Pengaruh Gerak Pemakanan Dan Media Pendinginan Terhadap Kekasaran Permukaan PDF
Pengaruh Gerak Pemakanan Dan Media Pendinginan Terhadap Kekasaran Permukaan PDF
id
SKRIPSI
Oleh :
TRI ADI PRASETYA
NIM : K2506055
Oleh :
TRI ADI PRASETYA
NIM : K2506055
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
ii
perpustakaan.uns.ac.id iii
digilib.uns.ac.id
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id iv
digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id v
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Pada hari :
Tanggal : Oktober 2010
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
ABSTRAK
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat
dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 18,62 dan
Ftabel = 6,01, sehingga Fobservasi > Ftabel. (2) Ada pengaruh yang cukup signifikan
dengan taraf signifikasi 1% antara media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat
dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 14,16 dan
Ftabel = 6,01, sehingga Fobservasi > Ftabel. (3) Tidak ada perbedaan pengaruh bersama
(interaksi) yang signifikan pada taraf 1 % yaitu interaksi variasi gerak pemakanan
dan variasi media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji
analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 2,30 dan Ftabel = 6,01, sehingga
Fobservasi < Ftabel. (4) Kekasaran permukaan yang paling kecil hasil proses
pembubutan pada material baja HQ 760 terjadi pada interaksi gerak pemakanan
0,316 mm/rev dengan variasi media pendingin oli SAE 40 yaitu sebesar 6,004
µm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id viii
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
turning. This can be seen on the results of test data analysis which states that
Fobservasi = 14.16 and Ftable = 6.01, so Fobservasi> Ftable. (3) No difference with the
effect of (interaction) is significant at 1% level of interaction of feed and cutting
fluids on the surface roughness of HQ 760 steel results of turning. This can be
seen on the results of test data analysis which states that Fobservasi = 2.30 and Ftable
= 6.01, so Fobservasi <Ftable. (4) surface roughness of the least of the process of
turning the steel material HQ 760 occurs in the interaction of feed 0.316 mm / rev
with a variety of cutting fluids SAE 40 oil that is equal to 6.004 μm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id x
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.” (Yesus Kristus)
“Jangan khawatir orang lain tidak mengerti dirimu, khawatirlah kalau kamu
tidak mengerti orang lain.” (Sidharta Gautama)
“Makhluk apa pun yang berdiam di bumi, apakah manusia atau hewan, masing-
masing memiliki peran, masing-masing dengan jalannya sendiri, untuk
memperindah dan memperkaya dunia ini.” (Dalai Lama)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xi
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xii
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini menghadapi
hambatan dan kesulitan, namun dengan bantuan berbagai pihak, hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang dengan sepenuh hati memberi bantuan, dorongan,
motivasi, bimbingan, dan pengarahan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS beserta seluruh stafnya.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS.
4. Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T. selaku Pembimbing I yang dengan sabar
memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Danar Susilo Wijayanto, S.T., M.Eng. selaku Pembimbing II yang dengan
sabar memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS,
yang telah memberikan pembekalan materi untuk menyususun skripsi ini.
7. Kepada seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
Menyadari bahwa terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
menyebabkan kurang sempurnanya penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. viii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3
C. Batasan Masalah ....................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 6
1. Mesin Bubut Konvensional ................................................ 6
2. Bagian Utama Mesin Bubut Konvensional ....................... 7
3. Gerak Pemakanan Mesin Bubut Konvensional .................. 10
commit
4. Media Pendingin to user
................................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id xiv
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xv
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halama
n
Tabel 2.1. Gerak Pemakanan pada Mesin Bubut ………………………… 11
Tebel 2.2. Komposisi Kimia Bahan HQ 760 .............................................. 15
Tabel 2.3. Ketidakteraturan Suatu Profil ..................................................... 16
Tabel 2.4. Standarisasi Simbol Nilai Kekasaran ......................................... 20
Tabel 3.1. Rekomendasi Pembubutan ......................................................... 32
Tabel 3.2. Spesifikasi Dromus .................................................................... 33
Tabel 3.3. Spesifikasi Oli SAE 40 Merk Mesran ………………………… 34
Tabel 3.4. Pengumpulan Data ..................................................................... 37
Tabel 3.5. Harga-harga yang perlu untuk Uji Bartlett ................................. 42
Tabel 3.6. Rangkuman Anava Dua Jalan .................................................... 45
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Hasil
Pembubutan Baja HQ 760. ......................................................... 49
Tabel 4.2. Rerata Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Material
Baja HQ 760 (dalam µm) .......................................................... 32
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors .......................... 52
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Bartlet ......................... 53
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji F untuk Anava Dua Jalan .......................... 54
Tabel 4.6. Hasil Komparasi Rataan antar Kolom ....................................... 56
Tabel 4.7. Hasil Komparasi Rataan antar Baris .......................................... 56
Tabel 4.8. Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama. ...... 56
Tabel 4.9. Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama .......... 57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xvi
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halama
n
Gambar 2.1. Mesin Bubut ............................................................................ 6
Gambar 2.2. Eretan ...................................................................................... 7
Gambar 2.3. Kepala Lepas ............................................................................ 8
Gambar 2.4. Tool Post ................................................................................. 9
Gambar 2.5. Kran Pendingin ........................................................................ 9
Gambar 2.6. Cekam ..................................................................................... 10
Gambar 2.7. Gerak Pemakanan .................................................................... 10
Gambar 2.8. Tekstur Permukaan .................................................................. 16
Gambar 2.9. Profil Permukaan ........................................................................ 17
Gambar 2.10. Grafik Prediksi Kekasaran terhadap Gerak Pemakanan
dengan Kecepatan Potong Bervariasi ...................................... 21
Gambar 2.11. Variability Ra terhadap Lama Potong pada Berbagai
Kecepatan Potong .................................................................... 24
Gambar 2.12 Kerangka Pemikiran .............................................................. .. 27
Gambar 3.1. Facing .................................................................................... .. 38
Gambar 3.2. Pembuatan Stopper ................................................................ .. 38
Gambar 3.3. Spesimen Hasil Proses Eksperimen ......................................... 39
Gambar 3.4. Pengukuran Benda Uji ........................................................... .. 39
Gambar 3.5. Bagan Alir Proses Eksperimen .............................................. .. 40
Gambar 4.1. Histogram Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media
Pendingin terhadap Kekasaran Permukaan Logam Hasil
Pembubutan pada Material Baja HQ 760 …………………. ... 51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xvii
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halama
n
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Baja HQ 760 ......... 66
Lampiran 2. Uji Normalitas .......................................................................... 67
Lampiran 3. Uji Homogenitas ....................................................................... 73
Lampiran 4. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ............................................... 75
Lampiran 5. Uji Pasca Anava (Metode Scheffe) ........................................... 78
Lampiran 6. Tabel-tabel Statistik .................................................................. 91
Lampiran 7. Print Out Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan ................ 100
Lampiran 8. Data Spesimen HQ 760 ............................................................ 109
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 113
Lampiran 10. Surat-surat perijinan ................................................................ 115
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
gerak pemakanan, kondisi mesin, bahan benda kerja, bentuk ujung mata potong
pahat, pendinginan, dan operator. Untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang
rendah, proses pembubutan dilakukan dengan kecepatan spindel yang tinggi,
gerak pemakanan yang kecil, dan kedalaman pemakanan yang kecil; sedangkan
untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang tinggi dilakukan proses
pembubutan dengan kecepatan spindel yang rendah, gerakan pemakanan yang
besar dan kedalaman pemakanan yang besar pula. Pengaturan faktor-faktor yang
mempengaruhi kekasaran permukaan diperlukan untuk mendapatkan kekasaran
permukaan yang sesuai dengan permintaan gambar kerja.
Dari latar belakang masalah tersebut perlu diadakan penelitian yang
berhubungan dengan tingkat kekasaran hasil proses pembubutan, dengan
mengambil judul “PENGARUH GERAK PEMAKANAN DAN MEDIA
PENDINGIN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL
PEMBUBUTAN PADA MATERIAL BAJA HQ 760”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan logam hasil proses
pembubutan yang menggunakan mesin bubut konvensional. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Gerak pemakanan (feed)
2. Media pendingin (collant)
3. Kecepatan spindel (RPM)
4. Kedalaman pemakanan (depth of cut)
5. Alat potong (bahan dan geometri pahat)
6. Karakteristik benda kerja (struktur dan kekerasan)
7. Keterampilan operator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sasaran yang akan
dicapai dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka dari berbagai
permasalahan yang timbul dibatasi pada :
1. Gerak pemakanan dalam satuan mm/putaran
2. Kekasaran permukaan dalam hal ini adalah Ra (kekasaran rata-rata
aritmetik) dengan satuan µm
3. Media pendingin menggunakan minyak pelumas, dromus, dan tanpa
media pendingin
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan
logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760?
2. Adakah pengaruh media pendingin terhadap kekasaran permukaan
logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760?
3. Adakah interaksi gerak pemakanan dan media pendingin terhadap
kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ
760?
4. Manakah interaksi gerak pemakanan dan media pendingin yang
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil hasil proses
pembubutan konvensional pada material baja HQ 760?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh variasi gerak pemakanan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
2. Mengetahui pengaruh variasi media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasilcommit to userpada material baja HQ 760.
pembubutan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian ilmiah yang bagaimanapun bentuknya pasti mempunyai
manfaat yang diharapkan. Adapun manfaat penelitian ini dapat penulis
kemukakan sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
a. Dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan gerak pemakanan
yang paling optimal dan media pendingin yang sesuai untuk
mendapatkan kekasaran yang diinginkan dalam proses pemesinan
menggunakan mesin bubut konvensional pada material HQ 760.
b. Menjadi masukan perusahaan dalam hubungannya dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas produk hasil pengerjaan pembubutan
konvensional.
c. Sebagai bahan panduan praktik bagi semua pihak tentang pentingnya
gerak pemakanan dan media pendingin terhadap kekasaran permukaan
pada baja HQ 760.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
a. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi perkembangan penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
b. Menjadi bahan pustaka bagi Program Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan commit to user
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
1. Mesin Bubut Konvensional
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang
dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata
potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin
bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk
membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja
terlebih dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel
mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai
perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan
disayatkan pada benda kerja yang berputar. Pada perkembangannya ada jenis
mesin bubut yang berputar alat potongnya, sedangkan benda kerjanya diam.
Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah memotong
benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan. Mesin
bubut manual dikatakan konvensional untuk membedakan dengan mesin-mesin
yang dikontrol dengan komputer (Computer Numerically Controlled) ataupun
kontrol numerik (Numerical Control). (Wirawan Sumbodo, 2008 : 227)
commit2.1.
Gambar to user
Mesin Bubut
29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
yang terpasang pada kedua sisi alas kepala lepas sekaligus berfungsi
untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan agar
dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin,
atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus di antara dua
senter.
Selain roda pemutar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan
pengikat yang satu (C) dihubungkan dengan alas yang dipasang mur,
dimana fungsinya untuk mengikat kepala lepas terhadap alas mesin
agar tidak terjadi pergerakan kepala lepas dari kedudukannya. Lengan
pengikat yang satunya (D) dipasang pada sisi tabung luncur/rumah
senter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi pergerakan
longitudinal sewaktu membubut. (Wirawan Sumbodo, 2008 : 240)
dengan rahang tiga dan empat tidak sepusat, setiap rahang dapat
bergerak sendiri tanpa diikuti oleh rahang yang lain, maka jenis ini
biasanya untuk mencekam benda-benda yang tidak silindris atau
digunakan pada saat pembubutan eksentrik. (Wirawan Sumbodo, 2008
: 247)
Keterangan gambar :
a = kedalaman potong
f = gerak pemakanan
Gambarcommit to user
2.7. Gerak Pemakanan
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Semakin besar gerak pemakanan pahat maka lebih tebal beram yang
terbentuk. Penampang beram adalah penampang yang dihasilkan setelah satu
putaran benda kerja, pada setiap pemutaran terkelupas sebuah cincin. Semakin
besar penampang beram maka semakin kasar permukaan benda kerja. Luas
penampang beram adalah hasil perkalian antara gerak pemakanan (f) dan
kedalaman potong (a).
A = f . a ……. (mm2). (George Love, 1986 : 182)
Gerak pemakanan ini juga digunakan untuk menghitung kecepatan gerak
pemakanan. Kecepatan gerak pemakanan ini dihitung dengan tujuan mengetahui
waktu yang dibutuhkan pahat untuk bergeser menyayat benda kerja tiap putaran
per menit, dengan diketahuinya kecepatan gerak pemakanan ini waktu produksi
bisa direncanakan. Rumus kecepatan gerak pemakanan sebagai berikut :
Dimana :
V = Kecepatan gerak pemakanan
V=f.n f = gerak pemakanan
n = putaranbenda kerja (rad/min)
commit
Sumber : Manual Mesin Bubut to user
konvensional Krisbow KW15-486
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
4. Media Pendingin
Pendingin adalah cairan yang digunakan dalam proses produksi yang
fungsinya untuk pendinginan panas yang tinggi akibat gesekan dua benda
(Bambang Priambodo, 1992 : 87). Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang
khusus dalam proses pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan
pendingin dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan memperhalus
permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, cairan pendingin juga berfungsi
sebagai pembersih/pembawa beram (terutama dalam proses gerinda) dan
melumasi elemen pembimbing (ways) mesin perkakas serta melindungi benda
kerja dan komponen mesin dari korosi. Cairan pendingin bekerja pada daerah
kontak antara beram dengan pahat. Secara umum dapat dikatakan bahwa peran
utama cairan pendingin adalah untuk mendinginkan dan melumasi (Windarto,
2008 : 299).
Cairan pendingin yang biasa dipakai dalam proses pemesinan dapat
dikategorikan dalam empat jenis utama yaitu :
1. Straight oils (minyak murni)
Minyak murni (straight oils) adalah minyak yang tidak dapat diemulsikan
dan digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah diencerkan.
Minyak ini terdiri dari bahan minyak mineral dasar atau minyak bumi, dan
kadang mengandung pelumas yang lain seperti lemak, minyak tumbuhan, dan
ester. Selain itu bisa juga ditambahkan aditif tekanan tinggi seperti chlorine,
sulphur, dan phosporus. Minyak murni ini berasal salah satu atau kombinasi
dari minyak bumi (naphthenic, paraffinic), minyak binatang, minyak ikan atau
minyak nabati.
Viskositasnya dapat bermacam-macam dari yang encer sampai yang kental
tergantung dari pemakaian. Pencampuran antara minyak bumi dengan minyak
hewani atau nabati menaikkan daya pembasahan (wetting action) sehingga
memperbaiki daya lumas. Penambahan unsur lain seperti chlorine, sulphur,
atau phosporu (EP additives) menaikkan daya lumas pada temperatur dan
tekanan tinggi. Minyak murni menghasilkan pelumasan terbaik, akan tetapi
commit
sifat pendinginannya paling jelek to user
di antara cairan pendingin yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
2. Soluble oils
Soluble oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air.
Konsentrat mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk
menstabilkan emulsi. Minyak ini digunakan dalam bentuk sudah diencerkan
(biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan unjuk kerja pelumasan dan
penghantaran panasnya bagus. Minyak ini digunakan luas oleh industri
pemesinan dan harganya lebih murah di antara cairan pendingin yang lain.
3. Synthetic fluids (cairan sintetis).
Minyak sintetik (synthetic fluids) tidak mengandung minyak bumi atau
minyak mineral dan sebagai gantinya dibuat dari campuran organik dan
anorganik alkaline bersama-sama dengan bahan penambah (additive) untuk
penangkal korosi. Minyak ini biasanya digunakan dalam bentuk sudah
diencerkan (biasanya dengan rasio 3 sampai 10%). Minyak sintetik
menghasilkan unjuk kerja pendinginan terbaik di antara semua cairan
pendingin. Cairan ini merupakan larutan murni (true solutions) atau larutan
permukaan aktif (surface active). Pada larutan murni, unsur yang dilarutkan
terbesar di antara molekul air dan tegangan permukaan (surface tension)
hampir tidak berubah. Larutan murni ini tidak bersifat melumasi dan biasanya
dipakai untuk sifat penyerapan panas yang tinggi dan melindungi terhadap
korosi. Sementara itu dengan penambahan unsur lain yang mampu
membentuk kumpulan molekul akan mengurangi tegangan permukaan
menjadi jenis cairan permukaan aktif sehingga mudah membasahi dan daya
lumasnya baik.
4. Semisynthetic fluids (cairan semi sintetis)
Cairan semi sintetik (semi-synthetic fluids) adalah kombinasi antara
minyak sintetik (A) dan soluble oil (B) dan memiliki karakteristik kedua
minyak pembentuknya. Harga dan unjuk kerja penghantaran panasnya terletak
antara dua buah cairan pembentuknya tersebut. Jenis cairan ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Kandungan minyaknya lebih sedikit (10% sampai 45% tipe B)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
6. Kekasaran Permukaan
Permukaan adalah batas yang memisahkan antara benda padat dengan
sekelilingnya. Jika ditinjau dengan skala kecil pada dasarnya konfigurasi
permukaan merupakan suatu karakteristik geometri golongan mikrogeometri.
Sementara itu yang tergolong makrogeometri adalah permukaan secara
keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang spesifik misalnya permukaan
poros, lubang, sisi dan lain-lain yang tercakup pada elemen geometri ukuran,
bentuk, dan posisi. (Taufiq Rochim, 2001 : 52)
Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam
perancangan komponen mesin atau peralatan. Banyak hal di mana karakteristik
permukaan perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya dengan
gesekan, keausan, pelumasan ketahanan lelah, perekatan dua atau lebih komponen
mesin dan sebagainya.
Konfigurasi permukaan yang kita lihat dengan mata sebenarnya tidaklah
serapi yang terlihat. Apabila profil permukaan kita lihat dari penampang
melintang benda kita akan melihat ketidakteraturan dari profil permukaan suatu
benda. Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari profilnya
dapat diuraikan menjadi beberapa tingkat seperti yang terlihat pada tabel 2.2.
Tingkat pertama merupakan ketidakteraturan makrogeometri yaitu keseluruhan
permukaan yang membuat bentuk. Tingkat kedua yaitu yang disebut dengan
gelombang (waviness), merupakan ketidakteraturan yang periodik dengan panjang
commit to user
gelombang yang jelas lebih besar dari kedalamannya (amplitude). Tingkat ketiga
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
yaitu alur (groove) dan tingkat keempat adalah serpihan (flaw) dan keduanya lebih
dikenal dengan istilah kekasaran (roughness). (Taufiq Rochim, 2001 : 54)
Tabel 2.3 Ketidakteraturan Suatu Profil (Konfigurasi Penampang Permukaan)
Profil Terukur (Bentuk Contoh Tingkat
Tingkat Grafik Hasil Istilah Kemungkinan
Pengukuran) Penyebabnya
Kesalahan bidang
pembimbing mesin
Kesalahan bentuk
1 perkakas dan benda kerja,
(form error)
kesalahan pencekaman
benda kerja.
Kesalahan bentuk
Gelombang perkakas, penyenteran
2
(waviness) perkakas, getaran dalam
proses permesinan
Jejak atau bekas
3 Alur (grove) pemotongan (bentuk
ujung pahat, gerak makan)
Proses pembentukan
4 Serpihan (flakes) beram
Kekasaran Kombinasi
5 permukaan ketidakteraturan tingkat 1
(surface sampai 4
roughness)
Sumber : Taufik Rochim, 2001 : 55
Istilah kekasaran permukaan digunakan secara luas di industri dan
biasanya digunakan untuk mengukur kehalusan dari suatu permukaan benda.
Standard Amerika B46.1-1947 mendefinisikan mengenai kekasaran permukaan,
permukaan yang digambarkan dari konsep permukaan metrologi dan terminologi
commit to user
yang telah ada pada standar sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
4. Kekasaran rata-rata kuadratik (root mean square height), Rq (µm) adalah akar
bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
3,2 N8
1,6 N7
0,8
0,8 N6
0,4 N5
0,2 N4
0,1 N3 0,25
0,005 N2
0,025 N1 0,08
Sumber : Taufik Rochim, 2001 : 62
Angka kekasaran (ISO number) dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kesalahan interpretasi atas satuan harga kekasaran. Jadi spesifikasi
kekasaran dapat langsung dituliskan nilainya atau dengan menuliskan angka
kekasaran ISO. Panjang sampel pengukuran disesuaikan dengan angka kekasaran
yang dimiliki oleh suatu permukaan. Apabila panjang sampel tidak dicantumkan
di dalam penulisan simbol berat, maka panjang sampel 0,8 mm (bila diperkirakan
proses permesinannya halus sampai sedang) dan 2,5 mm (bila diperkirakan proses
permesinannya kasar). (Taufiq Rochim, 2001 : 55-63)
kecepatan spindel 460 rpm, 755 rpm, dan 1255 rpm. Variasi kedalaman
pemakanan juga menggunakan tiga variasi yaitu 0,5 mm; 1 mm; dan 1,5 mm.
Spesimen yang digunakan berjumlah 9 buah dengan panjang 60 mm dan
diameternya 25,4 mm. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan dengan
menggunakan Mitutoyo Surftest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variasi kecepatan spindel terhadap tingkat
kekasaran permukaan logam paduan aluminium. Semakin besar kecepatan spindel
yang digunakan, semakin kecil tingkat kekasaran permukaan benda kerja. Ada
pengaruh kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran permukaan logam.
Kedalaman pemakanan yang semakin kecil akan menghasilkan tingkat kekasaran
permukaan yang semakin kecil. Tidak ada interaksi yang positif dan signifikan
antara variasi kecepatan spindel dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat
kekasaran permukaan logam paduan aluminium. Simpulan penelitian bahwa
kekasaran permukaan yang paling kecil dihasilkan pada kecepatan spindel 1255
rpm dengan kedalaman pemakanan 0,5 mm dan yang paling besar pada kecepatan
spindel 460 rpm dan kedalaman pemakanan 1,5 mm.
Ali Mursit (2006) meneliti tentang pengaruh sudut potong utama dan
variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran permukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen
dengan variasi sudut potong utama, yaitu : 500, 600, 700. Variasi penggunaan
media pendingin yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, coolant, dan oli
SAE 40. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara sudut potong utama terhadap kekasaran pernukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Ada pengaruh yang signifikan antara variasi
penggunaan media pendingin terhadap kekasaran pernukaan hasil pembubutan
baja EMS 45. Ada pengaruh yang signifikan antara sudut potong utama dan
variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran pernukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Didapat kekasaran permukaan yang minimal dari hasil
pembubutan baja EMS 45 yaitu 6,233 µm pada proses perlakuan sudut potong
utama 700 dan penggunaan media pendingin oli SAE 40.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
Dari gambar 2.10 terlihat bahwa dengan bertambahnya nilai dari gerak
pemakanan akan memperbesar nilai Ra pada semua nilai kecepatan potong pada
tiap radius. Pada nilai gerak pemakanan yang sama, memperbesar kecepatan
potong akan menurunkan nilai Ra.
Isdaryanto Iskandar (1995) meneliti tentang variabilitas kualitas
permukaan baja AISI 1060 yang dihasilkan dengan proses bubut dengan
menggunakan pahat karbida terhadap lama pemotongan pada berbagai kecepatan
potong, tanpa dan menggunakan media pendingin. Kondisi pemesinan
menggunakan variasi kecepatan potong 300 m/mnt, 240 m/mnt, 180 m/mnt, 140
m/mnt, 110 m/mnt. Pemotongan dilakukan tanpa menggunakan media pendingin
dan menggunakan media pendingin dromus. Kedalaman potong 1 mm. Gerak
pemakanan 0,1 mm/rev. Hasil penelitian menunjukkan dalam kondisi tanpa media
pendingin, hasil terbaik (tingkat kekasaran N7) dihasilkan pada kecepatan potong
300 m/mnt. Pada kecepatan potong 240 m/mnt masih berada pada tingkat
kekasaran N7, pada kecepatan lainnya yang lebih rendah memiliki tingkat
kekasaran N8. Pemotongan dalam kondisi menggunakan pendingin hasil terbaik
(tingkat kekasaran N7) dihasilkan pada kecepatan potong 300 m/mnt. Pada
kecepatan potong 240 m/mnt, 180 m/mnt, 140 m/mnt masih berada pada tingkat
kekasaran N7, pada kecepatan lain 110 m/mnt memiliki tingkat kekasaran N8.
Grafik hubungan antara penggunaan media pendingin dan kekasaran
permukaan pada berbagai kecepatan potong, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
3. Kerangka Pemikiran
Kekasaran permukaan produk hasil pengerjaan pada mesin-mesin
merupakan salah satu bagian yang harus diperhitungkan sebagai upaya bengkel
pemesinan dalam meningkatkan kualitas produk. Selain itu, diperlukan cara agar
mesin perkakas tersebut menghasilkan produk dengan jumlah banyak dalam
waktu singkat, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah-rendahnya.
Produk yang berkualitas diperoleh dari adanya proses pemesinan yang
baik. Kekasaran permukaan adalah salah satu keadaan yang disebabkan oleh
kondisi pemotongan dari proses pemesinan. Dari penelitian sebelumnya kekasaran
produk dari mesin bubut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : gerak
pemakanan, kedalaman potong, kecepatan potong, sudut potong utama, geometri
pahat, material pahat, media pendingin dan material benda kerja.
1. Pengaruh Gerak Pemakanan terhadap Kekasaran Permukaan
Pada penelitian sebelumnya telah diteliti mengenai pengaruh kecepatan
spindel dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran logam, juga
pengaruh parameter potong dan geometri pahat terhadap kekasaran permukaan
pada proses bubut. Dari kedua penelitian diatas parameter potong memiliki
pengaruh terhadap kekasaran permukaan. Hasil penelitian menunjukan gerak
pemakanan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kekasaran
permukaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang proses pembubutan
menggunakan mesin CNC, pada penelitian ini menggunakan mesin bubut
konvensional.
Gerak pemakanan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap
benda kerja berputar satu kali. Semakin panjang jarak penyayatan pahat satu
kali benda kerja berputar semakin tebal penampang beram yang terbentuk,
ketebalan penampang beram yang dihasilkan akan mempengaruhi kekasaran
permukaan, semakin tebal penampang beram yang dihasilkan pahat sekali
benda kerja berputar semakin kasar permukaan benda kerja. Dengan demikian
diduga ada pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
A1
A2 Keterangan :
A
A = Variasi Gerakan Pemakanan
A3
X B = Variasi Media Pendingin
B1 X = Kekasaran Permukaan
B2
B
B3
4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan analisa kerangka pemikiran di atas
dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
2. Ada pengaruh media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
3. Ada pengaruh secara bersama gerak pemakanan dan media pendingin
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material
baja HQ 760.
4. Ada interaksi gerak pemakanan dan media pendingin yang
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil hasil pembubutan
pada material baja HQ 760.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gerak pemakanan dan
media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil proses pembubutan
konvensional pada material baja HQ 760. Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen desain
commit to
acak sempurna model tetap eksperimen user Desain acak sempurna adalah
faktorial.
52
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Feed (f) mm/rev min. 1,0 0,3 s/d 1,0 max. 0,3
ISO machining
gruop for carbide P30 s/d P40 P20 s/d P30 P10
tool
Cutting speed (Vc)
40 s/d 60 60 s/d 150 >150
m/min
Sumber : PT Tira Andalas Steel
1) Gerak pemakanan (feed)
Dari tabel 3.1 untuk pahat jenis carbide tool direkomendasikan
untuk proses medium turning menggunakan gerak pemakanan 0,3 s/d
1,0 mm/rev. Berdasarkan rekomendasi tabel 3.1 dan gerak pemakanan
yang ada pada mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486 gerak
pemakanan yang digunakan dalam percobaan ini:
a) Gerak pemakanan rendah
Untuk kecepatan pemakanan rendah digunakan kecepatan
pemakanan 0,316 mm/rev.
b) Gerak pemakanan tengah
Untuk kecepatan pemakanan tengah digunakan kecepatan
pemakanan 0,410 mm/rev sesuai dengan rekomendasi dari pahat yang
digunakan.
c) Gerak pemakanan tinggi
Untuk kecepatan pemakanan tinggi digunakan kecepatan
pemakanan 0,516 mm/rev.
2) Media Pendingin
commit
Dalam penelitian ini mediatopendingin
user yang digunakan :
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
a) Dromus
Dromus dalam penggunaannya sebagai cairan pendingin,
dicampur dengan air, dengan perbandingan 20 air : 1 dromus. Dromus
adalah sejenis minyak mineral yang mengemulsi dengan air, berwarna
putih susu. Cairan dromus dicampur dengan air bertujuan untuk
meningkatkan daya pelumasan pada air, karena daya lumas air sangat
kecil sehingga bila digunakan sebagai media pendingin kurang baik,
karena syarat suatu media pendingin yang baik selain mampu
mendinginkan juga mampu melumasi. Jadi dromus akan memiliki
daya pendinginan yang besar, tetapi tetap memiliki daya pelumasan.
Tabel 3.2 Spesifikasi Dromus
TYPICAL CHARACTERISTICS DROMUS
Density at 15°C - Kg/m3 955
Flash Point, Base oil, °C 162
Viscosity @ 40°C 80
pH (10% Emulsion) 8,7
Emulsion stability (500 ppm) 22 None
hr. oil/cream @ 25°C
Copper Strip @ 40°C 1a
Herbert Rust Test pass
Freeze/Thaw (40 cycles) No separation
Sumber : http://www-static.shell.com
b) Minyak pelumas
Minyak pelumas memiliki daya pendinginan kurang dibanding air,
mimyak pelumas memiliki daya pelumasan yang sangat baik. Daya
pelumasan ini dapat mengurangi gesekan yang terjadi pada saat
pembubutan, sehingga panas yang terjadi akibat gesekan dapat
dicegah.
Menurut Anwir (1994 : 72) minyak pelumas yang digunakan untuk
pendingin itu di samping mendinginkan, harus juga melumasi. Minyak
commit to user
pelumas yang mendinginkan yaitu dengan membuang panas yang
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
dengan kondisi lain, yang disebut variabel bebas. Dengan kata lain ada atau
tidaknya variabel terikat tergantung ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat kekasaran permukaan, dalam hal
ini adalah Ra (kekasaran rata-rata aritmetik) dengan satuan µm.
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan
variabel terikat yang akan muncul bukan dikarenakan variabel lain, tetapi benar-
benar karena variabel bebas.
Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah variabel yang
akan diungkap pengaruhnya, sehingga kontrol yang dilakukan terhadap variabel
ini akan menghasilkan variabel terikat yang murni.
Adapun variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :
1) Bahan yang digunakan adalah baja HQ760 diameter 29,5 mm dan
panjang 68 mm
2) Mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486
3) Kedalaman pemakanan (depth of cut ) 1 mm
4) Kecepatan potong (Vc) 60 m/min
Putaran spindel yang digunakan adalah:
Vc =nxπxD
1000
Dimana : Vc = kecepatan potong (m/ menit)
D = diameter benda kerja (mm)
n = putaran poros utama (rpm)
Perhitungannya adalah :
60 = n x 3,14 x 29.5
1000
n = 647,74 rpm
Putaran spindel pada mesin bubut Krisbow KW15-486 yang mendekati
adalah 700 rpm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
2. Instrument Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Gergaji potong digunakan untuk memotong spesimen yang akan diuji.
b. Mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486 digunakan untuk
proses pemesinan.
c. Pahat jenis carbide tool P30 digunakan untuk alat pemotong selama
proses pembubutan.
d. Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi benda uji.
e. Bak pendingin digunakan untuk wadah media pendingin.
f. Kuas digunakan untuk mengoleskan media pendingin.
g. Alat uji kekasaran yang digunakan memeriksa hasil kekasaran setelah
dilakukan proses pemesinan adalah Fowler Surfcoder SE 1700 Surface
roughness measuring instrument.
3. Desain Eksperimen
Desain eksperimen adalah langkah-langkah lengkap yang perlu diambil
jauh sebelum eksperimen dilakukan, agar data yang diperlukan dapat diperoleh,
sehingga akan membawa hasil analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku
untuk persoalan yang akan dibahas. (Sudjana, 1991: 1).
Pada penelitian ini digunakan desain eksperimen faktorial. Penelitian ini
mempunyai dua variabel bebas, yang kemudian pada desain eksperimen ini
disebut faktor. Definisi eksperimen faktorial adalah eksperimen yang semua taraf
sebuah faktor tertentu dikombinasikan dalam eksperimen itu. Pada penelitian ini
ada dua variabel bebas, maka faktor yang digunakan yaitu A dan B.
Faktor pertama (A) adalah gerak pemakanan terdiri dari tiga taraf, yaitu :
commit
3,16 mm/rev; 4,10 mm/rev; dan 5,16 to user
mm/rev. Dengan demikian terdapat sembilan
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
kombinasi perlakuan yang berbeda. Faktor kedua (B) variasi media pendingin
terdiri dari tiga taraf yaitu dengan dromus, oli SAE 40, dan udara. Pada masing-
masing perlakuan dilakukan tiga kali replikasi (r = 3). Replikasi dilakukan pada
kesembilan sampel yang diujicobakan, maka secara umum jumlah data
pengukuran dapat ditentukan dari hubungan rx3x3, sehingga 3x3x3 = 27 data.
Desain eksperimen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Table 3.4 Pengumpulan Data
Faktor A
Gerak pemakanan Jumlah Rata-rata
Taraf
0,316 0,410 0,516 keseluruhan keseluruhan
mm/rev mm/rev mm/rev
X111 X121 X131
Dromus X112 X122 X132
X113 X123 X133
Jumlah J110 J120 J130 J130
Rata-rata 110 120 130 100
Faktor B (media pendingin)
Jumlah
keseluruhan J010 J020 J030 J000
Rata-rata
keseluruhan 010
commit
020
to user 030 000
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
4. Pelaksanaan Eksperimen
a. Persiapan Bahan
1). Pemotongan benda kerja
Benda kerja dipotong dengan diameter 30 mm dan panjang
70 mm.
2). Pembubutan awal
Proses ini bertujuan untuk membuat benda kerja memiliki
ukuran yang sama, sehingga diharapkan perlakuan yang diterima
oleh setiap spesimen akan sama. Benda kerja dibubut dengan
panjang 68 mm dan diameternya 29,5 mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
b. Proses eksperimen
Sebelum dilakukan proses pembubutan, terlebih dulu dilakukan
setting mesin berupa pengaturan kecepatan spindel sebesar 700 rpm dan
pemasangan pahat, kemudian dilakukan proses penyayatan sedalam 1 mm
dengan variasi gerak pemakanan dan media pendingin yang telah
ditentukan.
Keterangan :
1. Pengukuran pertama
2. Pengukuran kedua
3. Pengukuran ketiga
commit
Gambar 3.4 to userBenda Uji
Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
d. Tahapan eksperimen
Tahap eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan
aliran proses eksperimen sebagai berikut :
0,07 mm/rev
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
Media pendingin
minyak goreng
Oli SAE 40
Oli SAE 40
Oli SAE 40
dromus
dromus
dromus
Udara
Udara
Udara
Analisis Data
Kesimpulan
n X i X i
2 2
SD 2
n n 1
Keterangan :
SD : Simpangan baku atau deviasi standar
n : Jumlah baris
Xi 2 : Jumlah keseluruhan kolom pangkat dua
Xi2 : Hasil pangkat dua Xi2 kemudian dijumlahkan keseluruhan
4) Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, …., Zn
Xi X
dengan menggunakan rumus : Zi =
SD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
2
Si =
Yi 2 (Yi ) 2 / n i
ni 1
5) commit
Daerah kritik ( Daerah to user Ho )
penolakan
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Data
a. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis setelah diperoleh data
dengan metode eksperimen yang berdistribusi normal dan memiliki varian
yang homogen, maka digunakan analisis varian dua jalan. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
a). Ho : σ 2 0 ; Hi : Ada salah satu perbedaan
1 A 1
Ho 1 ditolak apabila F Fα a - 1, ab (n - 1)
Ho 2 ditolak apabila F Fα b - 1, ab (n - 1)
c). Ha 3 diterima apabila F Fα (a - 1)(b - 1) , ab (n - 1)
4) Menentukan besarnya F
Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisis data guna
menentukan jumlah kuadrat (JK), derajat kebebasan (dk), mean kuadrat
(KT) dan F observasi adalah:
a b n
X 2
X ijk
2
, dengan dk abn
i 1 j 1 k 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
Ji00 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke-i faktor A
b
= X ijk
j 1 k 1
J0j0 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke-j faktor B
a n
= X
i 1 k 1
ijk
Jij0 = Jumlah pengamatan yang ada dalam taraf ke-i faktor A dalam
taraf ke-j faktor B.
n
= X
k 1
ijk
= X
i 1 j 1 k 1
2
ijk
2
J
RX = , dengan dk 1
000
abn
AX = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor A
a
= bn X i 00 X 000
2
i 1
J 2
a
=
i 1
000 bn Rx dengan dk = (a – 1)
a
= an X
2
i 00 X 000
i 1
Rx dengan dk = (b – 1)
2
= ( J 000
n
i 1
Jab = Jumlah kuadrat – kuadrat (JK) untuk semua sel untuk daftar a x b
X
a b
= n
2
0 j0 X 000
i 1 j 1
J 2
b b
= 0 j 0 n Rx
i 1 j 1
a b
=n ( X
i 1 j 1
ij 0 X 000 X 0 j 0 X 000 ) 2
Sumber Variasi dk JK KT F
Rata-rata perlakuan 1 RX
A a-1 AX KTA=AX/dkA FA=KTA/K
B b-1 BX KTB=BX/dkA TE
AB (a-1)(b-1) ABX KTE FB=KTB/K
Kekeliruan (E) ab(n-1) EX =ABX/dkAB TE
EX/dkE FAB=KTAB/
KTE
Jumlah abn X2 - -
Keterangan:
A : Variasi gerak pemakanan
B : Variasi media pendingin
AB : Interaksi antara variasi gerak pemakanan dan media pendingin
dk : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KT : Mean kuadrat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
F : Notasi anava
Pada penelitian ini ada tiga buah taraf faktor A dan tiga buah taraf
faktor B, yang semuanya digunakan dalam eksperimen, maka untuk
menghitung statistik F, digunakan model tetap, yaitu:
Ha1 dipakai statistik F = A/E
Ha2 dipakai statistik F = B/E
Ha3 dipakai statistik F = AB/E
5) Menetapkan kesimpulan
Keputusan uji:
a) FA > Ft 1% Ha diterima
b) FB > Ft 1% Ha diterima
c) FAB > Ft 1% Ha diterima
Fi-j =
X i Xj
2
, RKG = E
1 1
RKG
n .i n. j
Daerah kritik uji (DK) = FF > (p-1) F; p-1, N-pq
Fi-j =
X i Xj
2
, RKG = E
1 1
RKG
n .i n. j
Daerah kritik uji (DK) = FF > (q-1) F; q-1, N-pq
c). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang
sama.
Fij-kj =
X i Xj 2
, RKG = E
1 1
RKG
n . ij n . kj
Daerah kritik uji (DK) = FF > (pq-1) F; pq-1, N-pq
d). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
Fij-ik =
X i Xj
2
, RKG = E
1 1
RKG
n . ij n . ik
Daerah kritik uji (DK) = FF > (pq-1) F; pq-1, N-pq
3) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
4) Mengambil kesimpulan keputusan uji yang ada.
Keterangan:
Fi – j = Nilai Fobservasi pada pembandingan baris ke- i dan baris ke-j
Fij – kj = Nilai Fobservasi pada pembandingan rataan pada sel ke-i dan
sel ke-j
Xi = Rataan pada baris ke-i.
X j = Rataan pada baris ke-j.
X ij = Rataan pada sel ij.
X kj = Rataan pada sel kj.
RKG = E = Rataan kuadrat galat.
n.i = Ukuran sampel baris ke-i.
n.j = Ukuran sampel baris ke-j.
n . ij = Ukuran sel ij.
n . kj = Ukuran sel kj.
commit to user (Sumber: Budiyono, 2004: 213)
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua
faktor. Faktor A adalah variasi gerak penekanan yaitu: 0,316 mm/rev; 0,410
mm/rev; dan 5,16 mm/rev; sedangkan faktor B adalah perlakuan variasi media
pendingin yaitu: oli SAE 40, dromus, udara, faktor A dan faktor B ini merupakan
variabel bebas. Variabel terikatnya adalah kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Data hasil penelitian dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Hasil Pembubutan Baja
HQ 760.
Faktor A
Gerak pemakanan Jumlah Rata-rata
Taraf 0,316 0,410 0,516 keseluruhan keseluruhan
mm/rev mm/rev mm/rev
6,829 7,029 8,332
Oli SAE 40 6,246 7,377 8,447
4,938 7,146 7,792
Faktor B (media pendingin)
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.2 di atas didapat bahwa kekasaran permukaan paling kecil
terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,316 mm/rev dengan variasi media
pendingin oli SAE 40 sebesar 6,004 µm; sedangkan kekasaran permukaan paling
besar terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,516 mm/rev dengan variasi media
pendingin udara yaitu sebesar 8,548 µm.
Untuk memahami lebih jelas perbandingan pengaruh dari masing – masing
variasi gerak pemakanan maupun variasi media pendingin, dapat kita lihat pada
gambar 4.1 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk uji ini dilakukan
dengan menggunakan uji normalitas Lilliefors, dengan taraf signifikansi 1 %.
Selanjutnya mencari harga Lmaks F(Zi) - S(Zi) pada masing-masing kelompok
perlakuan. Harga Lmaks kemudian dikonsultasikan dengan harga Ltabel yang
didapatkan pada tabel dengan N = 9 dan diperoleh Ltabel sebesar 0,311. Jika hasil
perhitungan mendapatkan harga Lmaks lebih kecil dari harga Ltabel, maka data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-
rata. Pada penelitian ini, digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas. Dan
pengambilan kesimpulan dengan taraf signifikansi 1 %. Jika didapatkan harga
X2hitung lebih besar dari harga commit
X2tabel to
{Xuser
2
(0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
didapatkan berasal dari sampel yang tidak homogen. Namun bila didapatkan harga
X2hitung lebih kecil dari harga X2tabel {X2(0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang
didapatkan berasal dari sampel yang homogen. Data hasil pengujian homogenitas
dengan metode Bartlett yang telah dilakukan adalah terlihat seperti dalam tabel
4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Bartlett
Sumber Variasi X2 X2 (1-α)(k-1) Keputusan Uji
Kolom 12,1828 20,1 Ho diterima
Baris 6,8304 20,1 Ho diterima
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Analisis Variansi Dua Jalan
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gerak pemakanan (feed) dan
media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760, perlu dilakukan suatu pengujian statistik. Dalam penelitian
ini, uji statistik yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan. Hasil pengujian
analisis variansi dua jalan tersebut adalah sebagai indikator ada tidaknya pengaruh
variasi gerak pemakanan (feed) dan media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan konvensional pada material baja HQ 760.
Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel serta interaksi
kedua variabel tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.5, yaitu tabel ringkasan
hasil uji F untuk anava dua arah (perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
A : Variasi gerak pemakanan
B : Variasi media pendingin
AB : Pengaruh bersama (interaksi) variasi media pendingin dan gerak
pemakanan
Berdasarkan rangkuman hasil Uji F untuk anava dua jalan pada tabel 4.5
dapat diambil keputusan uji sebagai berikut :
1. Oli SAE 40 >< Dromus 0,316 mm/rev 13,5451 29,68 Tidak ada perbedaan
2. Oli SAE 40 >< Udara 0,316 mm/rev 0 29,68 Tidak ada perbedaan
3. Dromus >< Udara 0,316 mm/rev 25,3984 29,68 Tidak ada perbedaan
4. Oli SAE 40 >< Dromus 0,410 mm/rev 3 29,68 Tidak ada perbedaan
5. Oli SAE 40 >< Udara 0,410 mm/rev 1,84775 29,68 Tidak ada perbedaan
6. Dromus >< Udara 0,410 mm/rev 6,43110 29,68 Tidak ada perbedaan
7. Oli SAE 40 >< Dromus 0,516 mm/rev 9,18247 29,68 Tidak ada perbedaan
8. Oli SAE 40 >< Udara 0,516 mm/rev 0,24433 29,68 Tidak ada perbedaan
9. Dromus >< Udara 0,516 mm/rev 0,44744 29,68 Tidak ada perbedaan
0,92493
0,08574
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama
Sumber Perbedaan antar Baris (pq-
No
Fobservasi 1)F;pq- Kesimpulan
. Faktor B Antar Gerak Pemakanan
1,N-pq
1. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 10,04859 29,68 Tidak ada perbedaan
2. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 34,48589 29,68 Ada perbedaan
3. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 7,30360 29,68 Tidak ada perbedaan
4. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 4,10283 29,68 Tidak ada perbedaan
5. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 8,18541 29,68 Tidak ada perbedaan
6. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 0,69801 29,68 Tidak ada perbedaan
7. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 1,34682 29,68 Tidak ada perbedaan
8. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 3,22028 29,68 Tidak ada perbedaan
9. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 0,40194 29,68 Tidak ada perbedaan
Keterangan : Ada perbedaan jika Fobservasi > (pq-1)F;pq-1,N-pq
Hasil perhitungan uji Scheffe pasca anava menunjukkan bahwa tidak
semua Fobservasi lebih besar dari kriteria uji, dengan demikian tidak semua
kombinasi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
Dari hasil perhitungan diketahui :
a. Variasi gerak pemakanan (0,316 mm/rev; 0,410 mm/rev; dan 0,516 mm/ rev)
memberikan pengaruh terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760.
b. Variasi media pendingin (oli SAE 40, dromus, dan udara) memberikan
pengaruh terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760.
c. Variasi gerak pemakanan dan variasi media pendingin tidak memberikan
pengaruh bersama (interaksi) terhadap kekasaran permukaan logam hasil
proses pembubutan konvensional pada material baja HQ 760.
d. Kekasaran paling kecil terjadi pada gerak pemakanan 0,316 mm/rev dengan
variasi media pendingin oli SAE 40 yaitu sebesar 6,004 µm, sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
kekasaran paling besar terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,516 mm/rev
dengan variasi media pendingin uadara yaitu sebesar 8,548 µm.
daripada Ftabel pada taraf signifikasi 1%, yaitu Fobservasi (AB) = 2,30 < Ft = 4,85,
sehingga diketahui tidak ada pengaruh yang signifikan variasi media
pendingin dan gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760.
4. Komparasi ganda pasca anava yang dilakukan dengan menggunakan uji
Scheffe menunjukkan bahwa kekasaran permukaan logam hasil pembubutan
pada material baja HQ 760 tidak semua kondisi perlakuan mempunyai
perbedaan. Tabel 4.6 menunjukkan komparasi rataan antar baris (variasi gerak
pemakanan) dari data eksperimen yang dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak
semua Fobservasi lebih besar dari kaiteria uji. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan tidak semua variasi gerak pemakanan memberikan perbedaan
pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.7 menunjukkan komparasi
rataan antar baris (variasi media pendingin) dari data eksperimen yang
dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak semua Fobservasi lebih besar dari kaiteria
uji, sehingga dapat diketahui bahwa tidak semua variasi media pendingin
memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.8
menunjukkan hasil komparasi rataan antar sel dalam kolom yang sama dari
data eksperimen yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Fobservasi lebih kecil
daripada kriteria uji, sehingga diketahui bahwa pada semua variasi media
pendingin tidak ada pengaruhnya terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.9 menunjukkan hasil
komparasi rataan antar sel dalam kolom yang sama dari data eksperimen yang
telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Fobservasi lebih kecil daripada kriteria uji.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan semua variasi media pendingin tidak
ada pengaruhnya terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan
pada material baja HQ 760 kecuali variasi gerak pemakanan 0,316 mm/rev
dan 0,516 mm/rev pada penggunaan media pendingin dromus memberikan
perbedaan pengaruh yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
5. Pada gambar 4.1 juga dapat diamati kekasaran permukaan permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760 pada variasi penggunaan media
pendingin oli SAE 40 dengan gerak pemakanan 0,316 mm/rev adalah yang
paling kecil. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.2 bahwa rerata data kekasaran
permukaan paling kecil sebesar 6,004 µm.
6. Pada gambar 4.1 juga dapat diamati kekasaran permukaan permukaan logam
hasil pembubutan kpada material baja HQ 760 pada variasi media pendingin
udara dengan gerak pemakanan 0,516 mm/rev adalah yang paling tinggi. Hal
ini ditunjukkan pada tabel 4.2 bahwa rerata data kekasaran permukaan paling
tinggi sebesar 8,548 µm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh landasan teori yang telah
dikemukakan tentang pengaruh gerak pemakanan dan media pendingin
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ
760, dapat diterapkan ke dalam beberapa implikasi yang dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Variasi media pendingin yaitu oli SAE 40, dromus dan udara juga
mempengaruhi kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material
baja HQ 760. Penelitian ini juga membuktikan bahwa fungsi media pendingin
tidak hanya mendinginkan, tetapi juga melumasi. Hal ini dapat dilihat pada
penggunaan media pendingin oli SAE 40 yang memiliki daya pelumasan yang
besar memberikan kekasaran permukaan hasil pembubutan pada material baja
HQ 760 yang paling kecil.
C. Saran
commit to user