Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan pelayanan kesehatan yang meningkat dan tuntutan masyarakat
yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan saat ini memerlukan timbal balik positif
dari perawat sebagai bagian penyedia layanan kesehatan di rumah sakit. Dunia
keperawatan diharapkan mampu mengimbangi tuntutan tersebut dengan perubahan
positif ke arah perbaikan. Perubahan nyata yang dapat dilakukan oleh perawat
salah satunya adalah membenahi sistem asuhan keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pembenahan dalam sistem asuhan keperawatan harus diiringi dengan
manajemen keperawatan yang baik dan sesuai. Manajemen keperawatan dilakukan
dengan maksud untuk mempermudah asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
profesional yang dapat dikembangkan saat ini salah satunya adalah Model Asuhan
Keperawatan Profesional Tim MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
dengan metode tim adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai


satu metode asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam
manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Manajemen keperawatan
mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dariseorang pegawai, maka
setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses
keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1
Bagaimana manajemen keperawatan di ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya?

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa


memahami prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan
keperawatan tim.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu:
1. Menganalisis lingkungan ruang perawatan, menghitung kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu ruangan perawatan.
2. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan.
3. Melakukan supervisi keperawatan
4. Melakukan ronde keperawatan
5. Melakukan timbang terima keperawatan
6. Melakukan penerapan sentralisasi obat
7. Melakukan Discharge Planning
8. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model
Problem, Intervensi dan Evaluasi (PIE)
9. Menganalisis tingkat kepuasan pasien pre dan post pelaksanaan MAKP
Tim.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa


1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Team di
Ruang Isolasi Palem1 Rumah Sakit Dr Soetomo.
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di
Ruang Isolasi Palem1 Rumah Sakit Dr Soetomo.
4. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruang Palem Rumah Sakit Dr Soetomo.

2
1.3.2 Bagi Perawat Ruang Isolasi Palem 1 Rumah Sakit Dr Soetomo

1. Melalui Praktik Manajemen Keperawatan dapat diketahui masalah-


masalah yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan
MAKP.
2. Melalui Praktik Manajemen Keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP Tim dengan optimal
3. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
4. Terbinanya hubungan baik anara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga pasien

1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan


2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambaran tentang


pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP : Keperawatan Tim.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional

2.1.1 Definisi

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat


unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem

3
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan
akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat
tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan
yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.

2.1.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan


(MAKP)
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model
yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang
kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan dan kinerja perawat.


Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.

4
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.1.3 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Tabel 1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997)
dan Marquis dan Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggung


Jawab
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
(bukan keperawatan. bertugas pada
model  Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tindakan
MAKP ) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang tertentu.
ada.
 Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan 1–2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di
bangsal.
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistis dari Manajer
filosofi keperawatan. keperawatan
 Perawat bertanggung jawan terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu.
 Rasio: 1 : 1 (pasien : perawat). Setiap
pasien dilimpahkan kepada semua perawat

5
yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat mereka dinas. Pasien akan dirawat
oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus
biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk khusus seperti
isolasi, perawatan insentif.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua tim
keperawatan.
 Enam sampai tujuh perawat profesional
dan perawat pelaksana bekerja sebagai
satu tim, disupervisi oleh ketua tim.
 Metode ini menggunakan tim yang terdiri
atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri
atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang Perawat primer
komperehensif dari filosofi keperawatan. (PP)
 Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan.
 Metode penugasan di mana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik

6
kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.

2.1.4 Metode Fungsional Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja
(misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Gambar 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan


Huston, 1998: 138)

Kelebihan:

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang


jelas dan pengawasan yang baik;
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;

7
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kelemahan:

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;


b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2.1.5 Metode Kasus Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat


ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan
perawatan intensif (intensive care).

Kelebihannya:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;


b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:

a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;


b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.

8
Gambar 2. Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis dan
Huston, 1998: 136)

2.1.6 Metode Tim Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP)

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.

Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat


inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.

Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

9
c. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.

Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim:

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung


jawabnya;
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
c. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:

a. Membuat perencanaan;
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien;
d. Mengembangkan kemampuan anggota;
e. Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan:
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim;

10
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan;
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien;
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
2) Merumuskan tujuan metode penugasan;
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim,
dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
ketua tim;
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien;
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

11
c. Pengarahan:
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik;
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap;
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pada pasien;
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya;
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan:
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien;
2) Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga;
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas;
c) Evaluasi;
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
e) Audit keperawatan.

12
Gambar 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Marquis
dan Huston, 1998: 138)

13
2.1.7 Metode Primer Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Gambar 4. Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan


Huston, 1998: 138)

Kelebihan:

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;


b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang


memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif,
self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.

14
Konsep dasar metode primer:

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;


b. Ada otonomi;
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer:

a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;


b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain;
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f. Menerima dan menyesuaikan rencana;
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat;
i. Membuat jadwal perjanjian klinis;
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
d. Evaluasi kerja;
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
f. Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer:
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat
dengan pasien;
b. Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten;
2.1.8 Modifikasi Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim-Primer

15
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan berikut.

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer


harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002):

Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan


menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala
ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi
pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3 Keperawatan (tiga
orang) dan SPK (18 orang).

16
(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam, dan Libur/Cuti)

Gambar 5. Metode Tim Primer (Modifikasi)

2.1.9 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

a. Praktik keperawatan rumah sakit.


Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.

b. Praktik keperawatan rumah.


Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.

17
c. Praktik keperawatan berkelompok.
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24
jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan
pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini
dapat mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat dan dipandang perlu di masa depan. Lama rawat pasien di
rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat.

d. Praktik keperawatan individual.


Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk
praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan
dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan,
khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang
memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh
kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas
pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

2.2 Negosiasi
2.2.1 Definisi
Pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston,
1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan
konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung,
berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk
mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
2.2.2 Tipe Dasar Negosiasi

Smeltzer (1991) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi, yakni


kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang
menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu
atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung

18
dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak
menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif.
Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan,
maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada
pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk
memaksimalkan kemenangankedua pihak untuk mencapai tujuan bersama,
meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat
tujuan bersama, dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil
negosiasi.

2.2.3 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Negosiasi

2.2.4 Persiapan Negosiasi

a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh


karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang
didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
b. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah
melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama.
Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
c. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi
dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat
perlu juga diperhatikan oleh manajer.
d. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda
negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat
disepakati.
2.2.5 Strategi Dalam Negosiasi
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang
nampak.
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif
informasi yang disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan
bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan
persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-
masalah pribadi pada saat negosiasi.

19
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur.
h. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan
mintalah waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsung, istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda
pahami.
l. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).
2.2.6 Negosiasi Dalam Penyelesaian Konflik
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai lose-lose situation. Kedua pihak yang terlibat saling
menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen
keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer
keperawatan.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Pengumpulan Data


3.1.1 Ketenagaan M1 (Man)
a. Struktur Organisasi
Ruangan Isolasi Palem 1 dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh
wakil kepala ruangan , 1 perekam medik, 13 perawat pelaksana , 7 Pramu

20
Bhakti , serta 2 orang yang bertugas sebagai cleaning service. Adapun
struktur organisasi nya adalah :

KEPALA RUANGAN

WAKIL KEPALA RUANGAN 1 WAKIL KEPALA RUANGAN 2

PEREKAM MEDIS

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PERAWAT PERAWAT
PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA

PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PERAWAT PERAWAT PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA

PRAMU BAKTI
Tabel 3.1 Daftar Nama Pegawai Ruang Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

NO NAMA JABATAN
1. Dolaji Amd.Kep Kepala Ruangan
2. Dwi Maryuni S.Kep.,Ns Wakaru 1
3. Nadhifatul K S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
4. Anton Sujayanto Amd.Kep Perawat Pelaksana
5. Masiran Amd.Kep Perawat Pelaksana
6. Agus Rianto Amd.Kep Perawat Pelaksana

21
7. Peni Dwi P S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
8. Masayu Karina S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
9. Farid Prasetyawan Amd.Kep Perawat Pelaksana
10. Dwi Krisfita N Amd.Kep Perawat Pelaksana
11. Hamid Rosidy Amd.Kep Perawat Pelaksana
12. Annisa Prasetyo S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
13. Arif Prasetyo Amd.Kep Perawat Pelaksana
14. Angelin Kusuma S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
15. Bayu Agung Amd.Kep Perawat Pelaksana
16. Semiati S.Kep.,Ns Perekam Medik
17. Chirul Anam Pramu Bhakti
18. Abdul Aziz Pramu Bhakti
19. Suyono Pramu Bhakti
20 Sumardi Pramu Bhakti
21. Moch. Adrun Pramu Bhakti
22. Hanintya Pramu Bhakti
23. Arief Sasi Kirono Pramu Bhakti

b. Jumlah tenaga di Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya


(keperawatan maupun non keperawatan)

 Keperawatan

Tabel 3.2 Tenaga Keperawatan di Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo


Surabaya

No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis


1. S-1 Keperawatan 7 10 tahun : 2 orang PNS
5 tahun : 4 orang PNS
2 tahun : 1 orang PNS
2. D-3 Keperawatan 8 5 tahun : 3 orang PNS
>10 tahun : 3 orang PNS
1 tahun : 2 orang Honorer
3. SPK 7 >15 tahun : 7 orang PNS

22
 Non Keperawatan

Tabel 3.3 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan di Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya

No. Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Cleaning Service 2 orang Honorer
2. Pramu Bhakti 7 orang PNS

c. Kebutuhan Tenaga

Di Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya dirawat 34 orang


pasien dengan kategori sebagai berikut : 20 pasien dengan perawatan minimal, 8
pasien dengan perawatan parsial, 6 pasien dengan perawatan total. Maka
kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Shift Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Pasien di Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam


Ketergantungan Pasien
Minimal 20 20 x 0,17 = 3,4 20 x 0,14 = 2,8 20 x 0,07= 1,4
Parsial 8 8 x 0,27= 2,16 8 x 0,15 = 1,2 8 x 0,10 = 0,8
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 2 x 0,3 = 0,6 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 34 7,72 4,6 3,4
8 5 3

Total tenaga perawat :

Pagi :8

Sore :5

Malam : 3

16

Jumlah tenaga lepas dinas per hari :

23
86x16 = 4,93 (Di bulatkan 5 orang )

279

Ket : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun, sedangkan
279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di Ruang Isolasi
Palem 1 adalah 16 orang + 5 orang lepas dinas + 2 orang tenaga kerja . kepala
ruangan dan wakil = 23 orang

d. BOR (Bed Occupacy Rate)

Penghitungan BOR

Tabel 3.5 BOR Ruang Isolasi Palem 1

6 November 2019
No Jumlah
1. Pasien Lama 22
2. Pasien Baru 3
3. Pasien Pulang 1
4. Pasien Meninggal 1
Jumlah 23
BOR 67,64%

7 November 2019
No Jumlah
1. Pasien Lama 23
2. Pasien Baru 2
3. Pasien Pulang 2
4. Pasien pulang APS 1
5. Pasien Meninggal 2
Jumlah 20
BOR 58,2%

8 November 2019

24
No Jumlah
1. Pasien Lama 20
2. Pasien Pindah 1
3. Pasien Pulang 5
5. Pasien Meninggal 1
Jumlah 13
BOR 38,2%

9 November 2019
No Jumlah
1. Pasien Lama 13
Jumlah 13
BOR 38,2%

e. Diagnosis Penyakit Terbanyak

Data yang di dapat pada bulan November 2019 jenis diagnosa medis terbayak di
Ruang Isolasi Palem 1 adalah Tuberculosis Paru (100%)

f. Penghitungan Beban Kerja Perawat

1. Time Motion Study

Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan waktu


tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas pokok, tugas
penunjang , kepentingan pribadi dan lain-lain. Adapun pembagian jam kerja secara
normatif pada setiap shift pada Ruang Isolasi Palem 1 :

 Shift pagi : 07.00-14.00


 Shift Sore : 14.00-21.00
 Shift malam : 21.00-07.00

2. Work Sampling

3. Daily Log

Tabel 3.6 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Ruang Palem 1 RSUD Dr.Soetomo


Surabaya

No Jenis kegiatan Waktu Yang

25
melaksanakan

1 Timbang Terima Shift 07.00-08.00 Perawat

2 Pembersihan lingkungan 08.00-08.30 Perawat


pasien terbasuk verbed

3 Pemberian Makan Pagi 08.00-08.30 Perawat


kolaborasi dengan
Gizi

4 Mengganti cairan pasien sesuai 08.30-09.00 Perawat


jam

5 Observasi tanda tanda vital dan 08.30-09.00 Perawat


mengisi EWS

6 Pemberian pengobatan 09.00-09.45 Perawat,


(peroral, IV, IM ,SC, IC, kolaborasi dengan
melalui Infus, Nebulizer) dokter

7 Pengambilan sampel darah 09.45-10.30 Perawat/Dokter


untuk pemeriksaan
laboratorium (darah vena dan
arteri)

8 Melakukan Perawatan Luka 10.30-11.30 Perawat


WSD

9 Istirahat sholat dan makan 11.30-12.00 Petugas


secara bergantian Kesehatan

10 Observasi tanda tanda vital 12.00-12.30 Perawat, Dokter

11 Pemberian Makan siang 12.30-13.00 Perawat


kolaborasi Gizi

12 Pengisian Data RM 12.00-14.00 Petugas


Kesehatan

13 Timbang Terima Shift 14.00-14.30 Petugas


Kesehatan

14 Mengganti cairan pasien 14.30-14.45 Perawat

15 Pemberian pengobatan 14.30-15.30 Perawat, Dokter


(peroral, IV, IM ,SC, IC,
melalui Infus, Nebulizer)

26
16 Observasi Tanda tanda vital 16.00-17.00 Perawat, Dokter

17 Observasi tanda-tanda vital 20.00-20.30 Perawat, dokter

18 Timbang terima shift 21.00-21.30 Petugas kesehatan

19 Mengganti cairan infus pasien 21.00-21.30 Perawat

20 Pemberian pengobatan 21.00-22.00 Perawat, Dokter


(peroral, IV, IM ,SC, IC,
melalui Infus, Nebulizer)

21 Observasi tanda tanda vital 23.30-24.00 Perawat, dokter

22 Observasi tanda tanda vital 04.00-05.00 Perawat, Dokter

23 Mengganti cairan infus pasien 05.00-05.30 Perawat


jika ada yang habis

Catatan :
 Observasi tanda-tanda vital dilakanakan setiap 4 jam sekali karena
EWS pasien diruang isolasi palem 1 bernilai 1-4
 Observasi tanda tanda vital pasien HCU isolasi palem 1 dilaksanakan
setiap jam
 Untuk tindakan seperti suction mnyesuaikan situasi daan kondisi klien

27
28
Tempat
Kursi Roda
dan Oksigen

3.1.2 Material (M2)


1. Denah Ruangan
3.1.3

Mandi
Kamar
Umu
Far 3.1.4

m
ma Tempat Trolly 3.1.5
si 3.1.6
Suspect TB BTA (-) TB BTA (+) TB
Laki- Laki Laki-Laki 3.1.7
Laki-Laki Laki-Laki
TB MDR
3.1.8
Gudang
3.1.9
R. Kepala
3.1.10 Ruangan
Perempuan DOCTOR STATIONHCU I
Perempuan NURSING STATION
HCU II HCU III Perempuan Perempuan
3.1.11
Anteroom
3.1.12 Dapur
R.Ganti Musholla

Perawat
K.Mandi

29
2. Fasilitas

a. Fasilitas untuk pasien

Daftar fasilitas untuk pasien ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Tempat Tidur 34 buah Cukup baik
2. Meja Pasien 3 buah Cukup baik
3. Kipas Angin 6 buah Cukup baik
4. Kursi Roda 4 buah Cukup baik
5. Branchart 2 Cukup baik
6. Jam Dinding 3 Baik
7. Timbangan 2 Cukup baik
8. Kamar Mandi 4 Cukup baik
9. Dapur 1 Baik
10. Wastafel 3 Baik

3. Fasilitas untuk petugas kesehatan

1. Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan musholla dan ruang pertemuan

2. Kamar mandi perawat/WC ada 2

3. Nursing station berada di luar kamar rawat inap

4. Gudang berada di belakang sebelah timur

5. ruang ganti pasien berada di belakang sebelah timur depan gudang

4. Alat kesehatan yang ada di ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo

Daftar alat kesehatan ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr. Soetomo

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Stetoskop 5 buah Baik
2. Hb meter 2 buah Baik
3. Lemari es 2 buah Baik
4. Kom stainless 4 buah Baik
5. Tabung O2 6 buah Baik
6. Senter 2 buah Baik
7. Bak injeksi 8 buah Baik
8. Sampah pasien 3 buah Baik
9. Papan tulis 1 buah Baik
10. Lemari kaca 2 buah Baik
11. Tensimeter 5 buah Baik

30
12. Pinset anatomi 15 buah Baik
13. Pinset cirugi 15 buah Baik
14. Gunting nekrotomi 10 buah Baik
15. Gunting perban 5 buah Baik
16. Korentang dan tempat 7 buah Baik
17. Suction 1 buah Baik
18. Telepon 3 buah Baik
19. Computer 2 buah Baik
20. Alat pemadam kebakaran 1 buah Baik
21. Lemari obat 1 buah Baik
22. Troli 5 buah Baik
23. Standar baskom 2 buah Baik
24. Standar infus 25 buah Baik
25. Ambu bag 3 buah Baik
26. Kursi lipat 15 buah Baik
27. Manometer O2 5 buah Baik
28. Standar O2 15 buah Baik
29. Termometer 5 buah Baik
30. Bengkok 15 buah Baik

4. Comsumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)

5. Administrasi penungjang RM

a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima
f. SOP
g. SAK
h. Buku visite
i. Leafleat

3.1.3. Method (M3)

1. Model asuhan keperawatan yang digunakan


Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan Ruang Palem 1
RSUD dr Soetomo Surabaya adalah metode tim. Semua perawat menyatakan
mengerti/ memahami model yang digunakan, mereka juga menyatakan cocok
dengan model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan visi dan misi
ruangan.

31
2. Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
Dari hasil wawancara, angket, observasi serta dari data sekunder tentang
efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan bahwa dengan
menggunakan model yang sekarang ini rata-rata lama pasien rawat inap Ruang
Palem 1 adalah 5-14 hari. Perawat mengatakan bahwa tidak terjadi penurunan
kepercayaan pasien. Ini dilihat dari banyaknya jumlah pasien rujukan dari
puskesmas, klinik dan rumah sakit lain. Semua perawat menyatakan bahwa
model yang digunakan saat ini tidak terlalu membebani kerja. Masalah
pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi
anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Kritikan yang
diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya sumber daya tenaga
sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.
3. Pelaksanaan model asuhan keperawatan
Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model
askep, didapatkan bahwa komunikasi antar profesi terlaksana cukup baik,
sedangkan rencana askep antar shift berkelanjutan. Hal ini didukung dengan
adanya data dokumentasi. Semua perawat mengatakan bahwa merasa telah
melakukan tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan.
4. Tanggungjawab dan pembagian tugas
Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang tanggung jawab dan
pembagian tugas, didapatkan beberapa perawat mengatakan bahwa
mendapatkan pekerjaan yang kadang-kadang tidak berbeda dengan lulusan
akademik yang berbeda tingkatannya dan kurang sesuai dengan metode tim
yang telah digunakan. Semua perawat mengetahui kebutuhna perawatan pasien
secara keseluruhan yang sedang dialami.

Angket M3-2 Timbang Terima


1. Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu:
a. pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00-08.00)
b. pergantian shift pagi ke siang (pukul 14.00-14.30)
c. pergantian shift siang ke malam (pukul 21.00-21.30)
2. Timbang terima dilaksanakan tepat waktu dan diikuti oleh semua perawat yang
telah dan akan dinas.
3. Kegiatan timbang terima pada pergantian shift malam ke pagi dipimpin
langsung oleh kepala ruangan sedangkan pada pergantian shift pagi ke siang dan

32
pergantian shift siang ke malam dipimpin oleh ketua tim perawat yang telah
dinas.
4. Hal-hal yang perlu dipersiapkan selama timbang terima, semua perawat dapat
meneybutkan dengan benar dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan
dalam timbang terima meliputi catatan perkembangan kondisi pasien dan buku
timbang terima.
5. Hal-hal yang perlu disampaikan saat timbang terima adalah pasien yang
memiliki permasalahan yang belum teratasi, pasien baru masuk, dan sarana
prasarana terkait pelayanan kesehatan yang ada di ruang palem 1.
6. Terdapat buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima
7. Perawat tidak mengalami kesulitan saat mendokumentasikan laporan timbang
terima.
8. Selalu ada interaksi dengan pasien saat timbang terima berlangsung, minimal
menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini, semalam bisa tidur atau tidak.
9. Tehnik pelaporan timbang terima ketika berada didepan pasien yaitu:
menggunakan volume suara yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien
disebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia disampaikan dengan bahasa medis.
10. Lama timbang terima bervariasi tergantung kondisi pasien, semakin banyak
yang akan dilaporkan maka semakin lama waktunya, biasanya tidak lebih dari
lima menit untuk setiap pasien.
11. Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan,
dan kepala ruangan.
12. Setelah pelaksanaan timbang terima kepala ruangan mengadakan diskusi
singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya.

Angket M3-3 Ronde Keperawatan


Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang palem 1 belum optimal, hal ini
dikarenakan jumlah pasien lebih banyak dari jumah perawat. Tim yang
dibentuk dalam pelaksanaan ronde keperawatan cukup mampu dalam
melaksanakan tugasnya. Tim yang dibentuk berkisar 3-4 orang perawat yang
dipimpin oleh kepala ruangan. Topik yang dibahas dalam ronde keperawatan
sesuai dengan masalah yang ada di ruangan dan yang lebih memerlukan
perhatian khusus, misalnya pemakaian masker N95 bagi keluarga pasien selama
berada di ruang palem 1. Ronde keperawatan diikuti oleh perawat dan keluarga
pasien yang berlangsung sekitar 15-30 menit.

33
Angket M3-4 Sentralisasi Obat
Di ruang Palem 1 sudah terdapat sentralisasi obat, bisa dilihat dengan adanya
ruangan khusus obat. Pelaksanaan sentralisasi obat optimal. Terdapat format
pengadaan tiap-tiap macam obat. Adapun data tentang alur penerimaan obat
yang didapat, obat yang diperoleh dari keluarga langsung dibawa ke ruang
sentralisasi obat. Data tentang cara penyimpanan obar meliputi adanya ruangan
khusus obat dan lengkapnya sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat.

Angket M3-5 Supervisi


Supervisi dilakukan setiap bulan oleh kepala ruangan. Kepala ruangan secara
langsung melakukan supervisikepada ketua tim dan ketua tim secara langsung
melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian ketua tim
melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi
tidak langsung) dn hasil ini dijadikan dokumentasi untuk ruangan.

Angket M3-6 Penerimaan Pasien Baru (PPB)


Pelaksanaan penerimaan pasien baru dilakukan dengan pengenalan kepada
pasien dan keluarga pasien mengenai tenaga kesehatan lain, menjelaskan
peraturan rumah sakit, menjelaskna mengenai penyakit dan sentralisasi obat.
Setelah pasien dan keluarg pasien paham maka dilakukan penandatangan
penjelasan.

Angket M3-7 Discharge Planning


Perawat mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara
lain: pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit pasien, kebutuhan
psikologis, bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktifitas
hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain, sumber dan
system yang ada di masyarakat, sumber finansial/ekonomi, fasilitas saat
dirumah, kebutuhan perawatan, dan supervise di rumah. Kegiatan ini dilakukan
secara kolaboratif serta disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

Angket M3-7 Dokumentasi Keperawatan


Model dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang Palem 1 adalah
model dokumentasi POR (Problem Oriented Record). Dari hasil observasi,
dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian yang

34
menggunakan sistem head to toe, serta diagnosis keperawatan sampai dengan
evaluasi menggunakan SOAP. Format pengkajian sudah tersedia sehingga dapat
memudahkan perawat dalam menkaji.
System pendokumentasian masih dilakukan secara manual. Catatn keperawatan
berisikan jawaban terhadap order dokter dan tindakan mandiri perawat.

3.1.4. Money (M4)

1. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
diperoleh dari APBD provinsi Jawa Timur. Sehingga Ruang Isolasi Palem 1
tidak mengelola keuangan secara mandiri. Namun Ruang Isolasi Palem 1
mengadakan iuran intern tiap bulan (potongan gaji) untuk keperluan intern
ruangan
2. Jenis Pembiayaan Klien
Biaya perawatan pasien sebagian besar dari BPJS PBI dan BPJS Non PBI,
pembiaayaan umum, JAMKESDA, KJS, dan asuransi lainnya. Biaya
perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. Berhubung di
ruang Isolasi Palem 1 hanya terdiri dari ruang perawatan kelas III. Maka
untuk pembiayaan, disamaratakan dengan ruang perawatan kelas III. Pasien
di Ruang Isolasi Palem 1 90% menggunakan asuransi BPJS

Tarif pelayanan Ruang Isolasi Palem 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Kelas Perawatan Tarif


Kelas III Rp. 45.000.
Fasilitas
1) Bedhead
2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) Kamar mandi luar
5) AC ruangan / Kipas angin
6) Hand rub
7) Wastafel

35
3. Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
pemerintah provinsi, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari RSUD
Dr. Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Soetomo Surabaya Nomor 188.4/737/301/SK/2011 tanggal 20 Januari 2011
tentang pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan rumah
sakit umum Dr. Soetomo Surabaya. Gaji pegawai RSUD Dr. Soetomo terdiri dari
gaji pokok, remunerasi, gaji fungsional.
3.1.5. Marketing (M5)

1. Patient safety (medication error, flebitis, dekubitus, jatuh, restrains, injuri, ILO,
INOS).

2. Kepuasan pasien.

3. Kenyamanan.

4. Kecemasan.

5. Perawatan diri.

6. Pengetahuan atau perilaku pasien.

Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD Dr.


Soetomo Surabaya di ruang Isolasi Palem 1 sebagian besar berasal dari luar
Surabaya. Berdasarkan data bulan Januari – Oktober 2019 terdapat usia pelanggan
yang bervariasi pada kisaran usia antara 20 – 70 Tahun. Mayoritas pelanggan,
berusia 50 – 70 tahun (sebanyak 22 orang). RSUD Dr. Soetomo Surabaya
merupakan rumah sakit tipe A sebagai rumah sakit pendidikan dengan fasilitas
sarana dan prasarana yang menunjang.

36
Di lain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim marketing
secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa
kesehatan. Perawat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan
memberikan perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan diruangan layak
untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan. Perawat
ruang Isolasi Palem 1 telah melakukan perbaikan di berbagai aspek yaitu dari
perbaikan bangunan dan fasilitas, dan peningkatan mutu sumber daya manusia dari
pengetahuan dan soft skill.

Mutu Pelayanan Keperawatan

Ruang Isolasi Palem 1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
telah menerapakan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, di mana terdapat
beberapa aspek penilaian penting, di antaranya sebagai berikut.

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Berdasarkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar


Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka
sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.

 Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien.


 Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif.
 Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-
alert medications).
 Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.
 Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
 Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh.

Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standar berikut.

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk


pemeriksaan klinis (lihat juga).

37
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan prosedur

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten pada


semua situasi dan lokasi.

Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR).

1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi


perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam melakukan


verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.

Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert


medications).

1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi


pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.

2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika


dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.

4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).

Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau pemberian
tanda.

38
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat atau benar, dan
fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau mendokumentasikan


prosedur sign in (sebelum induksi) ;"sebelum insisi atau time-out" tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur atau tindakan pembedahan dan sign out
(sebelum meninggalkan kamar operasi).

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses


guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi atau dental yang dilaksanakan
diluar kamar operasi.

Sararan V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru


yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain
dari WHO Patient Safety).

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3. Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara


berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang


pada hasil asesmen dianggap berisiko.

3. Langkah – langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan


cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.

39
4. Kebijakan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari risiko
cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Berikut adalah penerapan beberapa parameter pengukuran keselamatan pasien


yang bisa digunakan di rumah sakit.

1. Angka kejadian jatuh

Dari data hasil didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh
selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan. Meskipun sebagian pasien
mempunyai risiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan tidak ada
pasien yang mengalami jatuh.

2. Kesalahan pengobatan (Medication error)

Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak
tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama
periode bulan Januari – Oktober 2019, pemberian obat dilakukan secara benar
sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.

Angka KTD dalam pemberian obat pada tanggal 28 Mei 2019 :

Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100%

20

= 0%

Angka KNC dalam pemberian obat pada tanggal 28 Mei 2019 :

Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%

40
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100%

20

= 0%

3. Angka kejadian flebitis

Kejadian flebitis, pada bulan Januari – Oktober 2019 tercatat 450 pasien
yang terpasang intravena line (IVL). Dari 450 pasien yang terpasang IVL, tidak
ada yang terjadi kejadian flebitis (0%).

4. Angka kejadian dekubitus

Kejadian dekubitus,dari data yang didapatkan selama Mei tidak terdapat


pasien yang mengalami dekubitus (0%) dari total 287 pasien MRS yang
mengalami immobilisasi di ruang isolasi palem 1.

5 Lain-lain

Upaya pengurangan infeksi nosokomial (INOS).

Indikator penilaian INOS:

a. ILO (tidak terjadi) selama Januari – Oktober :

1) luka bersih : 56 orang

2) bersih kontaminasi : 108 orang

3) kontaminasi : tidak ada

4) kotor : tidak ada

41
b. ISK : total pasien yang menggunakan kateter sebanyak 67 pasien dan lama
pemakaian kateternya selama 428 hari. Dari 67 pasien, tidak terdapat infeksi
saluran kemih (0%).

Kepuasan

1. Tingkat kepuasan pasien.

Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja


perawa. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal
berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian
penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama memberikan
asuhan keperawatan. Dari hasil kuesioner tentang Kepuasan Pasien terhadap
Pelayanan Perawat yang dibagikan kepada 25 responsden secara umum
menyatakan bahwa pelayanan perawat di Ruang Isolasi Palem 1 puas yaitu
sebanyak 20 orang (75 - 100%). Sebanyak 5 orang (50 - 75%) menyatakan
pelayanan perawat di Ruang Isolasi Palem 1 cukup puas.

Untuk tingkat kepuasaan pasien kelolaan (10 pasien) didapatkan 7 orang


(70%) menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan dan sisanya 3 orang
(30%) menyatakan cukup puas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan di
ruang isolasi palem 1 terhadap kinerja perawat adalah puas.

2. Tingkat kepuasan perawat.

Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja selama
menjadi perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari total 10 perawat yang
yang menjadi responden, 2 diantaranya (20%) menyatakan sikap puas, 6
responden (60%) menyatakan cukup puas dan 2 responden (20 %) menyatakan
kurang puas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat terhadap
hasil kinerja di ruang isolasi palem 1 adalah cukup puas.

3. Perawatan diri.

Tabel Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Kelolaan pada 28 Mei 2019


Berdasarkan Indeks KATZ

42
Kategori Deskripsi Jumlah Pasien
A Mandiri dalam hal makan, BAK dan BAB, 16
mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari -
fungsi di atas.
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari -
fungsi di atas
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan -
salah satu dari fungsi di atas
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke -
toilet dan salah satu dari fungsi di atas
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke 2
toilet, berpindah dan salah satu dari fungsi
di atas
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas 2
Total 20

Presentase kebutuhan perawatan diri pasien kelolaan tanggal 28 Mei 2019

Jumlah total pasien ketergantungan yang terdokumentasi x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

2 x 100%

20

= 10%

4. Kenyamanan

Angka penanganan nyeri pada pasien kelolaan tanggal 28 Mei 2019.

Presentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam askep:

43
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

8 x 100%

20

= 40%

5. Kecemasan

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dari Skala Peringkat Kecemasan


Dir Zung Self pada pasien kelolaan tanggal 28 Mei 2019 didapatkan 90% pasien
normal tidak cemas dan hanya 10% yang mengalami kecemasan berat.

6. Pengetahuan

Pengetahuan tentang perawatan penyakit pada pasien kelolaan tanggal 28 Mei


2019 :

Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

5 x 100%

20

= 25%

ALOS (Average Length of Stay)

1. ALOS secara umum

44
Lama rawat inap pasien di ruang Isolasi Palem 1 mulai bulan Januari sampai
Oktober rata – rata 7 – 14 hari dengan presentase 40% dari total pasien 825
orang.

3.2. Identifikasi Masalah dan Penyelesaian dengan M1-M5

1. Ketenagaan (M1)

a. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien


rencana penyelesaian : memodifikasi dan memanfaatkan tenaga yang telah ada di
ruangan untuk tindakan non invasif misalnya pramu bhakti maupun mahasiswa
yang praktek dan kemudian kepala ruangan dapat mengatur dan menjadwalkan
perawat yang akan mengambil cuti kecuali pada perawat yang mempunyai urusan
mendadak, sehingga tenaga yang ada di ruangan mencukupi

b. kurangnya disiplin pegawai dikarenakan sering berangkat terlambat


rencana penyelesaian : kepala ruangan memotivasi perawat untuk meningkatkan
kinerja nya dan memberikan suatu penghargaan atau reward bagi perawat yang
kompeten agar lebih semangat dalam bekerja kemudian kepala ruangan harus tegas
dalam memberikan sanksi bagi perawat yang terlambat agar tidak mengulangi
ketidakdisiplinannya
2. Material (M2)
a. Kurangnya kamar mandi, sampah pasien

Pernyelesaian : mengupayakan terpenuhinya kebutuhan fasilitas pasien dengan


cara mengusulkan bagaimana agar kamar mandi pasien dan tempat sampahpasien
tercukupi dengan adanya beberapa pasien yang sedang di rawat inap

b. Nurse station yang terlalu jauh dengan pasien

Penyelesaian : mengupayakan untuk salah 1 dari perawat ada yang di dalam ruang
rawat inap supaya memudahkan pasien apabila ada yang minta tolong dan
memudahkan bila ada sesuatu yang terjadi pada pasien, apabila ada mahasiswa
bisa du bantu salah satu dari mahasiswa ada yang jaga di dalam ruang rawat inap
untuk memantau kondisi pasien

3. Method (Metode)

45
a. Kritikan terkait dengan kurangnya sumber daya tenaga sehingga pelayanan
menjadi kurang optimal.
Penyelesaian masalah : Adanya mahasiswa keperawatan yang sedang praktik di
ruang Palem 1 dan kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa yang
sedang praktik dapat mengoptimalkan pelayanan.
b. Discharge planning dilakukan secara lisan dan tertulis, namun untuk pemberian
leaflet belum optimal

Penyebab : Kurangnya persediaan leaflet untuk umum dan keluarga pasien

Penyelesaian : Perlu peningkatan sarana leaflet discharge planning seperti di


perbanyak

c. Penerimaaan pasien baru sudah berjalan dengan baik dan sudah terdokumentasi
dengan baik

4. Money (M4)
Masalah : 90% pasien di Ruang Isolasi Palem 1 menggunakan jasa BPJS
Penyebab : Ketidakmampuan keuangan keluarga dalam menggunakan jasa
Umum
Penyelesaian : Penulis tidak dapat menyelesaikan karena itu merupakan hak
pribadi klien dan akan diputuskan oleh pihak administrasi
5. Mutu (M5)
a. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit yang
diderita

Penyelesaian : dengan memberikan edukasi pada pasien dan keluarga secara rutin
setiap seminggu sekali dan menyediakan leaflet di nurse station agar bisa dibaca
oleh keluarga pasien atau pengunjung yang sedang datang

46
BAB 4

PENUTUP

4.1. Simpulan

Dari hasil praktik keperawatan di Ruang isolasi palem 1 di RSUD dr.


Soetomo Kota surabaya. kami dapat menyimpulkan bahwa secara umum
pelaksanaan manjemen keperawatan telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dengan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara
umum dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
manajemen keperawatan.

Faktor utama dalam keberhasilan pengelolaan ruangan adalah pengelolaan


sumber daya manusia dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan unsure
pimpinan/kepala ruangan dan pelaksanaan keperawatan ditunjang dengan adanya
Standar Prosedur Operasional (SPO) Tekhnis Keperawatan dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) manajemen keperawatan.

47
Adapun implementasi dari program kegiatan yang dilaksanakan selama di Ruang
isolasi palem 1 adalah :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu melalui


ronde keperawatan

2. Memotivasi dan mengingatkan perawat untuk memakai APD dan menerapkan


SOP

3. Melengkapi kebutuhan Discharge Planning

4. Melaporkan dan berkoordinasi dengan kepala ruangan bahwa ruangan


membutuhkan format pengkajian khusus

5. Mensosialisasikan pendokumentasian asuhan keperawatan

6. Merapikan dan melakukan penataan ruangan sesuai label

4.2 Saran
1. Bagi Pelaksana Pelayanan Keperawatan Ruang isolasi palem 1 RSUD dr.
Soetomo Kota Surabaya

a. Melaksanakan SPO Teknis Keperawatan secara konsisten

b. Melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan secara berkelanjutan

48
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar-


Ruzz Media.

Gillies. D. A. (1989). Manajemen Keperawatan : Suatu Pendektan Sistem.


Terjemahan dari Nursing Management a system approach. Philadelphia
oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana S.P. (1996), Edisi 2.
Jakarta.

Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

49
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

50

Anda mungkin juga menyukai