Anda di halaman 1dari 47

KOMPIL SKENARIO 3

SKENARIO 3

MEKANISME DAUR HIDUP

Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan benjolan yang makin besar
di leher sejak 1 tahun yang lalu. Setelah pemeriksaan, dokter menjelaskan, benjolan itu adalah
mekanisme fisiologis tubuh mengatasi kondisi kekurangan yodium yang mengganggu homeostasis.
Dari anamnesa diketahui bahwa banyak tetangganya juga mengalami penyakit yang serupa. Dokter
memberi rujukan untuk pemeriksaan histo patologinya. Dokter juga melakukan surveilans untuk
mengatasi masalah ini. Dan setelah beberapa hari berikutnya, terlihat dokter telah mengadakan kegiatan
promotif kesehatan untuk mencegah penyakit itu agar tidak tambah meluas.

1. Daur Hidup
Serangkaian perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme dari
awal sebagai bentuk kehidupan yang independen (fertilisasi) dan menuju ke komdisi
dewasa dimana keturunan mereka bisa dihasilkan bahkan sampai individu tersebut
meninggal.
2. Benjolan
Massa padat abnormal yang biasanya diisi sel-sel yang membelah tidak normal atau
cairan
3. Mekanisme Fisiologis
Penjelasan mekanistik tentang bagaimana fungsi tubuh dan bagaimana suatu kejadian
dalam tubuh bekerja. Contoh : kejadian menggigil ketika kedinginan -> sel-sel saraf
peka suhu mendeteksi penurunan suhu tubuh , sel-sel tersebut memberi sinyal ke
hipotalamus (bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur suhu) lalu
hipotalamus mengaktifkan jalur-jalur saraf yang akhirnya menyebabkan timbulnya
kontraksi otot involunter yang berulang-ulang dalam bentuk menggigil. (Sherwood)
4. Fisiologi
Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal
(Kuntarti, SKp, M.Biomed)
5. Iodium
 Iodes (bahasa yunani) artinya ungu, adalah unsur kimia pada tabel periodik yang
memiliki simbol I dan nomor atom 53.
 Mineral non-logam yang diperluka tubuh untuk metabolism sel-sel. Merupakan zat
esensial karena merupakan komponen dari hormone tiroksin
6. Homeostasis
Homoios (sama), stasis (menetap) yaitu “tetap sama”, “keadaan yang bisa berubah,
secara relative konstan”. Kondisi yang tetap ada dinamika namun tetap menjaga
kekonstanannya. Jadi, ketika terjadi peningkatan maupun penurunan selisihnya tidak
terlalu jauh dari batas normalnya. Menurut Walter B. Cannon :
- Bukan sesuatu yang tidak pernah berubah,
- Tidak selalu sama sepanjang waktu.
- Perubahan yang terjadi masih bisa ditolerir oleh tubuh kita
7. Anamnesa
Suatu kegiatan wawancara antara pasien/ keluarga pasien dan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan – keterangan tentang
keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
8. Histopatologi
Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam
kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis
adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu,
dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat
dipilih tindakan preventif dan kuratif.
9. Surveilans
Menurut WHO surveilans adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan
informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
10. Promosi Kesehatan
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individuindividu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan faktor- faktor yang
mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatarmya. Bertolak dari
pengertian yang dirumuskan WHO, Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta
mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasana kesehatan (Depkes RI, 2005).
Batasan promosi kesehatan yang dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian
Health Foundation-Australia, 1997) dalam Notoatmodjo (2010) menekankan bahwa promosi
kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam
konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga
perubahan lingkungarmya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan
efektif, perubahan tersebut tidak akan bertahan lama.

C. RUMUSAN MASALAH
1. BAGAIMANA CARA MELAKUKAN SURVEILANS?

Terdapat 8 tahapan dalam perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu (Lintang, 2015b):

1. Menetapkan tujuan
2. Mengembangkan definisi kasus
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
5. Menguji metode dilapangan
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
8. Menentukan metode evaluasi

Alasan-alasan untuk setiap tahap perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu (Amiruddin,
2013):

1. Menetapkan tujuan
Sebelum merancang suatu sistem, sangat penting untuk menentukan tujuan yang jelas.
2. Mengembangkan definisi kasus
Definisi kasus ini perlu dikembangkan agar semua petugas kesehatan menggunakan definisi dan criteria
yang sama untuk mendiagnsis suatu penyakit spesifik.
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
Secara mendasar, sistem pengumpulan data perlu diseleksi untuk tiap-tiap indicator. Hal ini berarti akan
diputuskan apakah mengumpulkan data dari pelaporan rutin, menyusun suatu sistem sentinel, atau
melakukan suatu survey untuk mengumpulkan data.
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
Instrument pengumpulan data merupakan perlengkap yang digunakan didalam surveilans rutin dan
sentinel.
5. Menguji metode dilapangan
Untuk mengumpulkan masalah dalam sistem pengumpulan data, mengidentifikasi masalah-masalah
validitas, mengoreksi masalah-masalah sistem pengumpulan data sebelum pelaksanaan.
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
Untuk menjamin bahwa sumber data dan proses pengumpulan adekuat/memadai
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
Diseminasi informasi dimaksudkan untuk memberikan informasi yang dapat dimengerti kemudian
dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian dan evaluasi serta
kesimpulan analisis.
8. Menentukan metode evaluasi
Evaluasi sistem surveilans perlu dilakukan agar memberikan rekomendasi untuk perbaikan kualitas dan
efisiensi.
Aktivitas yang dilakukan dalam setiap tahap perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu
(Amiruddin, 2013):

1. Menetapkan tujuan
Langkah untuk mengkhusukan kegiatan surveilans:
 Kegunaan surveilans
 Penggunaan informasi yang dihasilkan oleh sistem, ruang lingkup surveilans
 Kelompok sasaran yang akan diamati
2. Mengembangkan definisi kasus
Pengembangan definisi kasus sebaiknya didiskusikan dalam kelompok sehingga keseluruhan poin
penting dari sudut pandang diperhatikan. Definisi digunakan untuk masing-masing penyakit yang
rencananya akan diamati. Faktor yang mempengaruhi pada definisi kasus: peningkatan pengetahuan,
kriteria pendefinisian kasus.
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
Jika suatu prosedur surveilans telah dipilih, muailah merancang prosedur pengumpulan data. Hal ini
memuat 3 langkah:
 Mengembangkan definisi operasional kasus
 Mengembangkan atau memperbaiki perlengkapan pengumpulan data dan pencatatan data
 Pengujian perlengkapan

Tipe sistem pengumpulan data:

1) Sistem pencatatan vital


2) Kumpulan data yang ada
3) Pencatatan/registrasi atau survei yang ada
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
Ada 3 jenis perlengkapan yang dapat digunakan didalam surveilans rutin dan sentinel yaitu registrasi,
kuesioner suvei dan protkol pengujian kasus. Setelah mengembangkan instrumen pengumpulan data,
sebaiknya diuji dibawah kondisi normal (mencoba diluar program untuk melihat apakah instrument
tersebut mudah dipahami oleh staf, mudah digunakan dan menghasilkan jenis data yang dibutuhkan).
5. Menguji metode dilapangan
Dilakukan seleksi terhadap prosedur pengumpulan data untuk tiap indikator. Perlu dipertimbangkan
pilihan secara teliti, khususnya jika menyusun suatu sistem pelaporan sentinelyang baru. Hal ini bisa
saja memakan waktu dan biaya, khususnya jika kebutuhan pelaporan besar.
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
Analisis sebaiknya dilakukan pada tiap tingkatan sistem surveilans. Kegunaan analisis adalah untuk
mengidentifikasi pola penyakit dan mengidentifikasi penyebab penyakit atau kematian.
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
Dalam menentukan mekanisme diseminasi, perlu merancang strategi diseminasi yang mampu
menjawab tiga pertanyaan penting:
 Siapakah pengguna potensial hasil surveilans yang kita lakukan?
 Hasil tertentu manakah yang akan paling diminati oleh maisng-masing kelompok pengguna potensial?
 Saluran media apakah yang paling baik yang dapat menjangkau kelompok pengguna potensial?

Cara diseminasi:

 Membuat suatu laporan yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat yang lebih tinggi.
 Membuat suatu laporan yang disampaikan dalam seminar atau pertemuan lain
 Membuat suatu tulisan dimajalah atau jurnal rutin
8. Menentukan metode evaluasi
Evaluasi sistem surveilans akan meningkatkan penggunaan terbaik sumber kesehatan dengan
meyakinkan bahwa hanya masalah penting yang menjalani surveilans dengan sistem surveilans yang
yang berlangsung secara efisien. (Amiruddin, 2013)
2. BAGAIMANA STRATEGI PROMOSI KESEHATAN YANG BAIK?

Untuk mewujudkan visi dan misi secara efektif dan efisien diperlukan cara dan pendekatan yang
strategis. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3
hal, yaitu:

a) Advokasi (Advocacy): kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promkes, advokasi adalah pendekatan
kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sector dan berbagai tingkat.
b) Dukungan social (Social Support): kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat baik formal maupun informal, sebagai jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat
untuk mensosialisasikan program-program kesehatan.
c) Pemberdayaan masyarakat (Empowerment): merupakan strategi promkes yang ditujukan kepada
masyarakat langsung dengan tujuan utana untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

3. APA TUJUAN DILAKUKARMYA SURVEILANS PADA PEYAKIT TERSEBUT?

Tujuan surveilans:

 Mwndeteksi perubahan akut dan penyakit yang terjadi dan distribusinya


 Identifikasi dan penghitungan trend dan pola penyakit
 Indentifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat.
 Identifikasi faktor resiko dan penyebab lairmya
 Deteksi perubahan pelayanan yang terjadi
 Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
 Membatu menemukan prioritas
 Memberikan info dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan
 Sebagai acuan untuk melakukan tindakan penanganan

4. BAGAIMANA HUBUNGAN BENJOLAN DENGAN GEJALA YANG DIKELUHKAN


PASIEN?

Penyakit gondok sangat erat kaitarmya dengan kekurangan iodium. Hubungan antara penyakit ini
dengan kurangnya konsumsi iodium telah diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu. Iodium merupakan
bahan baku dalam pembentukan horrnon tiroksin dan triiodotironin. Iodium berinteraksi dengan
protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari
molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit tiroksin sedangkan dua
molekul teriodinasi dan satu molekul teriodinasi membentuk triiodotironin. Unit aromatik ini
kemudian lepaskan dan menghasilkan hormon tiroksin ataupun triiodotironin. Apabila ketersediaan
iodium dalam tubuh rendah maka produksi kedua hormon dalam kelenjar tiroid juga rendah. Iodium
merupakan unsur zal gz;i mikro yang sangat dibuhrhkan manusia, walaupun relatif sedikit (normal
100-150 p g/hari) untuk mensintesis hormon tiroksin (WHO, 2001). Hormon tiroksin berfrrngsi
mengatur proses kimiawi yang terjadi pada sel-sel organ tubuh; berperan pada metabolisme umum
(metabolisme: energi, lemak, protein, kalsium, vitamin A, kolesterol); sistem kardiovaskular; sistem
pencernaan; sistem otot; susunan saraf pusat dan hormon pertumbuhan (Grarmer, 2003) Asupan
iodium dalam makanan sehari-hari kurang dari 50 pg/hari dan berlangsung lama, akan menyebabkan
kandungan iodium dalam intratiroid rendah, akibatnya hipotalamus merangsang pituari anterior
mensekresi TSH, sehingga terjadi peningkatan TSH untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi T4,
akibatnya timbul hipertrofi pada kelenjar tiroid, kelenjar gondok membesar (gondoken/goiter) dan
hipotiroidisme. Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan
melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir dengan panjang dan
berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi lain, kekurangan iodium tersebut
menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan
embentukan organ dan fungsi organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang
terganggu, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin (Grarmspan, 2000). Pada bayi
elahirkan BBLR dan PB Lahir rendah, pada balita anak menjadi cebol, dan pada anak ditandai dengan
anak pendeWstuntedpada usia masuk sekolah (Almatsier,2004). Manusia memerlukan hormon tiroid
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan hormon tiroid pada saat kandungan
berakibat penunrnan mental dan daya pikir anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat
rendah pada orang dewasa mengakibatkan hypotiroidism, atau sering kita sebut dengan istilah
gondok, dengan gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering. Menurut
Hetzel (1996), besaran pengaruh GAKY merupakan fenomena gunung es dan kretin sebagai
puncaknya menempati bagian seluas l-10%. Namun terdapat gangguan dalam jumlah lebih besar
seperti gangguan perkembangan otak 5-30% dan hipotiroidisme 30-70%. Pengaruh kekurangan
iodium terlihat sangat nyata pada perkembangan otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat
janin, bayi dan balita.Kretinisme merupakan dampak terberat pada anak yang timbul jika asupan
iodium kurang dan 25 g/hari dan berlangsung lama (asupan normal 100-199 g/hari). Kretinisme
ditandai dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan saraf seperti gangguan
pendengaran, gangguuul sikap tubuh serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri atau berj alan. Juga
terjadinya gangguan pertumbuhan. Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya
asupan Iodium dalam makanan ataupun minuman. Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi
makanan dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan besamya bergantung dari kadar iodium
dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak pasien menderita penyakit
gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ter-iodinisasi NaI (100mg
iodium per gram garam).

5. APA TUJUAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN TERSEBUT?

Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam
hubungannya dengan penyakit. Teknik pemeriksaaan histopatologi berguna untuk mendeteksi adanya
komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikroanatomi. Histopatologi
sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam
penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.

Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu
pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang
didu.ga terganggu. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah
satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang
diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti
dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan
membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit
yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan
diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.

1. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIF


1. FISIOLOGI DASAR
DEFINISI
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi alat tubuh manusia. Fisiologi atau
ilmu faal, yaitu cabang biologi yang mempelajari fungsi kerja alat-alat tubuh
dalam kondisi normal dan proses-proses yang dilakukan oleh tubuh dalam upaya
mempertahankan kondisi internal tubuh yang dinamis namun tetap dalam kisaran
normal (homeostasis
a) Homeostasis
 Definisi
homeostasis, yaitu suatu kondisi stabil di dalam tubuh yang dibutuhkan
untuk keberlangsungan hidup.Homeostasis harus dipertahankan karena
esensial bagi kehidupan dan fungsi normal sel. Setiap sel, melalui berbagai
aktivitas khususmasing-masing, memberi kontribusi sebagai bagian suatu
sistemtubuh untuk mempertahankan homeostasis. Hubungan ini adalah
dasar fisiologi.

 FAKTOR-FAKTOR YANG DIATUR SECARA HOMEOSTASI.


Banyak faktor dalam lingkungan internal harus dipertahankansecara
homeostasis. Faktor-faktor tersebutmencakup:
1. Konsentrasi nutrien. Sel-sel memerlukanpasokan molekul nutrien secara terus-
menerus untuk menghasilkan energi. Energi, nantinya, diperlukan untuk menunjang
berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang mempertahankan
kehidupan
2. Konsentrasi O2 dan CO2, Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia
pembentuk energi. CO2yang dibentukselama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan
sehingga CO2pembentuk asam tidak meningkatkan keasaman lingkungan internal
3. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkanproduk-produk akhir yang
menimbulkan efek toksik pada seltubuh jika produk toksik tersebut dibiarkan
berakumulasi
4. pH. Perubahan pada pH cairan ekstraseluler (jumlah relatifasam) berpengaruh buruk
pada fungsi selsaraf dan merusak aktivitas enzim semua sel
5. Konsentrasi garam, air,dan elektrolit lain. Karena konsentrasirelatif garam (NaCl)
dan air di cairan ekstrasel memengaruhiseberapa banyak air yang masuk atau keluar
sel,konsentrasikeduanya diatur secara cermat untukmempertahankan volume sel. Sel
tidak berfungsi normal jikamembengkak atau menciut. Elektrolit-elektrolit lain (zat-
zatkimia yang membentuk ion dalam cairan dan menghantarkanlistrik) berperan
dalam berbagai fungsivital. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur
bergantungpada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairanekstrasel.
6. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yangbersirkulasi, plasma, harus
dipertahankan pada volume dantekanan darah yang adekuat untuk menjamin
distribusipenghubung yang penting ini antara lingkungan eksternal dansel ke seluruh
tubuh.
7. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yangsempit. Jika sel terlalu
dingin, fungsi sel akan terlalu melambatdan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu
panas, protein-proteinstruktural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.

 Mekanisme homeostasis :
Untuk menstabilkan faktor fisiologis yang sedang diatur, sistem kontrol homeostasis
harus mampu mendeteksi dan menahan perubahan. Kata umpan-balik merujuk pada respons
yang terjadi setelah terdeteksinya suatu perubahan; kata umpan-majudigunakan untuk
respons yang dibuat sebagai antisipasi suatu perubahan. Marilah kita bahas kedua mekanisme
ini secara lebih terperinci
Pada umpan balik sendiri dibagi menjadi dua yakni, umpan balik negatif dan umpan balik
positif :
a) Umpan balik positif
Umpan balik positif adalah ketika respon terhadap suatu peristiwa meningkatkan
kemungkinan peristiwa untuk berlanjut. Sebuah contoh dari umpan balik positif adalah
produksi susu pada ibu menyusui. Bila bayi minum susu ibunya, hormon prolaktin,
sinyal kimia, dilepaskan. Semakin banyak bayi menyusu, semakin banyak prolaktin
dilepaskan, yang menyebabkan lebih banyak susu yang akan diproduksi. Contoh lain
dari umpan balik positif termasuk kontraksi selama persalinan. Ketika konstriksi
dalam rahimmendorong bayi ke jalan lahir, kontraksi tambahan terjadi.

b) Umpan balik negatif


Umpan balik negatif adalah respon untuk menormalkan kembali pengaturan di dalam
tubuh. Hampir semua kontrol homeostasis tubuh diatur dengan mekanisme umpan balik
negatif. Contohnya adalah pengaturan kadar gula darah. Ketika gula dalam aliran darah
meningkat, reseptor-reseptor dalam tubuh merasakan peningkatan ini. Kemudian
mengirimkan sinyal agar pankreas meningkatkan sekresi hormon insulin. Hormon
insulin kemudian akan meningkatkan laju absorpsi gula kedalam sel sehingga
konsentrasi gula dalam darah berkurang. Saat gula darah sudah mencapai batas normal,
sekresi insulin berhenti. Mekanisme yang hampir mirip terjadi saat kadar gula dalam
darah berada dibawah batas normal. Kesemuanya untuk mempertahankan kadar gula
yang normal dalam darah.

Selain mekanisme umpan-balik, yang menimbulkan reaksi terhadap perubahan pada


variabel terkontrol, tubuh kadang menggunakan mekanisme umpan-maju, yang berespons
sebagai antisipasi terhadap adanya perubahan pada variabel terkontrol. Sebagai contoh,
ketikamakanan masih berada di saluran cerna, mekanisme umpanmaju ini meningkatkan
sekresi suatu hormon (insulin) yang akan meningkatkan penyerapan dan penyimpanan
nutrien yang dicerna oleh sel setelah nutrien diserap dari saluran cerna. Respons anti-
sipatorik ini membantu membatasi peningkatan konsentrasi nutrien dalam darah setelah
nutrien diserap.

 Sistem yang bekontribusi dalam homeostasis :


1. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat.
2. Sistem pencernaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat
gizi yang dapat diserap kedalam plasma untuk didistribusikan keseluruh tubuh.
3. Sistem respirasi, mengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan
eksternal.
4. Sistem kemih, mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma
melalui urin, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem rangka, memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ
organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium(Ca++).
6. Sistem otot, menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Sistem ini
memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Panas yang
dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu.
7. Sistem integumen, sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan
internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh.
Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh.
8. Sistem imun, mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel tubuh
yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan
dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama tubuh.
Sistem ini sangat penting terutama untukmendeteksi dan mencetuskan reaksi terhadap
berbagai perubahan lingkungan intrnal. Sistem ini juga bertanggung jawab atas fungsi
lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis.
10. Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini terutama penting
untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan menyesuaikan fungsi ginjal,
mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11. Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak penting bagi
kelangsungan hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi kelangsungan hidup
suatu spesies.

 Komposisi Cairan Dalam Tubuh


Total cairan tubuh orang dewasa adalah 60% yang terdistribusikan melalui
cairan Ekstrasel (33%) dan cairan intrasel (67%).
 Cairan Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan
interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan
tubuh interstisial. Cairan ini juga disebut tempat hidup sel sel dalam tubuh.
Cairan intravascular berkaitan dengan curah jantung pada tubuh manusia yaitu pada
batas normal 70ml/denyut x 72 ml/denyut. Dengan jumlah volume darahnya 5000ml
yang terdiri dari leukosit, eritrosit, trombosit dan plasma yang mengisi 5% dari berat
tubuh. Kandungan dari cairan ekstrasel sendiri yaitu berupa ion(Na, Cl, 𝐻𝐶𝑂3 ),
Oksigen, glukosa, asam lemak, asam amino, karbondioksida dan produk sisa
metabolisme
 Cairan Intrasel cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang
penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan
intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak
solute yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi
subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam
cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.

 Gangguan pada homeostasis dapat menyebabkan penyakit dan kematian


Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis terganggu dan
semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal
tempat mereka hidup dan berfungsi. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian
berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.
1) GANGGUAN
- Alkolisis
- Asidosis
- Hipertensi
- Hipertemia
- Asfiksi
- Hipoksia
- Anoksia

 Faktor dalam lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis.


Faktor-faktor tersebut mencakup:
1. Konsentrasi molekul-molekul nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien
secara rerus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sebaliknya, diperlukan untuk
menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang unnrk
mempertahankan kehidupan.
2. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia
pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan
sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal.
Konsentrasi O2 = 100mmHg and CO2 = 40 mmHg.
3. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang
menimbulkan efek bolak pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi. pH. Perubahan
pada pH (jumlah relatif asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak
aktivitas enzim semua sel.
4. Konsentrasi garam, air dan elektrolit lain. Karena konsenuasi relatif garam (NaCl) dan
air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel,
maka konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempenahankan volume sel.
Sel tidak berfungsinormal jika membengkak atau menciut. Elektrolitelektrolit lain
berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium (K.) yang relative konstan di cairan ekstrasel.
5. Volume dan tehanan. Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus
dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi
penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke seluruh tubuh.
Volume darah 4-6 L dan tekanan 120/80.
6. Suhu. SeI-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu
dingin maka fungsi fungsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel
terlalu panas maka protein-protein structural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.
Temperature tubuh = 37o C.
7. pH. Peubahan aktivitas enzim. Asam basa tubuh dengan pH = 7.35
A. CABANG FISIOLOGI
Fisiologi Olahraga :

Dari kajian tentang fisiologi dan olahraga diatas, dapat kita buat hubungan
antara kajian teori fisiologi dan olahraga menjadi suatu kajian teori baru tentang fisiologi
olahraga. Dimana kajian terori tentang fisiologi olahraga ini membahas tentang fungsi –
fungsi kerja organ tubuh dan keterlibatan organ tubuh manusia dalam aktivitas gerak.
sehingga pengertian fisiologi olaharaga adalah :
Bagian atau cabang ilmu dari Fisiologi yang secara khusus mempelajari tentang
fungsi/cara kerja organ tubuh dan perubahan yang dapat terjadi baik secara sementera
maupun secara menetap karena sebuah aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik.
Dalam hal ini tentunya akan dibahas pengkajian tentang : bagaimana perubahan itu
terjadi dan apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perubahan fungsi organ tubuh
dengan program-program latihan fisik yang dilakukan guna mendapatkan perubahan
fungsi dan cara kerja organ tubuh yang baik secara efektif dan efisien.

HISTOPATOLOGI

a. Histologi
A. DEFINISI
Histologi berasal dari kata histos yang berarti jaringan atau anyaman dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, histologi adalah suatu ilmu yang membahas
tentang jaringan tubuh. Istilah Histologi sendiri pertama kali diberikan oleh A. F. J. K.
Mayer pada tahun 1819, istilah Histologi ini berkembang bersama dengan
berkembangnya mikroskop.
Histologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan sifat
jaringan dan organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya dalam keadaan normal termasuk
perubahannya sepanjang usia dan dalam keadaan sakit. Histologi termasuk dalam Ilmu
Kedokteran Dasar Umum (IKDU) setingkat dengan Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU). Histologi didasari oleh ilmu Biologi dan Anatomi (Gross Anatomy).
Histologi secara langsung mendasari Fisiologi, Patologi Anatomi, dan Patologi Klinik
dan secara tidak langsung mendasari pengertian mengenai proses perubahan jaringan
akibat usia dan penyakit.
Kesimpulannya, histologi merupakan ilmu tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ – organ. Mencakup semua aspek biologi jaringan, yang
berfokus pada mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang
spesifik untuk tiap organ. Kebanyakan organ tersusun oleh kombinasi beberapa jenis
jaringan, kecuali sistem saraf pusat.
B. PROSEDUR PENGAMATAN
Dalam pengamatan jaringan, specimen yang diamati haruslah bersifat
transparan, tahan lama, dan tetap mempertahankan struktur dan komposisi
molekul yang sama seperti di tubuh. Oleh karena itu perlulah dilakukan
pengolahan preparat segar sebelum diamati di bawah mikrokop :
1. Fiksasi (kimia dan fisika)
Mengawetkan struktur dan komponen molekul agar tidak rusak oleh
bakteri maupun autolysis. Menggunakan bahan pengikat untuk fiksasi
contohnya  formaldehid 40 % dan glutaraldehid.
2. Pemendaman dan pemotongan
Setelah preparat jaringan difiksasi dilakukan proses dehidrasi
menggunakan etanol 70% untuk menyingkirkan air. Setelah itu
dilakukan penjernihan. Pemendaman dilakukan untuk membuat preparat
jaringan menjadi bentuk padat sehingga memudahkan untuk dipotong.
Bahan pemendaman meliputi : paraffin dan damar --> paraffin (untuk
mikroskop cahaya ) dan damar (untuk mikroskop cahaya dan mikroskop
electron ). Preparat setelah dipendam dimasukkan dalam oven dengan
suhu 52 – 60 oC. panas akan menguapkan etanol sehingga menghasilkan
rongga. Rongga tadi diisi oleh lelehan paraffin, sehingga terbentuknya
suatu jaringan yang padat.
Blok keras yang berisi jaringan diletakkan di suatu alat
pemotong yang disebut mikrotom. Mikrotom dapat memotong dengan
ketebalan 1-10 µm.
3. Pemulasan / staining
Adalah proses pemberian warna kepada jaringan yang masih transparan
sehingga dapat mudah diamati dan dibedakan antar jaringan yang satu
dengan lainnya.
Tipe-tipe pewarnan jaringan sebagai berikut:
 BASA (basofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya asam (asam nukleat, glokoprotein,
glikosaminoglikan ), warna pada saat pengamatan adalah biru 
toluidine blue, alcian blue, methylene blue
 ASAM (asidofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya basa (mitokondria, granula sekretoris, dan
kolagen), warna pada saat pengamatan adalah merah orange G,
eosin, fuksin acid
 KOMBINASI : hematoksilin brsifat basa dan eosin berifat asam.

C. CAKUPAN
Histologi adalah ilmu tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun
organ – organ. Mencakup semua aspek biologi jaringan, yang berfokus pada
mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang spesifik
untuk tiap organ. Kebanyakan organ tersusun oleh kombinasi beberapa jenis jaringan,
kecuali sistem saraf pusat.
D. PENTINGNYA
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan
terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu, dengan proses diagnosis
yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan
preventif dan kuratif.
E. TAHAPAN PEMERIKSAAN

Pengambilan bahan dilakukan kurang dari 4 jam post mortem karena untuk menghindari
autolysis, dengan ketebalan 2-5mm.

Terdapat 2 cara:

1. Cara biasa / parafin


 Fiksasi
o Untuk menghentikan perubahan post mortem
o Mengeraskan jaringan supaya lebih keras
o Membunuh penyakit
o Meningkatkan index refraksi
o Meningkatkan afinitas (kecendrungan mengikat) terhadap cat
o Dapat menggunakan 10% formalin / mercuri bichloride / ethyl alcohol
/ bouin / zenker / carnoy / susa (campuran bahan kimia)
 Dehidrasi
o Didalamm larutan alcohol dengan konsentrasi makin meningkat
o Untuk mengeluarkan air dalam jaringan
 Clearing
o Di dalam larutan xylol / toluol / chloroform / benzene / cedar oil
 Embedding
o Pembuatan blok dengan cara menggunakan parafin yang dicairkan dan
jaringan dimasukan kedalam cetakan yang berisi parafin cair
 Sectioning
o Di iris dengan menggunakan mikrotome setebal kurang dari 10
mikron, irisanya disebut ribbon dan diletakan pada gelas obyek yang
telah di olesi dengan bahan perekat berupa putih telur dalam glycerin
 Staining
o Pemberian warna
o Parafin dihilangkandulu dengan xylokl kemudian dimasukan ke dalam
larutan alkohol dengan konsentrasi makin menurun, baru dimasukan
kedalam cat
 Mounting
o Setelah di cat, dimasukan air atau alkohol untuk menghilangkan
kelebihan cat
o Kemudian dimasukan ke dalam larutan alkohol dengan konsentrasi
makin meningkat, lalu dimasukan xylitol
o Sediaan di tutup dengan cover glass dan direkatkan dengan canada
balsem atau ethelan

2. Cara lain
 Cara celloidin
o Celloidin sebagai penggganti parafin
o Keuntungan
 Tidak menggunakan panas
 Blok lebih kuat danmudah dipotong
 Penampang lebih luas
 Irisan lebih tipis
o Kerugian
 Waktu lebih lama dan mahal karena bahan hanya ada diluar
negeri
 Untuk sediaan mata dan telinga bagian dalam
 Vital staining methode
o Bahan dimasukan kedalam binatang yang masih hidup
o Cat dimasukan kedalam pembukuh darah saat binatang masih hidup
o Contoh : trypan blue yang diphagositir oleh macrophage
 Supra vital staining methode
o Sel – sel dikeluarkan dulu dari tubuh, kemudian organel – organelnya
baru dicat
o Dapat dilihat dengan mikroskop biasa dengan perbesaran maksimal
o Contoh : yanus green untuk pengecatan mitokondria, neutral red untuk
pengecatan lysosome
 Freezing methode
o Jaringan dibekukan dengan CO2, baru dipotong dengan cryostat
o Keuntungan :
 Prosedur cepat. Dapat digunakan untuk diagnosa kilat saat
operasi
 Enzym tidak rusak ( pada IHC )
 Pemeriksaan Biopsi (Teknik Pengambilan Jaringan Pemeriksaan Histologi)

Biopsi terbagi menjadi :

 Biopsi tertutup : Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah

 Biopsi terbuka: Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan oleh disiplin


bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative

 Biopsi Insisional

Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Dengan
pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk
diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain :

 Tentukan daerah yang akan dibiopsi.


 Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik.
 Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15.
 Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus.
 Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini jangan
sampai tersentuh.
 Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.
 Biopsi Eksisional

Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya.
Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan
biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi
eksisional, adalah sebagai berikut :

 Rancang garis eksisi,


 Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
 Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang
tersedia di kedua tepi sayatan.
 Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
 Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit
lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
 Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm kulit
sehat.
 Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm kulit
sehat.
 Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
 Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
 Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.
 Biopsi Jarum

Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya
cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara
langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk
membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (BiopsiAspirasi
Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar
maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka
disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halusmerupakan metode
lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel dalam benjolan
mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang
invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal
banyak. Seperti dengan biopsi inti, USG atau mammographik mungkin diperlukan
untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat
dengan mudah dirasakan.

 Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi
menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini
menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran
tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan
kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil
sedikit jaringan sebagai sampel.

 Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini biasa dilakukan
pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil
yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya
akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal dan bila
pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan
patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk
menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya.
Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari
keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk
mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.

b. PATOLOGI
DEFINISI

Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang mempelajari ciri dan


perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.
Patologi berasal dari kata pathos (penyakit) dan logos (ilmu). Patologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit, dimana meliputi pengetahuan dan
pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit dari tingkat molekuler
sampai dengan pengaruhnya pada setiap individu. Patologi membahas penyakit dari segala
segi meliputi ; sebab penyakit, sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan
fungsional yang disebabkan penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk
mengidentifikasi sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar
pada program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.

KONSEP DISEASE DAN ILLNESS

Disease
Setiap penyimpangan dari atau gangguan struktur atau fungsi normal pada bagian tubuh,
organ atau sistem yang ditandai dengan sekelompok gejala dan tanda yang khas, dan etiologi
(penyebab), patologi (sifat penyakit), maupun prognosisnya (kemungkinan) bisa diketahui
atau tidak. Kesimpulan : ekspresi rasa tidak nyaman akibat kelainan struktur atau fngsional.
2. Illness
Keadaan yang ditandai oleh penyimpangan nyata dari keadaan normal ( Kamus
kedokteran Dorland)

3. Sickness
Sickness adalah setiap keadaan atau episode yang ditandai penyimpangan berat dari status
kesehatan normal.

Dari ketiga pengertian istilah diatas dapat dianalisis bahwa disease adalah suatu penyakit yang
terdapat pada manusia ( bersifat obyektif ). Sedangkan illness adalah keadaan sakit yang
dirasakan oleh manusia yang diperoleh dari penyakit tersebut ( bersifat subyeksif ). Dan
sickness adalah setiap keadaan sakit yang dialami manusia baik secara fisik maupun mental (
perasaan ), bahwa manusia merasa sakit maupun sehat berdasarkan dengan apa yang dia
pikirkan maupun rasakan.
A. TERMINOLOGI
1) Etiologi = penetapan sebab terjadinya suatu penyakit
2) Pathogenesis = mekanisme dari masuknya penyakit itu sendiri
3) Manifestasi klinis = penurunan atau gangguan dari suatu organ
4) Komplikasi = keadaan lanjut
5) Prognosis = perkiraan / dugaan
6) Lesi = perubahan pada jaringan dan sel
7) Kelainan patognonomik = penyakit dimana mempunyai cirri cirri khas yang hanya
dimiliki oleh penyakit tertentu
8) Patofisiologi = ilmu yang mempelajari petogenesis
9) Sequel = dampak dari suatu penyakit
B. RUANG LINGKUP PATOLOGI

Pengetahuan tentang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan terhadap penderita
atau dengan menganalogikan percobaan binatang dan pembiakan sel. Secara aplikasi
kelimuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua: Patologi Klinis dan Patologi
Eksperimental Ruang lingkup
1) Patologi Klinis

Ilmu patologi yang lebih menekankan pada tangkat penyakitnya sendiri. Mempelajari
lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit terhadap organ /
system organ tubuh manusia.

2) Patologi experimental

Ilmu patologi yang melalkukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan/


manipulasi terhadap suatu system di laboratorium.

C. TEKNIK PEMERIKSAAN DALAM PATOLOGI


1. Pemeriksaan Makroskopik
Pengetahuan patologi yang observasinya hanya terbatas dengan menggunakan mata
telanjang.
2. Mikroskop Cahaya
3. Histokimiawi
Mempelajari kondisi kimiawi suatu jaringan, dengan perlakuan menggunakan reagan
tertentu maka keadaan jaringan dapat diperlihatkan secara mikroskopis.
4. Imunohistokimiawi dan Imunofluoresen
Penggunaan antibodi (imunoglobulin dengan antigen yang spesifik) untuk
memperlihatkan substansi yang dikandung jaringan atau sel.
5. Mikroskop Elektron
6. Teknik Biokimiawi
Pemeriksaan dengan mengidentifikasi senyawa kimia tertentu sebagai metabolit tubuh.
7. Teknik Hematologik
Teknik ini digunakan untuk mempelajari dan mendiagnosis suatu kelainan darah.
8. Kultur Sel
Pembiakan sel pada suatu media yang digunakan untuk kepentingan penelitian dan
penegakan diagnosis suatu penyakit.
9. Mikrobiologi Medis
Mikrobiologi medis merupakan ilmu yang mempelajari mikroorganisme khususnya
penyebab penyakit, yaitu : bakteri, virus, parasit, jamur, dsb. Sediaan diambil dari darah,
nanah, dan cairan tubuh lain yang dicat dengan pengecatan khusus.
10. Patologi Molekuler
Patologi molekuler digunakan untuk mengetahui berbagai keadaan secara molekuler.
11. Gross
Pemeriksaan makroskopik
12. Frozen section / potong beku/ VC
Dilakukan ketika penderita masih di meja operasi dan dilakukan untuk mengetahui
keganasan tumor
D. FAKTOR
FaktorGenetik
a) Kelainan Gen
b) Usia
FaktorLingkungan
c) Ageninfeksi
d) Bahankimia
e) Radiasi
f) Trauma mekanik
g) Nutrisi

G. CABANG PATOLOGI
1. Histopatologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan jaringan.

2. Sitopatologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang didapat / diambil.

3. Hematologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam sediaan darah dan berbagai
komponen pembekuan darah.

4. Mikrobiologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi dan organisme
(mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit tersebut.

5. Imunologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik dari tubuh manusia.

6. Patologi Kimiawi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosis suatu penyakit dari hasil
pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan cairan.

7. Patologi Genetik

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan kromosom dan gen.

8. Toksikologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan segala aspeknya yang
berpengaruh terhadap tubuh manusia.

9. Patologi Forensik

Bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan dan kepentingan hukum (misalnya
menemukan sebab kematian pada kasus kriminal).

10. Patologi bedah Ilmu patologi yang dipelajari dari jaringan tubuh yang telah diambil.

11. Patologi otopsi adalah patologi yang digunakan untuk menentukan berbagai factor yang
menyebabkan kematian seseorang.

H. Metode Pembelajaran Patologi


a) Gross Examination : Pemeriksaan suatu penyakit tanpa menggunakan alat
bantu apapun, mengamati secara kasar dan secara langsung.

b) Light Microscopy : Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan dan


penelitian, namun untuk penelitian sebatas hanya menggunakan mikroskop cahaya.

c) Immunochemistry : Pemeriksaan suatu penyakit yang disertai dengan


melihat komposisi kimia dalam sistem imun ketika suatu penyakit sukses merusak
struktural maupun fungsional tubuh.

d) Electron Microscopy : Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan dan


penelitian disertai dengan menggunakan mikroskop elektron, sehingga ketika
terjadi sesuatu penyakit dapat dilihat sel atau bagian sel yang diserang oleh agen
penyakit tersebut.

e) Molecular Biology : Penelitian suatu penyakit yang disertai dengan ilmu


biologi molekular.

Pemeriksaan selain dengan histopatologi dapat dengan cara :


 Analisis darah
 CT Scan
 Pemeriksaan saraf
4 KEJADIAN LUAR BIASA
A. DEFINISI

Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku
di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010, KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.

Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

B. PENYIDIKAN KLB

Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda
yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman
et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :

a. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif


tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian
deskriptif, analitik atau keduanya.

b. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),


c. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit,
klinik, laboratorium dan lapangan).

Tujuan Penyidikan KLB


a. Tujuan Umum :
 Mencegah meluasnya (penanggulangan). Mencegah terulangnya KLB di
masa yang akan datang
 Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
b. Tujuan khusus :
 Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
 Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
 Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
 Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

 Pelacakan KLB
1. Garis Besar Pelacakan KLB
2. Analisis Situasi Awal
3. Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemuan kasus tambahan
b. Analisa Data secara berkesinambungan.
c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
 Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
 Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
 Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu
format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans
epidemiologi terutama high risk.

C. PENETAPAN KLB

Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah


berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi yang
dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu.
Dalam membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa
beberapa penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola
temporal penyakit). Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk
penetapan KLB adalah, pola musiman penyakit (periode 12 bulan) dan kecenderungan
jangka panjang (periode tahunan – pola maksimum dan minimum penyakit). Dengan
demikian untuk melihat kenaikan frekuensi penyakit harus dibandingkan dengan
frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun
berbeda (CDC, 1979).

Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan


menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau
lebih.

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu
Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular
yang sama di kecamatan tersebut itu.

3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari
suatu penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau
lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya
dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.

4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di
suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR
penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.

5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu
bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit
menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.

6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :


• Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di
suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.

• Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di


atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling
sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok


masyarakat.

8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak


ada/dikenal.

D. PENANGGULANGAN KLB

1) Upaya penanggulangan KLB


a. Penyelidikan epidemilogis.
b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina.
c. Pencegahan dan pengendalian.
d. Pemusnahan penyebab penyakit.
e. Penanganan jenazah akibat wabah.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.
g. Upaya penanggulangan lainnya.

2) Indikator keberhasilan penanggulangan KLB

a. Menurunnya frekuensi KLB.


b. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
c. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
d. Memendeknya periode KLB.
e. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

3) Tim penanggulangan KLB


 Terdiri dari multi disiplin atau multi lintas sektor, bekerjasama dalam penanggulangan
KLB.
 Salah satu anggota tim kesehatan adalah perawat (sebagai anggota masyarakat
maupun sebagai petugas disarana kesehatan).
 Perawat dapat terlibat langsung di Puskesmas atau Rumah sakit.

4) Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.


Masa pra KLB

Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan


Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh
lainnya :

a) Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistic


b) Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
c) Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
d) Memperbaiki kerja laboratorium
e) Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan
pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita
puskesmas atau data penyelidikan epideomologis.

5) Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada populasi,
tempat dan waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk pengendalian
KLB selain diketahuinya etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih
diperlukan informasi lain. Informasi tersebut meliputi :

a) Keadaan penyebab KLB


b) Kecenderungan jangka panjang penyakit
c) Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat)
d) Populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas)

6) Penyusunan laporan KLB


Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang
baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan
setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat
dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan
epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan mereapkan teknik-teknik sistim
surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta
dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

5 WABAH
A. DEFINISI
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
malapetaka. Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit
melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan
mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya :
 Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
 Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (
depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
 Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 )
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
 Wabah penyakit menular adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984)
 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)
 Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka dan ditetapkan oleh Menteri. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 45 tahun 2014)
 Menurut UU no. 4 tahun 1984, wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlahnya meningkat secara
nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka.
 Menurut Permenkes no 949/MENKES/SK/VII/2004 KLB (Kejadian Luar
Biasa) adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
B. TATALAKSANA WABAH
Berdasarkan Permenkes nomor 949/MenKes/SK/VIII/2004 dan UU No 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 1991 telah dibuat suatu sistem kewaspadaan dini KLB (SKD - KLB)
dengan menerapkan surveilans epidemiologi untuk pencegahan dan penanggulangan
cepat suatu wabah.Surveilans epidemiologi berupa kajian secara terus menerus,
berkelanjutan, dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB didasarkan pada:
a. Laporan masyarakat mengenai wabah
b. data epidemiologi KLB
c. surveilans terpadu berbasis KLB
d. sistem peringatan dini di RS dan puskesmas
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk:
 Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah
 Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah
 Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
 Menentukan cara penanggulangan
Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti :
 Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk
 Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
 Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup
lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga
mengandung penyebab penyakit wabah
b.Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk Tindakan
Karantina, dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan.
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk
 Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan
mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan
 Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat
menularkan penyakit (carrier)
c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko
terkena penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan. Kegiatan
ini dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit tetapi
mempunyai resiko untuk terkena penyakit.
d.Mempertinggi nilai kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan cara usaha kesehatan
perorang dan usaha kesehatan lingkungan, salah satunya adalah dengan membiasakan untuk
mencuci tangan setelah melakukan kegiatan untuk menghindari patogen
e. Memberikan vaksinasi/ imunisasi, merupakan usaha untuk melakukan pengebalan tubuh.
Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengebalan aktif dan mengebalan pasif. Pengebalan aktif
yaitu dengan cara memasukkan memasukkan vaksin (bibit penyakit yang telah dilemahkan) ke
dalam tubuh sehingga tubuh bisa membentuk antibodinya. Contohnya adalah imunisasi BCG,
DPT, Campak, dan Hepatitis. Sedangkan, pengebalan pasif yaitu dengan memasukkan serum
yang mengandung antibody. Sebagai contoh untuk pengebalan pasif adalah pemberian ATS
(Anti Tetanus Serum)
f.Pemeriksaan kesehatan berkala, merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
munculnya atau menyebarnya suatu penyakit , sehingga munculnya wabah dapat dideketsi
secara dini. Masyarakat dapat mendapatkan perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapatkan vaksin.
g. Pemusnahan penyebab penyakit, Tindakan iniharus dilakukan dengan cara tidak merusak
lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit. Seperti contoh, dalam
pemusnahan sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penular malaria, tidak digunakan
bahan atau insektisida yang dapat menimbulkan kehidupan ikan atau biota lain yan bermanfaat
bagi kehidupan manusia.
Tindakan pemusnahan penyebab penyakit ini, dilakukan terhadap:
 Bibit penyakit kuman
 Hewan, tumbuh-tumbuhan, atau benda yang mengandung penyebab penyakit.
Tindakan pemusnahan terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan menjadi tugas dan
tanggung jawab dari petugas yang bertanggung jawab di bidang peternakan dan
tanaman.

h. Pemusnahan Penyebab Penyakit, dilakukan terhadap :


 Bibit penyakit/kuman
 hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung
penyebab penyakit
Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau
tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.
i.Penanganan Jenazah Akibat Wabah, dilakukan denganmemperhatikan norma agama atau
kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap jenazah akibat
penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya yang meliputi :
 Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
 Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang
digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan
j.Penyuluhan kepada Masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh
pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai
media komunikasi, massa baik pemerintah maupun swasta. Setiap orang berperan
serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah, peran serta tersebut dapat
dilakukan dengan :
 Memberikan informasi adanya penderita atau tersangka penderita
penyakit wabah
 Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
 Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah
 Kegiatan lainnya
k.Upaya Penanggulangan Lainnya, yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masing-masing
penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, misalnya penutupan daerah
tertentu yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/Daerah atas permintaan Menteri.
Tujuan Penyidikan KLB
a. Tujuan Umum :
 Mencegah meluasnya (penanggulangan). Mencegah terulangnya
KLB di masa yang akan datang
 Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian).
b. Tujuan khusus :
 Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit
 Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
 Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
 Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
 Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
Instansi-instansi terkait dengan tatalaksana wabah dari tingkat daerah hingga tingkat nasional
maupun internasional, dilakukan oleh:
 Puskemas
 Rumah Sakit
 Dinas kesehatan
 Kementrian Kesehatan
 BPS (Badan Pusat Statistik) yang berada di tingkat nasional
 WHO yang berada di tingkat internasional
C. SYARAT WABAH

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun
waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun
sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam
berdarah dengue.
 Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis ).
 Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu
sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai
KLB.
 Keracunan makanan
 Keracunan pestisida
10. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti
penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu
penanganan khusus.

D. JENIS

Jenis wabah antara lain yaitu :

1. Berasal dari satu sumber penyakit (common source)


2. Berlipat ganda dari orang ke orang (progressive epidemic)

6 PROMKES
A. DEFINISI
Piagam Ottawa (1986)  Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat
untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Depkes, 2005, Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
(Lawrence Green, 1984)Promosi Kesehatan Adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

B. MEDIA

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.

 Kegunaan Media Dalam Promosi Kesehatan :


Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara
kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
 Alat Peraga Yang Digunakan Dengan Baik Akan Memberikan Keuntungan,
Yaitu :

Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh


yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
1. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
2. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
3. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
4. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
 Jenis- Jenis Media :
 Benda asli : yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu
mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
1. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
2. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botolpengawet, dll
3. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll
 Benda tiruan : yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan
bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal
ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
 Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
1. Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibacapada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yangmudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papanpengumuman, dan lain-lain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat.Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan
hanya berisikan satu ide atausatu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster
yang mempunyai daya tinggal lamadalam ingatan orang yang melihatnya serta
dapat mendorong untuk bertindak.
2. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi
tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau
disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD,
pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat
sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
 Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
1. Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan
suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album.
Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan
topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di
jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau
titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
2. Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
3. Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edikatif.

C. METODE
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.

▪ Berdasarkan Teknik Komunikasi

a) Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung


berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain :
kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa,
pertemuan di Posyandu, dll.

b) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya
dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.

▪ Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai


a) Pendekatan PERORANGAN. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain
: kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain

b) Pendekatan KELOMPOK. Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan


dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan
FGD, dan lain-lain

c) Pendekatan MASAL Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya


secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang
masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll

▪ Berdasarkan Indera Penerima

a) Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran


melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan
Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film.

b) Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll.

c) Metode KOMBINASI. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,


didengar, dicium, diraba dan dicoba).

D. MANFAAT

Manfaat promosi kesehatan :


1. Pemberdayaan masyarakat
2. Perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat
4. Melakukan upaya advokasi kepada masyarakat

E. TUJUAN
1) Tersosialisasi program kesehatan daan terwujudnya masyarakat baru yang berbudaya
hidup bersih, sehat, dn berperan aktif dalam gerakan kesehatan
2) Memampukan masyarakat dalam memelihara kesehatan mereka
3) Menciptakan kondisi perilaku yang kondusif bagi kesehatan dan edukasi atau
pembelajaran bagi masyarakat

F. STRATEGI

Untuk mewujudkan visi dan misi secara efektif dan efisien diperlukan cara dan pendekatan
yang strategis. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global
terdiri dari 3 hal, yaitu:
d) Advokasi: kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promkes, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sector dan
berbagai tingkat.
e) Dukungan sosial: kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat baik formal maupun informal, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
dengan masyarakat untuk mensosialisasikan program-program kesehatan.
f) Pemberdayaan masyarakat: merupakan strategi promkes yang ditujukan kepada
masyarakat langsung dengan tujuan utana untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan:
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986


menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan
pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni :
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan – kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan,
perundangan, surat – surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi
kepada kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang mengatur adanya
analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya.
Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan dampak
pada lingkungan sekitar agar mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud
di sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang kondusif terhadap
kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar
mereka menyediakan sarana – prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagi masyarakat atau sekurang – kurangnya pengunjung tempat – tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya
tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok
serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat – tampat umum seperti pasar, terminal,
stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana – sarana untuk
mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan
itu ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah
pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan
hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima
pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam
mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah penting
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit,
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak
jika mereka atau anak – anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan
kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu,
keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu
(personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan
mereka ini adalah memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota masyarakat tentang
cara – cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan – kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab
itu, promosi kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan,
niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

G. SASARAN

1. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misal: kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah.
2. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.
3. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal: Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah.

H. RUANG LINGKUP
1. Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan
a. Promkes pada Tingkat Promotif

 Sasaran : Kelompok orang sehat


 Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
b. Promkes pada Tingkat Preventif

 Sasaran : Kelompok orang sehat dan kelompok high risk (ibu hamil, bayi,
psk)
 Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit
c. Promkes pada Tingkat Kuratif

 Sasaran : Para penderita penyakit


 Tujuan : Mencegah penyakit tersebut agar tidak menjadi lebih parah
d. Promkes pada Tingkat Rehabilitatif

 Sasaran : Penderita penyakit yang baru sembuh dari penyakitnya


 Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya dan mengurangi kecacatan
seminimal mungkin
2. Dimensi Tempat PelaksanaanPromosi Kesehatan atau Tatanan (Setting)

a. Tatanan Rumah Tangga


b. Tatanan Sekolah
c. Tempat Kerja
d. Tempat Umum
e. Institusi Pelayanan Kesehatan
I. PEMBAGIAN KEGIATAN
1. Majalah Interaksi
2. Promkes
3. Buku dan Pedoman
4. Iklan dan Layanan Kesehatan
5. Komik Kesehatan
J. VISI MISI
Adapun visi dari promosi kesehatan ini yang tercantum dalam Visi
Pembangunan Kesehatan Indonesia (UU Kesehatan no.23 Tahun 1992) yaitu,
“Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya (fisik, mental, dan sosial) sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.”
Sedangkan misi dari promosi kesehatan adalah
1) Advokat (advocate), ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat
kebijakan.
2) Menjembatani (mediate), menjalin kemitraan dengan berbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan.
3) Memampukan (enable), agar masyarakat mampu memlihara dan meningkatkan
kesehatan secara mandiri.

7 PERAN DOKTER DALAM MENANGANI MASALAH PENYAKIT GONDOK


a. Dengan cara promosi kesehatan kepada warga setempat untuk mengatur
konsumsi yodium
b. Advokasi, edukasi masyarakat
c. Dengan metode histopatologi, yakni :
1. Screening
2. Fiksasi dengan aquades
3. Anastesi lokal
4. Pemasukan jarum halus, dokter memasukkan jarum tipis
melalui kulit dan ke kelenjar tiroid
5. Megambil jaringan gondok
6. Meneliti melalui mikroskop
d. Dengan obat penurun kadar tiroid yaitu Thionamide
e. Terapi penggantian hormon. Contoh obatnya levothyroxine
f. Terapi yodium radioaktif.Yodium radioaktif yang dikonsumsi akan
menghancurkan sel tiroid.

1. SURVEILANS
1. DEFINISI
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
2. JENIS
 Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu jenis surveilans
epidemiologi yang mendeteksi dan memonitor individu individu yang
mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.
 Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans
epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan
kematian, serta data relevan lainnya.
 Surveilans Sindromik (syndromic /multiple disease surveillance) yaitu
kegiatan yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma
(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
 Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium
digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai
contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik.
 Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan
memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/
provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang
sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
tujuan pengendalian penyakit.
 Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara
serempak di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular
yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS

Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas


metode pelaksanaan, aktifitas pengumpulan data dan pola pelaksanaannya.
1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko
kesehatan
b. Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi
khusus kesehatan
c. Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah
kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
d.Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui
lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau
faktor risiko kesehatan
2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data
a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana
unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
b.Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana
unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

Anda mungkin juga menyukai