Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


A. Pengertian
Plasenta previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
segmen bawah rahim, menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum. Sedangkan
kehamilan itu sudah mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20 minggu, berat janin
>500 gram). (Achmadi, 2004)
Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahimke arah proksimalme
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim, ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium uteri
yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala I, bisa mengubah luas
permukan serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memilik mekanisme khusus untuk
menunjang pertubuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk ertukaran gas yang
efisien, transport aktif zat-zat energy, toleransi imnologi terhadap imunitas ibu pada allograft
dan akuisisi janin. Melihat pentingnya eranan dari plasenta, maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun menggangu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa.
(Triani dkk, 2015)

B. Etiologi
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal
tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan
berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.
Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen
bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen
bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:
1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2. Riwayat seksio sesarea.
3. Riwayat aborsi.
4. Kehamilan ganda.
5. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6. Multiparitas.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan
bagi penempatan plasenta.
8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung
telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9. Adanya trauma selama kehamilan.
10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30
minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
11. Mendapat tindakan Kuretase.

C. Patofisiologi
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.

D. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previsa berdasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir, biasanya ada 4 tingkatan plasenta previa, yaitu:
1. Plasenta previa totalis : apabila OUI seluruhnya tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa parsialis : apabila hanya sebagian OUI tertutup plasenta
3. Plasenta previa lateralis : apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI
4. Plasenta letak rendah : apabila lasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian
yang menutupi OUI (Triani, dkk, 2015)

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.
1. Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah
segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
2. Gejala Klinik
a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi
pada triwulan ketiga.
b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

F. Penatalaksanaan
Langkah-langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru-paru
2. Banyaknya perdarahan yang terjadi
3. Gradasi dari plasenta previa sendiri

Oleh karena itu tata laksana plasenta previa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Konservatif : yang artinya mempertahankan kehamilan sampai waktu tertentu
2. Aktif : yang berarti kehamilan itu segera diakhiri

Penyulit yang ditemukan selama penangan plasenta previa :


1. Anemia
2. Syok akibat perdarahan banyak
3. Lost coagulopathy juga karena kehilangan darah

Pemeriksaan penujang yang bisa dilakukan :


1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine lengkap
2. KTG, Doppler, Laennec
3. USG untuk menilai letak/implantasi plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

Penangan yang dilakukan :


1. Usia kehamilan <38 minggu
a. Berikan pematangan paru (Dexametasoen injeksi 12 mg 3 kali berselang 8 jam
atau Oradekson 5 mg 2 kali selang 8 jam, atau Deksametasone 24 mg single dose)
b. Berikan obat tokolitik (Papaverin, terbutalin, atau isoksuprina)
c. Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu, kecuali jika perdarahan ulang lakukan
terminasi (SC)
d. Plasenta previa lateralis dan plasenta previa letak rendah masih memungkinkan
dilahirkan pervaginam, dimana terminasi diawali dengan amniotomi dan
dilanjutkan dengan pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga,
dilakukan SC.
2. Usia kehamilan 38 minggu atau lebih
a. Dilakukan SC, kecuali plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah
dilakukan langkah diataas, bila tetap perdarahan dilakukan SC
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Plasenta Previa
A. Konsep Manajemen Asuhan Varney
Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar
Data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil, meliputi : biodata/ identitas
baik ibu maupun suami, data subjektif dan data objektif, yang terdiri atas
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan pemeriksaan laboratorium/penunjang
lainnya. Biodata yang dikumpulkan dari ibu hamil dan suaminya, meliputi : nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat lengkap.

Langkah II : Menginterpretasikan/ Menganalisis Data


Pada langkah ini, data subjektif dan data objektif yang dikaji, dianalisis
menggunakan teori fisiologis dan teori patologis, sesuai dengan perkembangan
kehamilan berdasarkan usia kehamilan ibu pada saat diberi asuhan, termasuk teori
tentang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil. Analisis dan interpretasi data
menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan. Rumusan diagnosis kebidanan pada ibu
hamil disertai dengan dasar yang mencerminkan pemikiran rasional yang
mendukung munculnya diagnosis. (Mandriwati,2018)

Langkah III : Merumuskan Diagnosis atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman. (Surachmindari, 2013)

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Segera


Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah ini sebagai cerminan keseimbangan dari
proses manajemen kebidanan. (Muslihatun,2009) Bidan harus dapat membuat
keputusan untuk melakukan tindakan segera sesuai kewenangannya, baik tindakan
kolaborasi maupun rujukan. (Mandriwati,2018)
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah
teridentfikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. (Sulistyawati,2013)
Rencana asuhan umum yang menyeluruh dan harus diberikan pada ibu hamil,
antara lain sebagai berikut :
a. Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana asuhan yang akan dilaksanakan.
b. Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasil yang diharapkan.
c. Jelaskan pada ibu, bila diperlukan pemeriksaan khusus/ konsultasi ke disiplin
ilmu lain, bila perlu, ibu dapat dirujuk ke tenaga ahli/fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap.
d. Beritahukan beberapa hal / gejala klinis penting dalam kehamilan yang
menyebabkan ibu harus segera melakukan kunjungan ulang.
e. Beritahukan ibu tentang fasilitas kesehatan dan sistem yang ada untuk
melakukan rujukan.
f. Pastikan ibu mengerti informasi dan hasil pemeriksaan/diagnosis serta
penatalaksaannya.
g. Berikan kartu ibu, antarkan ibu keluar dan ucapkan salam.
(Muslihatun,2009)

Langkah VI : Penatalaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan
aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengerahkan terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam
situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien
mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu,
biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. (Sulistyawati, 2013)

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan
mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

B. Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian dengan pendekatan metode SOAP merupakan kemajuan
informasi secara sistematis yang dapat mengorganisasi temua sehingga menjadi
kesimpulan yang dibuat sebagai rencana asuhan. Metode ini merupakan intisari dari
proses penatalaksanaan asuhan kebidanan berupa langkah-langkah yang dapat
membantu dalam mengorganisasi pikiran dalam memberikan asuhan yang
menyeluruh. (Mandriwati,2018)
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan
yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses
berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-
langkah manajemen kebidanan. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O
adalah data Objektif, A adalah Analisis atau analisa dan P adalah Penatalaksanaan.
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip
dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen
kebidanan (Muslihatun, 2009).

S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnase
(langkah 1 Varney). (Surachmindari,2013)
Data Subjektif terdiri atas :
a. Biodata
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan yang terdiri dari data ibu dikumpulkan adalah:
1. Nama ibu dan suami
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2011)
2. Umur
Usia reproduksi sehat dan aman adalah antara 20-30 tahun. Usia muda
juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi
obstetri seperti pre eklampsia , ketuban pecah dini, persalinan preterm, dan
abortus. (Vivian,2014)
3. Suku/Bangsa/Etnis/Keturunan
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan (Romauli, 2011).
4. Agama
Informasi ini dapat menuntun diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran (Walyani,
2015).
5. Pendidikan
Pendidikan kesehatan akan membuat pasien tahu hal-hal yang penting
yang perlu dan tidak perlu untuk pasien lakukan. (Sulistyawati,2013)
6. Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita
sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan dan lain-lain
(Romauli, 2011).
7. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal ibu, mengantisipasi kemungkinan jika
ada klien dengan nama yang sama. Alamat juga diperlukan bila mengadakan
kunjungan pada klien (Romauli, 2011).
8. Telepon
Untuk memudahkan komunikasi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Terutama pada pasien dengan plasenta previa ada atau tidak
bercak darah yang keluar dan ada kenceng-kenceng atau tidak (Sulistyawati, 2013)
c. Riwayat Kebidanan
1. Riwayat perkawinan
Meliputi umur saat menikah, lama pernikahan, status pernikahan.
(Kuswanti,2014)
1. Riwayat menstruasi
Anamnase haid diberikan kesan tentang faal alat reproduksi/
kandungan, meliputi hal-hal berikut ini.
Umur menarche, frekuensi jarak/siklus jika normal, lamanya, jumlah
darah keluar, karakteristik darah (misalnya bergumpal), HPHT, lama dan
jumlahnya normal, dismenorea, perdarahan uterus disfungsional, misalnya
spotting, menoragia, dan lain-lain, penggunaan produk sanitari, sindrom syok
keracunan,sindrom premenstrual. (Hani,2014)
2. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat ANC, gerakan janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit,
keluhan utama, obat yang dikonsumsi termasuk jamu dan kekhawatiran ibu
(Muslihatun,2009)
3. Riwayat obstetri : Jumlah kehamilan (G) idealnya ≤ 4, anak yang lahir hidup
P ≤ 3 dengan riwayat persalinan aterm 37-40 minggu, tidak pernah mengalami
abortus/kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan. Tidak ada riwayat
perdarahan atau hipertensi pada kehamilan, persalinan atau nifas yang lalu.
(Widatiningsi, 2017)
4. Riwayat keluarga berencana
Bidan mengkaji tentang alat kontrasepsi yang pernah dipakai dan
lamanya, kapan terakhir berhenti dan alasan berhenti. Keluhan/masalah selama
menggunakan alat kontrasepsi serta rencana KB setelah bersalin.
(Widatiningsih,2017)
6. Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga
Riwayat kesehatan ibu seperti penyakit yang pernah diderita,penyakit
yang sedang diderita, apakah pernah dirawat seperti berapa lama dirawat dan
penyebab dirawat, riwayat kesehatan keluarga seperti penyakit menular,
penyakit keturunan/genetik (Walyani, 2015). Penyakit jantung, hipertensi,
Diabetes Melitus, Tuberculosis, ginjal, asma, epilepsi, hati, malaria, penyakit
kelamin, HIV/AIDS (Muslihatun, 2009).
7. Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan (Sulistyawati, 2013).
8. Imunisasi TT
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah
penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. enis imunisasi yang
diberikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus.
(Romauli,2011)
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi seperti jenis makanan, porsi, frekuensi, pantangan dan
alasan pantangan, personal hygiene seperti frekuensi mandi, frekuensi gosok
gigi, frekuensi ganti pakaian, kebersihan vulva, pola aktivitas, pola eliminasi
seperti BAB jumlah frekuensi, warna dan masalah, BAK jumlah frekuensi,
warna, bau dan masalah (Walyani, 2015).
10. Riwayat psikososial
Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan, respon ibu terhadap
kehamilan, respon ibu terhadap kehamilan, hubungan ibu dengan anggota
keluarga yang lain, adat istiadat yang dianut dan berhubungan dengan
kehamilan. (Kuswanti,2014)

O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan (langkah I Varney). (Surachmindari,2013)
Data objektif terdiri atas:
a. Pemeriksaan Umum
Data-data yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Umum : Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan
kriteria sebagai berikut : baik (jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain), lemah (jika pasien kurang atau tidak
memberikan respon terhadap lingkungan dan orang lain). (Sulistyawati,2013)
2. Kesadaran : Komposmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
(Widatiningsih,2017)
3. Postur tubuh : Pada saat ini perhatikan pula bagiamana sikap tubuh, keadaan
punggung, dan cara berjalan. Apakah cenderung membungkuk, terdapat
lordosis, kiposis, scoliosis, atau berjalan pincang dan sebagainya.
(Romauli,2011)
4. Tinggi badan : Tujuan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui tinggi
badan ibu sehingga dapat mendeteksi faktor risiko yaitu ibu hamil dengan
rongga panggul sempit. (Mandriawati,2018)
5. Berat badan : Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami
kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per
minggu atau 2 kg dalam satu bulan (Hani,2014)
6. LILA (Lingkar Lengan Atas) : Standar minimal untuk ukuran Lingkar Lengan
Atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm maka tergolong
risiko terhadap kurang energi kronis (KEK). (Widatiningsih,2017)
7. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : Tekanan darah ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15
mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia
gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani,2014)
b. Nadi : Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit. Denyut
nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan santai merupakan pertanda
buruk. Jika denyut nadi ibu 100 x/meniot atau lebih, mungkin ibu
mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti etgang, ketakutan atau
cemas akibat masalah tertentu, perdarahan berat, anemia sakit/demam,
gangguan tyroid, gangguan jantung.(Romauli,2011)
c. Pernafasan : Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa yaitu 16-20
kali/ menit. Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.
(Widatiningsih,2017)
d. Suhu tubuh : suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5°C. Suhu tubuh lebih
dari 37°C perlu diwaspadai adanya infeksi. (Romauli, 2011)
b. Pemeriksaan Fisik (head to toe) terdiri dari:
1. Kepala : Meliputi bentuk kepala, rambut (warna, kebersihan rambut, romtok
atau tidak), muka (chloasma gravidarum, jerawat, sianosis), mata (sclera,
konjungtiva, gangguan penglihatan, kotoran atau secret), telinga (kebersihan,
ada secret atau tidak), hidung (kebersihan, pernafasan cuping hidung, polip),
mulut (karies gigi, kebersihan mulut dan lidah, kelembapan bibir, stomatistis,
perdarahan gusi). (Kuswanti,2014)
2. Leher : Meliputi pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe.
(Muslihatun,2009)
3. Dada : Normal, bentuk simetri.(Romauli,2011)
4. Payudara : Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan
puting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa dan pembesaran
kelenjar limfe. (Muslihatun,2009)
5. Ekstremitas atas : Meliputi bentuk, kebersihan tangan dan kuku, pucat diujung
jari, telapak tangan berkeringat. (Kuswanti,2014)
6. Abdomen : Meliputi bentuk pembesaran perut (perut membesar ke depan atau
ke samping, keadaan pusat, tampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim),
adakah bekas operasi, linea nigra, striae abdomen, ukur TFU, hitung TBJ,
letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin, DJJ dan gerakan janin.
(Hani,2014)
a. Leopold I : TFU ditentukan dengan jari, tingginya sesuai dengan usia
kehamilan. Deskripsikan ciri-ciri bagian yang ada di fundus bila usia
gestasi > 28 minggu. Kepala dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian
besar, bulat, keras, melenting. Bokong dideskripsikan sebagai teraba 1
bagian besar yang lunak, kurang bulat. (Widatiningsih,2017)
b. Leopold II : Normal teraba bagian panjang, keras seperti papan
(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba bagian kecil.
Tujuannya untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu, yaitu
punggung pada letak bujur dan kepala pada letak lintang. (Romauli,
2011)
c. Leopold III : Deskripsikan ciri-ciri bagian yang teraba diatas simfisis.
Jika teraba 1 bagian bulat, keras, melenting/mudah digerakkan, maka itu
adalah kepala. Mulai 36 minggu tentukan apakah sudah masuk PAP yaitu
jika teraba kepala maka digoyangkan, bila masih mudah digoyangkan
berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat
digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul. (Widatiningsih,2017)
d. Leopold IV : Posisi tangan masih bisa bertemu, dan belum masuk PAP
(konvergen), posisi tangan tidak bertemu dan sudah masuk PAP
(divergen). Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh masuknya bagian
terbawah janin kedalam PAP. (Romauli, 2011)
7. Pemeriksaan panggul : indikasi pemeriksaan ukuran panggul adalah pada ibu
hamil yang diduga panggul sempit, yaitu : pada primigravida kepala belum
masuk panggul pada 4 minggu terakhir, pda multipara dengan riwayat
obstetri jelek, pada ibu hamil dengan kelainan letak pada 4 minggu terakhir
dan pada ibu hamil dengan kiposis, skoliosis, kaki pincang atau cebol.
Ukuran panggul dalam diukur dengan melakukan pemeriksaan pervaginam
atau Vaginal Tocher (VT).(Muslihatun,2009)
8. Genetalia luar : Lihat adanya lukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi,
jumlah, bau), dengan mengurut uretra dan skene : adakah cairan atau nanah,
kelenjar Bartholini adalah : pembengkakan, massa atau kista, dan cairan.
(Hani,2014)
9. Rektum : Meliputi kebersihan dan hemoroid. (Kuswanti,2014)
10. Ekstremitas bawah : Meliputi bentuk, varises, kebersihan kuku, dan refleks
patella. (Kuswanti,2014)
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan Hb, golongan darah, protein urin,
PITC, HbsAg, dan TPHA. (Kuswanti, 2014)
a. Pemeriksaan darah : Golongan darah (ABO dan Rhesus) diperlukan bila
ibu belum pernah. Ibu hamil dengan Rhesus negatif perlu mendapatkan
penanganan khusus untuk mencegah terjadinya Rhesusisoimunization
yang membahayakan janin. (Widatiningsih,2017)
b. Urine : Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urin dan kadar
albumin dalam urin sehingga diketahui apakah ibu menderita preeklamsi
atau tidak. (Romauli, 2011)
2. Pemeriksaan USG
3. Non Stress Test (NST). (Kuswanti, 2014)

A : Assesment/Analisis
Assesment/analisis adalah suatu kesimpulan yang diperoleh dan memerlukan
penyelesaian .
G….P…A…P…A…H… UK …. Minggu dengan Plsenta Previa
Janin Tunggal Hidup, intrauterine
P : Penatalaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman.
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengerahkan
terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan
dokter, misalnya karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien
akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. (Sulistyawati, 2013)
C. Alur proses manajemen kebidanan
Gambar 2.1 Alur Proses Manajemen Kebidanan
Alur Berfikir 7
5 Langkah
Langkah Manajemen Soap Notes
Kompetensi Bidan
Varney
Pengumpulan data Data Subjektif
dasar Objektif

Interpretasi data : Assasment / Assasment


diagnosis, masalah Diagnosis 1. Diagnosis dan
masalah
2. Diagnosis atau
Identifikasi diagnosis
masalah
atau masalah potensial
potensial
3. Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan tindakan segera
yang memerlukan
penanganan segera
secara mandiri,
konsultasi atau
kolaborasi

Rencana asuhan: Penatalaksanaan Penatalaksanaan


1. Melengkapi data 1. Asuhan mandiri
2. Pendidikan / 2. Kolaborasi :
konseling Tes
3. Rujukan diagnostik atau
4. Follow up tes Lab
3. Rujukan
4. Konseling
5. Follow up
Pelaksanaan Implementasi

Evaluasi Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Triana, Ani, dkk. 2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Deepublish
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jogjakarta: Nuha Medika
Surachmindari, & Yulifah, R. (2013). Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Widatiningsih, S., & Dewi, C. H. (2017). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Trans Medika.
Kuswanti, I. (2014). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mandriwati, G. A., Ariani, N., Harini, R. T., Darmaopatni, M. W., & Javani, S. (2018).
Asuhan Kebidanan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 1998. Pemgantar Kuliah Obstetri
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Muslihatun, W. N., Mufdlilah, & Setyawati, N. (2009). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya
Rachmawati, Lusa. Placenta Previa. www.lusa.afkar.co.id. Di upload tanggal 06 Januari
2010. Di unduh tanggal 10 Februari 2020, pukul 21.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai