Anda di halaman 1dari 24

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk

 Hama

a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)


Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman
mati. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR. Penyemprotan dilakukan
menjelang dan saat bertunas, buang bagian yang terserang.

b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)


Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai
daun dewasa. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR.

c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)


Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun
muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan dengan PESTONA.
Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)


Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada
buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan PESTONA atau
Natural BVR.

e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)


Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik
buah yang terinfeksi, disemprot PESTONA pada buah berumur 2-5 minggu.

f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)


Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat
berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang
menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan PESTONA

g. Thrips (Scirtotfrips citri.)


Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung
ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat
keabu-abuan kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak
terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami.
Kemudian gunakan PESTONA atau Natural BVR.

h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)


Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
Pengendalian: gunakan PESTONA. atau Natural BVR. Cegah datangnya semut sebagai
vektor kutu.

i. Lalat buah (Dacus sp.)


Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah
gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan Perangkap lalat Buah.

 Penyakit
a. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang
diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam,
biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas CVPD.
Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau
Natural BVR untuk mengendalikan vektor.

b. Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit
ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-
abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi. Bekas
potongan diolesi POC NASA + Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik
bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun dapat meningkatkan daya tahan terhadap
serangan penyakit.

c. Embun tepung
Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala:
tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada
awal tanam.

d. Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala:
bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian:
pemangkasan teratur, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

e. Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian
diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada
permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal
tanam

f. Busuk akar dan pangkal batang


Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta daun
di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan
pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum
20 cm dari permukaan tanah. gunakan Natural GLIO pada awal tanam

g. Buah gugur prematur


Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah
dan bunga. Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: gunakan
Natural GLIO pada awal tanam

h. Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada
batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang
terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang,
kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida
kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JERUK

hama dan penyakit tanaman jeruk ini merupakan hama dan penyakit tanaman jeruk 1.
Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)

Penyebab :
Bakteri Liberobacter asiaticum.

Nama Internasional :
Huang Lung Bin

Daerah penyebaran :
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Gejala Penyakit :
• Gejala luar
Gejala khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada
bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada
daun muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang -
tulang daun dan urat-urat daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras
dengan warna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas
dan bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada
gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning.
Gejala ini sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.

Infeksi pada tanaman muda ditandai dengan kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhannya menjulang ke atas, daun menebal, ukuran menjadi lebih kecil dengan gejala
khas blotching, mottle, belang - belang kuning tidak teratur.

Pada tanaman dewasa, gejala sering bervariasi.

a. Gejala greening sektoral diawali dengan munculnya gejala blotching pada cabang - cabang
tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih banyak dari tanaman normal di luar
musim pertunasan. Daun - daun pada cabang sakit mencuat ke atas seperti sikat.
b. Pada gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti defisiensi unsur N) dan terjadi
pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang dikenal dengan Vein Crocking, daun juga
menjadi lebih kaku dan menebal. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih
berat pada pembuluh angkut / pholem.
c. Pada tanaman yang sudah berproduksi, menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil -
kecil hingga sebesar kelereng “nilek” dan bentuk tidak simetris (Lop sided). Kadang-kadang
ditemukan buah “red nose” (warna orange pada pangkal buah, terutama di tempat - tempat
yang terlindung dari sinar matahari. Buah jeruk yang terserang bijinya abortus, kehitaman
dan rasanya asam.

• Gejala dalam
Irisan tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jvdaringan floemnya tampak
lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur
putih. Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel -
sel tersebut

Dalam menetapkan bahwa tanaman jeruk terserang CVPD harus hati - hati. Di lapangan, baik
petugas maupun petani masih mengalami kerancuan, karena gejala serangan penyakit ini
mirip dengan gejala kekurangan unsur makro / mikro (Zn,Fe, Mn, Mg, dan lain - lain).

Untuk mengetahui lebih lanjut, apakah tanaman jeruk terserang penyakit CVPD dapat
diketahui dengan menggunakan : 1) Mikroskop Elektron, 2) Polymerase Chain Reaction -
PCR (Spesifik primer), 3) Uji Serologi (metoda I – ELISA dan DIBA), 4) Hibridisasi DNA,
5) Uji penularan dengan penyambungan (okulasi mata tempel) dan serangga vektor, serta 5)
Uji dengan tanaman indikator Madame vinous dan Vinca rosea.

Morfologi dan daur penyakit :


Belum ada laporan mengenai bentuk morfologi patogen. Patogen ini dapat ditularkan melalui
bibit tanaman sakit dan vektor Diaphorina citri yang viruliverous(mengandung patogen
penyebab penyakit yang dapat ditularkan). Penularan melalui alat - alat pertanian yang
digunakan dalam pengolahan tanah maupun pemangkasan masih perlu dibuktikan. Vektor D.
citri baru dapat menularkan CVPD ke tanaman sehat 168 – 380 jam setelah menghisap
tanaman sakit. Gejala penyakit tampak pada tanaman kurang lebih 4,5 bulan setelah
penularan penyakit.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Tingkat populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas berpengaruh
terhadap kecepatan penularan penyakit ini.

Tanaman inang lain :


Anggota Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.),
Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis dan Triphasia aurantiola,
tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles), dan Kawista (Limnocitrus
lettoralis).

Pengendalian : Penerapan PTKJS


Peraturan: Melarang membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke daerah
lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).

2. Penyakit Tristeza (Quick Decline)


Penyebab : Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular
Toxoptera citricida Krik. (Aphis citricidus Kirk., Aphis tavaresi Del Garcio, Aphis citricola
Van der Goot), T. auranti Fonsc., Aphis spiraecola Patch., Aphis gossypii Glou, Myzus
persicae Sulz. Dan Ferrisia virgata Ckll.

Penyebaran : Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Luar Negeri


dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Fiji, India, Australia, Selandia
Baru. Hawaii, Israel, AfrikaSelatan dan Barat, serta Amerika Utara dan Selatan.

Gejala :
Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan
atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun
menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi
tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka.

Gejala khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi berwarna
perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun
(vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus
cahaya 2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat /
merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas.
Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak.

Morfologi dan daur penyakit :


Virus mempunyai zarah - zarah berbentuk batang yang lentur atau benang dengan ukuran 10 -
12 x 2.000 mm. Virus dapat menular secara mekanis melalui tanaman tali putri dan alat pada
waktu melakukan perbanyakan dan pemangkasan. Penularan secara alami di lapang dapat
terjadi dengan perantara kutu daun sebagai vektor yaitu : Toxoptera citricida Kirk., T.
Aurantii Fonsc., Aphis citricidus Kirk., A. tavaresi Del Garcio, A. citricola Van der Goot, A.
gossypii, A. spiraecola Patch., Ferrisia virgata Ckll. dan Myzus persicae Sulz.
Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika mengisap tanaman sakit selama 5 detik
dengan masa inkubasi 5 detik dan hanya dapat menularkan secara efektif bila 27 ekor kutu
daun secara bersama - sama menularkan pada tanaman sehat. Efektivitasnya hanya terjadi
dalam waktu singkat.

Faktor yang mempengaruhi penyakit :


Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh varietas, suhu dan populasi serangga penular.
Suhu antara 28 - 36 °C selama 10 hari dapat menekan gejala pada daun.

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunaan bibit sehat
- Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus
Tristeza
- Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.

b. Kimiawi
Pengendalian serangga penular dengan insektisida efektif.

3. Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis)


Penyebab :
Cendawan Phytophthora spp., diantaranya yang penting adalah a) P. nicotianae B. de Haan
var parasitica (Dast). Waterh (dulu : P. parasitica Dast), b) P. citrophthora (R.E. Sm. & E.H.
Sm.) Leonian, (dulu : Pythiacytic citrophthora R.E. Sm. Et E.H. Sm), dan c) P. palmivora
(Butl). Di Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var. parasitica.

Penyebaran :
Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali.

Gejala :
Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau
pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak
berupa bercak basah yang berwarna gelap / hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit
pangkal batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan
permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang,
permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering
terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada
kulit melingkari batang.
Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan
tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.

Morfologi dan daur penyakit :


Cendawan P. nicotianae var parasiticia sporangiumnya berbentuk jorong sampai agak bulat,
berbentuk buah pir, dengan sporangiofor lebih halus dari pada hifa. Spora mempunyai dua
bulu cambuk (flagela), dan patogen dapat membentuk klamidospora bulat, berdinding agak
tebal.
P. citrophthora sporangiumnya berbentuk jorong atau berbentuk sitrun, dan terbentuk pada
bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor bercabang tidak teratur. Spora
mempunyai 2 bulu cambuk. Patogen juga dapat membentuk klamidospora.
P. palmivora mempunyai sporangium jorong, dan dapat membentuk klamidospora.
Cendawan P. palmivora dapat bertahan dalam tanah dan membentuk spora kembara.
Cendawan ini disebarkan terutama oleh hujan dan air pengairan yang mengalir di atas
permukaan tanah.
Penyakit busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dengan ketinggian lebih dari
400 m dpl, pada tanah - tanah yang basah, seperti tanah lempung berat yang dapat menahan
air lebih lama.
Patogen masuk lewat luka pada pangkal batang (penyebaran oleh oospora melalui luka
alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka oleh serangga). Infeksi terjadi terutama pada
musim hujan dan dibantu oleh pH tanah agak asam (6,0 - 6,5). Infeksi patogen juga dibantu
oleh kabut dan fluktuasi suhu yang kecil yang akan memperlambat penguapan.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Penyakit ini lebih banyak menyerang pada ketinggian kebun lebih dari 400 m di atas
permukaan laut dan mempunyai temperatur tanah cukup tinggi. Tingkat ketahanan varietas
sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan patogen ini. Jenis yang peka adalah jeruk
manis, jeruk nipis, sitrun Italia, Japanese citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) sangat rentan
terhadap penyakit ini, sedangkan yang toleran adalah trifoliate orange, jeruk masam, Swingle
Ctromelo, Citrange (Corrizo dan Troyer), Sukade, jeruk Keprok, jeruk Manis, Grape Fruit,
jeruk besar, jeruk nipis, dan Lemon
Tanah basah, adanya kabut, dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak masam yaitu
6,0 - 6,5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan patogen.

Tanaman inang lain :


Kacang tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak, srikaya, aren, pepaya,
kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih, lada, kakao, anggrek Vanda dan kemiri
minyak.

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Menanam jeruk di atas gundukan - gundukan setingi 20 - 25 cm, tetapi tanaman jangan
dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan tanah.
- Menggunakan benih dengan mata tempel setinggi 35 - 50 cm dari permukaan tanah, untuk
mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan dari tanah.
- Menghindari air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dengan membuat
selokan melingkari batang.
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan
sanitasi lingkungan / kebun.
- Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu
pemeliharaan / penyiangan.
- Pemupukan
- Pengamatan pangkal batang jeruk secara teliti dan teratur, terutama pada musim hujan, agar
gejala penyakit dapat diketahui secara dini.
- pH tanah diupayakan lebih dari 6,5, dengan pemberian dolomit (kapur pertanian),

b. Mekanis / fisis
- Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
- Memotong / membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit
sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan
(regenerasi), sebaiknya bagian atas dan bekas luka potongan membentuk titik.
- Menggunakan multiple foot stock (kaki ganda) dengan teknik aaneting / penyusuan
(sambung samping) dengan batang bawah sehat 1 atau beberapa, tergantung besar tanaman
yang akan ditolong untuk membantu fungsi akar dan pohon yang rusak.

c. Biologi
Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur
dengan pupuk kandang / kompos.

d. Genetika / Varietas Tahan


- Menggunkan batang bawah yang tahan terhadap Phytophthora, seperti “trifoliate orange”
atau jeruk masam.
- Varietas tahan terhadap Phytophthora dan salinitas, yaitu Taiwanica dan Citromello 4475.

e. Kimia
- Melumasi pangkal batang dan akar - akar yang tampak dari luar dengan ter (Carbolineum
plantarum 50 %) sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dimulai tahun ketiga setelah
penanaman dan setiap awal musim hujan (untuk Jawa September atau setiap 6 bulan. Agar
batang yang berwarna hitam tidak banyak menyerap panas sehingga kulitnya rusak (untuk
mencegah infeksi setelah diberi ter), maka bagian yang diberi ter ditutup dengan larutan
kapur yang ditambah dengan garam dapur (25 kg kapur mati, 2 kg garam dapur, dan 25 - 35
liter air.
- Mengoles luka (bekas tanaman yang terinfeksi yang dibuang) dengan bubur California,
bubur Bordo (Lampiran 3), Carbolineum-parafin (8 : 92), Mankozeb, atau tembaga
oksiklorida. Kemudian luka ditutup dengan obat penutup luka, seperti ter, setelah kulit
mengalami regenerasi.
- Membersihkan alat - alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).

4. Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)

Penyebab :
Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama
Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Penyebaran :
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan
Thailand.

Gejala :
Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”.
Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar,
busuk leher dan mati ranting.
Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan
“blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit
tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang
mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit
terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit,
memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat
menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit dan
kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai
hitam.
Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar
diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah
kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya
berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora
cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila
sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian
cabang atau pohon.

Morfologi dan daur penyakit :


Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam, mula - mula tertutup
dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1 sekat, berwarna gelap, dan
terutama disebarkan oleh air dan serangga.
Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat - tempat dengan kelembaban
tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim hujan (antara bulan
Oktober – Nopember). Patogen masuk lewat luka: alamiah, alat - alat pertanian, retak karena
beban buah terlalu berat.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit


Perkembangan dan tingkat serangan penyakit dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman. Jenis
jeruk besar seperti jeruk Delima, Pandawangi, dan Bali peka terhadap Diplodia basah dan
diplodia kering Bertambahnya umur tanaman pada jenis jeruk tertentu akan meningkat pula
ketahannya tetapi pada jenis lain bisa menurun ketahanannya. Jeruk Pandanwangi peka pada
umur 4 tahun, tetapi semakin tahan dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan jeruk
Delima agak peka pada usia muda, tetapi makin peka dengan bertambahnya umur tanaman.
Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat, dan adanya pelukaan
pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk perkembangan patogen.

Tanaman inang lain :


Cendawan ini bersifat polifag yang dapat menyerang beberapa macam jenis tanaman.

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang
terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan
pemangkasan.
- Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak
luka / retak.
- Menghindari pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.
- Perlakuan pembersihan dengan menggosok batang tanaman, agar batang semakin halus.
- Pemupukan berimbang, terutama setelah panen.
- Drainase. Menjaga agar pengairan tetap baik.

b. Mekanis / fisis
- Memotong / membuang bagian bagian kulit batang tanaman yang sakit, termasuk 1 - 2 cm
bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi dengan bahan penutup luka
(karbolineum parafin, fungisida atau ter.
- Mengumpulkan sisa - sisa tanamn dan memotong cabang - cabang yang terserang penyakit
berat, kemudia dibakar.
- Membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar.

c. Biologi
Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens
dan dilanjutkan dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk
kandang/kompos, setelah kulit dikupas.

d. Genetika / Varietas Tahan


Varietas tahan belum ada. Varietas yang agak tahan (agak toleran) adalah Pandanwangi
(cikoneng), jeruk manis, dan jeruk grape fruit.

e. Kimia
- Mengoleskan bubur California atau fungisida yang efektif berbahan aktif metil tiofanat dan
siprokonazol pada bagian kulit batang / ranting tanaman yang sakit setelah dibersihkan lebih
dulu, dan untuk pencegahan di daerah kronis endemis.
- Membersihkan alat-alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).

5. Penyakit Antraknosa

Penyebab :
Cendawan Colletotrichum gloeosporioides Penz., dengan bentuk sempurnanya adalah
Glomerella cingulata. Cendawan penyebab lainnya adalah Gloeosporium limetticolum
Clausen.

Penyebaran :
Penyakit ini dikenal di semua negara penanam jeruk. Di Indonesia penyaki ini tersebar di
Jawa, Bali, Kalimantan Barat, dan NTB.

Gejala :
Ujung tunas menjadi coklat, bagian nekrotik hitam berkembang ke pangkal dan menyebabkan
mati ujung. Pada cuaca lembab, timbul bintik - bintik hitam (terdiri dari aservulus) pada
ranting. Pada tanaman besar patogen ini dapat mengakibatkan ranting mati dan bercak pada
buah. Gejala mati ujung ranting dimulai dari daun-daun pada cabang atau ranting berwarna
kuning, kemudian mati dan gugur. Kadang kala pada batas antara bagian jaringan sakit dan
sehat keluar blendok.
Gejala antraknosa pada buah adalah adanya bercak / bintik - bintik coklat kemerahan atau
coklat hitam, berbentuk bulat pada permukaan kulit buah, lama - lama menjadi cekung,
mengeras dan kering.

Morfologi dan daur penyakit :


Aservulus dangkal, seta bersekat 1 - 2. Konidium hialin, berbentuk bulat telur dengan kedua
ujungnya agak runcing.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Faktor yang sangat mempengaruhi mati ranting atau ujung adalah lemahnya jaringan tanaman
karena kondisi tanaman kurang baik, yang dapat disebabkan oleh perawatan yang kurang
baik, misalnya tanah yang kurus terutama defisiensi fosfor, kekurangan air, dan adanya
lapisan cadas atau adanya gangguan organisme lain. Cuaca lembab dan panas merupakan
kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya infeksi pada buah.

Tanaman inang lain :


Bawang - bawangan, jambu mete, srikaya, sirsak, teh, pepaya, tapak dara, beras tumpah
(Dieffenbachia saguine), bisbul, kesemek, Dracaena sp (ornamental), kelapa sawit, lokuat,
kastuba, manggis, karat, pacar banyu, leci, kweni, pala, apokat, jambu biji, delima, kakao,
dan anggrek Vanda.

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan.
- Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase
dan kesuburan tanah yang baik).
- Sanitasi terhadap bagian atau sisa - sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi,
kemudian dibakar.

b. Kimiawi
Penggunaan fungisida yang efektif sesuai dengan anjuran.

6. Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)

Penyebab :
Cendawan Oidium tingitanium Carter, yang juga disebut Acrosporium tingitanium (carter)
subr.

Penyebaran :
Penyakit ini menyebar di pertanaman jeruk di seluruh Indonesia. Di luar negeri terdapat di
California, Brasilia, Panama, India, Sri Lanka, Filipina, Malaysia.

Gejala :
Cendawan ini dapat menyerang daun dan ranting - ranting muda atau bagian tanaman yang
masih tumbuh aktif. Permukaan daun atau ranting-ranting muda tertutupi oleh lapisan tepung
berwarna putih. Tepung putih ini merupakan massa dari konidia cendawan. Jaringan di
bawah lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah - basahan. Serangan berat
menyebabkan daun - daun menjadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk
(malformasi), mengering, tetapi daun - daun tetap melekat pada ranting - ranting tanaman.

Morfologi dan daur penyakit :


Apresorium membulat, konidium berbentuk tong dengan ujung - ujung yang membulat, tidak
berwarna, berbutir halus. Konidium membentuk rantai yang terdiri dari 4 - 8 konidium.
Penyebarannya dipencarkan oleh angin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :


Penyakit dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Serangan penyakit ini jarang terjadi di dataran
rendah. Adanya tunas-tunas muda dan kelembaban tinggi merupakan kondisi yang baik bagi
perkembangan patogen.

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian :
a. Kultur teknis
Sanitasi terhadap tunas atau daun-daun terinfeksi yang tidak produktif.
b. Kimiawi
Penyemprotan dengan serbuk belerang atau penggunaan fungisida yang efektif, bila dijumpai
serangan. Bila menggunakan serbuk belerang, untuk tanaman jeruk dibutuhkan 20 - 30 kg
tepung belerang per hektar. Penghembusan tepung belerang hendaknya dilakukan pagi hari,
saat bunga dan daun masih basah oleh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah
panas dapat menimbulkan luka bakar pada bunga dan daun.

7. Jamur Upas

Penyebab :
Cendawan Corticium salmonicolor B. & B.

Penyebaran :
Tersebar luas di daerah penanaman jeruk di Indonesia.

Gejala :
Batang, cabang, dan ranting terlihat dilapisi oleh benang-benang mengkilat seperti sarang
laba-laba(stadium membenang. Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan
menyebabkan kulit membusuk. Daun - daun menjadi gugur, ranting dan cabang yang
terserang dapat mengalami kematian, terdapat bintil - bintil spora (stadium membintil). Pada
stadium lanjut warna merah jambu berubah menjadi abu-abu dan lapisan miselium
membentuk bercak - bercak tak beraturan atau seperti kerak (stadium nekator).

Morfologi dan daur hidup


Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman mengalami 4 stadia yakni stadium
membenang, stadium membintil, stadium kortisium dan stadium nekator. Stadium
membenang merupakan perkembangan awal patogen. Patogen masuk secara mekanis.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Cendawan / penyakit akan berkembang bila kelembaban dan cahaya yang mengenai bagian
tanaman, kurang

Tanaman inang lain :


Karet, kakao, kopi, teh dan cengkeh.

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi dengan membuang bagian tanaman yang sakit. Pemotongan dilakukan pada bagian
tanaman sehat, yaitu + 5 cm dari batas bagian tanaman yang sakit dan sehat. Luka yang
terjadi ditutup dengan bahan penutup luka. Potongan bagian tanaman yang sakit dikumpulkan
dan dibakar.
- Menjaga kebersihan kebun dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi.

b. Kimiawi
Melabur bagian tanaman sakit dengan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan, harus
diiringi dengan pengendalian kutu - kutu daun dengan insektisida yang efektif.

8. Penyakit Kudis (Scab)

Penyebab :
Cendawan Sphaceloma fawcetti (Mc Alpin & Tyron) Jenkins

Penyebaran :
Penyakit kudis terdapat menyebar di pertanaman jeruk di indonesia. Di luar negeri penyakit
ini dilaporkan terdapat di Jepang, Florida, Teluk Meksiko, Australia, dan Argentina.

Gejala :
Gejala kudis dapat terjadi pada daun, ranting dan buah. Pada tanaman yang rentan gejala
kudis menyerupai bintil - bintil kecil agak menonjol berwarna kuning atau orange. Kemudian
bintil - bintil ini berubah menjadi coklat kelabu, bersatu, keras dan bergabus membentuk
kerak. Pada daun, gejala kudis terdapat pada bagian bawah permukaan daun dan kadang-
kadang dapat dijumpai pada bagian atasnya. Daun yang terserang berkerut dan gugur. Buah -
buah yang terserang terhambat pertumbuhannya dan sering mengalami malformasi.

Morfologi dan daur penyakit :


Aservulus cendawan ini dapat terpisah - pisah atau bersatu, dan agak bulat. Konidiofor
berbentuk tabung, dengan ujung meruncing, warna hialin, kemudian menjadi agak keruh dan
bersekat 1 berwarna gelap.
Patogen dapat bertahan pada daun, dan ranting tanaman yang terinfeksi. Spora cendawan
dapat disebarkan oleh percikan air hujan, tetesan embun, angin, dan serangga. Daun dan buah
yang masih muda sangat mudah terinfeksi patogen ini.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Keadaan cuaca, tingkat ketahanan varietas, terbentuknya buah dan tunas baru sangat
berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Pada umumnya penyakit tidak berkembang
pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan, suhu udara antara 15 - 23 °C, dan tanaman
sedang membentuk tunas dan buah baru, merupakan kondisi yang menguntungkan bagi
perkembangan patogen dan merupakan titik kritis terutama bila tanamannya rentan.

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penanaman varietas tahan
- Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana
pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan.
- Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman
yang tepat pada jenis jeruk tertentu. Unuk jeruk keprok, usahakan terjadi pembuangan lebih
awal dengan pemberian air pada tanaman (+ 8 bulan sebelum musim hujan), sehingga pada
awal musim hujan buah sudah agak besar dan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi
terhadap penyakit.

b. Mekanis / Fisis
Serangan pada persemaian batang bawah dapat dicegah dengan penghembusan atau
pemberian asap.

c. Kimiawi
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan penyemrpotan bubur Bordo 1,5 - 2 % atau disemprot
dengan campuran Zink Zulfate – Cooper Sulfate dan kapur tohor dengan perbandingan 3 : 2 :
6 dalam 100 bagian air (dua kali penyemprotan awal berbunga dan setelah persarian).

9. Kanker

Penyebab :
Bakteri Xanthomonas compestris pv. Citri (Hasse) Dye. Yang juga dikenal dengan nama
Xanthomonas compestris (Hasse Dowson), Pseudomonas citri Hasse dan Phytomonas citri
(Hasse) Bergex.

Penyebaran :
Penyebaran ini terdapat diseluruh Indonesia. Di luar negeroi dilaporkan terdapat di India,
Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Malaysia. Penyakit ini
termasuk penyakit yang cukup merugikan banyak jenis jeruk.

Gejala :
Pada daun dan buah terjadi luka yang timbul dari bercak berwarna hijau gelap, kebasah -
basahan yang lalu mengering dengan bagian tengah terjadi pembentukan gabus berwarna
coklat / kuning. Pada bagian tengah kulit tersebut terdapat celah - celah yang menyebabkan
terjadinya lubang - lubang seperti kepundan.
Daun dan buah yang sakit kadang - kadang mengalami salah bentuk (malformasi) dan ukuran
buah menjadi kecil - kecil.

Morfologi dan daur penyakit :


Bakteri berbentuk batang, membentuk rantai, berkapsul, tidak berspora dan bergerak dengan
bulu cambuk polar. Patogen dapat bertahan pada bercak di daun, ranting, batang, atau tanah
dan bertahan lebih lama pada jaringan kanker yang berkayu. Infeksi terjadi melalui stomata,
lentisel, dan luka. Bakteri dapat tersebar melalui serangga.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Penyakit :


Perkembangan patogen dipengaruhi oleh jenis tanaman dan keadaan lingkungan. Adanya
embun yang sangat tebal pada keadaan lembab, bakteri keluar dari luka. Jenis keprok tahan
terhadap penyakit ini sedang jeruk Delima, Pandanwangi dan Bali sangat rentan. Suhu antara
20 - 35 0C sangat menguntungkan bagi patogen untuk menginfeksi tanaman.
Tanaman Inang Lain :
Agle sp.,Atalantia sp., Feronia sp., Zoysia japonica (rumput).

Pengendalian :
a. Menggunakan kultivar yang tahan terhadap penyakit kanker.
b. Membersihkan alat - alat yang dipergunakan di pembibitan misalnya dengan alkohol 70%
c. Pengendalian secara mekanis dengan memotong bagian tanaman yang terinfeksi penyakit.
d. Bila infeksi berat, tanaman diearadikasi, kemudian dibakar.
e. Pada intensitas serangan hebat, dapat dilakukan pengendalian dengan menyemprot daun -
daun muda dan buah dengan fungisida Copper (misalnya bubur Bordo, Copper oxychloride).
Penyemprotan dilakukan tepat sebelum pohon membentuk tunas - tunas baru, pada musim
hujan. Sebelum terdapat serangan berat.

10. Embun Jelaga (Scooty Mold)

Penyebab : Cendawan Capnodium citri B. & Esm.

Penyebaran :
Terdapat pada setiap pertanaman jeruk, terutama bila dijumpai adanya kutu - kutu tanaman
yang mengeluarkan embun madu yang mengandung zat gula.

Gejala :
Daun, ranting dan buah yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada
musim kering lapisan ini dapat dikelupas memakai tangan atau terkelupas sendiri, dan mudah
tersebar oleh angin. Buah yang tertutup oleh lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil
dan mengalami kelambatan dalam pematangan. Gejala ini banyak terjadi pada pohon jeruk
yang dijumpai kutu - kutu tanaman yang dapat mengeluarkan embun madu.

Marfologi dan daur penyakit :


Miselium berwarna coklat dan melekat pada permukaan daun atau bagian tanaman lainnya.

Faktor-faktor yang mempegaruhi penyakit :


Adanya kutu tanaman yang dapat mengeluarkan sekresi embun madu seperti Aleurodicus sp.,
Pseudococcus sp., dan Coccus viridis merupakan medium yang baik perkembangan
cendawan. Kelembaban yang tinggi juga dapat mendorong perkembangan cendawan.

Tanaman Inang Lain :


Cengkeh, jambu, dan kopi

Pengendalian :
a. Mengendalikan kutu-kutu tanaman antara lain dengan pertisida yang efektif
b. Mengendalikan cendawan dengan fungisida yang efektif

11. Penyakit Ganggang

Penyebab :
Ganggang Cephaleuros virescens Kunse.

Penyebaran :
Semua pertanaman jeruk teruitama di daerah tropis
Gejala :
Bercak - bercak berbentuk bundar atau tidak beraturan pada daun - daun terserang. Bercak -
bercak mempunyai tepi yng tidak jelas, permukaan bercak tertutup oleh sporangiofor. Bercak
- bercak dapat berubah warnanya menjadi coklat kehijau - hijauan. Bila ranting terserang
terlingkari, maka kulit ranting membengkak, membesar dan pecah - pecah. Pada serangan
berat daun - daun berguguran. Pada buah akan tampak lapisan yang berwarna hijau gelap atau
hitam yang agak tebal yang mengurangi kualitas buah. Namun lapisan ini biasanya terdapat
pada buah - buah yang terlalu matang untuk dipasarkan.

Morfologi dan daur penyakit :


Ganggang ini tidak merupakan parasit asli. Pada beberapa jenis jeruk, ganggang nampak pada
permukaan tanaman, menyebabkan gangguan pada lapisan kutikula, epidermis atau kulit luar

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Patogen ini berkembang baik dalam kondisi pertumbuhan tanaman lemah, drainase tanah
kurang baik, sinar matahari langsung yang terik, kekurangan air, dan pemeliharaan tanaman
yang kurang baik.

Tanaman inang lain :


Teh, cengkeh, dan kopi

Pengendalian :
a. Pemeliharaan tanaman yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh kuat (perbaikan
drainase, penyiraman, pemupukan berimbang).
b. Penggunaan pestisida yang efektif bila dijumpai serangan.

12. Penyakit Buih atau Busa (Foam Disease)

Penyebab :
Penyebab penyakit belum diketahui. Namun kemungkinan disebabkan oleh kondisi
pertanaman yang kurang baik.

Penyebaran :
Kalimantan Barat

Gejala :
Busa berwarna putih seperti buih terlihat keluar dari batang atau pada bidang pertemuan
antara percabangan. Busa ini biasanya berbau tidak enak atau seperti bau alkohol. Kulit pada
bagian yang mengeluarkan busa busuk dan apabila dikelupas sering terlihat kumbang -
kumbang kecil baik dewasa maupun larvanya. Biasanya luka pada kulit tidak menyebar tetapi
sembuh secara alami dengan meninggalkan bekas luka diameter 1 – 3 cm.

Morfologi dan daur hidup :


Penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan busa yang terbentuk
disebabkan oleh fermentasi gula pada cairan tanaman oleh bermacam - macam cendawan
atau yeast yang kemudian menarik kegiatan kumbang. Masuknya cendawan maupun yeast
pada awalnya melalui alur sempit memanjang pada kulit yang diduga disebabkan oleh bekas
rembesan atau aliran air yang terlalu berlebihan selama musim hujan. Penyakit dapat
ditularkan oleh kumbang tanduk (Xylotrupes gideon), lalat dan serangga Caspophillus sp.
Yang senang memakan atau mengisap bagian yang membusuk dan berbuih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :


Penyakit ini sering terlihat pada kondisi sangat lembab, seperti umumnya daerah rawa yang
airnya berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis batang bawah. Pada keadaan
tertentu, luka bisa menyebar sampai melingkari cabang. Keadaan ini tidak berbahaya, kecuali
bila timbul luka yang dapat digunakan sebagai jalan masuk Diplodia.

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian :
a. Perbaikan drainase di sekitar kebun.
b. Menjaga kesuburan tanaman dengan pemberian air dan pupuk yang berimbang.
c. Bagian tanaman yang sakit dioles dengan campuran belerang atau belerang kapur.

13. Psorosis (Rimocorticus psorosis Fawc.) Holmes

Penyebab :
Virus atau Citrus Psorosis Virus (CPsV)

Penyebaran :
Jawa Timur, jawa Tengah, bali, Riau, kalimantan Barat. Penyebaran di negara lain adalah
Florida, Laut Tengah, Afrika Selatan dimana banyak pohon yang tidak produktif akibat
serangan penyakit ini.

Gejala :
Gejala awal adalah kematian pucuk atau ranting yang cepat yaitu 1 - 2 bulan setelah
penularan. Pucuk dan ranting yang terbentuk setelah penularan mula - mula menguning daun-
daunnya rontok, selanjutnya mengering. Gejala selanjutnya adalah garis - garis klorosis pada
jaringan di sekitar tulang daun dan bercak - bercak klorosis yang tepinya bergerigi atau
zigzag yang simetris di sekitar tulang daun tengah, 2 - 4 bulan setelah penularan gejala dan
terlihat jelas pada daun - daun muda dan pada daun yang sudah menjadi tua gejalanya
menghilang.
Pada varietas tertentu seperti jeruk manis menyebabkan pengelupasan kulit pada batang dan
cabang (Bark scalling) pada 6 - 12 tahun setelah tertulari.

Morfologi dan daur penyakit :


Virus ini menular melalui mata tempel yang berasal dari tanaman terinfeksi. Penularan
kemungkinan terbawa biji. Varietas yang sangat peka adalah jenis Sweet Lime, Tangelo, dan
mandarin

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Penggunaan mata tempel yang berasal dari tanaman sakit dan penyebaran bibit ke lokasi lain
akan membantu penyebaran dan perluasan serangan penyakit ini.

Pengendalian :
a. Menggunakan mata tempel yang sehat.
b. Mengeradikasi / pemusnahan bibit yang terserang penyakit dan mencegah penyebaran dan
pemasarannya.
c. Sterilisasi alat - alat perbanyakan dengan alkohol 70 % atau klorok.
14. Exocortis (Scally Butt, Rangpur Lime Disease)

Penyebab :
Viroid atau Citrus Exocorris Virus(CEV).

Penyebaran :
Penyebaran Citrus Exocortis Viroid (CEV) di Indonesia belum banyak diketahui, tetapi telah
ditemukan pada beberapa pertanaman jeruk di Kabupaten Malang (Jawa Timur) dan Bali. Di
luar negeri penyakit ini dilaporkan terdapat di Australia.

Gejala :
Tanaman kerdil, meranggas, layu, produksi menurun dan akhirnya mati. Kulit mengelupas di
sekeliling batang bawah yang peka terhadap penyakit ini. Viroid Exocortis dapat hadir dalam
keadaan tanpa gejala di tanaman pembawa (carrier). Exorcotis tidak menunjukkan gejala
pada jenis - jenis jeruk Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, Rough Lemon dan Sour Orange.
Bila mata tempel yang terinfeksi dari tanaman yang tidak bergejala ditempelkan pada batang
bawah yang peka maka, akan timbul tanaman yang berpenyakit Exocortis.

Morfologi dan daur hidup :


Viroid berada pada tanaman sebagai asam nuklead bebas tanpa selubung protein. Tahan lama
dalam jaringan - jaringan tanaman yang kering atau sebagai kontaminan pada permukaan
bagian tanaman yang kering, dan tetap dapat menginfeksi tanaman. Penularan melalui
penggunaan mata tempel yang telah terinfeksi penyakit dan kontaminasi melalui peralatan
perbanyakan.

Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :


Viroid exorcotis tahan terhadap cara - cara pemanasan dan penggunaan bahan - bahan kimia.

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian:
a. Gunakan mata tempel yang bebas exocortis.
b. Hindarkan penggunaan peralatan yang terkontaminasi penyakit dalam perbanyakan atau
penanaman. Peralatan dapat dibersihkan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % atau campuran
formaldehid dan sodium hidroksida
c. Penyebaran CEV di pembibitan dapat dihindari dengan memisahkan tanaman yang
terinfeksi dengan tanaman yang sehat.

15. Cachexia Xyloporosis

Penyebab:
Viroid Cachexia Jeruk atau Citrus Cachexia Viroid (CCaV)

Penyebaran: Belum diketahui

Gejala:
Sebagian besar jenis dan varietas jeruk dapat terinfeksi oleh CCaV, tetapi umumnya tidak
menunjukkan gejala. Varietas jeruk yang sangat rentan terhadap infeksi viroid ini adalah
Tangelo Orlando dan Mandarin Parso’s Special. Kedua varietas ini meruapkan tanaman
indikator terbaik untuk pengujian CCaV.

Gejala infeksi CCaV pada tanaman - tanaman indikator ini adalah terbentuknya bercak-
bercak yang mengandung blendok (lendir kental berwarna coklat) pada jaringan kulit batang,
minimum 1 tahun sejak terinfeksi. Pada permukaan dalam jaringan kulit terjadi tonjolan -
tonjolan tumpul yang menyebabkan bagian kayu melekuk ke dalam. Gejala akan tampak
lebih nyata pada kondisi suhu yang hangat (20-350C). tanaman jeruk yang terserang berat
akan kerdil, daun - daun menguning, layu, mengering dan akhirnya mati.

Morfologi dan daur hidup penyakit :


Penyakit ini disebabkan oleh viroid yang informasinya belum banyak diketahui. Sifat viroid
ini mirip dengan viroid exocortis yaitu mudah menular melalui penyambungan mata tempel
dan secara mekanik melalui alat - alat pangkas. Viroid ini tidak menular melalui serangga
ataupun biji.

Tanaman inang lain : Belum diketahui.

Pengendalian :
a. Menggunakan bahan perbanyakan tanaman yang sehat.
b. Bibit yang diketahui terkena penyakit harus segera dibongkar dan dimusnahkan.
c. Menjaga kebersihan peralatan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % (bahan aktif dalam larutan
pencuci seperti “clorox”) dengan cara disemprotkan atau dicelupkan selama 10 detik. Bahan
kimia ini sangat efektif dalam mematikan partikel - partikel viroid yang menempel pada alat -
alat tersebut.

16. Puru Berkayu (Woody Gall)

Penyebab :
Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation – Woody Gall Virus (CVEV)

Penyebaran :
Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa Tengah dan jawa Barat. Di luar negeri tersebar di
Amerika, Australia, Afrika Selatan, Fiji, Peru dan India.

Gejala :
Pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan - tonjolan
(enation) yang tersebar tidak beraturan pada tulang daun di permukaan bawah daun. Gejala
ini mula - mula berukuran kecil dan mulai tampak pada daun - daun muda yang biasanya
terjadi 2 - 3 bulan sejak penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua. Pada
tanaman terinfeksi, gejala tonjolan - tonjolan ini bisa terjadi pada sebagian atau seluruh daun.

Selain pada jeruk nipis, gejala tersebut kadang-kadang dijumpai pada jeruk manis, Siem,
Rough lemon (RL) dan Sour Orange, tetapi biasanya lebih ringan dibandingkan pada jeruk
nipis.

Pada tanaman jeruk yang disambung pada batang bawah RL, CVEV menyebabkan
pembentukan puru - puru atau benjolan - benjolan (gall) pada daerah sambungan, sekitar 6
bulan sejak tertulari. Gejala ini mula-mula berukuran kecil berwarna hijau pucat, kemudian
berkembang melebar dan membesar tak beraturan.
Morfologi dan daur penyakit :
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang belum banyak diketahui seluk beluknya. CVEV
bersifat endemik di pertanaman jeruk. Virus dapat menular melalui penyambungan mata
tempel dan di lapang melalui beberapa jenis kutu daun, yaitu T. citridus, A. gossypii dan M.
persicae. Serangan CVEV hampir selalu bersamaan dengan virus Tristeza

Tanaman inang lain : Belum diketahui

Pengendalian :
a. Pengendalian serangga vektor dengan insektisida.
b. Pemilihan pohon induk yang bebas virus, yang menghasilkan barang atas yang sehat.
c. Alat - alat yang dipakai dalam penempelan didisinfeksi dengan teratur.

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jeruk

A.        Hama pada tanaman jeruk


1.         Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso)
Tanaman jeruk yang terserang hama ini menunjukkan gejala tangkai buahnya menguning
atau kering, buah-buah yang masih muda gugur dan pada tanaman ditemukan banyak kutu.
                Panjang tubuhnya 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2 mm. punggungnya berwarna kuning
dan tertutup oleh lapisan tepung lilin berwarna putih. Seekor kutu betina dapat menghasilkan
telur sampai 300 butir. Periode bertelur berlangsung selama 6-20 hari. Setelah 3-6 hari telur
menetas dan kutu muda akan menghisap cairan daun dan buah. Dari telur sampai dewasa
membutuhkan waktu 1-4 bulan dan dalam satu tahun dapat menghasilkan dua generasi. Kutu
ini menyukai tempat yang teduh dan kering. Pada musim kemarau populasi hama ini sering
meledak.
                Kutu ini mengeluarkan embun madu yang disukai oleh semut geramang (rangrang)
dan merangsang tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tersebut menyebabkan buah
jeruk kurang menarik, tidak normal dan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyebaran hama ini selain oleh semut geramang juga dapat terjadi melalui angin dan hujan.
                Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella
repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.
                Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya
b.        Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan tanah mulai
dari pucuk tanaman
c.         Konservasi musuh alami hama
d.        Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini
e.        Apabila populasi hama ini tinggi, dilakukan penyemprotan insektisida

2.       Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)


Kulit buah berbisul-bisul, tetapi daging buahnya tidak rusak atau busuk. Pada tiap bisul
terdapat seekor ulat berwarna hijau yang panjangnya 5-7 mm. kepompongnya berwarna hijau
kemerahan dan panjangnya 4-5 mm. kupu-kupunya berwarna merah keabu-abuan dan
panjangnya sekitar 5 mm. hama ini biasanya menyerang jeruk yang berkulit tebal. Buah jeruk
yang masih muda bila terserang hama ini dapat mengalami kerontokan.
Kupu-kupu kecil (ngengat) meletakkannya di kulit jeruk pada malam hari. Setelah empat hari
telur menetas dan ulatnya langsung menggerek kulit buah tetapi tidak sampai ke bagian
daging buah. Serangan tersebut menyebabkan bisul yang di dalamnya terdapat ulat tersebut.
Menjelang berkepompong, ulat keluar dari bisul menuju ke bagian bawah ranting atau bawah
daun untuk berkepompong di tempat tersebut. Setelah empat hari, kepompong berubah
menjadi ngengat. Dari masa telur sampai menjadi ngengat berlangsung selama 29 hari.
Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria sp.
Pengendalian hama bisul buah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.         Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun pisang
kering, atau bahan lainnya.
2.         Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya.
3.         Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan meletakkan telurnya.
4.         Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida.

3.         Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.)


Hama ini menyebabkan kulit buah bergetah banyak dan tampak kotoran yang menggantung,
isi buah membusuk, dan akhirnya rontok. Hama ini banyak menyerang buah jeruk berkulit
tebal.
Ulat hama ini berwarna hijau, panjangnya 2mm, tetapi menjelang berkepompong dapat
mencapai 16 mm. kepompongnya berwarna merah dan panjangnya 14 mm. Ngengat betina
berukuran panjang 10-11 mm, sedangkan yang jantan panjangnya 10 mm. Tubuh ngengat
berwarna abu-abu.
Ngengat meletakkan telurnya pada kulit buah secara berkelompok dan tersusun seperti
genteng. Ukuran buah jeruk yang disukai untuk peletakan telur yaitu 5-6 cm. Kelompok telur
tersebut biasanya terdapat pada bagian bawah atau tepi buah jeruk. Setelah 5-7 hari telur
tersebut akan menetas dan menjadi ulat. Ulat-ulat tersebut akan menggerek kulit buah dan
masuk ke dalam buah. Setelah 12-17 hari ulat turun dengan menggantung pada benang sutera
menuju ke tanah untuk berkepompong di dalam tanah sedalam 1-2 cm. Setelah 10-11 hari
ngengatnya muncul. Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana.
Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan populasi hama sehingga
kerusakan buah berkurang 50-80%.
Pengendalian hama getah buah dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
a.         Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama.
b.        Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2
bulan.
c.         Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm.
d.        Konservasi musuh alaminya.
e.        Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan
bersamaan dengan penetasan telur.

4.         Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.)


Hama ini lebih banyak menyerang jenis jeruk yang berkulit tipis. Jeruk yang terserang
buahnya bebercak-bercak bulat, busuk, dan terdapat lubang kecil di tengahnya. 
Bentuk dewasa hama ini berupa lalat yang berwarna cokelat kekuningan. Ukurannya kurang
lebih sama dengan lalat rumah. Lalat betina dapat menghasilkan telur sampai 15 butir dan
diletakkan pada kulit buah. Setelah dua hari telur tersebut menetas dan ulatnya yang berwarna
putih masuk ke dalam buah untuk memakan daging buah. Buah yang terserang menjadi
busuk, bentuknya tidak normal, dan dapat mengalami kerontokan. Stadium ulat berlangsung
selama 6-9 hari. Ulat jatuh bersamaan dengan rontoknya buah dan masuk ke dalam tanah
untuk membentuk kepompong. Kepompongnya berbentuk bulat panjang dengan panjang 5
mm. setelah 6-12 hari lalat buah telah dewasa. Musuh alami hama ini antara lain parasitoid
Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di bawah pohon,
dan pembersihan gulma.
b.        Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya.
c.         Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi.
d.        Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol.
e.        Penyemprotan insektisida. Insektisida digunakan pada populasi hama yang tinggi.
B.        Penyakit yang menyerang tanaman jeruk
1.         Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)
Biologinya adalah jamur Phytophthora dapat bertahan dalam tanah dan disini dapat
membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan
air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka
alamiah maupun luka-luka yang terjadi karena alat pertanian maupun hewan termasuk
serangga.
Gejalanya berupa mula-mula kulit pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan
mengeluarkan blendok (gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa
jaringan di bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan
mengelupas (jatuh).
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
b.        Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
c.         Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang
tanaman.
d.        Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
e.        Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-
baiknya.
f.          Bagian yang sakit dipotong.
g.         Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.

2.         Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)


Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan infeksi melalui luka-luka mekanis akibat
pemangkasan, serangga, atau penyakit buih.
Gejalanya berupa keluarnya blendok (gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau
abang-cabang yang besar pada serangan Diplodia basah. Sedangkan serangan Diplodia kering
berupa kulit mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam
kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya keluarnlah massa
spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna hitam. 
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi.
b.        Menyemprot batang-batang dengan fungisida.
3.         Penyakit Gloeosporium (Antraknos)
Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloeosporioides Penz dan Gloeosporium
limetticolum Clausen. Factor yang mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah
lemahnya jaringan tanaman akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.
Gejalanya berupa bercak-bercak cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi
rontok. Pada ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa
menyebabkan ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat
menyebabkan rontoknya buah-buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi yang optimum.
b.        Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
c.         Penggunaan fungisida.

4.         Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)


Jamur dapat mempertahankan diri dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi
karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan dengan
rizomorf.
Gejalanya berupa daun-daun ronto dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan
bunga salah waktu (di luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan
kayu mengandung banyak  air. Setelah beberapa lama pada permukaan kulit terbentuk
benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda atau
cokelat tua. Kalau akar yang sakit dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.
Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar.
b.        Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
c.         Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat
tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.

5.         Kudis (Sphaceloma fawcetti)


Kudis disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti Jenkins. Spora dipencarkan oleh angin dan
serangga. Cuaca juga mempengaruhi perkembangan penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.
Gejalanya yaitu pada buah, daun, dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil
berwarna kuning. Kelak kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan bergabus, bersatu
dan membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras berkerut dan gugur.
Pengendaliann dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.         Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga.
b.        Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.

Diposkan oleh monic di 10.13


Label: Materi Kuliah
http://diary-monic.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai