Anda di halaman 1dari 13

Tugas Keuangan Negara dan Daerah

JENIS-JENIS PENDAPATAN PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2019, Pendapatan daerah adalah semua
hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
berkenaan. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah dan penerimaan lainnya yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan diakui sebagai penambah ekuitas yang merupakan hak
daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.

Struktur Pendapatan Daerah

Terdapat perbedaan pada struktur Pendapatan Daerah yang diatur PP Nomor 12 Tahun 2019
dengan PP Nomor 58 Tahun 2005. Perbedaan tersebut terdapat pada rincian pada pendapatan
transfer. Pada PP Nomor 12 Tahun 2019, memberi rincian pada pendapatan transfer yaitu transfer
dari pemerintah pusat dan transfer antar-daerah. Dana Perimbangan merupakan bagian dari
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat. Selain itu terdapat rincian lain berupa dana insentif
daerah, dana otonomi khusus, dana keistimewaan, dan dana desa. Kemudian juga terdapat rincian
pada transfer antardaerah yang tidak terdapat pada PP 58 Tahun 2005.

Lebih lanjut dapat dijelaskan struktur pendapatan daerah yang diatur dalam Pasal 30 PP Nomor
12 Tahun 2019:

a. Pendapatan Asli Daerah, meliputi 1:

1) pajak daerah, meliputi pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang mengatur mengenai pajak daerah2;

2) retribusi daerah, meliputi pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang mengatur mengenai retribusi daerah3;

1
Pasal 31 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
2
Pasal 31 ayat (2) PP Nomor 12 Tahun 2019
3
Pasal 31 ayat (2) PP Nomor 12 Tahun 2019
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, merupakan Penerimaan Daerah
atas hasil penyertaan modal daerah4; dan

4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, terdiri atas5:

a) hasil penjualan Barang Milik Daerah (BMD) yang tidak dipisahkan;

b) hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;

c) hasil kerja sama daerah;

d) jasa giro;

e) hasil pengelolaan dana bergulir;

f) pendapatan bunga;

g) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan Daerah;

h) penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk
penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan uang pada bank,
penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau dari kegiatan lainnya
merupakan Pendapatan Daerah;

i) penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

j) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

k) pendapatan denda pajak daerah;

l) pendapatan denda retribusi daerah;

m) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

n) pendapatan dari pengembalian;

o) pendapatan dari BLUD; dan

p) pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
Pasal 31 ayat (3) PP Nomor 12 Tahun 2019
5
Pasal 31 ayat (4) PP Nomor 12 Tahun 2019
b. Pendapatan Transfer, meliputi6:

1) transfer Pemerintah Pusat, terdiri atas7:

a) dana perimbangan, terdiri atas8:

(a) Dana Transfer Umum, terdiri atas9:

1) DBH.

2) DAU.

(b) Dana Transfer Khusus, terdiri atas10:

1) DAK Fisik; dan

2) DAK Non Fisik.

b) dana insentif daerah, merupakan pendapatan transfer yang bersumber dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk memberikan
penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian Kinerja tertentu.11

c) dana otonomi khusus, merupakan pendapatan transfer yang dialokasikan


kepada Daerah yang memiliki otonomi khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan undang-undangan.12

d) dana keistimewaan, merupakan pendapatan transfer yang dialokasikan kepada


Daerah istimewa sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.13

e) dana desa, merupakan pendapatan transfer yang bersumber dari APBN yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan

6
Pasal 34 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
7
Pasal 34 ayat (2) PP Nomor 12 Tahun 2019
8
Pasal 35 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
9
Pasal 35 ayat (2) PP Nomor 12 Tahun 2019
10
Pasal 35 ayat (3) PP Nomor 12 Tahun 2019
11
Pasal 39 PP Nomor 12 Tahun 2019
12
Pasal 40 PP Nomor 12 Tahun 2019
13
Pasal 41 PP Nomor 12 Tahun 2019
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.14

2) transfer antar-daerah, terdiri atas15:

a) pendapatan bagi hasil; dan

b) bantuan keuangan.

c. lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, meliputi16:

1) hibah

Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain, masyarakat, dan badan usaha dalam
negeri atau luar negeri yang tidak mengikat untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.17

2) dana darurat

Dana Darurat merupakan dana yang berasal dari APBN yang diberikan kepada
Daerah pada tahap pasca bencana untuk mendanai keperluan mendesak yang
diakibatkan oleh bencana yang tidak mampu ditanggulangi oleh Daerah dengan
menggunakan sumber APBD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.18

3) lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

PP Nomor 12 Tahun 2019 memberi rincian pada DBH, DAU, dan DAK sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 293 UU Nomor 23 Tahun 2014. Pada PP Nomor 12 Tahun 2019, Dana
Perimbangan merupakan salah satu Pendapatan Daerah dalam Pendapatan Transfer pada Transfer
Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan dirinci lagi menjadi Dana Transfer Umum yang terdiri atas

14
Pasal 42 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
15
Pasal 34 ayat (3) PP Nomor 12 Tahun 2019
16
Pasal 46 PP Nomor 12 Tahun 2019
17
Pasal 47 PP Nomor 12 Tahun 2019
18
Pasal 48 PP Nomor 12 Tahun 2019
DBH dan DAU dan Dana Transfer Khusus yang terdiri dari DAK Fisik dan DAK Non Fisik.
Berikut penjelasan masing-masing pendapatan tersebut.

a. Dana Transfer Umum

Dana Transfer Umum adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah untuk
digunakan sesuai dengan kewenangan Daerah guna mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.19 Terkait dengan pemberian Dana Transfer Umum dari Pemerintah
Pusat tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi agar
penyaluran dana ini tidak mengalami penundaan. Kewajiban-kewajiban Pemerintah Daerah terkait
dengan Dana Transfer Umum yang diatur dalam PP 12 Tahun 2019 yaitu:

1. Mengalokasikan belanja untuk mendanai Urusan Pemerintahan daerah yang besarannya telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.20

2. Memberikan tambahan penghasilan kepada Pegawai ASN daerah melalui Perkada dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah atau setelah mendapat persetujuan Menteri.21

3. Melaporkan posisi defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan setiap semester dalam tahun
anggaran berkenaan. 22

4. Melaksanakan evaluasi Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan APBD sesuai
dengan ketentuan pada Pasal 111 dan Pasal 180 PP Nomor 12 Tahun 2019.

5. Melakukan evaluasi Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan APBD dan Peraturan
Kepala Daerah tentang Perubahan Penjabaran APBD sesuai ketentuan pada Pasal 112 dan
Pasal 181 PP Nomor 12 Tahun 2019.

6. Menindaklanjuti hasil evaluasi dalam menyusun rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD.

19
Pasal 1 angka 8 PP Nomor 12 Tahun 2019
20
Pasal 50 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
21
Pasal 58 PP Nomor 12 Tahun 2019
22
Pasal 86 ayat (3) PP Nomor 12 Tahun 2019
7. Menerapkan sistem pemerintahan berbasis elektronik di bidang Pengelolaan Keuangan
Daerah.23

Dana Transfer Umum terdiri atas DBH dan DAU. DBH adalah dana yang bersumber dari
pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angka
persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.24 DBH bersumber dari:25

a. Pajak, terdiri atas:26

1) pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan, pertambangan, dan perhutanan;

2) pajak penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
dan Pajak Penghasilan Pasal 21; dan

3) cukai hasil tembakau; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. sumber daya alam, berasal dari:27

1) penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran ijin usaha pemanfaatan hutan,
provisi sumber daya hutan, dan dana reboisasi yang dihasilkan dari wilayah Daerah
yang bersangkutan;

2) penerimaan pertambangan mineral dan batubara yang berasal dari penerimaan


iuran tetap dan penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi yang dihasilkan
dari wilayah daerah yang bersangkutan;

3) penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan minyak bumi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan;

4) penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan gas bumi yang dihasilkan
dari wilayah daerah yang bersangkutan;

23
Pasal 222 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
24
Pasal 1 angka 10 PP Nomor 12 Tahun 2019
25
Pasal 36 ayat (1) PP Nomor 12 Tahun 2019
26
Pasal 36 ayat (2) PP Nomor 12 Tahun 2019
27
Pasal 36 ayat (3) PP Nomor 12 Tahun 2019
5) penerimaan dari panas bumi yang berasal dari penerimaan setoran bagian
pemerintah pusat, iuran tetap, dan iuran produksi yang dihasilkan dari wilayah
Daerah yang bersangkutan; dan

6) penerimaan perikanan yang berasal dari pungutan pengusaha perikanan dan


pungutan hasil perikanan yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.

Sedangkan DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.28 DAU bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.29

b. Dana Transfer Khusus

Selain dana transfer umum, dalam pp 12 tahun 2019 juga dikenal dana transfer khusus.
Dana transfer khusus adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus, baik fisik maupun nonfisik yang merupakan urusan
daerah.30 Dana transfer khusus bersumber dari APBN yang dialokasikan pada daerah untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.31.

Namun pada pasal-pasal PP 12 Tahun 2019, tidak terdapat penjelasan lebih lanjut terkait dengan
DAK Fisik maupun DAK Non Fisik.

Transfer Antar Daerah

Pada PP 12 Tahun 2019 juga terdapat Pendapatan Transfer Antar Daerah yang terdiri atas
Pendapatan Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan. Berikut pengertian yang terdapat dalam PP 12
Tahun 2019.

28
Pasal 1 angka 11 PP Nomor 12 Tahun 2019
29
Pasal 37 PP Nomor 12 Tahun 2019
30
Pasal 1 angka 9 PP Nomor 12 Tahun 2019
31
Pasal 38 PP Nomor 12 Tahun 2019
a. Pendapatan Bagi Hasil, merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan Daerah yang
dialokasikan kepada Daerah lain berdasarkan angka persentase tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.32

b. Bantuan keuangan merupakan dana yang diterima dari Daerah lainnya baik dalam rangka
kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu
lainnya.33 Bantuan keuangan terdiri atas: 1) bantuan keuangan dari Daerah provinsi; dan
2) bantuan keuangan dari Daerah kabupaten/kota.

A. Pajak Daerah Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.
Subjek pajak dan wajib pajak kendaraan bermotor ini adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Bagi wajib pajak yang berupa satu badan maka
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa dari badan tersebut.
Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor yang berupa kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan
disemua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor
GT 5 (lima gross tonnage) sampai dengan ukuran isi kotor GT 7 (tujuh gross tonnage). Yang
dikecualikan sebagai objek pajak adalah kereta api, kendaraan bermotor yang semata-mata
digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara, kendaraan bermotor yang dimiliki
dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah, dan
objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daeah. Tarif pajak kendaraan bermotor
ditetapkan 10%.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak, atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.

32
Pasal 44 PP Nomor 12 Tahun 2019
33
Pasal 45 ayat (1) PP nomor 12 Tahun 2019
Subjek pajak dan wajib pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah orang pribadi
atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. Objek pajak bea balik nama
kendaraan bermotor adalah penyerahan kendaraan bermotor. Yang dikecualikan sebagai objek
pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah penyerahan kendaraan bermotor kepada
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan
lembaga internasional dengan asas timbal balik dan tenaga ahli asing yang diperbantukan kepada
pemerintah Indonesia yang sumber dananya berasal dari bantuan hibah. Tarif bea balik nama
kendaraan bermotor ditetapkan 20%.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan kendaraan bermotor.
Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan
untuk kendaraan bermotor.
Objek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang
disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang
digunakan untuk kendaraan di atas air. Subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah
konsumen bahan bakar kendaraan bermotor dan yang menjadi wajib pajak bahan bakar kendaraan
bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor.
Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan 10%.
4. Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik
yang berada di laut maupun di darat.
Subjek pajak air permukaan adalah orang pribadi atau badan yang dapat melakukan
pengambilan atau pemanfaatan air permukaan. Objek pajak air permukaan adalah pengambilan
dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Yang bukan objek pajak air permukaan
adalah pengambilan atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian dan perikanan rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
dan peraturan perundang-undangan, dan pengambilan atau permanfaatan air permukaan lainnya
yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Tarif pajak air permukaan ditetapkan 10%
5. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut pemerintah. Subjek pajak
rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokok atau produsen
dan importir rokok yang memiliki izin berupa nomor pokok pengusaha barang kena cukai. Wajib
pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan
daerah tentang pajak rokok. Wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara
tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa
dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Objek pajak rokok adalah konsumsi rokok yang meliputi sigaret, cerutu dan rokok daun.
Yang bukan objek pajak rokok adalah rokok yang tidak dikenai bea cukai berdasarkan peraturan
perundang-undangan dibidang cukai. Tarif pajak rokok ditetapkan 10%.

B. Pajak Daerah Kabupaten/Kota


1. Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 angka 20 dan 21, Pajak Hotel
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan Pengertian Hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, mencakup juga motel, losmen, gubuk parawisata, wisma pariwisata, rumah penginapan
dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 kamar. Tarif pajak ini
ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
2. Pajak Restoran
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011, tentang Pajak Restoran. Restoran adalah fasilitas
penyedia makanan dan minuman yang dipungut bayaran, mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Restoran dipungut pajak atas
pelayanan yang disediakan. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
3. Pajak Hiburan
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak Hiburan adalah pajak yang dipungut atas jasa
penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar
35%.
4. Pajak Reklame
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Pajak Reklame dipungut atas semua
penyelenggaraan reklame. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
5. Pajak Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Pajak
Parkir dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 30%.
6. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan dipungut atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Pelanggan listrik adalah orang dan atau badan
yang menjadi pemilik/penyewa/penghuni bangunan rumah dan bangunan lainnya yang
menggunakan listrik dari PLN/bukan PLN. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan merupakan pengganti dari Pajak Galian
Golongan C yang semua diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam
dan batuan sebagaimana dimaksud didalam Peraturan Perundang-Undangan dibidang mineral dan
batuan. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
8. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan atas pemanfaatan tanah. Yang
dimaksud dengan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Pajak air tanah awal nya merupakan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000,
dipecah menjadi dua jenis pajak yaitu Pajak Air Permukaan sebagai Pajak Provinsi dan Pajak Air
Tanah sebagai Pajak Kabupaten/Kota. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
9. Pajak Sarang Burung Wallet
Pajak Sarang Burung Wallet adalah pajak atas pengambilan dan pengusahaan sarang
burung wallet. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tarif pajak ini ditetapkan
paling tinggi sebesar 10%.
10. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah
dan bangunan. Yang dimaksud dengan perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan
atau peristiwa hukum uang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan. Sedangkan hak atas tanah atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang di
bidang pertanahan dan bangunan.
11. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan bangunan
yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. PBB Pedesaan dan
Perkotaan merupakan jenis Pajak Kabupaten/Kota yang baru diterapkan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%.

a. retribusi daerah
Menurut Siahaan (2013) yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi
daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan
langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formal dan materiil, tetapi ada
alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifat budgetnya tidak
menonjol. Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.
Retribusi terbagi 3 yaitu:
• Retribusi Jasa Umum : retribusi atas jasa pelayanan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah yang memiliki sifat pelayanan secara umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• Retribusi Jasa Usaha : retribusi atas jasa pelayanan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah yang memiliki sifat pelayanan sekaligus bersifat usaha
• Retribusi Perizinan Tertentu : retribusi atas pemberian izin oleh Pemerintah Daerah kepada
orang pribadi atau badan usaha untuk melakukan hal tertentu. Contoh Retribusi izin trayek
Kabupaten/Kota :
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
c. Retribusi izin keamanan
d. Retribusi izin usaha perikanan

b. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan merupakan penerimaan


daerah atas hasil penyertaan modal daerah. Hasil perusahaan milik daerah pendapatan
daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah
dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan
daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan. Maka sifat
perusahaan daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan
daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan mengembangkan
perekonomian daerah.
Pendapatan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, terdiri dari:
• bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
• bagian laba Lembaga Keuangan Bank,
• bagian laba Lembaga Keuangan Non Bank,
• bagian laba Perusahaan Milik Daerah Lainnya,
• serta bagian laba atas penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.

c. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik pemerintah daerah atau pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam
jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah
yang sah mempunyai sifat yang terbuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan, baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang,
melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah terdiri atas:
 hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan
 hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan
 hasil kerja sama daerah
 jasa giro
 hasil pengelolaan dana bergulir
 pendapatan bunga
 penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan Daerah
 penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar-menukar,
hibah, asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan atau penerimaan
lain sebagai akibat penyimpanan uang pada bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atau dari kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Daerah
 penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
 pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
 pendapatan denda pajak daerah
 pendapatan denda retribusi daerah
 pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
 pendapatan dari pengembalian
 pendapatan dari BLUD
 pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai