Anda di halaman 1dari 80

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH GERAK PEMAKANAN DAN MEDIA PENDINGIN


TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL
PEMBUBUTAN PADA MATERIAL BAJA HQ 760

SKRIPSI

Oleh :
TRI ADI PRASETYA
NIM : K2506055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id ii
digilib.uns.ac.id

PENGARUH GERAK PEMAKANAN DAN MEDIA PENDINGIN


TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL
PEMBUBUTAN PADA MATERIAL BAJA HQ 760

Oleh :
TRI ADI PRASETYA
NIM : K2506055

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
PERSETUJUAN

ii
perpustakaan.uns.ac.id iii
digilib.uns.ac.id

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T. Danar Susilo Wijayanto, S.T., M.Eng.


NIP. 19500104 197903 1 001 NIP. 19790124 200212 1 002

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id iv
digilib.uns.ac.id

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Oktober 2010


Penulis,

Tri Adi Prasetya


K2505055

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id v
digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :
Tanggal : Oktober 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan


Ketua : Prof. Dr. M. Akhyar, M.Pd ........................
Sekretaris : Drs. Suhardi, M.T ........................
Anggota I : Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T ........................
Anggota II : Danar Susilo Wijayanto, S.T., M.Eng ........................

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd


NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id vi
digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Tri Adi Prasetya. PENGARUH GERAK PEMAKANAN DAN MEDIA


PENDINGIN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL
PEMBUBUTAN PADA MATERIAL BAJA HQ 760. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya
pengaruh variasi gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubut pada material baja HQ 760, (2) ada tidaknya pengaruh variasi media
pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil proses bubut konvensional
pada material baja HQ 760, (3) ada tidaknya pengaruh bersama (interaksi) variasi
gerak pemakanan dan variasi media pendingin terhadap kekasaran permukaan
logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760, (4) interaksi gerak
pemakanan dan media pendingin yang menghasilkan kekasaran permukaan
terkecil hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Pemesinan Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS
sebagai tempat pengerjaan pemesinan dengan mesin bubut konvensional dan
laboratorium Program Diploma Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM sebagai
tempat pengujian tingkat kekasaran permukaan. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen. Populasi yang dipakai adalah baja HQ 760. Sampel diambil
dengan teknik “Purposive Sampling” yaitu sampel baja HQ 760 dengan diameter
29,5 mm dan panjang 68 mm sebanyak 9 buah. Setiap sampel direplikasi tiga kali
pada saat pengukuran kekasaran permukaan sehingga didapat 27 data penelitian.
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
setelah itu dilakukan uji komparasi ganda atau uji pasca anava, dan dilanjutkan
menghitung rerata antar sel.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Ada pengaruh yang cukup signifikan
commit gerak
dengan taraf signifikasi 1% antara to userpemakanan terhadap kekasaran
perpustakaan.uns.ac.id vii
digilib.uns.ac.id

permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat
dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 18,62 dan
Ftabel = 6,01, sehingga Fobservasi > Ftabel. (2) Ada pengaruh yang cukup signifikan
dengan taraf signifikasi 1% antara media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat
dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 14,16 dan
Ftabel = 6,01, sehingga Fobservasi > Ftabel. (3) Tidak ada perbedaan pengaruh bersama
(interaksi) yang signifikan pada taraf 1 % yaitu interaksi variasi gerak pemakanan
dan variasi media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji
analisis data yang menyatakan bahwa Fobservasi = 2,30 dan Ftabel = 6,01, sehingga
Fobservasi < Ftabel. (4) Kekasaran permukaan yang paling kecil hasil proses
pembubutan pada material baja HQ 760 terjadi pada interaksi gerak pemakanan
0,316 mm/rev dengan variasi media pendingin oli SAE 40 yaitu sebesar 6,004
µm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id viii
digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Tri Adi Prasetya. THE EFFECT OF FEED AND CUTTING FLUIDS ON


METAL SURFACE ROUGHNESS HQ 760 STEEL RESULTS TURNING.
Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret
University Surakarta, October 2010.
The purpose of this study is to determine: (1) there is effect of the feed
variation on metal surface roughness of HQ 760 steel results of turning, (2) there
is effect of the cutting fluids variation on metal surface roughness of HQ 760 steel
results of turning, (3) correlation with the (interaction) feed and cutting fluids on
the metal surface roughness of HQ 760 steel results of turning, (4) the interaction
of feed and cutting fluids that produce the lowest roughness of HQ 760 steel
results of turning.
This research was conducted in the laboratory Machining Education
Studies Program Mechanical Engineering Department of Technical Education and
Vocational FKIP UNS as a place of execution of machining with conventional
lathes and Mechanical Engineering Diploma Program laboratory in Faculty of
Engineering UGM as a place to test the level of surface roughness. This research
uses experimental methods. The population used is steel HQ 760. Samples were
taken with the technique of purposive sampling of HQ 760 steel samples with a
diameter 29.5 mm and 68 mm long by 9 units. Each sample replicated three times
at the moment so that the surface roughness measurements obtained 27 research
data. The data analysis technique in this research is two-way analysis of variance,
which previously performed the prerequisite test test test normality and
homogeneity, after which the double comparative test or post-Anova test, and
proceed to calculate the mean between cells.
The results of this study were: (1) There was a significant effect with level of
significance of 1% between the feed on the of HQ 760 steel results of turning.
This can be seen on the results of test data analysis which states that Fobservasi =
18.62 and Ftable = 6.01, so Fobservasi> Ftable. (2) There was a significant effect with
level of significance of 1% between commit to user fluids of HQ 760 steel results of
the cutting
perpustakaan.uns.ac.id ix
digilib.uns.ac.id

turning. This can be seen on the results of test data analysis which states that
Fobservasi = 14.16 and Ftable = 6.01, so Fobservasi> Ftable. (3) No difference with the
effect of (interaction) is significant at 1% level of interaction of feed and cutting
fluids on the surface roughness of HQ 760 steel results of turning. This can be
seen on the results of test data analysis which states that Fobservasi = 2.30 and Ftable
= 6.01, so Fobservasi <Ftable. (4) surface roughness of the least of the process of
turning the steel material HQ 760 occurs in the interaction of feed 0.316 mm / rev
with a variety of cutting fluids SAE 40 oil that is equal to 6.004 μm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id x
digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.” (Yesus Kristus)

“Jangan khawatir orang lain tidak mengerti dirimu, khawatirlah kalau kamu
tidak mengerti orang lain.” (Sidharta Gautama)

“Kamu dapat merantaiku, kamu dapat menyiksaku, bahkan kamu dapat


menghancurkan tubuh ini, tetapi kamu tidak akan dapat memenjarakan
pikiranku.” (Mahatma Gandhi)

“Makhluk apa pun yang berdiam di bumi, apakah manusia atau hewan, masing-
masing memiliki peran, masing-masing dengan jalannya sendiri, untuk
memperindah dan memperkaya dunia ini.” (Dalai Lama)

“Hari kemarin menjadi sebuah pembelajaran, hari esok adalah sebuah


pengharapan, dan hari ini merupakan sebuah anugrah untuk memaknai hidup.”
(Penulis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xi
digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :


1. Bapak dan Ibu tercinta
2. Kakak-kakakku, Mbak Lina dan Mas
Tian, juga Tyas terima kasih atas
perhatiannya
3. Teman-teman PTM angkatan 2006
4. Teman-teman Komalik
5. Teman-teman KMK St. Aloysius
Gonzaga
6. Teman-teman OMK Makamhaji
7. Almamaterku

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xii
digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini menghadapi
hambatan dan kesulitan, namun dengan bantuan berbagai pihak, hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang dengan sepenuh hati memberi bantuan, dorongan,
motivasi, bimbingan, dan pengarahan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS beserta seluruh stafnya.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS.
4. Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T. selaku Pembimbing I yang dengan sabar
memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Danar Susilo Wijayanto, S.T., M.Eng. selaku Pembimbing II yang dengan
sabar memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS,
yang telah memberikan pembekalan materi untuk menyususun skripsi ini.
7. Kepada seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
Menyadari bahwa terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
menyebabkan kurang sempurnanya penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2010

commit to user Penulis


perpustakaan.uns.ac.id xiii
digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. viii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3
C. Batasan Masalah ....................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 6
1. Mesin Bubut Konvensional ................................................ 6
2. Bagian Utama Mesin Bubut Konvensional ....................... 7
3. Gerak Pemakanan Mesin Bubut Konvensional .................. 10
commit
4. Media Pendingin to user
................................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id xiv
digilib.uns.ac.id

5. Material Baja HQ 760 ........................................................ 14


6. Kekasaran Permukaan ........................................................ 15
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 20
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 25
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 29
B. Metode Penelitian ...................................................................... 30
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................... 49
B. Uji Prasyarat Analisis ................................................................ 51
1. Uji Normalitas .................................................................... 51
2. Uji Homogenitas ................................................................. 52
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 53
1. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Anava Dua Jalan .......... 53
2. Hasil Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan ............... 55
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 58
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 61
B. Implikasi .................................................................................... 62
C. Saran .......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 66

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xv
digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halama
n
Tabel 2.1. Gerak Pemakanan pada Mesin Bubut ………………………… 11
Tebel 2.2. Komposisi Kimia Bahan HQ 760 .............................................. 15
Tabel 2.3. Ketidakteraturan Suatu Profil ..................................................... 16
Tabel 2.4. Standarisasi Simbol Nilai Kekasaran ......................................... 20
Tabel 3.1. Rekomendasi Pembubutan ......................................................... 32
Tabel 3.2. Spesifikasi Dromus .................................................................... 33
Tabel 3.3. Spesifikasi Oli SAE 40 Merk Mesran ………………………… 34
Tabel 3.4. Pengumpulan Data ..................................................................... 37
Tabel 3.5. Harga-harga yang perlu untuk Uji Bartlett ................................. 42
Tabel 3.6. Rangkuman Anava Dua Jalan .................................................... 45
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Hasil
Pembubutan Baja HQ 760. ......................................................... 49
Tabel 4.2. Rerata Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Material
Baja HQ 760 (dalam µm) .......................................................... 32
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors .......................... 52
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Bartlet ......................... 53
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji F untuk Anava Dua Jalan .......................... 54
Tabel 4.6. Hasil Komparasi Rataan antar Kolom ....................................... 56
Tabel 4.7. Hasil Komparasi Rataan antar Baris .......................................... 56
Tabel 4.8. Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama. ...... 56
Tabel 4.9. Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama .......... 57

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xvi
digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halama
n
Gambar 2.1. Mesin Bubut ............................................................................ 6
Gambar 2.2. Eretan ...................................................................................... 7
Gambar 2.3. Kepala Lepas ............................................................................ 8
Gambar 2.4. Tool Post ................................................................................. 9
Gambar 2.5. Kran Pendingin ........................................................................ 9
Gambar 2.6. Cekam ..................................................................................... 10
Gambar 2.7. Gerak Pemakanan .................................................................... 10
Gambar 2.8. Tekstur Permukaan .................................................................. 16
Gambar 2.9. Profil Permukaan ........................................................................ 17
Gambar 2.10. Grafik Prediksi Kekasaran terhadap Gerak Pemakanan
dengan Kecepatan Potong Bervariasi ...................................... 21
Gambar 2.11. Variability Ra terhadap Lama Potong pada Berbagai
Kecepatan Potong .................................................................... 24
Gambar 2.12 Kerangka Pemikiran .............................................................. .. 27
Gambar 3.1. Facing .................................................................................... .. 38
Gambar 3.2. Pembuatan Stopper ................................................................ .. 38
Gambar 3.3. Spesimen Hasil Proses Eksperimen ......................................... 39
Gambar 3.4. Pengukuran Benda Uji ........................................................... .. 39
Gambar 3.5. Bagan Alir Proses Eksperimen .............................................. .. 40
Gambar 4.1. Histogram Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media
Pendingin terhadap Kekasaran Permukaan Logam Hasil
Pembubutan pada Material Baja HQ 760 …………………. ... 51

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xvii
digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halama
n
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Baja HQ 760 ......... 66
Lampiran 2. Uji Normalitas .......................................................................... 67
Lampiran 3. Uji Homogenitas ....................................................................... 73
Lampiran 4. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ............................................... 75
Lampiran 5. Uji Pasca Anava (Metode Scheffe) ........................................... 78
Lampiran 6. Tabel-tabel Statistik .................................................................. 91
Lampiran 7. Print Out Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan ................ 100
Lampiran 8. Data Spesimen HQ 760 ............................................................ 109
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 113
Lampiran 10. Surat-surat perijinan ................................................................ 115

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia industri telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Dalam bidang manufaktur khususnya proses produksi, mesin-mesin
perkakas seperti mesin frais, dan mesin bubut sudah dilengkapi dengan sistem
kontrol berbasis komputer (Computer Numerically Controlled). Produktivitas
yang dihasilkan oleh mesin bubut yang memakai sistem komputer ini tentunya
lebih besar bila dibandingkan produktivitas yang dihasilkan mesin bubut
konvensional. Keuntungan lain mesin CNC adalah tingkat kecacatan hasil
pengerjaan yang lebih kecil serta kemudahan pengoperasiannya bila dibandingkan
dengan mesin konvensional. Hadirnya mesin-mesin CNC ini tidak menggeser
keberadaan mesin-mesin yang dioperasikan secara manual atau biasa disebut
mesin konvensional. Harga mesin CNC yang mahal membuat industri-industri
kecil tetap mempertahankan mesin-mesin konvensional. Mesin-mesin
konvensional mutlak memerlukan keterampilan manual dari operatornya,
sehingga produksi yang menggunakan mesin-mesin konvensional mampu
bersaing dengan produk yang dihasilkan mesin-mesin CNC.
Mesin bubut adalah suatu jenis mesin perkakas yang prinsip kerjanya
benda kerja berputar pada kedudukannya dan menggunakan alat potong untuk
menyayat benda kerja. Mesin bubut merupakan salah satu mesin produksi yang
dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris.
Pada proses membubut, hasil pembubutan yang berkualitas tinggi dapat
dilihat dari segi bentuk, kepresisian ukuran, dan karakteristik permukaan berupa
kekasaran dari permukaan benda kerja. Pada dasarnya setiap pekerjaan mesin
mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran permukaan) yang
berbeda-beda, tergantung dari fungsinya. Karakteristik permukaan tersebut harus
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, sehingga efisiensi permukaan akan
lebih sesuai dengan permukaannya. Kekasaran permukaan suatu komponen mesin
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

selalu berhubungan dengan gesekan, pelumasan, tahan kelelahan, maupun


perangkaian komponen-komponen mesin.
Kekasaran permukaan hasil pengerjaan pembubutan menjadi suatu
tuntutan yang harus diperhatikan, karena kekasaran permukaan komponen mesin
memiliki pengaruh dalam suatu rangkaian mesin. Kekasaran permukaan yang
tinggi komponen mesin pada rangkaian mesin yang berputar dapat menyebabkan
terjadinya keausan yang cepat, sehingga komponen mesin cepat rusak dan
akhirnya efisiensi kerja menjadi menurun. Pada bagian mesin yang akan dilapisi
seperti dikrom dan dicat diperlukan kekasaran permukaan yang rendah, karena
bila permukaan benda terlalu kasar akan menyebabkan hasil pelapisan menjadi
kasar dan lapisan akan mudah terkelupas. Mengingat kekasaran permukaan
produk hasil proses pembubutan memiliki fungsi yang sangat penting, maka di
setiap gambar kerja ada penunjukan isyarat tentang kekasaran permukaan yang
harus dipenuhi.
Pada industri kecil yang kebanyakan menggunakan mesin bubut
konvensional, untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang sesuai permintaan
gambar kerja, biasanya seorang operator mesin hanya menggunakan feeling atau
perasaannya. Dengan metode feeling tersebut tentu hasilnya tidak dapat
dipastikan, kadang bisa sesuai dan terkadang tidak sesuai dengan permintaan
gambar kerja, tergantung dari jam terbang atau pengalaman operator mesin.
Penggunaan pendinginpun tidak diperhatikan, banyak operator pada industri kecil
mengabaikan fungsi pendingin, sehingga berpengaruh juga dengan kualitas
produk yang dihasilkan. Agar produk hasil industri kecil dapat bersaing dengan
industri besar, mutlak diperlukan hasil pengerjaan mesin yang sesuai dengan
permintaan gambar kerja.
Untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang sesuai dengan permintaan
gambar kerja sehingga proses produksi mampu menghasilkan produk yang
berkualitas diperlukan pengaturan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kekasaran permukaan produk hasil proses pembubutan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekasaranpermukaan pada pengerjaan logam dengan
menggunakan mesin bubut, antaracommit to user spindel, kedalaman pemakanan,
lain kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

gerak pemakanan, kondisi mesin, bahan benda kerja, bentuk ujung mata potong
pahat, pendinginan, dan operator. Untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang
rendah, proses pembubutan dilakukan dengan kecepatan spindel yang tinggi,
gerak pemakanan yang kecil, dan kedalaman pemakanan yang kecil; sedangkan
untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang tinggi dilakukan proses
pembubutan dengan kecepatan spindel yang rendah, gerakan pemakanan yang
besar dan kedalaman pemakanan yang besar pula. Pengaturan faktor-faktor yang
mempengaruhi kekasaran permukaan diperlukan untuk mendapatkan kekasaran
permukaan yang sesuai dengan permintaan gambar kerja.
Dari latar belakang masalah tersebut perlu diadakan penelitian yang
berhubungan dengan tingkat kekasaran hasil proses pembubutan, dengan
mengambil judul “PENGARUH GERAK PEMAKANAN DAN MEDIA
PENDINGIN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL
PEMBUBUTAN PADA MATERIAL BAJA HQ 760”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan logam hasil proses
pembubutan yang menggunakan mesin bubut konvensional. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Gerak pemakanan (feed)
2. Media pendingin (collant)
3. Kecepatan spindel (RPM)
4. Kedalaman pemakanan (depth of cut)
5. Alat potong (bahan dan geometri pahat)
6. Karakteristik benda kerja (struktur dan kekerasan)
7. Keterampilan operator

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sasaran yang akan
dicapai dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka dari berbagai
permasalahan yang timbul dibatasi pada :
1. Gerak pemakanan dalam satuan mm/putaran
2. Kekasaran permukaan dalam hal ini adalah Ra (kekasaran rata-rata
aritmetik) dengan satuan µm
3. Media pendingin menggunakan minyak pelumas, dromus, dan tanpa
media pendingin

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan
logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760?
2. Adakah pengaruh media pendingin terhadap kekasaran permukaan
logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760?
3. Adakah interaksi gerak pemakanan dan media pendingin terhadap
kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ
760?
4. Manakah interaksi gerak pemakanan dan media pendingin yang
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil hasil proses
pembubutan konvensional pada material baja HQ 760?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh variasi gerak pemakanan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
2. Mengetahui pengaruh variasi media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasilcommit to userpada material baja HQ 760.
pembubutan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

3. Mengetahui pengaruh bersama (interaksi) variasi gerak pemakanan dan


variasi media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760.
4. Mengetahui interaksi gerak pemakanan dan media pendingin yang
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil hasil pembubutan
pada material baja HQ 760.

F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian ilmiah yang bagaimanapun bentuknya pasti mempunyai
manfaat yang diharapkan. Adapun manfaat penelitian ini dapat penulis
kemukakan sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
a. Dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan gerak pemakanan
yang paling optimal dan media pendingin yang sesuai untuk
mendapatkan kekasaran yang diinginkan dalam proses pemesinan
menggunakan mesin bubut konvensional pada material HQ 760.
b. Menjadi masukan perusahaan dalam hubungannya dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas produk hasil pengerjaan pembubutan
konvensional.
c. Sebagai bahan panduan praktik bagi semua pihak tentang pentingnya
gerak pemakanan dan media pendingin terhadap kekasaran permukaan
pada baja HQ 760.

2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
a. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi perkembangan penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
b. Menjadi bahan pustaka bagi Program Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan commit to user
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Pustaka
1. Mesin Bubut Konvensional
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang
dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata
potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin
bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk
membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja
terlebih dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel
mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai
perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan
disayatkan pada benda kerja yang berputar. Pada perkembangannya ada jenis
mesin bubut yang berputar alat potongnya, sedangkan benda kerjanya diam.
Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah memotong
benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan. Mesin
bubut manual dikatakan konvensional untuk membedakan dengan mesin-mesin
yang dikontrol dengan komputer (Computer Numerically Controlled) ataupun
kontrol numerik (Numerical Control). (Wirawan Sumbodo, 2008 : 227)

commit2.1.
Gambar to user
Mesin Bubut

29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

2. Bagian Utama Mesin Bubut Konvensional


a. Motor Utama
Motor utama adalah motor penggerak cekam (chuck) untuk
memutar benda kerja. Motor ini adalah motor jenis arus searah (DC)
dengan kecepatan putar yang variabel.
b. Eretan
Eretan (carriage) terdiri atas eretan memanjang (longitudinal
carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross
carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top
carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan
melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan
yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur
dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu
diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun
manual. (Wirawan Sumbodo, 2008 : 239)

Gambar 2.2. Eretan


c. Kepala Lepas (Tail Stock)
Kepala lepas digunakan untuk dudukan senter putar sebagai
pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai
tirus dan cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser
sepanjang alas mesin, porosnya berlubang tirus, sehingga
memudahkan tangkai bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepas sama
dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini terdiri dari terdapat dua
commit to user
bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan dua baut pengikat (A)
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

yang terpasang pada kedua sisi alas kepala lepas sekaligus berfungsi
untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan agar
dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin,
atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus di antara dua
senter.
Selain roda pemutar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan
pengikat yang satu (C) dihubungkan dengan alas yang dipasang mur,
dimana fungsinya untuk mengikat kepala lepas terhadap alas mesin
agar tidak terjadi pergerakan kepala lepas dari kedudukannya. Lengan
pengikat yang satunya (D) dipasang pada sisi tabung luncur/rumah
senter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi pergerakan
longitudinal sewaktu membubut. (Wirawan Sumbodo, 2008 : 240)

Gambar 2.3. Kepala Lepas


Keterangan gambar :
A : Buat pengikat
B : Roda pemutar
C : Lengan pengikat
D : Lengan pengikat
d. Penjepit Pahat (Tool Post)
Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat,
yang bentuknya ada beberapa macam di antaranya seperti ditunjukkan
pada gambar 2.4. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit 4 (empat)
commit
buah pahat sekaligus, to user dalam suatu pengerjaan bila
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

memerlukan 4 (empat) macam pahat dapat dipasang dan disetel


sekaligus. (Wirawan Sumbodo, 2008 : 243)

Gambar 2. 4. Tool Post


e. Kran pendingin
Kran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin (collant)
kepada benda kerja yang sedang dibubut dengan tujuan untuk
mendinginkan pahat pada waktu penyayatan, sehingga dapat menjaga
pahat tetap tajam dan panjang umurnya. Hasil bubutannyapun halus.
(Wirawan Sumbodo, 2008 : 244)

Gambar 2.5. Kran Pendingin


f. Cekam (Chuck)
Cekam adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjepit benda
kerja. Jenisnya ada yang berahang tiga sepusat (self centering chuck)
yang dapat dilihat pada gambar 2.6, dan ada juga yang berahang tiga
dan empat tidak sepusat (independenc chuck). Cekam rahang tiga
sepusat, digunakan untuk benda-benda silindris, dimana gerakan
commit to user
rahang bersama-sama pada saat dikencangkan atau dibuka. Cekam
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

dengan rahang tiga dan empat tidak sepusat, setiap rahang dapat
bergerak sendiri tanpa diikuti oleh rahang yang lain, maka jenis ini
biasanya untuk mencekam benda-benda yang tidak silindris atau
digunakan pada saat pembubutan eksentrik. (Wirawan Sumbodo, 2008
: 247)

Gambar 2.6. Cekam

3. Gerak Pemakanan Mesin Bubut Konvensional


Gerak pemakanan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap
benda kerja berputar satu kali (gambar 2.7.), sehingga satuan f adalah
mm/putaran. Gerak pemakanan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material
benda kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan
yang diinginkan. Gerak pemakanan biasanya ditentukan dalam hubungannya
dengan kedalaman potong a. Gerak pemakanan tersebut berharga sekitar 1/3
sampai 1/20 a, atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki.
(Windarto, 2008 :146)

Keterangan gambar :
a = kedalaman potong
f = gerak pemakanan

Gambarcommit to user
2.7. Gerak Pemakanan
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Semakin besar gerak pemakanan pahat maka lebih tebal beram yang
terbentuk. Penampang beram adalah penampang yang dihasilkan setelah satu
putaran benda kerja, pada setiap pemutaran terkelupas sebuah cincin. Semakin
besar penampang beram maka semakin kasar permukaan benda kerja. Luas
penampang beram adalah hasil perkalian antara gerak pemakanan (f) dan
kedalaman potong (a).
A = f . a ……. (mm2). (George Love, 1986 : 182)
Gerak pemakanan ini juga digunakan untuk menghitung kecepatan gerak
pemakanan. Kecepatan gerak pemakanan ini dihitung dengan tujuan mengetahui
waktu yang dibutuhkan pahat untuk bergeser menyayat benda kerja tiap putaran
per menit, dengan diketahuinya kecepatan gerak pemakanan ini waktu produksi
bisa direncanakan. Rumus kecepatan gerak pemakanan sebagai berikut :

Dimana :
V = Kecepatan gerak pemakanan
V=f.n f = gerak pemakanan
n = putaranbenda kerja (rad/min)

Gerak pemakanan ini biasanya disediakan dalam daftar spesifikasi yang


dicantumkan pada mesin bubut bersangkutan. Untuk memperoleh gerak
pemakanan yang kita inginkan kita bisa mengatur tuas pengatur gerak pemakanan
yang ada pada mesin bubut.
Tabel 2.1Gerak Pemakanan pada Mesin Bubut

commit
Sumber : Manual Mesin Bubut to user
konvensional Krisbow KW15-486
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

4. Media Pendingin
Pendingin adalah cairan yang digunakan dalam proses produksi yang
fungsinya untuk pendinginan panas yang tinggi akibat gesekan dua benda
(Bambang Priambodo, 1992 : 87). Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang
khusus dalam proses pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan
pendingin dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan memperhalus
permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, cairan pendingin juga berfungsi
sebagai pembersih/pembawa beram (terutama dalam proses gerinda) dan
melumasi elemen pembimbing (ways) mesin perkakas serta melindungi benda
kerja dan komponen mesin dari korosi. Cairan pendingin bekerja pada daerah
kontak antara beram dengan pahat. Secara umum dapat dikatakan bahwa peran
utama cairan pendingin adalah untuk mendinginkan dan melumasi (Windarto,
2008 : 299).
Cairan pendingin yang biasa dipakai dalam proses pemesinan dapat
dikategorikan dalam empat jenis utama yaitu :
1. Straight oils (minyak murni)
Minyak murni (straight oils) adalah minyak yang tidak dapat diemulsikan
dan digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah diencerkan.
Minyak ini terdiri dari bahan minyak mineral dasar atau minyak bumi, dan
kadang mengandung pelumas yang lain seperti lemak, minyak tumbuhan, dan
ester. Selain itu bisa juga ditambahkan aditif tekanan tinggi seperti chlorine,
sulphur, dan phosporus. Minyak murni ini berasal salah satu atau kombinasi
dari minyak bumi (naphthenic, paraffinic), minyak binatang, minyak ikan atau
minyak nabati.
Viskositasnya dapat bermacam-macam dari yang encer sampai yang kental
tergantung dari pemakaian. Pencampuran antara minyak bumi dengan minyak
hewani atau nabati menaikkan daya pembasahan (wetting action) sehingga
memperbaiki daya lumas. Penambahan unsur lain seperti chlorine, sulphur,
atau phosporu (EP additives) menaikkan daya lumas pada temperatur dan
tekanan tinggi. Minyak murni menghasilkan pelumasan terbaik, akan tetapi
commit
sifat pendinginannya paling jelek to user
di antara cairan pendingin yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

2. Soluble oils
Soluble oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air.
Konsentrat mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk
menstabilkan emulsi. Minyak ini digunakan dalam bentuk sudah diencerkan
(biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan unjuk kerja pelumasan dan
penghantaran panasnya bagus. Minyak ini digunakan luas oleh industri
pemesinan dan harganya lebih murah di antara cairan pendingin yang lain.
3. Synthetic fluids (cairan sintetis).
Minyak sintetik (synthetic fluids) tidak mengandung minyak bumi atau
minyak mineral dan sebagai gantinya dibuat dari campuran organik dan
anorganik alkaline bersama-sama dengan bahan penambah (additive) untuk
penangkal korosi. Minyak ini biasanya digunakan dalam bentuk sudah
diencerkan (biasanya dengan rasio 3 sampai 10%). Minyak sintetik
menghasilkan unjuk kerja pendinginan terbaik di antara semua cairan
pendingin. Cairan ini merupakan larutan murni (true solutions) atau larutan
permukaan aktif (surface active). Pada larutan murni, unsur yang dilarutkan
terbesar di antara molekul air dan tegangan permukaan (surface tension)
hampir tidak berubah. Larutan murni ini tidak bersifat melumasi dan biasanya
dipakai untuk sifat penyerapan panas yang tinggi dan melindungi terhadap
korosi. Sementara itu dengan penambahan unsur lain yang mampu
membentuk kumpulan molekul akan mengurangi tegangan permukaan
menjadi jenis cairan permukaan aktif sehingga mudah membasahi dan daya
lumasnya baik.
4. Semisynthetic fluids (cairan semi sintetis)
Cairan semi sintetik (semi-synthetic fluids) adalah kombinasi antara
minyak sintetik (A) dan soluble oil (B) dan memiliki karakteristik kedua
minyak pembentuknya. Harga dan unjuk kerja penghantaran panasnya terletak
antara dua buah cairan pembentuknya tersebut. Jenis cairan ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Kandungan minyaknya lebih sedikit (10% sampai 45% tipe B)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

b. Kandungan pengemulsinya (molekul penurun tegangan permukaan)


lebih banyak dari tipe A
Partikel minyaknya lebih kecil dan lebih tersebar. Dapat berupa jenis dengan
minyak yang sangat jenuh (“super-fatted”) atau jenis EP (Extreme Pressure).
(Windarto, 2008 :300)
Pada saat proses pembubutan terjadi gesekan antara benda kerja dengan
ujung pahat yang menimbulkan panas. Gesekan dan panas tersebut dapat
menyebabkan beram menempel pada ujung mata pahat, sehingga ujung mata
pahat akan rusak. Kekasaran permukaan benda yang dihasilkan akan tinggi dan
ukuran kekasarannya tidak tepat. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan
media pendingin pada saat proses pembubutan, karena media pendingin dapat
berperan sebagai pelumas dan penyerap panas (Arief Darmawan, 1989/1990 : 6).
Keuntungan penggunaan media pendingin pada proses pembubutan :
1. Mengurangi biaya alat potong. Media pendingin mengurangi keausan alat
potong, jika umur pahat makin panjang dan menghemat waktu untuk
mengasah/menajamkan kembali alat potong.
2. Meningkatkan kecepatan produksi. Media pendingin mengurangi gesekan dan
panas yang terjadi, maka kecepatan potong dapat ditingkatkan.
3. Menghemat energi. Gesekan yang terjadi kecil, maka energi yang diperlukan
untuk penggerak mesinpun kecil.
4. Permukaan hasil pemotongan lebih baik. Karena sisi tajam alat potong tidak
cepat tumpul dan tidak mudah rusak, maka mampu menghasilkan permukaan
sesuai dengan yang direncanakan. (Arief Darmawan, 1989/1990 : 7)

5. Material Baja HQ 760


Material yang digunakan sebagai spesimen uji dalam penelitian adalah
baja HQ 760 dengan komposisi kimia dapat diihat pada tabel 2.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bahan HQ 760

Unsur Prosentasi (%)


C 0,42 – 0,50
Mn 0,50 – 0,80
Si (max) 0,40
S 0,020
Cr + Mo + Ni (max) 0,.63
Sumber : PT Tira Andalan Steel

6. Kekasaran Permukaan
Permukaan adalah batas yang memisahkan antara benda padat dengan
sekelilingnya. Jika ditinjau dengan skala kecil pada dasarnya konfigurasi
permukaan merupakan suatu karakteristik geometri golongan mikrogeometri.
Sementara itu yang tergolong makrogeometri adalah permukaan secara
keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang spesifik misalnya permukaan
poros, lubang, sisi dan lain-lain yang tercakup pada elemen geometri ukuran,
bentuk, dan posisi. (Taufiq Rochim, 2001 : 52)
Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam
perancangan komponen mesin atau peralatan. Banyak hal di mana karakteristik
permukaan perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya dengan
gesekan, keausan, pelumasan ketahanan lelah, perekatan dua atau lebih komponen
mesin dan sebagainya.
Konfigurasi permukaan yang kita lihat dengan mata sebenarnya tidaklah
serapi yang terlihat. Apabila profil permukaan kita lihat dari penampang
melintang benda kita akan melihat ketidakteraturan dari profil permukaan suatu
benda. Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari profilnya
dapat diuraikan menjadi beberapa tingkat seperti yang terlihat pada tabel 2.2.
Tingkat pertama merupakan ketidakteraturan makrogeometri yaitu keseluruhan
permukaan yang membuat bentuk. Tingkat kedua yaitu yang disebut dengan
gelombang (waviness), merupakan ketidakteraturan yang periodik dengan panjang
commit to user
gelombang yang jelas lebih besar dari kedalamannya (amplitude). Tingkat ketiga
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

yaitu alur (groove) dan tingkat keempat adalah serpihan (flaw) dan keduanya lebih
dikenal dengan istilah kekasaran (roughness). (Taufiq Rochim, 2001 : 54)
Tabel 2.3 Ketidakteraturan Suatu Profil (Konfigurasi Penampang Permukaan)
Profil Terukur (Bentuk Contoh Tingkat
Tingkat Grafik Hasil Istilah Kemungkinan
Pengukuran) Penyebabnya
Kesalahan bidang
pembimbing mesin
Kesalahan bentuk
1 perkakas dan benda kerja,
(form error)
kesalahan pencekaman
benda kerja.
Kesalahan bentuk
Gelombang perkakas, penyenteran
2
(waviness) perkakas, getaran dalam
proses permesinan
Jejak atau bekas
3 Alur (grove) pemotongan (bentuk
ujung pahat, gerak makan)
Proses pembentukan
4 Serpihan (flakes) beram

Kekasaran Kombinasi
5 permukaan ketidakteraturan tingkat 1
(surface sampai 4
roughness)
Sumber : Taufik Rochim, 2001 : 55
Istilah kekasaran permukaan digunakan secara luas di industri dan
biasanya digunakan untuk mengukur kehalusan dari suatu permukaan benda.
Standard Amerika B46.1-1947 mendefinisikan mengenai kekasaran permukaan,
permukaan yang digambarkan dari konsep permukaan metrologi dan terminologi
commit to user
yang telah ada pada standar sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Kekasaran terdiri dari ketidakteraturan dari tekstur permukaan, yang pada


umumnya mencakup ketidakteraturan yang diakibatkan oleh perlakuan selama
proses produksi. Contoh bentuk tekstur permukaan benda kerja dapat dilihat pada
gambar 2.8.

Gambar 2.8. Tekstur Permukaan


Jarak kekasaran (roughness width) adalah jarak paralel pada permukaan
yang nominal antara punggung bukit/bubungan atau puncak berurutan terhadap
pola ajuan utama dari kekasaran permukaan.
Penggalan jarak kekasaran (roughness width off cut) adalah pengukuran
rata-rata tingginya kekasaran yang menandakan pengaturan jarak yang terbesar
dari ketidakteraturan permukaan berulang. Nilai penggalan jarak kekasaran dinilai
dalam perseribu dari suatu inci. Tabel standar untuk nilai-nilai penggalan jarak
kekasaran 0,003; 0,10; 0,030; 0,100; dan 1,000 inci. Jika tidak ada nilai, maka
ditetapkan suatu asumsi penilaian/beban maksimum 0,030 inci.
Waviness yaitu meliputi semua ketidakteraturan yang terjadi pada
permukaan. Waviness height adalah jarak puncak tertinggi terhadap lembah.
Waviness width adalah pengaturan jarak dari gelombang/lambaian berurutan
mencapai puncak atau lembah gelombang/lambaian berurutan lain.
Lay adalah arah dari pola acuan permukaan utama, secara normal
ditentukan oleh metode produksi.
Flaws adalah kesalahan tak disengaja, tak diduga, dan gangguan tak
commit to user
dikehendaki di dalam topografi yang khas dari suatu permukaan benda.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Untuk mereproduksi profil suatu permukaan, sensor arau peraba harus


digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan panjang
pengukuran (transversing length; lg) yang telah ditentukan. Reproduksi yang
dihasilkan oleh alat ukur kekasaran akan terlihat seperti gambar 2.9.

Gambar 2.9. Profil Permukaan (Taufik Rochim, 2001 : 5)


Profil geometrik ideal ialah profil pemukaan yang sempurna dapat berupa
garis lurus, lengkung, atau busur.
Profil terukur (measured profil), merupakan profil permukaan terukur.
Profil referensi adalah profil yang digunakan sebagai acuan untuk
menganalisis ketidakteraturan konfigurasi permukaan.
Profil akar/alas yaitu profil referensi yang digeserkan ke bawah, sehingga
menyinggung titik terrendah profil terukur.
Profil tengah adalah profil yang digeserkan ke bawah sedemikian rupa,
sehingga jumlah luas bagi daerah-daerah di atas profil tengah sampai profil
terukur adalah sama dengan jumlah luas daerah-daerah di bawah profil tengah
sampai ke profil terukur.
Berdasarkan profil-profil yang diterangkan di atas, dapat didefinisikan
beberapa parameter permukaan, yaitu yang berhubungan dengan dimensi pada
arah tegak dan arah memanjang. Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa
parameter yaitu:
1. Kekasaran total (peak to valley height/total height), Rt (µm) adalah jarak
antara profil referensi dengan profil alas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

2. Kekasaran perataan (depth of surface smoothness/peak to mean line), Rp (µm)


adalah jarak rata-rata antara profil referensi dengan profil terukur yang
nilainya sama dengan jarak antara profil referensi dengan profil tengah.
3. Kekasaran rata-rata aritmetik (mean roughness index/center line average,
CLA), Ra (µm) adalah harga rata-rata aritmetik bagi harga absolutnya jarak
antara profil terukur dengan profil tengah.

4. Kekasaran rata-rata kuadratik (root mean square height), Rq (µm) adalah akar
bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil tengah.

5. Kekasaran total rata-rata, Rz (µm), merupakan jarak rata-rata profil alas ke


profil terukur pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil alas
ke profil terukur pada lima lembah terrendah.

Harga kekasaran rata-rata (Ra) maksimal yang diijinkan ditulis di atas


simbol segitiga. Satuan yang digunakan harus sesuai dengan satuan panjang yang
digunakan dalam gambar teknik (metrik atau inci). Jika angka kekasaran Ra
minimum diperlukan dapat dituliskan di bawah angka kekasaran maksimum.
Angka kekasaran dapat diklarifikasikan menjadi 12 angka kelas kekasaran seperti
yang terlihat pada tabel 2.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4 Standarisasi Simbol Nilai Kekasaran


Harga Kekasaran, Ra (µm) Angka Kelas Kekasaran Panjang Sampel (m)
50 N12
8
25 N11
12,5 N10
2,5
6,3 N9

3,2 N8
1,6 N7
0,8
0,8 N6
0,4 N5

0,2 N4
0,1 N3 0,25
0,005 N2
0,025 N1 0,08
Sumber : Taufik Rochim, 2001 : 62
Angka kekasaran (ISO number) dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kesalahan interpretasi atas satuan harga kekasaran. Jadi spesifikasi
kekasaran dapat langsung dituliskan nilainya atau dengan menuliskan angka
kekasaran ISO. Panjang sampel pengukuran disesuaikan dengan angka kekasaran
yang dimiliki oleh suatu permukaan. Apabila panjang sampel tidak dicantumkan
di dalam penulisan simbol berat, maka panjang sampel 0,8 mm (bila diperkirakan
proses permesinannya halus sampai sedang) dan 2,5 mm (bila diperkirakan proses
permesinannya kasar). (Taufiq Rochim, 2001 : 55-63)

2. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang akan dilakukan ini merujuk pada penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Yusuf Cahyo Wibowo (2006) meneliti tentang pengaruh kecepatan spindel
dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran logam paduan aluminium
(Al 5005). Pada proses pembubutan dengan
commit spesimen Al 5005 dilakukan variasi
to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

kecepatan spindel 460 rpm, 755 rpm, dan 1255 rpm. Variasi kedalaman
pemakanan juga menggunakan tiga variasi yaitu 0,5 mm; 1 mm; dan 1,5 mm.
Spesimen yang digunakan berjumlah 9 buah dengan panjang 60 mm dan
diameternya 25,4 mm. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan dengan
menggunakan Mitutoyo Surftest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variasi kecepatan spindel terhadap tingkat
kekasaran permukaan logam paduan aluminium. Semakin besar kecepatan spindel
yang digunakan, semakin kecil tingkat kekasaran permukaan benda kerja. Ada
pengaruh kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran permukaan logam.
Kedalaman pemakanan yang semakin kecil akan menghasilkan tingkat kekasaran
permukaan yang semakin kecil. Tidak ada interaksi yang positif dan signifikan
antara variasi kecepatan spindel dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat
kekasaran permukaan logam paduan aluminium. Simpulan penelitian bahwa
kekasaran permukaan yang paling kecil dihasilkan pada kecepatan spindel 1255
rpm dengan kedalaman pemakanan 0,5 mm dan yang paling besar pada kecepatan
spindel 460 rpm dan kedalaman pemakanan 1,5 mm.
Ali Mursit (2006) meneliti tentang pengaruh sudut potong utama dan
variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran permukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen
dengan variasi sudut potong utama, yaitu : 500, 600, 700. Variasi penggunaan
media pendingin yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, coolant, dan oli
SAE 40. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara sudut potong utama terhadap kekasaran pernukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Ada pengaruh yang signifikan antara variasi
penggunaan media pendingin terhadap kekasaran pernukaan hasil pembubutan
baja EMS 45. Ada pengaruh yang signifikan antara sudut potong utama dan
variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran pernukaan hasil
pembubutan baja EMS 45. Didapat kekasaran permukaan yang minimal dari hasil
pembubutan baja EMS 45 yaitu 6,233 µm pada proses perlakuan sudut potong
utama 700 dan penggunaan media pendingin oli SAE 40.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Ninuk Jonoadji dan Joni Dewanto (1999) meneliti tentang pengaruh


parameter potong dan geometri pahat terhadap kekasaran permukaan pada proses
bubut. Proses pemesinan dilakukan pada pada material baja S45C dengan
menggunakan pahat coated carbide. Kondisi pemesinan menggunakan variasi
kecepatan potong 150 m/mnt, 175 m/mnt, 200m/mnt. Gerak makan divariasi 0,1
mm/rev; 0,15 mm/rev; dan 1,2 mm/ rev. Kedalaman potong 1 mm. Percobaan
dilakukan berdasarkan desain eksperimen dan analisis regresi. Dari hasil
percobaan didapatkan gerak pemakanan memberikan pengaruh yang paling besar
dan kecepatan potong memberikan pengaruh paling kecil terhadap kekasaran
permukaan.

(a). Nose radius 0,4 mm (b.) Nose radius 0,8 mm

(c.) Nose radius 1,2 mm


Gambar 2.10. Grafik Prediksi Kekasaran terhadap Gerak Pemakanan dengan
Kecepatan Potong Bervariasi. (Ninuk Jonoadji dan Joni Dewanto, 1999 :
82 – 88) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Dari gambar 2.10 terlihat bahwa dengan bertambahnya nilai dari gerak
pemakanan akan memperbesar nilai Ra pada semua nilai kecepatan potong pada
tiap radius. Pada nilai gerak pemakanan yang sama, memperbesar kecepatan
potong akan menurunkan nilai Ra.
Isdaryanto Iskandar (1995) meneliti tentang variabilitas kualitas
permukaan baja AISI 1060 yang dihasilkan dengan proses bubut dengan
menggunakan pahat karbida terhadap lama pemotongan pada berbagai kecepatan
potong, tanpa dan menggunakan media pendingin. Kondisi pemesinan
menggunakan variasi kecepatan potong 300 m/mnt, 240 m/mnt, 180 m/mnt, 140
m/mnt, 110 m/mnt. Pemotongan dilakukan tanpa menggunakan media pendingin
dan menggunakan media pendingin dromus. Kedalaman potong 1 mm. Gerak
pemakanan 0,1 mm/rev. Hasil penelitian menunjukkan dalam kondisi tanpa media
pendingin, hasil terbaik (tingkat kekasaran N7) dihasilkan pada kecepatan potong
300 m/mnt. Pada kecepatan potong 240 m/mnt masih berada pada tingkat
kekasaran N7, pada kecepatan lainnya yang lebih rendah memiliki tingkat
kekasaran N8. Pemotongan dalam kondisi menggunakan pendingin hasil terbaik
(tingkat kekasaran N7) dihasilkan pada kecepatan potong 300 m/mnt. Pada
kecepatan potong 240 m/mnt, 180 m/mnt, 140 m/mnt masih berada pada tingkat
kekasaran N7, pada kecepatan lain 110 m/mnt memiliki tingkat kekasaran N8.
Grafik hubungan antara penggunaan media pendingin dan kekasaran
permukaan pada berbagai kecepatan potong, yaitu :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

(a) Pemotongan tanpa menggunakan media pendingin

(b) Pemotongan dengan menggunakan media pendingin


Gambar 2.11 Variability Ra terhadap Lama Pemotongan pada Berbagai
Kecepatan Potong (Isdaryanto Iskandar, 1995 : 96)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

3. Kerangka Pemikiran
Kekasaran permukaan produk hasil pengerjaan pada mesin-mesin
merupakan salah satu bagian yang harus diperhitungkan sebagai upaya bengkel
pemesinan dalam meningkatkan kualitas produk. Selain itu, diperlukan cara agar
mesin perkakas tersebut menghasilkan produk dengan jumlah banyak dalam
waktu singkat, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah-rendahnya.
Produk yang berkualitas diperoleh dari adanya proses pemesinan yang
baik. Kekasaran permukaan adalah salah satu keadaan yang disebabkan oleh
kondisi pemotongan dari proses pemesinan. Dari penelitian sebelumnya kekasaran
produk dari mesin bubut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : gerak
pemakanan, kedalaman potong, kecepatan potong, sudut potong utama, geometri
pahat, material pahat, media pendingin dan material benda kerja.
1. Pengaruh Gerak Pemakanan terhadap Kekasaran Permukaan
Pada penelitian sebelumnya telah diteliti mengenai pengaruh kecepatan
spindel dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran logam, juga
pengaruh parameter potong dan geometri pahat terhadap kekasaran permukaan
pada proses bubut. Dari kedua penelitian diatas parameter potong memiliki
pengaruh terhadap kekasaran permukaan. Hasil penelitian menunjukan gerak
pemakanan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kekasaran
permukaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang proses pembubutan
menggunakan mesin CNC, pada penelitian ini menggunakan mesin bubut
konvensional.
Gerak pemakanan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap
benda kerja berputar satu kali. Semakin panjang jarak penyayatan pahat satu
kali benda kerja berputar semakin tebal penampang beram yang terbentuk,
ketebalan penampang beram yang dihasilkan akan mempengaruhi kekasaran
permukaan, semakin tebal penampang beram yang dihasilkan pahat sekali
benda kerja berputar semakin kasar permukaan benda kerja. Dengan demikian
diduga ada pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

2. Pengaruh Media Pendingin terhadap Kekasaran Permukaan


Sebelum penelitian ini telah ada penelitian mengenai pengaruh sudut
potong utama dan variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran
permukaan dengan variasi media pendingin yang digunakan air, coolant, dan
oli SAE 40. Pada penelitian mengenai variabilitas kualitas permukaan baja
yang dihasilkan dengan proses bubut dengan menggunakan pahat karbida
terhadap lama pemotongan pada berbagai kecepatan potong, tanpa
menggunakan media pendingin dan menggunakan media pendingin, media
pendingin yang digunakan adalah dromus. Pada penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh variasi penggunaan media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam, maka divariasikanlah penggunaan media yang memiliki
sifat melumasi, media pendingin yang memiliki sifat mendinginkan dan
menggunakan media pendingin udara atau pembubutan kering.
Pada saat pemotongan, apabila gaya gesek yang terjadi antara muka pahat
dan beram lebih kecil dibandingkan dengan gaya yang dibutuhkan untuk
menggeser material (beram) dari muka pahat, seluruh beram akan mengalir
meninggalkan muka pahat. Apabila yang terjadi sebaliknya, material akan
menempel pada muka pahat. Gejala ini dikenal dengan seizure. Bilamana
penumpukan ini terjadi berlapis-lapis, fenomena ini dikenal sebagai built up
edge.
Apabila pada muka pahat terjadi built up edge sedangkan temperatur pada
tempat tersebut berada di bawah temperatur rekristalisasi, kekerasan built up
edge cukup besar dan mampu untuk menjadi mata potong kedua. Karena
adanya mata potong kedua, pada benda kerja akan timbul bidang kerja baru
yang tidak stabil. Akibat dari hal tersebut di atas, adalah kualitas permukaan
benda kerja yang dihasilkan akan menurun atau berfluktuasi.
Saat proses pembubutan terjadi gesekan antara benda kerja dengan ujung
pahat yang menimbulkan panas. Gesekan dan panas tersebut dapat
menyebabkan beram menempel pada ujung mata pahat sehingga ujung mata
pahat akan rusak. Kekasaran permukaan benda yang dihasilkan akan tinggi
committepat.
dan ukuran kekasarannya tidak to user
Hal ini dapat dihindari dengan
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

penggunaan media pendingin pada saat proses pembubutan, karena media


pendingin dapat berperan sebagai pelumas dan penyerap panas. Dengan
demikian diduga ada pengaruh media pendingin terhadap kekasaran
permukaan.
3. Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media Pendingin terhadap Kekasaran
Permukaan
Dari teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui gerak
pemakan mempengaruhi kekasaran permukaan, sama halnya dengan media
pendingin juga memiliki pengaruh terhadap kekasaran permukaan, dengan
demikian diduga ada pengaruh gerak pemakanan dan media pendingin
terhadap kekasaran permukaan.
Pada penelitian ini digunakan benda kerja bahan baja HQ 760. Proses
pembubutannya menggunakan mesin bubut konvensional. Gerak pemakanan pada
penelitian ini akan divariasikan yaitu 3,16 mm/rev; 4,10 mm/rev; dan 5,16
mm/rev. Media pendinginnya juga divariasi yaitu menggunakan dromus, oli SAE
40, dan udara. Untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya pengaruh gerak
pemakanan dan media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil
proses bubut konvensional pada material baja HQ 760, maka dilakukan
pengukuran kekasaran permukaannya menggunakan Fowler Surfcoder SE 1700
Surface roughness measuring instrument.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditentukan paradigma penelitian sebagai
berikut :

A1
A2 Keterangan :
A
A = Variasi Gerakan Pemakanan
A3
X B = Variasi Media Pendingin
B1 X = Kekasaran Permukaan
B2
B
B3

Gambar 2.12. Kerangka Pemikiran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan analisa kerangka pemikiran di atas
dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
2. Ada pengaruh media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
3. Ada pengaruh secara bersama gerak pemakanan dan media pendingin
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material
baja HQ 760.
4. Ada interaksi gerak pemakanan dan media pendingin yang
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil hasil pembubutan
pada material baja HQ 760.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Pemesinan Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS
sebagai tempat pengerjaan pemesinan dengan mesin bubut konvensional, dan
laboratorium Program Diploma Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM sebagai
tempat pengujian tingkat kekasaran permukaan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei s/d Oktober 2010. Adapun jadwal
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
a. Seminar proposal : 21 Mei 2010
b. Revisi proposal : 21 Mei sampai 5 Juli 2010
c. Perijianan : 19 Juli 2010
d. Proses pemesinan : 16 Agustus sampai 3 September 2010
e. Uji kekasaran : 7 September 2010
f. Analisis data : 13 – 18 September 2010
g. Penulisan laporan : Minggu ketiga September 2010 sampai minggu
pertama Oktober 2010

B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gerak pemakanan dan
media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil proses pembubutan
konvensional pada material baja HQ 760. Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen desain
commit to
acak sempurna model tetap eksperimen user Desain acak sempurna adalah
faktorial.

52
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

desain dimana perlakuan dilakukan sepenuhnya secara acak kepada unit-unit


eksperimen atau sebaliknya. Syarat yang harus dipenuhi dalam desain ini adalah
mempunyai data yang homogen (Sudjana, 1991: 15). Desain model tetap yaitu
desain yang digunakan apabila penelitian hanya mempunyai a buah taraf faktor A
dan hanya b buah faktor B dan semuanya digunakan dalam eksperimen yang
dilakukan (Sudjana, 1991: 116). Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang
semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau
disilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada
dalam eksperimen itu (Sudjana, 1991: 109).
Pada penelitian ini untuk pengukuran tingkat kekasaran digunakan desain
eksperimen faktorial 3 x 3. Terdapat dua variabel bebas yang kemudian pada
desain eksperimen ini disebut faktor. Faktor pertama mempunyai tiga taraf yaitu
variasi gerak pemakanan (feed) 0,316 mm/rev; 0,410 mm/rev; dan 0,516 mm/rev.
Faktor kedua mempunyai tiga taraf, yaitu variasi media pendingin yaitu dengan
dromus, oli SAE 40, dan udara. Pada eksperimen ini diperoleh desain eksperimen
faktorial 3 x 3 dengan demikian diperlukan 9 kondisi eksperimen atau 9
kombinasi perlakuan yang berbeda-beda.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 108), menyatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah
keseluruhan spesimen yaitu HQ 760 berbentuk silinder.
2. Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 109) “sampel adalah bagian atau
wakil populasi yang diteliti”.
Tujuan digunakannya teknik sampling adalah untuk menentukan seberapa
banyak sampel yang diambil. Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil
dengan menggunakan teknik purposive sampling artinya teknik pengambilan
sampel yang dilakukan hanya untuk tujuan tertentu saja. (Sugiyono, 2005 :61)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Sementara menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 117) teknik purposive


sampling adalah sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan
tertentu.
Data didapat dari hasil pengujian kekasaran permukaan spesimen baja HQ
760 di laboratorium yang sebelumnya telah mengalami proses pembubutan
dengan variasi gerak pemakanan 3,16 mm/rev; 4,10 mm/rev; dan 5,16 mm/rev;
serta variasi penggunaan media pendingin dengan dromus, oli SAE 40, dan udara.
Sampel dalam penelitian ini diambil dari bahan HQ 760 dengan ukuran
diameter 29,5 mm dan panjang 68 mm, sebanyak 9 buah.
Pengambilan data kekasaran permukaan dilakukan 3 kali pada tempat yang
berbeda pada tiap-tiap sampel, sehingga jumlah datanya adalah 27.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu
variabel dengan instrumen penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis untuk
mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Sugiyono
(2005 : 91) menyebutkan “Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti
untuk diamati, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu”.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Munculnya variabel ini tidak dipengaruhi atau tidak
ditentukan oleh ada atau tidaknya variabel lain. Tanpa adanya variabel bebas,
maka tidak akan ada variabel terikat. Jika variabel bebas berubah, maka akan
muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gerak pemakanan (feed) yang
didasarkan kemampuan pahat dan mesin yang digunakan dan media pendingin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.1 Rekomendasi Pembubutan

Turning with carbide tool


Rough
Medium turning Finish turning
turning
Depth of cut min. 5 1 s/d 5 max. 1

Feed (f) mm/rev min. 1,0 0,3 s/d 1,0 max. 0,3
ISO machining
gruop for carbide P30 s/d P40 P20 s/d P30 P10
tool
Cutting speed (Vc)
40 s/d 60 60 s/d 150 >150
m/min
Sumber : PT Tira Andalas Steel
1) Gerak pemakanan (feed)
Dari tabel 3.1 untuk pahat jenis carbide tool direkomendasikan
untuk proses medium turning menggunakan gerak pemakanan 0,3 s/d
1,0 mm/rev. Berdasarkan rekomendasi tabel 3.1 dan gerak pemakanan
yang ada pada mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486 gerak
pemakanan yang digunakan dalam percobaan ini:
a) Gerak pemakanan rendah
Untuk kecepatan pemakanan rendah digunakan kecepatan
pemakanan 0,316 mm/rev.
b) Gerak pemakanan tengah
Untuk kecepatan pemakanan tengah digunakan kecepatan
pemakanan 0,410 mm/rev sesuai dengan rekomendasi dari pahat yang
digunakan.
c) Gerak pemakanan tinggi
Untuk kecepatan pemakanan tinggi digunakan kecepatan
pemakanan 0,516 mm/rev.
2) Media Pendingin
commit
Dalam penelitian ini mediatopendingin
user yang digunakan :
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

a) Dromus
Dromus dalam penggunaannya sebagai cairan pendingin,
dicampur dengan air, dengan perbandingan 20 air : 1 dromus. Dromus
adalah sejenis minyak mineral yang mengemulsi dengan air, berwarna
putih susu. Cairan dromus dicampur dengan air bertujuan untuk
meningkatkan daya pelumasan pada air, karena daya lumas air sangat
kecil sehingga bila digunakan sebagai media pendingin kurang baik,
karena syarat suatu media pendingin yang baik selain mampu
mendinginkan juga mampu melumasi. Jadi dromus akan memiliki
daya pendinginan yang besar, tetapi tetap memiliki daya pelumasan.
Tabel 3.2 Spesifikasi Dromus
TYPICAL CHARACTERISTICS DROMUS
Density at 15°C - Kg/m3 955
Flash Point, Base oil, °C 162
Viscosity @ 40°C 80
pH (10% Emulsion) 8,7
Emulsion stability (500 ppm) 22 None
hr. oil/cream @ 25°C
Copper Strip @ 40°C 1a
Herbert Rust Test pass
Freeze/Thaw (40 cycles) No separation
Sumber : http://www-static.shell.com
b) Minyak pelumas
Minyak pelumas memiliki daya pendinginan kurang dibanding air,
mimyak pelumas memiliki daya pelumasan yang sangat baik. Daya
pelumasan ini dapat mengurangi gesekan yang terjadi pada saat
pembubutan, sehingga panas yang terjadi akibat gesekan dapat
dicegah.
Menurut Anwir (1994 : 72) minyak pelumas yang digunakan untuk
pendingin itu di samping mendinginkan, harus juga melumasi. Minyak
commit to user
pelumas yang mendinginkan yaitu dengan membuang panas yang
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

terjadi. Minyak pelumas yang melumasi yaitu dengan mengurangi


gesekan antara sundip dengan bidang sundip dan antara benda kerja
dan bidang pelepasan (free travel surface).
Minyak pelumas memiliki bermacam kekentalan, penggunaan
disesuaikan dengan kondisi pelumasan yang berlaku. Klasifikasi
minyak pelumas yang dipakai adalah SAE (Sociaty of Automotif
Engineer). Angka SAE yang lebih besar menunjukkan angka minyak
yang lebih kental. Dalam perdagangan tersedia minyak pelumas
dengan kekentalan SAE 5, SAE 10, SAE 20, SAE 30, SAE 40, SAE 50
SAE, 60, SAE 90, dan SAE 140.
Dalam penelitian ini minyak pelumas yang digunakan oli SAE 40
merk Mesran yang diproduksi oleh PT. Pertamina. Oli SAE 40
memiliki viskositas yang lebih besar dari dromus.
Tabel 3.3 Spesifikasi Oli SAE 40 Merk Mesran
TYPICAL CHARACTERISTICS MESRAN 40
No. SAE 40
Specific density, 15°C 0,8961
Viscosity kinematic, at 40°C, cSt 146,70
l00°C, cSt 14,42
Viscosity index 96
Colour, ASTM L 2,5
Flash point, COC,-C 244
Pour point, °C -15
Total Base Number, mg KOH/gr 10,08
Sumber : http://pertaminalubesmarine.com
c) Udara
Pembubutan dilakukan tanpa menggunakan media pendingin atau
pembubutan kering.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula
commit to user
sejumlah aspek di dalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

dengan kondisi lain, yang disebut variabel bebas. Dengan kata lain ada atau
tidaknya variabel terikat tergantung ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat kekasaran permukaan, dalam hal
ini adalah Ra (kekasaran rata-rata aritmetik) dengan satuan µm.
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan
variabel terikat yang akan muncul bukan dikarenakan variabel lain, tetapi benar-
benar karena variabel bebas.
Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah variabel yang
akan diungkap pengaruhnya, sehingga kontrol yang dilakukan terhadap variabel
ini akan menghasilkan variabel terikat yang murni.
Adapun variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :
1) Bahan yang digunakan adalah baja HQ760 diameter 29,5 mm dan
panjang 68 mm
2) Mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486
3) Kedalaman pemakanan (depth of cut ) 1 mm
4) Kecepatan potong (Vc) 60 m/min
Putaran spindel yang digunakan adalah:
Vc =nxπxD
1000
Dimana : Vc = kecepatan potong (m/ menit)
D = diameter benda kerja (mm)
n = putaran poros utama (rpm)
Perhitungannya adalah :
60 = n x 3,14 x 29.5
1000
n = 647,74 rpm
Putaran spindel pada mesin bubut Krisbow KW15-486 yang mendekati
adalah 700 rpm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

5) Alat ukur kekasaran yang digunakan adalah Fowler Surfcoder SE 1700


Surface roughness measuring instrument
6) Pahat jenis carbide tool P30
7) Pemberian media pendingin dengan cara dioles
8) Operator dalam mengoperasikan mesin bubut adalah peneliti

2. Instrument Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Gergaji potong digunakan untuk memotong spesimen yang akan diuji.
b. Mesin bubut konvensional Krisbow KW15-486 digunakan untuk
proses pemesinan.
c. Pahat jenis carbide tool P30 digunakan untuk alat pemotong selama
proses pembubutan.
d. Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi benda uji.
e. Bak pendingin digunakan untuk wadah media pendingin.
f. Kuas digunakan untuk mengoleskan media pendingin.
g. Alat uji kekasaran yang digunakan memeriksa hasil kekasaran setelah
dilakukan proses pemesinan adalah Fowler Surfcoder SE 1700 Surface
roughness measuring instrument.
3. Desain Eksperimen
Desain eksperimen adalah langkah-langkah lengkap yang perlu diambil
jauh sebelum eksperimen dilakukan, agar data yang diperlukan dapat diperoleh,
sehingga akan membawa hasil analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku
untuk persoalan yang akan dibahas. (Sudjana, 1991: 1).
Pada penelitian ini digunakan desain eksperimen faktorial. Penelitian ini
mempunyai dua variabel bebas, yang kemudian pada desain eksperimen ini
disebut faktor. Definisi eksperimen faktorial adalah eksperimen yang semua taraf
sebuah faktor tertentu dikombinasikan dalam eksperimen itu. Pada penelitian ini
ada dua variabel bebas, maka faktor yang digunakan yaitu A dan B.
Faktor pertama (A) adalah gerak pemakanan terdiri dari tiga taraf, yaitu :
commit
3,16 mm/rev; 4,10 mm/rev; dan 5,16 to user
mm/rev. Dengan demikian terdapat sembilan
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

kombinasi perlakuan yang berbeda. Faktor kedua (B) variasi media pendingin
terdiri dari tiga taraf yaitu dengan dromus, oli SAE 40, dan udara. Pada masing-
masing perlakuan dilakukan tiga kali replikasi (r = 3). Replikasi dilakukan pada
kesembilan sampel yang diujicobakan, maka secara umum jumlah data
pengukuran dapat ditentukan dari hubungan rx3x3, sehingga 3x3x3 = 27 data.
Desain eksperimen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Table 3.4 Pengumpulan Data
Faktor A
Gerak pemakanan Jumlah Rata-rata
Taraf
0,316 0,410 0,516 keseluruhan keseluruhan
mm/rev mm/rev mm/rev
X111 X121 X131
Dromus X112 X122 X132
X113 X123 X133
Jumlah J110 J120 J130 J130
Rata-rata 110 120 130 100
Faktor B (media pendingin)

X211 X221 X231


Oli SAE 40 X212 X222 X232
X213 X223 X233
Jumlah J210 J220 J230 J130
Rata-rata 210 220 230 200

X311 X321 X331


Udara X312 X322 X332
X313 X323 X333
Jumlah J310 J320 J330 J130
Rata-rata 310 320 330 300

Jumlah
keseluruhan J010 J020 J030 J000
Rata-rata
keseluruhan 010
commit
020
to user 030 000
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

4. Pelaksanaan Eksperimen
a. Persiapan Bahan
1). Pemotongan benda kerja
Benda kerja dipotong dengan diameter 30 mm dan panjang
70 mm.
2). Pembubutan awal
Proses ini bertujuan untuk membuat benda kerja memiliki
ukuran yang sama, sehingga diharapkan perlakuan yang diterima
oleh setiap spesimen akan sama. Benda kerja dibubut dengan
panjang 68 mm dan diameternya 29,5 mm.

Gambar 3.1 Facing


3). Pembuatan stopper
Pembuatan stopper dimaksudkan untuk mempermudah
pemasangan spesimen pada mesin, sehingga panjang spesimen
yang keluar dari chuck selalu sama.

Gambar 3.2 Pembuatan Stopper

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

b. Proses eksperimen
Sebelum dilakukan proses pembubutan, terlebih dulu dilakukan
setting mesin berupa pengaturan kecepatan spindel sebesar 700 rpm dan
pemasangan pahat, kemudian dilakukan proses penyayatan sedalam 1 mm
dengan variasi gerak pemakanan dan media pendingin yang telah
ditentukan.

Gambar 3.3 Spesimen Hasil Proses Eksperimen


c. Pengujian kekasaran permukaan
Pengujian kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan
Fowler Surfcoder SE 1700 Surface roughness measuring instrument.
Setiap satu benda uji dilakukan tiga kali pengukuran kekasaran pada
tempat yang berbeda. Dengan sampel sebanyak 9 buah, setiap sampel
direplikasi sebanyak 3 kali, sehingga didapat 27 data penelitian. Hasil
pengukuran kekasaran permukaan hasil pembubutan baja HQ 760
dinyatakan dalam ukuran µm (mikro meter). Karena penampang benda uji
berupa lingkaran, maka dipilih selisih 1200 pada tiap-tiap tempat yang
diukur.

Keterangan :
1. Pengukuran pertama
2. Pengukuran kedua
3. Pengukuran ketiga

commit
Gambar 3.4 to userBenda Uji
Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

d. Tahapan eksperimen
Tahap eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan
aliran proses eksperimen sebagai berikut :

Penyediaan baja HQ 760

Pemotongan benda kerja menjadi ukuran


diameter 30 mm dan panjang 70 mm

Pembubutan awal benda kerja menjadi ukuran


diameter 29,5 mm dan panjang 68 mm

Pembuatan stopper dengan diameter 27 mm


dan panjang 20 mm

Eksperimen benda kerja

Gerak pemakanan Gerak pemakanan Gerak pemakanan


3,16 mm/rev 4,10 mm/rev 5,16 mm/rev
0,17 mm/rev
Mmedia pendingin

0,07 mm/rev
Media pendingin
Media pendingin

Media pendingin

Media pendingin

Media pendingin
Media pendingin

Media pendingin

Media pendingin

Media pendingin
minyak goreng
Oli SAE 40
Oli SAE 40

Oli SAE 40
dromus

dromus
dromus

Udara

Udara
Udara

Pengukuran kekasaran Pengukuran kekasaran Pengukuran kekasaran

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.5 Bagan Alir Proses Eksperimen


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

E. Teknik Analisa Data


Salah satu bagian terpenting dalam proses kegiatan penelitian adalah
melakukan kegiatan analisis terhadap data-data yang telah terkumpul. Hal ini
bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan serta untuk mendapatkan suatu
kesimpulan yang cukup akurat dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis varian
dua jalan. Uji persyaratan analisis yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan analisis data dengan anava dua jalan. Uji persyaratan analisis yang
harus dilakukan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada variabel-
variabel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Lilliefors.
Adapun prosedur yang digunakan sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
Ho = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Hi = sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Menentukan taraf nyata α = 0.01
3) Menentukan harga SD dengan rumus

n  X i   X i 
2 2

SD  2

n n  1
Keterangan :
SD : Simpangan baku atau deviasi standar
n : Jumlah baris
Xi 2 : Jumlah keseluruhan kolom pangkat dua
Xi2 : Hasil pangkat dua Xi2 kemudian dijumlahkan keseluruhan
4) Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, …., Zn
Xi  X
dengan menggunakan rumus : Zi =
SD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

5) Statistik uji yang digunakan L = Maks. F Zi   S Zi  dengan

F(Zi) = P(Z Zi); Z ~ N(0,1);


banyaknya Z1 , Z 2 , Z3 , Z N  Zi
S Zi 
n
6) Daerah kritik uji DK = {LL > L;n}
Ho ditolak apabila Lo mak > L tabel
Hi diterima apabila Lo mak < L tabel
(Sumber: Budiyono, 2004:170)
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji persyaratan homogenitas digunakan uji Bartlett, adapun
prosedur yang harus ditempuh sebagai berikut:
1) Tentukan hipotesis
Ho : S12 = S22 …. = Sk2 ; Hi : Tidak demikian
2) Tentukan taraf nyata  = 0,01
3) Menentukan tabel uji Bartlett
Tabel 3.5 Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett
Sampel ke- Dk 1/dk Si2 Log Si2 (dk) Log Si2
1 N1-1 1/ N1-1 Si2 Log Si2 (N1-1) Log Si2
2 N2-1 1/ N2-1 Si2 Log Si2 (N1-1) Log Si2
Kekeliruan Nk-1 1/ N3-1 Si2 Log Si2 (N1-1) Log Si2
Jumlah (Ni-1) (1/ Ni-1)  (NI-1) Log Si2

4) Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat


X2 = (Ln 10) { B - (ni – 1) log Si2 };
Dimana:
B = Koefisien Bartlett = ( log S2 )  (ni –1)
S2 = Variasi gabungan dari semua sampel= {(Ni-1) Si2 / (Ni-1)}

2
Si =

Yi 2  (Yi ) 2 / n i 
ni 1
5) commit
Daerah kritik ( Daerah to user Ho )
penolakan
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Ho ditolak apabila X2  X2t ( 1 -  )( k – 1 )


Ho diterima apabila X2  X2t ( 1 -  )( k – 1 )
(Sumber: Sudjana, 1992: 261)

2. Analisis Data
a. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis setelah diperoleh data
dengan metode eksperimen yang berdistribusi normal dan memiliki varian
yang homogen, maka digunakan analisis varian dua jalan. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
a). Ho : σ 2  0 ; Hi : Ada salah satu perbedaan
1 A 1

b). Ho2 : σ B  0 ; Hi 2 : Ada salah satu perbedaan


2

c). Ho : σ 2  0 ; Hi : Ada salah satu perbedaan


3 C 3

2) Memilih taraf signifikasi tertentu ( = 0,01)


3) Menetapkan kriteria pengujian, yaitu:
a). Ha 1 diterima apabila F  Fα a - 1, ab (n - 1) 

Ho 1 ditolak apabila F  Fα a - 1, ab (n - 1) 

b). Ha 2 diterima apabila F  Fα b - 1, ab (n - 1) 

Ho 2 ditolak apabila F  Fα b - 1, ab (n - 1) 
c). Ha 3 diterima apabila F  Fα (a - 1)(b - 1) , ab (n - 1) 

Ho 3 diterima apabila F  Fα (a - 1)(b - 1) , ab (n - 1) 

4) Menentukan besarnya F
Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisis data guna
menentukan jumlah kuadrat (JK), derajat kebebasan (dk), mean kuadrat
(KT) dan F observasi adalah:
a b n

X 2
   X ijk
2
, dengan dk  abn
i 1 j  1 k  1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Ji00 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke-i faktor A
b
=  X ijk
j 1 k 1

J0j0 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke-j faktor B
a n

=  X
i 1 k 1
ijk

Jij0 = Jumlah pengamatan yang ada dalam taraf ke-i faktor A dalam
taraf ke-j faktor B.
n

= X
k 1
ijk

J000 = Jumlah nilai semua pengamatan


a b n

=   X
i  1 j 1 k  1
2
ijk

2
J
RX = , dengan dk  1
000

abn
AX = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor A

 
a
= bn  X i 00  X 000
2

i 1

J 2 
a
= 
i 1
 000 bn   Rx dengan dk = (a – 1)
 

BX = Jumlah kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor B

 
a
= an  X
2
i 00  X 000
i 1

  Rx dengan dk = (b – 1)
2
= ( J 000
n
i 1

Jab = Jumlah kuadrat – kuadrat (JK) untuk semua sel untuk daftar a x b

 X 
a b
= n
2
0 j0  X 000
i 1 j 1

J 2 
b b
=   0 j 0 n   Rx
i 1 j 1  

ABX = Jumlah kuadrat – kuadrat untuk interaksi antara faktor A dan


faktor B
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

a b
=n  ( X
i 1 j 1
ij 0  X 000  X 0 j 0  X 000 ) 2

= Jab – Ax – Bx dengan dk = (a-1)(b-1)


EX =  X2 – RX – AX – BX – ABX dengan dk = ab (n-1)
A = Mean kuadrat untuk faktor A
= AX / (a-1)
B = Mean kuadrat untuk faktor B
= AX / (b-1)
AB = Mean kuadrat untuk A dan B
= ABX / (a-1)(b-1)
E = EX / ab(n-1)
Setelah selesai perhitungan, hasilnya dimasukkan ke dalam daftar
anava sebagai berikut:

Tabel 3.6 Rangkuman Anava Dua Jalan

Sumber Variasi dk JK KT F
Rata-rata perlakuan 1 RX
A a-1 AX KTA=AX/dkA FA=KTA/K
B b-1 BX KTB=BX/dkA TE
AB (a-1)(b-1) ABX KTE FB=KTB/K
Kekeliruan (E) ab(n-1) EX =ABX/dkAB TE
EX/dkE FAB=KTAB/
KTE

Jumlah abn  X2 - -
Keterangan:
A : Variasi gerak pemakanan
B : Variasi media pendingin
AB : Interaksi antara variasi gerak pemakanan dan media pendingin
dk : Derajat kebebasan
JK : Jumlah kuadrat
KT : Mean kuadrat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

F : Notasi anava
Pada penelitian ini ada tiga buah taraf faktor A dan tiga buah taraf
faktor B, yang semuanya digunakan dalam eksperimen, maka untuk
menghitung statistik F, digunakan model tetap, yaitu:
Ha1 dipakai statistik F = A/E
Ha2 dipakai statistik F = B/E
Ha3 dipakai statistik F = AB/E
5) Menetapkan kesimpulan
Keputusan uji:
a) FA > Ft 1% Ha diterima
b) FB > Ft 1% Ha diterima
c) FAB > Ft 1% Ha diterima

(Sumber: Sudjana, 1992: 114)


b. Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan
Komparasi ganda pasca anava bertujuan untuk mengetahui rerata mana
yang berbeda atau rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini, komparasi
ganda yang digunakan untuk tindak lanjut anava dua jalan adalah dengan
memakai metode Scheffe.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pada metode Scheffe sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada.
Menentukan tingkat signifikasi  = 1%
2) Mencari nilai statistik uji F dengan menggunakan formula:
a). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris.

Fi-j =
X i Xj 
2

, RKG = E
 1 1 
RKG   
 n .i n. j
Daerah kritik uji (DK) = FF > (p-1) F; p-1, N-pq

b). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Fi-j =
X i Xj 
2

, RKG = E
 1 1 
RKG   
 n .i n. j
Daerah kritik uji (DK) = FF > (q-1) F; q-1, N-pq
c). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang
sama.

Fij-kj =
X i Xj  2

, RKG = E
 1 1 
RKG   
 n . ij n . kj 
Daerah kritik uji (DK) = FF > (pq-1) F; pq-1, N-pq
d). Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.

Fij-ik =
X i Xj 
2

, RKG = E
 1 1 
RKG   
 n . ij n . ik 
Daerah kritik uji (DK) = FF > (pq-1) F; pq-1, N-pq
3) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
4) Mengambil kesimpulan keputusan uji yang ada.
Keterangan:
Fi – j = Nilai Fobservasi pada pembandingan baris ke- i dan baris ke-j
Fij – kj = Nilai Fobservasi pada pembandingan rataan pada sel ke-i dan
sel ke-j
Xi = Rataan pada baris ke-i.
X j = Rataan pada baris ke-j.
X ij = Rataan pada sel ij.
X kj = Rataan pada sel kj.
RKG = E = Rataan kuadrat galat.
n.i = Ukuran sampel baris ke-i.
n.j = Ukuran sampel baris ke-j.
n . ij = Ukuran sel ij.
n . kj = Ukuran sel kj.
commit to user (Sumber: Budiyono, 2004: 213)
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Uji Scheffe yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris, komparasi rataan antar kolom,
komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama dan komparasi rataan antar
sel pada baris yang sama. Hal ini dilakukan agar benar-benar diketahui tingkat
perbedaan besarnya pengaruh masing-masing kombinasi perlakuan terhadap
besarnya tingkat kekasaran permukaan logam pada material HQ 760.
Kekasaran permukaan optimal dihitung dari rerata sel, interaksi gerak
pemakanan dan media pendingin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua
faktor. Faktor A adalah variasi gerak penekanan yaitu: 0,316 mm/rev; 0,410
mm/rev; dan 5,16 mm/rev; sedangkan faktor B adalah perlakuan variasi media
pendingin yaitu: oli SAE 40, dromus, udara, faktor A dan faktor B ini merupakan
variabel bebas. Variabel terikatnya adalah kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Data hasil penelitian dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Hasil Pembubutan Baja
HQ 760.
Faktor A
Gerak pemakanan Jumlah Rata-rata
Taraf 0,316 0,410 0,516 keseluruhan keseluruhan
mm/rev mm/rev mm/rev
6,829 7,029 8,332
Oli SAE 40 6,246 7,377 8,447
4,938 7,146 7,792
Faktor B (media pendingin)

Jumlah 18,013 21,552 24,571 64,136


Rata-rata 6,004 7,184 8,190 7,126
7,076 8,022 8,514
Dromus 7,702 8,153 8,498
7,345 8,209 8,306
Jumlah 22,123 24,384 25,318 71,825
Rata-rata 7,374 8,128 8,439 7,981
7,179 7,778 8,374
Udara 7,995 8,277 8,408
8,466 8,569 8,861
Jumlah 23,640 24,624 25,643 73,907
Rata-rata 7,880 8,312 8,548 8,212
Jumlah
63,776 70,560 75,532 209,868
keseluruhan
Rata-rata
7,086 7,840 8,392 7,773
keseluruhan

commit to user

72
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Data hasil pengukuran kekasaran permukaan material baja HQ 760 hasil


pembubutan seperti ditunjukkan dalam tabel 4.1 di atas, diperoleh atas dasar
pengukuran kekasaran permukaan material baja HQ 760 dengan menggunakan
Flower Surfcorder SE 1700 Surface Roughness Measuring Instrument di
Laboratorium Program Diploma Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data pengaruh variasi gerak pemakanan
(feed) terhadap kekasaran permukaan material baja HQ 760 disusun berdasarkan
kolom, sedangkan pengaruh variasi media pendingin terhadap kekasaran
permukaan material baja HQ 760 disusun berdasarkan baris, untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rerata Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Material Baja HQ 760
(dalam µm)
Variasi Gerak Pemakanan (mm/rev)
Variasi Media Pendingin
0,316 0,410 0,516
Oli SAE 40 6,004 7,184 8,190
Dromus 7,374 8,128 8,439
Udara 7,880 8,312 8,548

Dari tabel 4.2 di atas didapat bahwa kekasaran permukaan paling kecil
terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,316 mm/rev dengan variasi media
pendingin oli SAE 40 sebesar 6,004 µm; sedangkan kekasaran permukaan paling
besar terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,516 mm/rev dengan variasi media
pendingin udara yaitu sebesar 8,548 µm.
Untuk memahami lebih jelas perbandingan pengaruh dari masing – masing
variasi gerak pemakanan maupun variasi media pendingin, dapat kita lihat pada
gambar 4.1 sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.1 Histogram Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media Pendingin


terhadap Kekasaran Permukaan Logam Hasil Pembubutan pada Material
Baja HQ 760

B. Uji Persyaratan Analisis


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh
sebelum dianalisis dengan uji analisis variansi dua jalan, terlebih dahulu dilakukan
uji pendahuluan atau uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dipakai untuk menguji apakah data hasil penelitian yang
didapatkan mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk uji ini dilakukan
dengan menggunakan uji normalitas Lilliefors, dengan taraf signifikansi 1 %.
Selanjutnya mencari harga Lmaks  F(Zi) - S(Zi)  pada masing-masing kelompok
perlakuan. Harga Lmaks kemudian dikonsultasikan dengan harga Ltabel yang
didapatkan pada tabel dengan N = 9 dan diperoleh Ltabel sebesar 0,311. Jika hasil
perhitungan mendapatkan harga Lmaks lebih kecil dari harga Ltabel, maka data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

berdistribusi normal. Adapun keputusan uji normalitas data selengkapnya adalah


tersebut dalam tabel 4.3.

Table 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors

Sumber Perlakuan Data Hasil Uji Keputusan


Kolom A1 Lobservasi= 0,1112 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(0,316 mm/rev) yang berdistribusi normal
Kolom A2 Lobservasi= 0,1446 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(0,410 mm/rev) yang berdistribusi normal
Kolom A3 Lobservasi= 0,1247 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(0,516 mm/rev) yang berdistribusi normal
Baris B1 Lobservasi= 0,0951 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(Oli SAE 40) yang berdistribusi normal
Baris B2 Lobservasi= 0,1384 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(Dromus) yang berdistribusi normal
Baris B3 Lobservasi= 0,2189 < L(0,01; 9) = 0,311 Sampel berasal dari populasi
(Udara) yang berdistribusi normal

Keputusan Uji Normalitas


Karena Lmaks dari perlakuan tidak berada pada daerah kritik atau lebih
kecil dari Ltabel, maka Ho masing-masing perlakuan diterima. Jadi data hasil
pengukuran terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760 dalam penelitian ini secara keseluruhan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya ada pada lampiran
2.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-
rata. Pada penelitian ini, digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas. Dan
pengambilan kesimpulan dengan taraf signifikansi 1 %. Jika didapatkan harga
X2hitung lebih besar dari harga commit
X2tabel to
{Xuser
2
(0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

didapatkan berasal dari sampel yang tidak homogen. Namun bila didapatkan harga
X2hitung lebih kecil dari harga X2tabel {X2(0,99)(8) = 20,1}, berarti data yang
didapatkan berasal dari sampel yang homogen. Data hasil pengujian homogenitas
dengan metode Bartlett yang telah dilakukan adalah terlihat seperti dalam tabel
4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas dengan Metode Bartlett
Sumber Variasi X2 X2 (1-α)(k-1) Keputusan Uji
Kolom 12,1828 20,1 Ho diterima
Baris 6,8304 20,1 Ho diterima

Keputusan Uji Homogenitas


Masing-masing sumber memenuhi kriteria X2 < X2(1-)(k-1), sehingga
X2hitung tidak terletak pada daerah kritik, maka Ho diterima. Jadi kedua faktor
tersebut (baris dan kolom) berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Analisis Variansi Dua Jalan
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gerak pemakanan (feed) dan
media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760, perlu dilakukan suatu pengujian statistik. Dalam penelitian
ini, uji statistik yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan. Hasil pengujian
analisis variansi dua jalan tersebut adalah sebagai indikator ada tidaknya pengaruh
variasi gerak pemakanan (feed) dan media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan konvensional pada material baja HQ 760.
Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel serta interaksi
kedua variabel tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.5, yaitu tabel ringkasan
hasil uji F untuk anava dua arah (perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 4).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji F untuk Anava Dua Jalan


Sumber Variasi Dk JK RK Fobservasi Ftabel P
Rata-rata perlakuan 1 1631,281 - - -
A 2 7,73842 3,86921 18,615396 6,01 0,01
B 2 5,88586 2,94293 14,158912 6,01 0,01
AB 4 1,91240 0,47810 2,300217 4,58 0,01
Kekeliruan (E) 18 3,74132 0,20785 -
Jumlah 27 1650,559 - -

Keterangan :
A : Variasi gerak pemakanan
B : Variasi media pendingin
AB : Pengaruh bersama (interaksi) variasi media pendingin dan gerak
pemakanan
Berdasarkan rangkuman hasil Uji F untuk anava dua jalan pada tabel 4.5
dapat diambil keputusan uji sebagai berikut :

a. Perbedaan Variasi Gerak Pemakanan terhadap Kekasaran Permukaan Logam


Baja HQ 760 (Faktor A)
Tabel 4.5 terlihat bahwa Fobservasi = 18,62 dan Ft = 6,01, sehingga Fobservasi >
Ftabel. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa gerak pemakanan berpengaruh
secara signifikan terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760. Jadi hipotesis pertama dapat diterima.

b. Perbedaan Variasi Media Pendingin terhadap Kekasaran Permukaan Logam


Baja HQ 760 (Faktor B)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa Fobservasi = 14,16 dan Ft = 6,01, sehingga
Fobservasi > Ftabel. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa media pendingin
berpengaruh secara signifikan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Jadi hipotesis kedua dapat diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

c. Perbedaan Pengaruh Bersama (Interaksi) Media Pendingin dan Gerak


Pemakanan terhadap Kekasaran Permukaan Logam Baja HQ 760 (Faktor AB)
Tabel 4.5 terlihat bahwa Fobservasi = 2,30 dan Ftabel = 4,58, sehingga
Fobservasi < Ftabel. Hasil perhitungan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh
bersama (interaksi) variasi media pendingin dan variasi gerak pemakanan
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ
760. Jadi hipotesis ketiga dapat ditolak.

d. Interaksi Gerak Pemakanan dan Media Pendingin yang Menghasilkan


Kekasaran Permukaan Minimal Hasil Pembubutan pada Material Baja HQ 760
Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil kekasaran permukaan paling kecil diperoleh
pada penggunaan madia pendingin oli SAE 40 dan gerak pemakanan 0,316
mm/rev.

2. Hasil Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan


Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan, maka untuk melihat perbedaan reratanya agar menjadi lebih jelas,
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda. Komparasi ganda setelah anava yang
dilakukan di sini adalah dengan mempergunakan uji Scheffe untuk analisis
variansi dua jalan. Rataan masing-masing komparasi untuk komparasi ganda
pasca anava dapat dilihat pada lampiran hasil perhitungan uji Scheffe untuk
analisis variansi dua jalan dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, 4.8 dan 4.9 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Komparasi Rataan antar Kolom

No. Sumber perbedaan antar baris Fobservasi (p-1)F;q-1,N-pq Kesimpulan

1. 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 13,47772 12,02 Ada perbedaan


2. 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 36,92741 12,02 Ada perbedaan
3. 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 5,78687 12,02 Tidak ada perbedaan

Keterangan : Ada perbedaan jika Fobservasi > (q-1)F;q-1,N-pq


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7 Hasil Komparasi Rataan antar Baris

No. Sumber perbedaan antar baris Fobservasi (p-1)F;q-1,N-pq Kesimpulan

1. Oli SAE 40 >< Dromus 15,78986 12,02 Ada perbedaan


2. Oli SAE 40 >< Udara 27,20657 12,02 Ada perbedaan
3. Dromus >< Udara 1,54342 12,02 Tidak ada perbedaan

Keterangan : Ada perbedaan jika Fobservasi > (p-1)Fα;p-1,N-p


Tabel 4.8 Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama
Sumber Perbedaan antar Kolom (pq-
No
Fobservasi 1)F;pq-1,N- Kesimpulan
. Antar Media Pendingin Faktor A
pq

1. Oli SAE 40 >< Dromus 0,316 mm/rev 13,5451 29,68 Tidak ada perbedaan
2. Oli SAE 40 >< Udara 0,316 mm/rev 0 29,68 Tidak ada perbedaan
3. Dromus >< Udara 0,316 mm/rev 25,3984 29,68 Tidak ada perbedaan
4. Oli SAE 40 >< Dromus 0,410 mm/rev 3 29,68 Tidak ada perbedaan
5. Oli SAE 40 >< Udara 0,410 mm/rev 1,84775 29,68 Tidak ada perbedaan
6. Dromus >< Udara 0,410 mm/rev 6,43110 29,68 Tidak ada perbedaan
7. Oli SAE 40 >< Dromus 0,516 mm/rev 9,18247 29,68 Tidak ada perbedaan
8. Oli SAE 40 >< Udara 0,516 mm/rev 0,24433 29,68 Tidak ada perbedaan
9. Dromus >< Udara 0,516 mm/rev 0,44744 29,68 Tidak ada perbedaan
0,92493
0,08574

Keterangan : Ada perbedaan jika Fobservasi > (pq-1)F;pq-1,N-pq

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.9 Hasil Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama
Sumber Perbedaan antar Baris (pq-
No
Fobservasi 1)F;pq- Kesimpulan
. Faktor B Antar Gerak Pemakanan
1,N-pq

1. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 10,04859 29,68 Tidak ada perbedaan
2. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 34,48589 29,68 Ada perbedaan
3. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 7,30360 29,68 Tidak ada perbedaan
4. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 4,10283 29,68 Tidak ada perbedaan
5. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 8,18541 29,68 Tidak ada perbedaan
6. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 0,69801 29,68 Tidak ada perbedaan
7. Oli SAE 40 0,316 mm/rev >< 0,410 mm/rev 1,34682 29,68 Tidak ada perbedaan
8. Dromus 0,316 mm/rev >< 0,516 mm/rev 3,22028 29,68 Tidak ada perbedaan
9. Udara 0,410 mm/rev >< 0,516 mm/rev 0,40194 29,68 Tidak ada perbedaan
Keterangan : Ada perbedaan jika Fobservasi > (pq-1)F;pq-1,N-pq
Hasil perhitungan uji Scheffe pasca anava menunjukkan bahwa tidak
semua Fobservasi lebih besar dari kriteria uji, dengan demikian tidak semua
kombinasi perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
Dari hasil perhitungan diketahui :
a. Variasi gerak pemakanan (0,316 mm/rev; 0,410 mm/rev; dan 0,516 mm/ rev)
memberikan pengaruh terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760.
b. Variasi media pendingin (oli SAE 40, dromus, dan udara) memberikan
pengaruh terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760.
c. Variasi gerak pemakanan dan variasi media pendingin tidak memberikan
pengaruh bersama (interaksi) terhadap kekasaran permukaan logam hasil
proses pembubutan konvensional pada material baja HQ 760.
d. Kekasaran paling kecil terjadi pada gerak pemakanan 0,316 mm/rev dengan
variasi media pendingin oli SAE 40 yaitu sebesar 6,004 µm, sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

kekasaran paling besar terjadi pada interaksi gerak pemakanan 0,516 mm/rev
dengan variasi media pendingin uadara yaitu sebesar 8,548 µm.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


Setelah dilakukan analisis data hasil eksperimen dapat dikemukakan fakta-
fakta sebagai berikut:
1. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengaruh antara variasi gerak pemakanan
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja
HQ 760 adalah Fobservasi (B) lebih besar daripada Ftabel pada taraf signifikasi 1%,
yaitu Fobservasi (B) = 18,62 > Ft = 6,01. Dari hasil perhitungan menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan antara variasi gerak pemakanan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan gerak pemakanan. Gerak pemakanan
yang semakin rendah akan semakin memperkecil kekasaran permukaan benda
kerja.
2. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengaruh antara variasi media pendingin
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja
HQ 760 adalah Fobservasi (A) lebih besar daripada Ftabel pada taraf signifikasi 1%,
yaitu Fobservasi (A) = 14,16 > Ft = 6,01. Dari hasil perhitungan menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan antara variasi penggunaan media pendingin terhadap
kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760.
Hal ini disebabkan karena fungsi dari media pendingin selain mendinginkan
juga sebagai pelumas antara mata potong pahat dengan permukaan benda
kerja. Oli SAE 40 dan dromus memiliki daya pendinginan dan daya
pelumasan yang berbeda. Dalam penelitian ini panas yang terjadi tidak terlalu
besar, sehingga fungsi media pendingin yang lebih berpengaruh adalah daya
pelumasannya. Media pendingin yang mempunyai daya pelumasan yang lebih
besar akan menghasilkan kekasaran yang lebih kecil.
3. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengaruh bersama (interaksi) variasi media
pendingin dan gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
commit
pembubutan pada material baja HQto 760
user adalah F
observasi (AB) lebih kecil
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

daripada Ftabel pada taraf signifikasi 1%, yaitu Fobservasi (AB) = 2,30 < Ft = 4,85,
sehingga diketahui tidak ada pengaruh yang signifikan variasi media
pendingin dan gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760.
4. Komparasi ganda pasca anava yang dilakukan dengan menggunakan uji
Scheffe menunjukkan bahwa kekasaran permukaan logam hasil pembubutan
pada material baja HQ 760 tidak semua kondisi perlakuan mempunyai
perbedaan. Tabel 4.6 menunjukkan komparasi rataan antar baris (variasi gerak
pemakanan) dari data eksperimen yang dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak
semua Fobservasi lebih besar dari kaiteria uji. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan tidak semua variasi gerak pemakanan memberikan perbedaan
pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.7 menunjukkan komparasi
rataan antar baris (variasi media pendingin) dari data eksperimen yang
dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak semua Fobservasi lebih besar dari kaiteria
uji, sehingga dapat diketahui bahwa tidak semua variasi media pendingin
memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.8
menunjukkan hasil komparasi rataan antar sel dalam kolom yang sama dari
data eksperimen yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Fobservasi lebih kecil
daripada kriteria uji, sehingga diketahui bahwa pada semua variasi media
pendingin tidak ada pengaruhnya terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Tabel 4.9 menunjukkan hasil
komparasi rataan antar sel dalam kolom yang sama dari data eksperimen yang
telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Fobservasi lebih kecil daripada kriteria uji.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan semua variasi media pendingin tidak
ada pengaruhnya terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan
pada material baja HQ 760 kecuali variasi gerak pemakanan 0,316 mm/rev
dan 0,516 mm/rev pada penggunaan media pendingin dromus memberikan
perbedaan pengaruh yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

5. Pada gambar 4.1 juga dapat diamati kekasaran permukaan permukaan logam
hasil pembubutan pada material baja HQ 760 pada variasi penggunaan media
pendingin oli SAE 40 dengan gerak pemakanan 0,316 mm/rev adalah yang
paling kecil. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.2 bahwa rerata data kekasaran
permukaan paling kecil sebesar 6,004 µm.
6. Pada gambar 4.1 juga dapat diamati kekasaran permukaan permukaan logam
hasil pembubutan kpada material baja HQ 760 pada variasi media pendingin
udara dengan gerak pemakanan 0,516 mm/rev adalah yang paling tinggi. Hal
ini ditunjukkan pada tabel 4.2 bahwa rerata data kekasaran permukaan paling
tinggi sebesar 8,548 µm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV dengan


mengacu pada perumusan masalah, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh yang signifikan variasi media pendingin terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini
ditunjukkan pada hasil uji analisis data yang menunjukkan bahwa Fobservasi =
14,16 lebih besar daripada Ftabel = 6,01 (Fobservasi > Ftabel) pada taraf
signifikansi 1 %.
2. Ada pengaruh yang signifikan variasi gerak pemakanan terhadap kekasaran
permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini
ditunjukkan pada hasil uji analisis data yang menunjukkan bahwa Fobservasi =
18,62 lebih besar daripada Ftabel = 6,01 (Fobservasi > Ftabel) pada taraf
signifikansi 1 %.
3. Tidak ada pengaruh bersama (interaksi) yang signifikan variasi media
pendingin dan gerak pemakanan terhadap kekasaran permukaan logam hasil
pembubutan pada material baja HQ 760. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji
analisis data yang menunjukkan bahwa Fobservasi = 2,30 lebih kecil daripada
Ftabel = 4,85 (Fobservasi > Ftabel) pada taraf signifikansi 1 %.
4. Kekasaran permukaan permukaan yang paling kecil dihasilkan pada variasi
penggunaan media pendingin oli SAE 40 dengan gerak pemakanan 0,316
mm/rev sebesar 6,004 µm. Kekasaran permukaan yang paling besar dihasilkan
pada variasi media pendingin udara dengan gerak pemakanan 0,516 mm/rev
sebesar 8,548 µm.

commit to user

84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh landasan teori yang telah
dikemukakan tentang pengaruh gerak pemakanan dan media pendingin
terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material baja HQ
760, dapat diterapkan ke dalam beberapa implikasi yang dapat dikemukakan
sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Di dalam penelitian ini menyelidiki pengaruh variasi gerak pemakanan dan


media pendingin terhadap kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada
material baja HQ 760. Variasi gerak pemakanan yang berbeda yaitu 0,316
mm/rev; 0,410 mm/rev; dan 0,516 mm/rev. Dalam penelitian ini gerak
pemakanan 0,516 mm/rev menghasilkan kekasaran permukaan yang paling
besar. Hasil penelitian ini sekaligus pendukung penelitian yang telah dilakukan
Ninuk Jonoadji dan Joni Dewanto tentang pengaruh parameter potong dan
geometri pahat terhadap kekasaran permukaan pada proses bubut.

Variasi media pendingin yaitu oli SAE 40, dromus dan udara juga
mempengaruhi kekasaran permukaan logam hasil pembubutan pada material
baja HQ 760. Penelitian ini juga membuktikan bahwa fungsi media pendingin
tidak hanya mendinginkan, tetapi juga melumasi. Hal ini dapat dilihat pada
penggunaan media pendingin oli SAE 40 yang memiliki daya pelumasan yang
besar memberikan kekasaran permukaan hasil pembubutan pada material baja
HQ 760 yang paling kecil.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian


selanjutnya yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, di
samping itu juga sebagai bukti dan pendukung teori yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh gerak pemakanan
dan media pendingin.
commit to user
2. Implikasi Praktis
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan


rekomendasi dalam menentukan gerak pemakanan dan media pendingin yang
paling baik pada proses membubut baja HQ 760. Di samping itu juga dapat
digunakan sebagai acuan operator pemesinan untuk menentukan kombinasi
gerak pemakanan dan media pendingin yang sesuai untuk mendapatkan tingkat
kekasaran tertentu. Tingkat kekasaran yang dimaksud bukan berarti sekecil-
kecilnya atau sehalus-halusnya, akan tetapi sesuai dengan tuntutan fungsinya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan implikasi yang ditimbulkan,


maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan kekasaran permukaan hasil pembubutan baja HQ 760


yang paling kecil dapat dilakukan dengan memilih gerak pemakanan 0,316
mm/rev dengan penggunaan media pendingin oli SAE 40.
2. Untuk laboratorium Pemesinan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS sangat baik dilakukan
pengadaan alat uji kekasaran yang bertujuan meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai kekasaran permukaan dan memudahkan penelitian
mengenai kekasaran permukaan selanjutnya.
3. Untuk penelitian selanjutnya yang sejenis sangat baik seandainya dianalisis
faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang mempengaruhi kekasaran
permukaan hasil pembubutan pada material baja HQ 760 misalnya variasi
kedalaman pemakanan, kecepatan potong, variasi geometri pahat, material
pahat, dan lain-lain.
4. Dalam penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi dengan cara menambah
variabel bebasnya seperti variasi kedalaman pemakanan, kecepatan potong,
variasi geometri pahat, material pahat, dan benda kerja.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai