Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masa
Disintegrasi Islam( tahun 100-1500 Masehi)” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Haris Yuana Yusuf, Lc., MA selaku dosen Sejarah Peradaban Islam
atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Malang, 27 Agustus 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………....…………………………….……...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…….……………………………………………….........1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...........2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….........2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disintegrasi dan Kemunduran ….......................................…6
2.2 Masa Disintegrasi ( 1000 – 1250 ) ……................................................….6

2.2.1 Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad.................................... 7

2.2.2 Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintah.......................................... 9

2.3 Masa Kemunduran.............................................................................................12

2.3.1 Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan.....................................................12

2.3.2 Serangan Dinasti Timur Lenk.............................................................13


2.3.3 Dinasti Mamalik di Mesir.....................................................................14

BAB III: PENUTUP


a.Kesimpulan…………………………………….....................................16
b.Kritik dan Saran……………………………………..............................16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………............……........16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Dalam periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan gangguan


yang dihadapi dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan politik yang merongrong
pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul di mana-mana, baik gerakan
dari kalangan intern Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun, semuanya
dapat diatasi dengan baik. Keberhasilan penguasa Abbasiyah mengatasi
gejolak dalam negeri ini makin memantapkan posisi dan kedudukan mereka
sebagai pemimpin yang tangguh. Kekuasaan benar-benar berada di tangan
khalifah. Keadaan ini sangat berbeda dengan periode sesudahnya. Setelah
periode pertama berlalu para khalifah sangat lemah. Mereka berada di bawah
pengaruh kekuasaan yang lain.

Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang


dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung ingin lebih mewah dari
pendahulunya. Kehidupan mewah khalifah-khalifah ini ditiru oleh para
hartawan dan anak-anak pejabat. Kecenderungan bermewah-mewah,
ditambah dengan kelemahan khalifah dan faktorlainnya menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini member
peluang kepada tentara professional asal Turki yang semula diangkat oleh
khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil kendali pemerintahan. Usaha mereka
berhasil, sehingga kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka,
sementara kekuasaan Bani Abbas di dalam khalifah Abbasiyah yang
didirikannya mulai pudar dan ini merupakan awal dari keruntuhan dinasti ini,
meskipun setelah itu usianya masih bisa bertahan lebih dari empat ratus
tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan masa disintegrasi?
2. Dinasti-dinasti apa saja yang memerdekakan diri dari Baghdad?
3. Bagaimana peristiwa perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan?
4. Bagaimana peristiwa terjadinya perang salib?
5. Apa sebab-sebab kemunduran pemerintahan Bani abbasiyah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian masa disintegrasi
2. Mengetahui dinasti-dinasti apa saja yang memerdekakan diri dari Baghdad
3. Mengetahui bagaimana peristiwa perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan
4. Mengetahui peristiwa terjadinya perang salib
5. Mengetahui kemunduran pemerintahan Bani abbasiyah
1.4 Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian masa disintegrasi
2. Untuk mengetahui dinasti-dinasti apa saja yang memerdekakan diri dari
Baghdad
3. Untuk mengetahui bagaimaba peristiwa perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan
4. Untuk mengetahui peristiwa terjadinya perang salib
5. Untuk mengetahui kemunduran pemerintahan Bani abbasiyah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disintegrasi dan Kemunduran

Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana orang-orang dalam masyarakat


tidak dapat lagi menjalin kerukunan dan kebersamaan, melainkan saling bertikai
dan saling mengahancurkan sehingga terjadi perpecahan dalam kehidupan
sosial.

Kemunduran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata


mundur yang berarti berjalan bergerak ke belakang, berkurang ( mutu,
kecakapan ), dan menjadi buruk atau kurang sehat. Sedangkan kemunduran
berarti perihal mundur.

2.2 Masa Disintegrasi ( 1000 – 1250 ) M

Pada awalnya dinasti Abbasyiah mempunyai khalifah yang kuat dan


mencapai periode keemasannya. Sayangnya, hanya periode pertama saja
dinasti Abbasyiah berjaya karena untuk periode selanjutnya, pemerintahan mulai
turun terutama di bidang politik karena lebih menitikberatkan pembinaan
peradaban dan kebudayaan.

Awal keruntuhan dinasti Abbasyiah dikarenakan kondisi bobrok di


pemerintahan dan memberi peluang bagi tentara Turki profesional yang diangkat
oleh Khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil pemerintahan dan berhasil. Lalu,
kekuasaan Bani Abbas di dalam khalifah mulai pudar.

Munculnya unsur Turki pada ketentaraan di latar belakangi oleh persaingan


golongan seak masa Al-Ma’mun dan sebelumnya. Perebutan kekuasaan antar
Arab yang mendukung Al-Amin dan Persia yang mendukung Al Ma’mun. Karena
Turki masuk, persaingan antar bangsa menjadi lebih besar.

Sebenarnya masih ada perlawanan yang mampu mengendalikan seperti Al-


Mu’tashim dan Al-Watsiq tetapi saat khalifah Al-Mutawakkil yang lemah
memimpin, awal kemunduran politik Bani Abbas mulai terjadi. Sampai akhirnya,
Turkilah yang memilih dan mengangat khalifah karena meraka dapat menguasai
wilayah dengan cepat.

Berbagai upaya membebaskan diri masih ada, tetapi selalu gagal dan
wibawa khalifah merosot tajam. Hingga akhirnya Turki mulai lemah dengan
sendirinya dan banyak wilayah yang kuat mulai membebaskan diri dan menjadi
awal dari masa disintegrasi.

2.2.1 Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad

Sebenarnya disintegrasi politik sudah terjadi di akhir zaman Bani


Umayyah. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara pemerintahan Bani
Umayyah dan Bani Abbasyiah. Kekuasaan Bani Umayyah dari awal sampai
runtuhnya sejajar dengan batas-batas kekuasaan Islam tapi tidak
sepenuhnya benar bila diterapkan pada Bani Abbasyiah. Kekuasaan Bani
Abbasyiah tidak pernah diakui oleh Spayol dan seluruh Afrika Utara, kecuali
Mesir yang bersifat sementara dan nominal. Ada kemungknan bahwa para
khalifah Abbasyiah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari
provinsi-provinsi tertentu dengan alasan tertentu. Alasannya, pertama
mungkin khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk padanya
dan kedua penguasa lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan
kebudayaan daripada poliyik ekspansi.

Karena alasaan kedualah banyak provinsi-provinsi tertentu di pinggiran


mulai lepas. Bisa terjadi dalam satu atau dua cara. Pertama, pemimpin lokal
yang memimpin suatu pemberontakan dan berhasil. Contohnya, Ummayyah
di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang ditunjuk menjadi
gubernur oleh khalifah dan kedudukannya semakin bertambah kuat.
Contohnya, Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Sedangkan keruntuhan Bani Abbas telrihat pada awal abad 9 karena


masuknya unsur turki dalam bidang kemiliteran.

Dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari Baghdad pada masa khalifah
Abbasyiah;

1. Yang berbangsa Persia :

a. Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)

b. Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)


c. Samaniyah di Transoxia (261-289 H/873-998 M)

d. Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)

e. Buwaihiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H/930-1055 M)

2. Yang berbansa Turki :

a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)

b. Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1189 M)

c. Ghazanawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)

d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya

3. Yang berbangsa Kurdi :

a. Al Barzuqani (348-407 H/959-1015 M)

b. Abu Ali (380-489 H/990-1095 M)

c. Ayubiyah (564-648 H/1167-1250 M)

4. Yang berbangsa Arab :

a. Idrisiyah di Maroko (172-375 H/788-985 M)

b. Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)

c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)

5. Yang mengakunya dirinya sebagai khalifah

a. Umawiyah di Spanyol

b. Fathimiyah di Mesir

Latar belakang kebangsaannya adalah persaingan antar bangsa


terutatama Arab, Persia, dan Turki. Latar belakang paham agama juga ada,
Syi’ah dan Sunni.

Faktor penting penyebab kemundran Bani Abbas:


1. Luasnya wilayah kedaulatan Abbasyiah sementara komunikasi kurang.
Bersaamaan itu, tingkat kepercayaan di kalangan para penguasa dan
pelaksana sangat kecil.

2. Ketergantungan khalifah pada profesionalisasi angkatan bersenjata.

3. Keuangan negara sangat sulit karena banyak biaya yang dikeluarkan


untuk tentara bayaran.

2.2.2 Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintah

Pertumpahan darah pertama teradi pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib
karena perbutan kekuasaan. Pemberontakan-pembeorntakan yang muncl
pada masa Ali bertujuan untuk menjatuhkan kursi khalifah dan diganti oleh
pemimpin pemberontakan itu. Sama halnya dengan Bani Ummayah di
Damaskus yang harus menghadapi beberapa pembeorntakan seperti
Pemberontakan Husein ibn Ali, Syi’ah oleh Al Mukhtar, Abdullah ibn Zubair,
dan Pemberontakan Bani Abbas atau Gerakan Bani Hasyim.
Pemberontakan terakhir ini berhasil dan kemudian mendirikan pemerintahan
baru yang diberi nama khlifah Abbasyiah atau Bani Abbas.

Sama seperti periode sebelumnya, perebuatan kekuasaan masih terus


berlangsung sampai Turki mengambil alih Bani Abbas. Pada perode III
(334H/945-447H/1055), pemerintahan diambil alih oleh Bani Buwaih.
Banyak kerusuhan pada masa pemerinyahan Bani Buwaih karena mereka
mempunyai paham Syi’ah dan Bani Abbas mempunyai paham Sunni.

Sama seperti Bani Abbas, Bani Buwaih menitikeratkan ilmu kesustraan


dan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Al Farabi, Ibn Sina, Al Farghani, Abd
Al Rahmah Al Shufi, Ibn Maskawih, Abu Al ‘Alu Al Ma’an, dan lain
sebagainya.

Bani Buwaih jatuh ke tangan Seljuk ketika Al Malik Al Rahim memegang


jabatan dan jabatannya di rebut oleh panglimanya sendiri yang sewenang-
wenang, Arselan Al Basasar. Tanggal 18 Desmeber 1055M/447 H pimpinan
Seljuk memasuki Baghdad dan berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih.
Pada masa pemerintah Alp Arselan, terjadi peristiwa penting. Perluasan
daerah yang sudah dimulai oleh Thugryl Bek dilanjutkan ke Barat sampai
pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantum, dan eskpansi ini
yang dinamakan peristiwa Manzikart.

2.2.3 Perang Salib

Eskpasni yang dilakukan oleh Alp Arselan yaitu Manzikart, menanamkan


benih permusuhan dan kebencian umat Kristen pada umat Islam. Kebencian
bertambah ketika dinasti Seljuk dapat merebut Bani Al Maqdis pada 471 H
dan penguasa Seljuk memberika beberapa peraturan bagi umat Krsiten
yang ingin berziarah disana dan mereka merasa keberatan. Untuk
memperoleh kebebasan, 1095 M, Paus Urubanus II berseru kepada umat
Kristen Eropa untuk memulai perang suci.

a. Periode I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian


besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat mneuju Konstatinopel,
kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymod ini memperoleh kemenangan besar. Pada
tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklulkan Nicea dan
tahun1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan
kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama
mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II.
Bohemand dilantik menjadi rajanya. Mereka jga berhasil menduduki
Bait Al Maqdis pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan kerajaan Latin III
dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al Maqdis, tentara
Salib melanjutkan ekspasnsinya. Mereka menguasai kota Akka,
Tripoli, dan kota Tyre. Di kota Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin
IV dengan Raymond sebagi raja.

b. Perode II

Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil menaklukan


kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M dan wafat
pada 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki dan
berhasil merebut kembali Antichoe pada 1149 M dan seluruh Edessa
pada 1151 M.

Kejatuhan Edessa membuat orang-orang Kristen mengobarkan


Perang Salib II. Paus Eugenius II menyerukan perang suci yang
disambut positif raja Ptancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II.
Pergerakan mereka terhambat oleh Nuruddin Zanki bahkan Louis VII
dan Condrad sampai pulang kembali ke negerinya. Setelah Nurudidin
Zanki wafat pada 1174 M. Pimpinan perang diambil alih oleh Shalah Al
Din Al Ayubbi yang berhasil mendirikan dinasti Ayubbiyah di Mesir
pada 1175 M dan mengambil alih Yerussalem pada 1187 M..

Jatuhnya Yerussalem memukul perasaan tentara Salib dan mereka


mulai menyusun rencana balasan. Kali ini tentara Salib dipimpin oleh
Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard The Lion Heart, raja
Inggris, dan Philp Augustus, raja Prancis dan bergerak pada 1189.
Meski berhasil berebut Akka mereka tidak berhasil merebut Palestina.

Pada tanggal 2 Nopember 1192M, dibuat perjanjian antara tentara


Salib denan Shalah al-Din yang disebut Shuh al-Ramlah. Dalam
perjanjian tersebut bahwa orang-orang kristen yang pergi berziarah ke
Bait al Maqdis tidak akan diganggu.

c. Perang III

Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick
II. Mereka berusaha merebut Mesir lebih dulu sebelum Palestina,
dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada
tahun 1219 M, mereka berhasil Dimiyat. Raja Mesir dari dinasti
Abyubbiyah waktu itu, Al Malik Al Kamil, membuat perjanjian dengan
Frederick. Isinya natara lain Frederick bersedia melepaskan Dimiyat,
sementara AL Malik Al Kamil melepaskan Palestina, Frederick
menjamin keamanan kaum Muslimin disana dan Frederick tidak
mengirim bantuan kepada Kristin di Syiria. Dalam perkembangn
berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Mslimin tahun
1247 M, dimana pemerintahan Al Malik Al Shalih penguasa Mesir
selanjutnya. Ketika Mesir dikuasi dinasti Malmalik yang menggantikan
posisi dinasti Ayubbiyah/pimpnan perang dipegang oleh Bay Bars dan
Qalawun. Pada masa merekalah Akka direbut kembali oleh kaum
Muslim, tahun 1291 M. Demikianlah perang saling yang berkobar di
Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat
Islam terusir dari sana.

2.3 Masa Kemunduran

Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia islam dalam


proses penghancuran oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengis
Khan dan keturunannya, serta Timur Lenk yang juga masih keturunan
bangsa Mongol.

2.3.1 Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa


mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyahdisana, tetapi juga
merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban islam
karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam.
Bangsa mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yg
membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan,
dan Manchuria barat serta Turkisan timur. Orang-orang Mongol
mempunyai watak kasar, suka berperang, dan berani menghadang
maut dalam mencapai keinginannya. Mereka sangat patuh pada
pemimpinnya, dan Mereka menganut agama (syamaniah),
menyembah bintang-bintang, dan sujud pada matahari yang sedang
terbit.

Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa


kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13
kelompok suku waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, digantikan oleh
putranya (Timujin) 13 tahun. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha
memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa
mongol dengan suku bangsa lain, sehingga menjadi 1 pasukan yang
teratur dan tangguh. Dan ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang
Perkasa. Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan
dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain.
Serangan pertama diarahkan ke kerajaan China. Ia berhasil
menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-
negeri islam. Tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan
Turki dan Ferghana, kemudian ke Samarkand. Pada mulanya, mereka
mendapat perlawanan berat dari Penguasa Khawarizm, namun dapat
dikalahkan pasukan Mongol.

Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi


wilayah kekuasaannya menjadi 4 bagian kepada 4 putranya. Salah
satunya Chagatai yang berhasil merebut dan menguasai Azerbaijan.
Sultan Khawarizm berusaha keras membendung serangan tentara
Mongol, namun Khawarizm tidak sekuat dulu, akhirnya terdesak.
Sultan melarikan diri, dan di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh.
Dengan demikian,berakhirlah kerajaan Khawarizm, dan membuka
jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan
leluasa.

2.3.2 Serangan Dinasti Timur Lenk


Belum sempat bangkit dari kejatuhan, seabad kemudian malapetaka yang
tidak kalah dahsyatnya kembali terjadi. Penyerangan kali ini yang dipimpin oleh
Timur Lenk atau Timur si Pincang ke dunia Islam tidak kurang membawa
kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda
dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih menganut kepercayaan
Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama “Islam.”
Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai
penguasa tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana hanya ada satu
Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.”Pada tahun
1381 M, ia menaklukkan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan.
Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-
besaran terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan
ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan
tanah liat; Di Iran ia membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah
dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; Di Sivas,
Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401 M. ia
memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan.
Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20
hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar.
Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman
Nuruddin Zanky dari Ayyubi dihancurkan. Demikian pula Damaskus dikuasainya,
sehingga masjid Umayah yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu
serangan diteruskan ke Baghdad, dan membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-
mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai tanda kemenangan. Timur lenk
berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki, karena kerajaan ini
banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan Hulagukhan.
Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara.
Tentara Usmani mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid I) sendiri tertawan
dan mati dalam tawanan. Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia
berencana mengadakan invasi ke Cina, Namun di tengah perjalanan ia menderita
sakit yang membawa kepada kematiannya pada usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1404
M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand.
Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi Timur Lenk
adalah sosok yang bisa dibilang saleh ia sempat memperhatikan pengembangan
Islam. Konon ia penganut Syi’ah yang ta’at dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah.
Dalam setiap perjalanannya ia selalu mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan
seniman. Ia sangat menghormati para ulama. Walaupun terkadang ia memaksakan
suatu fatwa kepada ulama agar memperbolehkan apa yang dilakukannya.
2.3.3 Dinasti Mamalik di Mesir
Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia
(Hulagukhan) ialah tentara Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah
pimpinan Sulthan Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan
termasyhur serta dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamluk di Mesir.
Dinasti Mamluk berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi
dan berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir
terhindar dari penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang
ditaklukkan oleh Hulagu.Dinasti Mamluk ini mengalami kemajuan diberbagai bidang.
Kemenangannya terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk mengusai
daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa kecil menyatakan setia
kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan tentara Salib di sepanjang
laut tengah.
Di bidang politik atau pemerintahan, pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki
militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M)
menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa
hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M).
Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan.
Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan
Italia, terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo
menjadi kota yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara
Laut merah dan laut tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat.
Kerajaan Mamluk ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang
bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau
panjang dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru, yaitu
kerajaan Turki Usmani yang kemudian dapat memenangkan perang melawan tentara
Mamluk . Kemudian Mesir ini dijadikan salah satu propinsi kerajaan Usmani di Turki.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah dari kesatuan


yang utuh menjadi terpisah-pisah. Penyebab terjadinya disintegrasi pada
masa kekhalifahan Islam di masa lampau yaitu di antaranya; adanya dinasti-
dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad, perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan dan munculnya tiga kerajaan besar Islam.

3.2 Saran
Kami sadar makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami harap kritik dan saran dari Bapak/Ibu dosen serta teman-teman untuk
lebih baiknya makalah ini.
Kami menyarankan kepada kita semua untuk mempelajari dan
memahami masa disintegrasi kekhalifahan Islam agar kita mengetahui
dampak dari disintegrasi terhadap keutuhan dan kesatuan kita sebagai umat
Islam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Badri Yatim, M.A cetakan ke 22 Sejarah Peradaban Islam Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
2. KBBI
3. Makalah dari Multikulturalisme dan Disintegrasi Dalam Prespektif
KeIndonesiaan oleh Drs. Faris Ihsan, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai