengukuran saja tetapi juga mencamtumkan juga tingkat ketelitian alat ukur . Oleh karena
itu , kita dituntut untuk teliti dalam menggunakan setiap alat ukur.

Prinsip kerja alat ukur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga skala
ukuran dapat menunjukan pengukuran dengan benar. Untuk memastikanhanyayang
ditunjuk alat ukur tidak menyimpang dari satuan panjang ,maka harus dilakukan kalibrasi
alat ukur biasanya . Untuk melakukan kalibrasi alat ukur biasanya digunanakan sebuah
balok ukuryaitu balok segi empat. Dengan menyusun bermacam macam balok ukur dari
berbagai ukuran maka praktis dapat dibuat ukuran panjangsebagaimana yang
dikehendaki.hasil pengukuran yang paling baik dapat di capai dengan memilih alat ukur
dan cara pengukuran sesuai kondisi benda ukur dan ketentuan hasil yang diinginkan. Cara
pengukuran dapat dilakukan dengan pengukuran langsung , tidak langsung, pengukuran
dengan caliber terbatas , dan pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk
standar. Alat ukur dapat diklasifikasi menurut prinsip kerjanya, antara lain alat ukur
mekanis, alat ukur optis, alat ukur elektris, alatukur hidrolis, dan alat ukur pnuematis atau
aerodinamis. Secara garis besar alat ukur didefisinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur secara persisi, yang diperlakukan dalam melakukan
perkerjaan.sebenarnya alat ukur dipergunakan untuk mengukur jarak atau panjang yang
hanya karena keperluannya dituntut kekhususan tersendiri.

Standar pengukuran telah diukur oleh organisasi standar pengukuran internasional yang
berlaku di kota sevres,perancis,atau lebih dikenal dengan Internasional Bureall Of
Weights and Mecsures (BIPM). Badar organisasiinimengatur standar pengukuran dan
menghasilkan tujuan unit utama pengukuran,yaiitu
Kilogram,Meter,Ampere,Kelvin,Sekon,Candela, Mol.

Satuan panjang pada awalnya, tahun 1972,pengukuran panjang didefisinikan


menggunakan hasil pengamatan keliling garis bujur bumi,yang di ukur mulai dari
kataperis,prancis, namun kemudia hasil pengukuran tersebut diperbaharui mengunakan
jarak dua gerekan pada betang campuran pletina dan iridium. Pada tahun 1960, standar
baru pengukuran panjang dengan mula dipublikasikan, yaitu mengunakan panjang
gelombang.

Satuan waktu, jauh sebelum jam ditentukan ,pengukuran waktu mesin


mengunakan rotasi bumi atau matahari sebagai penanda waktu. Akan tetapi pada tahun
1972 ditetapkan standar waktu satu detik didasarkan pada frekuensi gelombang yang
dipancarkan oleh atom cesium–133. Atom ini beriosalasi sebanyak 9.192.631.770 kali
dalam satu sekon.

Satuan Internasional iuntuk massa adalalh pengukuran menggunakan silinder


logam platium indium yanng disisipkan Bipna, seberat 1kilogram. Standar pengukuran
massa sejak awal ditetapkan,masih belum mengalami perubahan lebih banyak. Akan
tetapi, dikarenakan adanya akumulasi konstiminasi terhadap permukaan logam sebesar
1mikrogrampertahun,maka untuk perawatan logam platium indium digunakan metode
pembersihan tertentu.

Pengukuran massa benda biasanya di ukur dengan neraca,jenis nerca sangat lah
banyak,mulai dari yang sederhana seperti yang digunakan pedang sayur di pasar,hingga
yang kompleks seperti yang digunakan dilaboratorium yaitu neraca O’haus dan neraca
pegas.

Dalam pengukuran suatu benda teruatama panjang selain memperhatikan alat


ukur kita dituntut juga untuk memperhatikan jenis dan macam benda yang diukur.untuk
mengukur panjang kita bisa mengunakan mistar ,rolmeter,jangka sorong dan mikrometer
sekrup.alat alat tersebutmemiliki ketelitian tersendiri . Semakin teliti suatu alat maka
pengukuran tersebut akan mendekati ukur yang sebenarnya. Setiap jangka sorong jam
ukur (dial calliper) adalah salah satu peralatan instrumentasi yang berfungsi mengukur
diameter benda dari sisi luar ,sisi dalam dan mengukur kedalaman celah atau lubang suatu
benda . Tiap jangkasorong jam yang digunakan baik sesudah maupun sebelum digunakan
pada periode tertentu , alat ukur ini harus dikalibrasisesuai standar nasional maupun
internasional. Meskipun telah dilakukan kalibrasi,terkadang masih terjadi
ketidakpastianyang sering terjadi,yaitu ketidakpastian baku balok ukuer,ketidakpastian
baku resolusi jangka sorong ,ketidakpastian baku mampu ulang, ketidakpastian baku
pengaruh temperatur dan masih banyak lagi penyebab ketidakpastian.

Alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga
tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi.
Pengukuran merupakan hasil penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Pengukuran-
pengukuran tersebut antara lain, pengukuran tinggi dari suatu titik ke titik lain,
pengukuran waktu dari suatu kejadian ke kejadian lainnya, pengukuran temperatur/suhu
suatu daerah, pengukuran kecepatan dari suatu benda, mengukur panjang dari suatu titik
ke titik lainnya dapat digunakan mistar atau meteran.

Standar waktu yang masih digunakan sampai saat ini adalah sekon (detik). Seperti hal nya
standar panjang, standar waktu secara internasional ini juga mengalami perubahan. Pada
awalnya satundetik di definisikan sebagai (1/68) (1/60) (1/24) hari matahari rata– rata.
Jadi 1 detik adalah 1/86400 hari matahari rata–rata berubahan dari tahun ke tahun
.sehingga tidak cocok lagi dijadikan sebuah standar. Pada tahun 1967,dengan
menggunakan jam atom tertentu,telah didefinisikan standar waktu yang baru. Dengan
menggunakan jam atom, satu sekon adalah waktu 9.192.631.770 kali periode gelombang
elokmagnektik yang dipancarkan karena transisi antara 2 arah hiperhalus pada keadan
dasar atom cesium–132. Dalam kehidupan sehari–hari ,selain detik digunakan pula satuan
yang lain seperti menit,jam dan hari.

Suhu atau temperatur adalah ukuran numerik yang menyatakan dingin atau
panasnya suatu benda . suhu sebenarnya tidak lain alah energi kinetik, berdasarkan
kesepakatan Internasional Conference Generate Des Pords Et Measures (CGPM) , pada
tahun 1954, sebelum derajat kelvin ini, sebagai standar suhu,orang menggunakan derajat
celcius yang menetapkan titik beku air 0˚c dan titik didih air 100˚c pada tekanan
1atmosfer. Satuan derajat celcius ini ditetapkan pada CGPM tahun 1948. Satuan kelvin
titik beku air pada tekanan atmosfer di tetapkan 273,16 K dan titik didih air 321,16 K.
Kelvin ,satuan untuk temperatur termodinamika,adalah pecahan 1/273,16 suhu
termodinamika titik tripel air.

Alat ukur massa diukur menggunakan neraca O’haus dan neraca pegas. Neraca
O’haus terdiri dari tiga lengan sehingga sering di sebut neraca tiga lengan. Dengan lengan
pertama yang berskala satuan gram ,lengan kedua berskala satuan puluhan gram,dan
lengan ketiga berskala ratusan gram. Neraca ini mnemiliki nilai skala terkecil 0,1 gram

1
,sedangkan ketelitiannya adalah ∆ x= x 0,1 gram=0,5 gram . Pengukuran dengan
2
menggunakan neraca O’haus yaitu dengan menjumlahkanskala pada lengan depan
,lengan tengah dan lengan belakang. Hasil pengukuran diperoleh dengan mementukan
satuanskala pada setiap lengan.

Alat ukur wajtu diukur dengsn menggunakan stopwatch atau jam henti.
Stopwatch dibagi menjadi 2 yaitu stopwatch analog dan digital. Skala terkecil stopwatch

1
adalah 1 sekon, sedangkan tingkat ketelitiannya adalah ∆ x= x 1sekon = 0,5 sekon.
2
Pada stopwatch terdapat 1 tombol yang digunakan untuk memulai,menghentikan dan
merestar ulang stopwatch. Tombol tersebut terdapat diatas stopwatch. Jika stopwatch
suda pada posisi 0, maka tombol tekan 1 kali tandanya mulai ,jika tekan lagi berarti
berhenti dan jika di tekan lagi tandanya merestar ulang stopwatch.

Alat ukur suhu diukur dengan menggunakan termometer. Termometer yang


biasanya digunakan adalah termometer celcius. Nilai skala terkecil termometer celcius

1
adalah 1˚c sedangkan tingkatanya ketelitiannya adalah ∆ x= x 1ͦc = 0,5 ˚c. Adapun cra
2
menggunakan termometer adalah :

1. Letakan bagian ujung termometer yang berwarna merah pada benda yang akan
diukur suhunya.
2. Bacalah skala pada termometeryang di gunanakan.
Suhu adalah ukuran energi ymag rata rata dari gerak molekular di dalam zat.
Suhu tidak bergantung pada ukuran atau jenis bendea. Panas atau diingin suatu benda
dapat dirasakan dengan indra peraba bukanlah alatukur suhu karena tidak dapat
menentukan nilai suatu benda dengan satuan tertentu. Tetapi dengan perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu tubuh yang vail.

Alat ukur zaman sekarang sudah banyak yang menggunakan sistem digital.
Sehingga kita dapat kemudahan untuk membaca nilai hasil pengukuran dan itupun
terbukti lebih akurat dari pada alat ukur yang manual,karena ditampilkan berupa angka.

Pada proses pengukuran dibutuhkan suatu standar pengukuran guna menghindari


keberagaman hasil pengukuran. Standar tersebut adalah unit pengukuran yang telah
disamakan secara internasional yang meliputi panjang, massa, dan waktu. Namun, seiring
waktu banyaknya parameter pengukuran, maka tidak hanya panjang, massa, dan waktu
tetapi unit pengukuran dibedakan berdasarkan arah dan nilainya.

Ada 5 macam kesalahan dalam pengukuran yaitu :

1. Kesalahan umum. Kesalahan ini disebabkan oleh keterbatasan pengamat,


kemampuan peneliti menggunakan alat ukur

2. Kesalahan acak. Kesalahan ini disebabkan karena pengaruh lingkungan, seperti


kebisingan, getaran benda sekitar

3. Kesalahan kalibrasi. Kesalahan ini terletak pada kesalahan mengatur awal letak
jarum penunjuk. Jika harusnya jarum penunjuk diangka nol karena kesalahan
kalibrasi jarum petunjuk melenceng dari angka sehingga menyebabkan kesalahan
saat mengukur

4. Kesalahan karena alat. Kesalahan yang disebabkan karena keterbatasan alat


misalnya saja alat yang sudah berkarat, atau alat yang sudah lama.

5. Kesalahan arah pandang. Kesalahan ini timbul karena peneliti saat membaca
tidak tegak lurus dengan alat ukur tetapi kepalanya miring atau melihat dari
samping alat

Konsep ketidakpastian sangat penting untuk hasil pengukuran karena nilai


ketidakpastian menyatakan mutu hasil pengukuran atau pengujian. Pengukuran dan
pengujian belum dinyatakan lengkap tanpa nilai kepastian semakin kecil nillai
kepastian maka semakin akurat dan presisi hasil penelitian atau pengujian yang
dilakukan keakuratan adalah kedekatan kesesuaian antara hasil pengukuran terhadap
nilai benar dari kuantitas yang diukur. Akurasi ini menyatakan ukuran seberapa dekat
hasil pengukuran terhadap nillai benar yang diperkirakan sedangkan presisi
merupakan ukuran penyebaran/dispersi suatu kumpulan hasil pengukuran.

Setiap alat ukur sebelum digunakan atau sesudah digunakan pada periode
tertentu ( 6 bulan atau 12 bulan ) harus dilakukan kalibrasi sesuai standar nasional
ataupun internasional. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam kualitas produk
yang dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan proses sehingga perlu
dipelihara untuk mendapatkan umur yang panjang. Untuk mengetahui nilai dari suatu
besaran fisika harus dilakukan pengukuran. Mengukur adalah membandingkan antara
dua hal, dengan salah satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya
harus di standarkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran :

1. Nilai skala terkecil alat ukur, pada setiap alat ukur terdapat suatu
nilai skala yang tidak dapat diukur, pada setiap alat ukur terdapat
suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi inilah yang disebut
nilai skala terkecil.

2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal pada pengukuran tunggal


ketidakpastian umumnya bernilai setengah dari NST

3. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal berulang

4. Angka berarti, menunjukkan jumlah digit angka yang akan


dilaporkan pada hasil pengukuran

5. Ketidakpastian pada fungsi variabel, jika suatu variabel merupakan


fungsi dari variabel dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, hal ini disebut perambatan.

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat dari percobaan kali ini adalah:

1. Mistar

Berfungsi mengukur panjang benda dengan tingkat keakuratan yang tidak


terlalu tinggi, yaitu 1 mm.

2. Jangka sorong

Berfungsi mengukur panjang benda dengan tingkat ketelitian 0,05 mm.

3. Mikrometer sekrup

Berfungsi mengukur panjang dengan tingkat ketelitian cuku tinggi yaitu 0,01
mm atau 0,001 cm.

4. Neraca

Neraca berfungsi umtuk mengukur massa suatu benda.

5. Termometer

Termometer berfungsi untuk mengukur suhu suatu benda.

6. Stopwatch

Stopwatch berfungsi untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam


suatu kegiatan.

7. Neraca Pegas

Neraca pegas berfungsi untuk mengukur massa suatu benda.

3.3.2 Bahan

Adapun bahan dari percobaan ini adalah :

1. Balok

Digunakan untuk diuji panjang balok.

2. Silinder

Digunakan untuk mengukur titik tengahnya.

3. Bola baja
Digunakan untuk mengukur keliling bola.

4. Balok Bermassa
Balok bermassa digunakan untukmengukur massa menggunakan neraca.

5. Air
Air digunakan untuk bahan percobaan dalam mengukur suhu.

6. Wadah Air
Wadah air digunakan untuk tempat meletakkan air.

7. Pemanas Air
Pemanas air digunakan sebagai bahan percobaan.

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Jangka Sorong

1. Disiapkan jangka sorong beserta bahan-bahan yang diukur.

2. Ditentukan skala nonius dari jangka sorong yang digunakan.

3. Ditentukan skala terkecil dari jangka sorong yang digunakan.

4. Diukur panjang balok menggunakan jangka sorong lalu catat hasil pengukuran pada
tabel data lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali.

5. Diukur lebar balok menggunakan jangka sorong lalu cata hasil pengukuran pada tabel
data lalu ulangi sebanyak 5 kali.

6. Diukur tinggi balok menggunakan jangka sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data lalu ulang pengukuran sebanyak 5 kali.

7. Diulangi langkah 4 s/d 5 dengan alat ukur mistar.

3.2.2 Mikrometer Sekrup

1. Disediakan mikrometer sekrup beserta bahan-bahan yang diukur.

2. Ditentukan skala nonius dari mikrometer yang digunakan.

3. Ditentukan skala terkecil dari mikrometer yang digunakan.

4. Diukur tebal kertas karton menggunakan mikrometer lalu dicatat hasil pengukuran
pada tabel data, lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali.
5. Diukur tebal kertas sampul buku menggunakan mikrometer lalu catat hasil pengukuran
pada tabel data, lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali.

6. Diukur diameter bola kecil menggunakan mikrometer lalu catat hasil pengukuran pada
tabel data, lalu ulang sebanyak 5 kali.

7. Diulangi langkah 4 s/d 5 dengan alat jangka sorong.

3.2.3 Neraca Ohauss


1. Dikalibrasi neraca dengan keseimbangan pada titik nol.
2. Diletakkan benda atau zat pada tempatnya.
3. Digeser-geser anak timbangannya hinga legan neraca setimbang.
4. Dijumlahkan masing-masing anak timbangannya.
5. Dicatat hasil pengukuran.

3.2.4 Termometer
1. Disiapkan alat (termometer) dan bahan yang diperlukan.
2. Disiapkan gelas dan isikan dengan air.
3. Diukur suhu air tersebut menggunakan termometer.
4. Diamati perubahan suhu pada termometer.
5. Dicacat hasil pengamatan tersebut.

3.2.5 Stopwatch
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipegang nadi lalu hitung waktu yang dibutuhkan 10 kali denyut nadi.
3. Dicatat hasil pengamatan tersebut.

3.2.6 Neraca Pegas


1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Diputar sekrup pada bagian atas necara hingga menunjukkan angka nol.
3. Digantungkan benda yang akan diukur mssanya.
4. Digantung pada pengait yang terdapat dibagian bawah pegas.
5. Dicatat hasil pengamatan tersebut.
3.3 Gambar Alat

3.3.1 Jangka Sorong

1 2 3
4

5
6

8 7
Keterangan :

1. Rahang tetap atas

2. Rahang sorong atas

3. Tombol kunci

4. Skala utama

5. Tangkai ukur kedalaman

6. Skala nonius

7. Rahang sorong bawah

8. Rahang tetap bawah


3.3.2 Mistar
1

Keterangan :

1. Skala utama

3.3.3 Mikrometer sekrup

1 2 5

6 7 8

4
3
Keterangan :

1. Rahang tetap

2. Rahang geser

3. Rahang penyangga
4. Pengunci

5. Skala utama

6. Skala nonius

7. Penyangga

8. Roda gigi

3.3 Gambar Alat

3.3.1 Neraca Ohaus

2 4
3
1

5
Keterangan :

1. Tombol kalibrasi

2. Pemberat

3. Lengan neraca

4. Garis kesetimbangan

5. Tempat beban
3.3.2 Neraca Pegas

3
2

Keterangan :

1. Gantungan

2. Skala

3. Penunjuk skala

4. Pengait

5. Beban

3.3.3 Termometer
3

5
4

Keterangan :

1. Tandon

2. Zat cair

3. Skala

4. Pipa kapiler

5. Tabung gelas

3.3.4 Stopwatch
1

8 3

Keterangan :

1. Cincin

2. Tombol start

3. Tombol stop

4. Minute hand

5. Second hand

6. 1/10 second hand

7. Case

8. Tombol reset
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Pengukuran menggunakan jangka sorong

Benda = Penghapus

Pengukuran x1 x2 x3 x4 x5 Rata – rata


(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Panjang 0,0374 0,0374 0,0352 0,03745 0,03791 0,037072
Lebar 0,0113 0,01205 0,0114 0,0113 0,0115 0,01151

4.1.2 Pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup

Benda = tutup tipe-x

Pengukuran x1 x2 x3 x4 x5 Rata – rata


(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Tebal 0,01439 0,01446 0,01445 0,01441 0,01446 0,014434

4.1.3 Tabel pengukuran neraca o’hauus


No Sampel X1(Kg) X2(Kg) X3(Kg) Rata-rata(Kg)
1 Kotak Pensil 0,14469 0.1446 0.1446 O,14463
2 Jam tangan 0,0629 0,0629 0,0629 0,0629
3 Kalkulator 0,115 0,115 0,115 0,115

4.1.4 Tabel pengamatan neraca pegas


Berat (N) Massa(Kg)
X1 X2 X3 X1 X2 X3
No Benda
1 Tas 0,073 0,073 0,073 7,45 x 10-3 7,45 x 10-3 7,45 x 10-3
dokumen
2 Kotak 0,04 0,04 0,04 4,08 x 10-3 4,08 x 10-3 4,08 x 10-3
pensil
3 Botol air 0,028 0,028 0,028 2,86x 10-3 2,86x 10-3 2,86x 10-3
minum

4.1.5 Tabel pengukuran stopwatch


No Sampel X1(Kg) X2(Kg) X3(Kg) Rata-
rata(Kg)
1 Normal 7,2 7 7 7,067
2 Setelah berlari 4 3,8 3,8 3,867

4.1.6 Tabel pengukuran termometer


No Sampel X1(Kg) X2(Kg) X3(Kg) Rata-
rata(Kg)
1 Suhu ruangan 307 303 302 304
2 Suhu air 295 297 298 296,67

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan jangka sorong, benda = penghapus

1. Percobaan 1

a. Panjang

Skala utama = 3,7 x 10 = 37 mm

Skala nonius = 8 mm x 0,05 = 0,4 mm

Jumlah = 37+ 0,4

= 37,4 :1.000

= 0,0374 m

b. Lebar

Skala utama = 1,1 x 10 = 11 mm

Skala nonius = 6 mm x 0,05

= 0,3

Jumlah = 11 + 0,3

= 11,3 : 1000

= 0,0113 m

2. Percobaan 2

a. Panjang

Skala utama = 3,7 cm x 10


= 37 mm

Skala nonius= 8 mm x 0,05

= 0,4 mm

Jumlah = 37 + 0,4

= 37,4 mm : 1000

= 0,0374 m

b. Lebar

Skala utama = 1,175 cm x 10

= 11,75 mm

Skala nonius = 6 mm x 0,05

= 0,3 mm

Jumlah = 1,75 + 0,3

= 12,05 mm :1000

= 0,01205

3. Percobaan 3

a. Panjang

Skala utama = 3,5 cm x 10

= 35 mm

Skala nonius = 4 mm x 0,05

= 0,2 mm

Jumlah = 35 + 0,2

= 35,2 mm : 1000

= 0,0352 m

b. Lebar
Skala utama = 1,1 x 10 = 11 mm

Skala nonius = 8 mm x 0,04 mm

11,4mm
Jumlah = 11 + 0,4 = = 0,0114 mm
1000

4. Percobaan 4

a. Panjang

Skala utama = 3,7 x 10 = 37 mm

Skala nonius = 9 mm x 0,05 = 0,45 mm

Jumlah = 37 + 0,45

= 37,45 : 1000

= 0,03745 m

b. Lebar

Skala utama = 1,1 cm x 10 =11 mm

Skala nonius = 6 x 0,05 = 0,3 mm

Jumlah = 11 + 0,3

= 11,3 mm : 1000

= 0,0113 m

5. Percobaan 5

a. Panjang

Skala utama = 3,78 cm x 10 = 37,8 mm

Skala nonius = 2,2 x 0,05 = 0,11 mm

Jumlah = 37,8 + 0,11

= 37,91 mm : 1000

= 0,03791 m
b. Lebar

Skala utama = 1,1 x 10 = 11 mm

Skala nonius = 10 mm x 0,05 = 0,5 mm

Jumlah = 11 + 0,5

= 11,5 mm : 1000 = 0,0115 m

Rata – rata :

0,0374+0,0374 +0,0352+0,03745+0,03791
Panjang =
5

= 0,037072 m

0,0113+0,01205+ 0,0114+ 0,0113+0,0115


Lebar =
5

= 0,01151 m

4.2.2 Perhitungan mikrometer sekrup , benda = tutup tipe x

1. Percobaan 1

Tebal tutup tipe x

Skala utama = 14 mmm

Skala nonius = 39 mm x0,01 = 0,39

Jumlah = 14 + 0,39

= 14,39 mm : 1000

= 0,01439 m

2. Percobaan 2

Tebal tutup tipe x

Skala utama = 14,2 mm

Skala nonius = 26 x 0,01 = 0,26 mm

Jumlah = 14,2 + 0,26

= 14,46 mm : 1000
= 0,01446 m

3. Percobaan 3

Tebal tutup tipe x

Skala utama = 14,1 mm

Skala nonius = 35 x 0,01 = 0,35 mm

Jumlah = 14,1 + 0,35

= 14,45 mm : 1000

= 0,01445 m

4. Percobaan 4

Tebal tutup tipe x

Skala utama = 14 mm

Skala nonius = 41 mm x 0,01 =0,41

Jumlah = 14 + 0,41

= 14,41 mm : 1000

= 0,01441 m

5. Percobaan 5

Tebal tutup tipe x

Skala utama = 14,2 mm

Skala nonius = 26 mm x 0,01 = 0,26 mm

Jumlah = 14,2 + 0,26

= 14,46 mm : 1000

= 0,01446 m
0,01439+0,01446+0,01445+ 0,01441+ 0,01446
Rata – rata =
5

= 0,014434 m

.4.2.3 Perhitungan massa o’hauus


a. Kotak Pensil
X1= 100 + 40 + 4,69 = 0,14469
X2= 100 + 40 + 4,6 = 0,1446
X3= 100 + 40 + 4,6 = 0,1445
Rata – rata :
∑ xn
n
0,14469+0,1446+0,14446
3
0,43389
3
0,14463 Kg

b.Jam tangan
X1= 60 + 2,9 = 62,9 gr = 0,0629 Kg
X2= 60 + 2,9 = 62,9 gr = 0,0629 Kg
X3= 60 + 2,9 = 62,9 gr = 0,0629 Kg
Rata – rata :
∑ xn
n
0,0629+0,0629+0,0629
3
o , 1887
3
= 0,0629 Kg

c. Kalkulator
X1= 100 + 10 + 5 = 115 gr = 0,115 Kg
X2= 100 + 10 + 5 = 115 gr = 0,115 Kg
X3= 100 + 10 + 5 = 115 gr = 0,115 Kg
Rata – rata :
∑ xn
n
0,115+0,115 +0,115
3
= 0,115 Kg

4.2.3 Perhitungan dengan neraca


a. Tas dokumen
w1 = 7,3 + 0,01 = 0,073 N
w2 = 7,3 + 0,01 = 0,073 N
w3 = 7,3 + 0,01 = 0,073 N
m1 = w/g = 0,073 N/ 9.8 ms-2 = 7,45 x 10-3Kg
m2 = w/g = 0,073 N/ 9.8 ms-2 = 7,45 x 10-3Kg
m3 = w/g = 0,073 N/ 9.8 ms-2 = 7,45 x 10-3Kg

b. Kotak pensil
w1 = 4 + 0,01 = 0,04 N
w2 = 4 + 0,01 = 0,04 N
w3 = 4 + 0,01 = 0,04 N
m1 = w/g = 0,04 N/ 9.8 ms-2 = 4,08 x 10-3Kg
m2 = w/g = 0,04 N/ 9.8 ms-2 = 4,08 x 10-3 Kg
m3 = w/g = 0,04 N/ 9.8 ms-2 = 4,08 x 10-3 Kg

c. Botol air minum


w1 = 2,8 + 0,01 = 0,028 N
w2 = 2,8 + 0,01 = 0,028 N
w3 = 2,8 + 0,01 = 0,028 N
m1 = w/g = 0,028 N/ 9.8 ms-2 = 2,86 x 10-3 Kg
m2 = w/g = 0,028 N/ 9.8 ms-2 = 2,86 x 10-3 Kg
m3 = w/g = 0,028 N/ 9.8 ms-2 = 2,86 x 10-3 Kg

4.2.4 Perhitungan dengan stopwatch


a. Keadaan normal
xtotal= x1 + x2 + x3
= 7,2 + 7 + 7
= 21,2 s
x 21,2
=
3
= 7,067 s

b. Keadaan setelah berlari


xtotal= x1 + x2 + x3
= 4 + 3,8 + 3,8
= 11,6 s

x 11,6
=
3
= 3,867 s

4.3 Ralat

4.3.1 Pengukuran dengan menggunakan jangka sorong

4.3.1.1 Panjang

Percobaan x x - x́ ( x− x́ )2
1 3,74 x 10−2 0,0328 x 10−2 0,001076 x 10−4
2 3,74 x 10−2 0,0328 x 10−2 0,001076 x 10−4
3 3,52 x 10−2 0,1872 x 10−2 0,03504 x 10−4
4 3,745 x 10−2 0,0378 x 10−2 0,001428 x 10−4
5 3,791 x 10−2 0,0838 x 10−2 0,007022 x 10−4
x́ = 3,7072 x 10−2 ∑( x− x́ )2 = 0,0456 x
−4
10

∑( x−x́)2 RM
RM =
√ n−1
RN =

x 100%

0,0456 x 10−4 0,1068 x 10−2


=
√ 5−1
=
3,7072 x 10−2
x 100%

0,0450 X 10−4
=
√ 4
= 0,029 %

= √ 0,0114 x 10−4

= 0,1068 X 10−2
4.3.1.2 Lebar

Percobaan x x - x́ ( x− x́ )2
1 1,13 x 10−2 -0,021 x 10−2 0,000441 x 10−4
2 1,205 x 10−2 0,054 x 10−2 0,002916 x 10−4
3 1,14 x 10−2 -0,011 x 10−2 0,000121 x 10−4
4 1,13 x10−2 -0,021 x 10−2 0,000441 x 10−4
5 1,15 x 10−2 -0,001 x 10−2 0,000001 x 10−4
x́ = 1,51 x 10−2 ∑( x− x́ )2 =0,00392 x

10−4

∑( x−x́)2 RM
RM =
√ n−1
RN =

x 100%

−2
0,0039 x 10
−4
0,0313 x 10
=
√ 5−1
=
1,151 x 10−2
x 100%

0,00392 X 10−4
=
√ 4
= 0,0272 %

= √ 0,00098 x 10−4

= 0,0313 X 10−2

4.3.2 Pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup

4.3.2.1 Tebal

Percobaan x x – x́ ( x− x́ )2
1 1,439 x 10−2 -0,0044 x 10−2 0,00001936 x 10−4
2 1,446 x 10−2 0,0026 x 10−2 0,00000676 x 10−4
3 1,445 x 10−2 0,0016 x 10−2 0,00000256 x 10−4
4 1,441 x 10−2 0,0024 x 10−2 0,00000576 x 10−4
5 1,446 x 10−2 0,0026 x 10−2 0,00000676 x 10−4
x́ = 1,4454 x 10−2 ∑( x− x́ )2 =0,00004120

x 10−4

∑( x−x́)2 RM
RM =
√ n−1
RN =

x 100%
0,00004120 x 10−4 0,03209 x 10−2
=
√ 5−1
=
1,4434 x 10−2
x 100%

0,0000103 X 10−4
=
√ 4
= 0,00222 %

= √ 0,0000103 x 10−4

= 0,003209 X 10−2

4.3.3 Pengukuran neraca o’hauus


a. Kotak pensil
X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,14469 6 x 10-5 36 x 10-10


0.1446 3 x 10-5 9 x 10-10
0,1446 3 x 10-5 9 x 10-10
X =0,11463 ∑ ( X− X ) 2
= 54 x 10-
10

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

−10
=
= 54 x 10

3−1 5,196 x 10−5
x 100 %
0.14463
−10
= 54 x 10
√ 2 =

=√ 27 X 10−10 5,196 x 10−5


x 100 %
1,4463 x 10−1
= 5,196 X 10-5
=3,593 x 10--4 x 100%
b. Jam tangan
X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,0629 O O
O,0629 O O
O,0629 O O
X ∑
=O,0629
2 X− X ) 2 = 0
( RM
RN ∑ =
RM =
√ n−1
=
x 100%

0
=
√ 3−1
0
0.0629
x 100 %

0
=
√ 2
=0 %

=√ 0

=0
c. Kalkulator
X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,115 O O
O,115 O O
O,115 O O
X = O,115 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0 0
=
√ 3−1
=

=0 %
0.115
x 100 %

0
=
√2
=√ 0

=0
4.3.2 Pengukuran neraca
a. Tas dokumen
Berat tas dokumen

X (m) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,073 O O
O,073 O O
O,073 O O
X = O,073 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0
0
=
√ 3−1
=
0.073
=0 %
x 100 %

0
=
√ 2
=√ 0
=0
Massa tas dokumen

X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

-3
7,45 x 10 O O
7,45 x 10-3 O O
7,45 x 10-3 O O
X = 7,45 x 10-3 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =

n−1
0
RN =

=

0
x 100 %
=

3−1
0
7,45 x 10−3
=0 %
=

2
=√ 0
=0

b. Kotak pensil
Berat kotak pensil

X (m) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,04 O O
O,04 O O
O,04 O O
X = O,04 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0
0
=
√ 3−1
=
0.04
=0 %
x 100 %

0
=
√ 2
=√ 0
=0
Massa kotak pensil

X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

-3
4,08 x 10 O O
4,08 x 10-3 O O
4,08 x 10-3 O O
X = 4,08 x 10-3 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0
0
=
√ 3−1
=
4,08 x 10−3
=0 %
x 100 %

0
=
√ 2
=√ 0
=0
c. Botol air minum
Berat botol air minum

X (m) ( X− X ) ( X− X ) 2

O,028 O O
O,028 O O
O,028 O O
X = O,028 ∑ ( X− X ) 2
=0
∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
0
RN =

0
=
√3−1
0
=
0.028
=0 %
x 100 %

=
√2
=√ 0
=0

Massa botol air minum

X (Kg) ( X− X ) ( X− X ) 2

2,86 x 10-3 O O
2,86 x 10-3 O O
2,86 x 10-3 O O
X = 2,86 x 10-3 ∑ ( X− X ) 2
=0

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0
0
=
√ 3−1
=
2,86 x 10−3
=0 %
x 100 %

0
=
√ 2
=√ 0
=0

4.3.3 Pengukuran stopwatch


a. Keadaan normal
Keadaan normal
X (s) ( X− X ) ( X− X ) 2
7,2 O,133 O,017689
7 -0,067 O,004489
7 -0,067 O,004489
X = 7,067 ∑ ( X− X ) 2
=
0,026667

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

0,026667

=
3−1 =
0,1155
7,067
x 100 %

0,026667
=
√ 2
= 0,0163 x 100%

=√ 0 , 0133335 = 1,634%
= 0,1155

a. Telah berlari
Keadaan normal
X (s) ( X− X ) ( X− X ) 2

4 O,133 O,017689
3,8 -0,067 O,004489
3,8 -0,067 O,004489
X = 3,867 ∑ ( X− X ) 2
=
0,026667

∑2
RM =
√ n−1 RN =
RM x 100%

0,026667
=
√ 3−1 =
0,1155
3,867
x 100 %
0,026667
=
√ 2 = 0,0299 x 100%
=√ 0 , 0133335 = 2,99%
= 0,1155
4.3.4 Pengukuran thermometer
a. Suhu ruangan
X (k) ( X− X ) ( X− X ) 2

307 3 9
303 -1 1
302 -2 4
X = 304 ∑ ( X− X ) 2
= 14

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

14 2,646
=
√ 3−1
=
304
x 100 %

14
=

b. Keadaan
2 suhu air
= 0,008704 x 100%

=√ 7 X (k) ( X− X ) =0,8704% ( X− X ) 2

=2,646295 -1,67 2,7889


297 0,33 0,1088
298 1,33 1,7689
X = 296,67 ∑ ( X− X ) 2
= 4,6667

∑2 RM x 100%
RM =
√ n−1
RN =

4,6667
=
√ 3−1 =
1,528
296,67
x 100 %

4,6667
=
√ 2
= 5,1505 x 10 -3 x 100%

=√ 2,33335 = 0,51505 %
=1,528
4.4 Pembahasan

Ketika praktikan melakukan pengukuran ada banyak kesalahan terjadi. Kesalahan


atau ketidakpastian tersebut terjadi karena ada perbedaan-perbedaan dari perbandingan
antara hasil praktikum dengan hasil yang dihitung secara manual. Kesalahan tersebut
dapat terjadi kapan pun seperti yang terjadi misalnya pada pengukuran menggunakan
mistar, jangkasorong, maupun micrometer sekrup. Adapun factor yang menyebabkan
kesalahan tersebut.

1. Kesalahan kalibrasi, cara member skala nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak
tepat sehingga terjadi kesalahan.

2. Kesalahan titik nol, titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk
atau jarum tidak kembali kenol.

3. Kesalahan komponen alat.

4. Gesekan-gesekan, selalu timbul antara bagian yang satu dengan yang lain.

5. Pengukuran berulang, praktikan bias menduga atau menyangka bahwa pengamatan


bias dilakukan berkali-kali.

6. Kesalahan acak, ditandai dengan simpangan kecil.

7. Indikasi penyimpangan dalam kesalahan acak.

Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur


dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu
pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran hasil
yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku. Sedangkan satuan yang
digunakan untuk melakukan perbandingan hasil yang tidak sama disebut satuan tidak
baku.

Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang ditetapan terlebih dahulu. Adapun besaran
turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran pokok. Peranan pengukuran
dalam pengukuran sangat penting. Karena dengan pengukuran praktikan bias mengetahui
tentang benda-benda yang akan diukur. Dalam pengukuran kita harus menggunakan
beberapa alat ukur untuk mengukur. Penggaris atau mistar mempunyai batas ukur sampai
1 meter. Memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1m. Hal ini untuk menghindari kesalahan hasil
pembaca hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan yang disebut dengan kesalahan
paralaks.

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai
10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Kegunaan jangka sorong adalah untuk
mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.

Penggunaan alat-alat ukur pada pembelajaran fisika sangatlah penting, karena


ilmu fisika adalah ilmu yang memiliki konsep-konsep penghitungan didalam
pembelajaran materinya. Pada praktikum ini praktikan diajari cara menggunakan alat-alat
ukur untuk mengukur panjang, masaa dan volume. Alat-alat ukur tersebut meliputi jangka
sorong, micrometer sekrup dan mistar . Pada praktikum ini praktikan juga diberitahu
fungsi alat-alat ukur tersebut.

Alat ukur yang pertama adalah jangka sorong. Jangka sorong adalah alat yang
digunakan untuk mengukur diameter dan kedalaman celah atau lubang pada suatu benda.
Jangka sorong terdiri dari dua bagian yaitu bagian diam dan bagian bergerak. Jangka
sorong memiliki tingkat ketelitian 0,05 mm. Pada penggunaan jangka sorong praktikan
harus mengetahui beberapa teknik dasar dalam menggunakannya agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan praktikum atau pun dalam pengambilan data. Tingkat
ketelitian pada jangka sorong berbeda–beda sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
pembuatnya. Tetapi secara umum jangka sorong yang memiliki panjang dibawah 30 cm,
tingkat untuk ketelitiannya adalah 0,05 mm, dan untuk yang diatas 30 cm tingkat
ketelitiannya adalah 0,01 mm.
Sebelum melakukan pengambilan data, praktikan juga harus melihat keadaan
jangka sorong, apakah masih dalam keadaan baik agar pengambilan data dapat dilakukan
dengan optimal. Jika praktikan menggunakan jangka sorong dengan kondisi yang tidak
baik, maka pengambilan data pada praktikum akan gagal, karena data yang dihasilkan
pada alat tidak benar atau meleset. Hal ini akan mempengaruhi data hasil pengamatan
seperti pada bagian ralat dalam laporan pengamatan. Ralat akan salah dan maka semua
data pengamatan akan salah. Karena hal inilah seseorang praktikan harus memperhatikan
kondisi jangka sorong .

Benda yang diukur atau diamati juga perlu diperhatikan. Benda yang diukur
harus memiliki strukrur yang pada atau keras, karena benda yang lunak ketika diukur
akan menghasilkan data pengukuran yang berbeda-beda. Dan data yang dihasilkan tidak
valid. Selain benda, kondisi lingkungan praktikan juga dapat mempengaruhi proses
pengambilan data. Ketika lingkungan tidak mendukung pada proses pengambilan data
seperti lingkungan yang berisik sehingga mengganggu konsentrasi maka data atau saat
melakukan pengambilan data dapat mengalami kesalahan. Selain kedua sebab yang
diatas, pemahaman mengenai cara penulisan angka penting juga dapat mempengaruhi
saat melakukan penghitungan. Maka dari itulah sebelum diadakan praktikum, praktikan
harus diberi pemahaman tentang cara penulisan atau pun penulisan angka penting agar
tidak terjadi kesalahan data.

Selain jangka sorong pada praktikum ini, praktikan juga diajari cara penggunaan
micrometer sekrup. Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang memiliki ketelitian
yang sangat tinggi. Selain untuk mengukur panjang alat pengukur ini juga bias digunakan
untuk mengukur ketebalan suatu benda, seperti mengukur ketebalan atau jari-jari luar
bola pejal, dan lain-lain. Mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian yang tinggi yaitu
0,01 mm dengan tingkat ketelitian ini micrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur tebal suatu benda.

Sama seperti jangka sorong, micrometer pada penggunaannya juga dipengaruhi


oleh beberapa hal. Hal yang pertama adalah kondisi alat micrometer sekrup. Kondisi alat
menjadi suatu faktor yang penting. Alat dengan kondisi atau keadaan yang buruk dapat
menyebabkan kesalahan pengambilan data. Oleh karena itu praktikan harus teliti terhadap
segala hal tentang praktikum sebelum melakukan praktikum.

Selain kondisialat, kondisi benda dan jenis benda yang diamati juga berpengaruh.
Benda yang diamati harus memiliki struktur dan benda yang jelas. Benda yang diukur
oleh micrometer sekrup adalah benda yang berbentuk bulat. Selain benda yang berbentuk
bulat, micrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang dan lebar suatu
benda. Selain mengukur tebal benda, micrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau
maupun kawat. Kondisi lingungan pada saat pengukuran juga dapat mempengaruhi
pengambilan dan pengamatan yang akan diambil oleh praktikan.

Pada saat akan melakukan pengukuran ada beberapa teknik yang perlu dipahami
oleh praktikan. Seperti pada saat akan meletakkan benda pada micrometer sekrup harus
dengan hati-hati karena tekanan pada micrometer sekrup dapat merusak struktur pada
benda pengamatan. Karena hal inilah, penggunaan micrometer sekrup harus dengan hati-
hati karena dapat merusak benda pengamatan.

Pada tahap pengambilan data pengamatan, praktikan harus memerhatikan skala


pada micrometer sekrup dan jangka sorong yang benar. Pada alat – alat ukur ini ada dua
skala yang dapat dibaca pada alat ukur, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama
adalah skala yang dibaca terlebih dahulu, skala utama adalah skala kasar pada alat ukur.
Skala utama pada jangka sorong biasanya dalam satuan dan skala utama pada
micrometer sekrup biasanya dalam mm. Sedangkan dalam skala nonius jangka sorong
dan micrometer sekrup adalah dalam satuan mm, satuan ini digunakan Karena skala
nonius pada sebuah alat ukur adalah skala yang digunakan untuk melihat ketelitian atau
skala yang paling teliti pada alat ukur. Kedua skala ini sangat penting dalam pengukuran.
Akan tetapi walau satuan skala nonius atau utama dalam cm / mm, satuan akhir
pengukuran tetap m.

Neraca ohaus tiga lengan yang digunakan pada percobaan ini memiliki ketelitian 0,1
gram. Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang
digunakan. Pada pengukuran massa benda pertama yaitu, massa kotak pensil dengan
dilakukan tiga kali pengukuran, diperoleh data yaitu 0,14469 kg, 0,1446 kg, 0,1446 kg
dengan diperoleh rata-rata sebesar 0,14463 kg. Data tersebut menunjukkan ketidaktepatan
pengukuran dengan memiliki nilai ralat sebesar 0,03593%. Hal tersebut berarti
menunjukkan ketidaktepatan pengukuran relatif kecil. Begitu pula dengan pengukuran
masaa dari benda kedua, yaitu pengukuran massa dari jam tangan. Diperoleh data dari
hasil tiga kali pengukuran, yaitu sebesar 0,0629 kg, 0,0629 kg dan 0,0629 kg. Dari ketiga
hasil pengukuran tersebut data yang diperoleh sama semua, tidak ada yang berbeda. Hal
tersebut berarti pengukuran yang dihasilkan berarti sempurna dan tidak terdapat
ketidakpastian atau kesalahan. Besar ralat yang diperoleh pun sebesar 0%. Begitu pula
pengukuran benda yang ketiga, diperoleh data dari tiga kali pengukuran, yaitu sebesar
0,115 kg. Dengan begitu ralat yang dihasilkan pun sebesar 0 % dikarrnakan data hasil
pengukuran dari kalkulator sebagai benda ketiga adalah sama. Sehingga tidak terdapat
kesalahan atau ketidakpastian dalam pengukuran. Dari data-data tersebut, menunjukkan
bahwa pengukuran massa menggunakan neraca ohaus sudah cukup baik, walaupun ada
beberapa ketidaksamaan data, tapi nilai ralat yang ditunjukkan sangat kecil. Kesalahan
pengukuran, biasanya disebabkan beberapa faktor, diantaranya kesalahan saat melakukan
kalibrasi, karena adanya tekanan udara, serta ketidakjelasan mata melihat skala yang
ditunjukkan.

Percobaan selanjutnya, pengukuran massa benda menggunakan neraca pegas.


Neraca pegas adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas sebagai alat untuk
menghitung massa benda dan berat benda yang sedang diukur. Neraca pegas memiliki
dua baris skala, yaitu skala N (Newton) dan g (gram). Neraca pegas memiliki tingkat
ketelitian mencapai 0,01 N. Angka tersebut menunjukkan bahwa neraca pegas sudah
terbilang cukup akurat. Skala terbesar dari neraca pegas, yaitu sebesar 10N. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, pada benda pertama, yaitu tas dokume, diperoleh data dari tiga
kali hasil pengukuran, yaitu sebesar 0.073 N, 0,073 N dan 0,073 N. Hasil dari data
pengukuran tersebut merupakan data hasil pengukuran berat dari tas dokumen. Data yang
diperoleh sama semua, sehingga ralat yang dihasilkan sebesar 0 %. Demikian pula dari
hasil pengukuran massa dari tas dokumen, yaitu didapat dari tiga kali hasil pengukuran
juga, sebesar 7,45 × 10¯³ kg, 7,45 × 10¯³ kg, 7,45 × 10¯³ kg. Ketiga hasil pengukuran
tersebut pun sama, sehingga ralat yang dihasilkan sebesar 0%. Ini berarti tidak terdapat
kesalahan atau ketidaktelitian pada saat melakukan pengukuran. Pengukuran yang
dihasilkan sempurna. Pada pengukuran benda kedua yaitu pengukuran kotak pensil,
diperoleh data yang sama dari tiga kali pengukuran berat kotak pensil, yaitu sebesar 0,04
N, sehingga ralat yang dihasilkan pun sebesar 0%. Demikian pula pada pengukuran
massa kotak pensil juga dilakukan tiga kali pengukuran dengan diperoleh data yang sama
juga, yaitu sebesar 4,08 × 10(-3) kg. Sehingga ralat yang didapat pun sebesar 0%.
Selanjutnya pada pengukuran benda ketiga, yaitu pengukuran botol air minum. Dari hasil
pengukuran berat botol air minum yang dilakukan sebanyak tiga kali, didapat juga hasil
yang sama, yaitu sebesar 0,028 N, sehingga ralat yang didapat sebesar 0%. Begitu pula
pada pengukuran massa botol air minum yang dilakukan sebanyak tiga kali percobaan,
dengan mendapat data hasil yang sama pula, yaitu sebesar 2,86 × 10¯³ kg. Sehingga ralat
yang dihasilkan pun sebesar 0%. Hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat
kesalahan atau ketidakpastian dalam pengukuran, sehingga pengukuran yang fihasilkan
pun sempurna.
Selanjutnya ada stopwatch sebagai alat ukur waktu. Pada percobaan ini,
stopwatch digunakan untuk menghitung denyut nadi seseorang dalam keadaan normal
dan dalam keadaan setelah berlari. Percobaan ini dilakukan dengan menghitung waktu
yang diperlukan denyut nadi untuk berdenyut selama sepuluh kali, baik dalam keadaan
normal atau pun setelah berlari. Dari pengukuran yang telah dilakukan, dalam keadaan
normal atau sebelum berlari, diperoleh data percobaan selama tiga kali pengukuran, yaitu
sebesar 7,2 s , 7 s dan 7 s. Ralat yang dihasilkan sebesar 1,634%. Sedangkan pada
pengukuran denyut nadi setelah praktikan berlari, dilakukan pengukuran sebanyak tiga
kali, yaitu praktikan berlari pada keliling pertama didapat hasil pengukuran denyut nadi
sebesar 4 s dalam sepuluh kali denyutan, kemudian berlari pada keliling kedua, didapat
hasil pengukuran dalam sepuluh denyutan nadi sebesar 3,8 s dan berlari pada keliling
ketiga didapat hasil pengukuran srpuluh denyutan nadi dalam waktu 3,8 s juga. Ralat
yang dihadilkan pun sebesar 2,99%. Pada percobaan ini dapat diketahui bahwa denyut
nadi praktikan akan semakin meningkat lebih cepat dari keadaan sebelumnya atau normal
jika praktikan melakukan banyak kegiatan atau aktivitas-aktivitas menguras energi.

Percobaan selanjutnya menggunakan alat ukur suhu, yaitu termometer yang


berfungsi untuk mengukur suhu dan perubahannya. Pada percobaan kali ini termometer
digunakan untuk mengukur suhu ruangan dan suhu air. Pada saat mengukur temperatur
atau suhu dengan termometer, tangan tidak boleh menyentuh termometer, karena akan
mempengaruhi suhunya. Sehingga yang di pegang hanyalah talinya. Pada percobaan
mengukur keadaaan suhu ruangan diperoleh data, yaitu sebesar 307 k, 303 k dan 302 k ,
didapat ralat sebesar 0,8704 %. Pada pengukuran suhu air di dapat hasil 295 k dan 298 k
dengan ralat sebesar 0,51505 %.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa:

1. Setiap alat ukur mempunyai kegunaan masing-masing,jadi berbeda benda


yangakan diukur maka berbeda juga alat ukur yang digunakan.
2. Alat ukur yang paling akurat dari ketiga alat ukur yang dipraktekkan adalah
mikrometer sekrup
3. Untuk mencari hasil yang pengukuran,maka skala utamanya harus ditambahkan
terlebih dahulu dengan skala noniusnya.
4. Setiap alat ukur memiliki ketidakpastian yang berbeda.
5. Untuk mengukur benda yang sangat tipis digunakan mikrometer sekrup untuk
mengukur diameter atau dimensi benda digunakan jangka sorong,dan untuk
mengukur benda yang datar dan pangjang digunakan mistar.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi
kesalahan pada pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai