Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan. Berbicara mengenai
pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru dan kode etik guru. Profesi guru merupakan salah
satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan siswa dan siswi, hal tersebut karena guru
merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa ini, guru yang baik dan berkualitas
tentu mempunyai etika yang baik, guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi
bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi.
Oleh karena itu, orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi
seorang guru bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah
syarat admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain itu seorang guru juga harus memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, professional dan juga harus mempunyai kode etik yang baik.
Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam menjalankan
profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap norma-
norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma
yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kode Etik Guru?
2. Apakah tujuan kode etik guru?
3. Apakah fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia?
4. Bagaimana penerapan kode etik guru dalam kehidupan masyarakat?
5. Bagaimana nilai – nilai dasar dan nilai operasional kode etik guru ?
6. Bagaimana pelaksanaan, pelanggaran dan sanksi guru ?
7. Apa ikrar guru Indonesia dalam kode etik guru ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara seorang guru
dalam mengajar para peserta didiknya menggunakan kode etika yang benar dan juga sanggup
memenuhi syarat sebagai seorang guru yang berilmu dan bisa menjadi contoh yang baik untuk
para peserta didik.
D. Manfaat Penulisan
Secara istilah “kode etik” terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Kata “etik” berasal
dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik
itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia”.
Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai
aturan tata susila keguruan[2]
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
Banyak informasi yang berhubungan dengan peserta didik datang dari masyarakat dan guru
dipandang perlu menggalinya demi kepentingan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan termasuk
pada saat guru berada di masyarakat.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
Untuk menciptakansuasana sekolah sebaik-baiknya, guru sebaiknya bekerja sama dengan
masyarakat. Kerja sama tersebut dapat berupa kerja sama dalam keamanan, kenyamanan,
kebersihan, serta kasrian dan kesehatan lingkungannya. Hal tersebut dilakukan dengan strategi dan
pendekatan yang tepat sehingga masyarakat dapat mendukung untuk menciptakan suasana sekolah
dengan sebaik-baiknya sehingga menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
e. Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari sekolah/madrasah karena
pada hakikatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah/madrasah
(lembaga pendidikan), masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu, guru harus memelihara
hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat untuk memikul tanggung jawab bersama-
sama terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, guru diharapkan senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, baik secara pribadi maupun
bersama-sama. Pengembangan dan peningkatan mutu mengacu pada peningkatan kualitas
profesional, yaitu peningkatan keterampilan-keterampilan profesional dalam bidang
kependidikan. Sedangkan peningkatan dan pengembangan martabat profesi menunjukkan pada
upaya untuk menempatkan profesi keguruan yang ada di hati masyarakat.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
Didalam masyarakat guru memelihara hubungan seprofesi. Artinya, ia mengadakan dan
memelihara hubungan dengan guru lainnya baik dengan guru yang berlatar keahlian sama maupun
berbeda. Dengan pemeliharaan hubungan tersebut diharapkan antara sesama guru dimasyarakat
terjadi persatuan dan kesatuan yang kokoh dan berakar serta muncul rasa senasib sepenanggungan.
h. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdiannya.
Dalam memelihara dan meningkatkan mutu kinerja organisasi masyarakat paling tidak guru
harus berupaya untuk menerapkan misi dari PGRI, yaitu : misi profesi, misi kemasyarakatan, dan
misi kesejahteraan. Dalam menerapkan misi profesi dimasyarakat guru berupaya merealisasikan
layanannya kepada masyarakat. Yakni layanan yang bersifat sosial-profesional yang mana dapat
dirasakan oleh masyarakat sebagai layanan sosial dan tanpa pamrih. Penanaman misi
kemasyarakatan PGRI terhadap masyarakat mencakup penanaman semangat persatuan dan
kesatuan. Penanaman misi kesejahteraan bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil, sejahtera
lahir batin.
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan kemaslahatan
masyarakat, misalnya kebijakan pemerintah tentang guru dan berupaya membantu pemerintah
dalam merealisasikan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Berbicara mengenai kode etik guru indonesia berarti kita membicarakan guru di Negara kita.
Berikut akan dikemukakan kode etik guru, Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII
pada tanggal 21-25 november 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan item,yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang
ber-Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik
masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentaang anak didik, tetapi
menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua anak
didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau sama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan
kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara,membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua
sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga , sekolah maupun
masyarakat.[6]
Upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik tersebut,dalam garis besarnya dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya,selama mereka mampu, untuk studi lebih lanjut.
Dengan menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan sikap dan pribadinya sebagai pendidik,
diharapkan kode etik pendidik itu lebih disadari keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.
2. Membangun pustakawan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum memiliki
perpustakaan seperti itu.
3. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4. Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-tokoh masyarakat perlu
ditingkatkan.
5. Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.
6. Pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan pengawasan.
7. Kalau pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati atau dihimbau oleh
pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat mengenakan sanksi kepada mereka sesuai
dengan aturan yang berlaku atau sesuai dengan peraturan lembaga bersangkutan yang sudah
disepakati bersama.[7]
A. KESIMPULAN
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Tujuan
merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi profesi itu sendiri.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta
didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, kode etik guru sebagai pedoman guru
dalam berperilaku sesungguhnya dapat diterapkan di masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan
masyarakat harus berpegang teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditunjukkan harus
mencermikan nilai-nilai luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma dalam perilakunya.
B. SARAN
Adapun saran dari kami sebagai golongan pelajar jangan menjadikan buku atau kitab-kitab
sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan
di tafsiri dengan baik dan selanjutnya diamalakan dengann segenap kemampuan. Dan kiranya
makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, Kritik dan Saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
Daftar pustaka
[1] Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai
Pustaka. hal. 112
[2]Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. hal. 49
[3] Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. hal.31
[4] http://andiyuliantiuvri011.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kode-etik-guru.html
[5] Djam’an Satori, dkk. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta. Universitas Terbuka.hal. 5
[6] Syaiful bahri djamarah , Op Cit, hlm.49-50
[7] Made Pidarta , Landasan Kependidikan , (Jakarta : PT Rineka Cipta , 1997 ) , hlm.276
MAKALAH
KODE ETIK GURU
Kelompok 12
1. katarina
2. wina Aprilia N.Q ( 20188100020 )