SKENARIO 3
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan benjolan yang makin besar
di leher sejak 1 tahun yang lalu. Setelah pemeriksaan, dokter menjelaskan, benjolan itu adalah
mekanisme fisiologis tubuh mengatasi kondisi kekurangan yodium yang mengganggu homeostasis.
Dari anamnesa diketahui bahwa banyak tetangganya juga mengalami penyakit yang serupa. Dokter
memberi rujukan untuk pemeriksaan histo patologinya. Dokter juga melakukan surveilans untuk
mengatasi masalah ini. Dan setelah beberapa hari berikutnya, terlihat dokter telah mengadakan kegiatan
promotif kesehatan untuk mencegah penyakit itu agar tidak tambah meluas.
1. Daur Hidup
Serangkaian perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme dari
awal sebagai bentuk kehidupan yang independen (fertilisasi) dan menuju ke komdisi
dewasa dimana keturunan mereka bisa dihasilkan bahkan sampai individu tersebut
meninggal.
2. Benjolan
Massa padat abnormal yang biasanya diisi sel-sel yang membelah tidak normal atau
cairan
3. Mekanisme Fisiologis
Penjelasan mekanistik tentang bagaimana fungsi tubuh dan bagaimana suatu kejadian
dalam tubuh bekerja. Contoh : kejadian menggigil ketika kedinginan -> sel-sel saraf
peka suhu mendeteksi penurunan suhu tubuh , sel-sel tersebut memberi sinyal ke
hipotalamus (bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur suhu) lalu
hipotalamus mengaktifkan jalur-jalur saraf yang akhirnya menyebabkan timbulnya
kontraksi otot involunter yang berulang-ulang dalam bentuk menggigil. (Sherwood)
4. Fisiologi
Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal
(Kuntarti, SKp, M.Biomed)
5. Iodium
Iodes (bahasa yunani) artinya ungu, adalah unsur kimia pada tabel periodik yang
memiliki simbol I dan nomor atom 53.
Mineral non-logam yang diperluka tubuh untuk metabolism sel-sel. Merupakan zat
esensial karena merupakan komponen dari hormone tiroksin
6. Homeostasis
Homoios (sama), stasis (menetap) yaitu “tetap sama”, “keadaan yang bisa berubah,
secara relative konstan”. Kondisi yang tetap ada dinamika namun tetap menjaga
kekonstanannya. Jadi, ketika terjadi peningkatan maupun penurunan selisihnya tidak
terlalu jauh dari batas normalnya. Menurut Walter B. Cannon :
- Bukan sesuatu yang tidak pernah berubah,
- Tidak selalu sama sepanjang waktu.
- Perubahan yang terjadi masih bisa ditolerir oleh tubuh kita
7. Anamnesa
Suatu kegiatan wawancara antara pasien/ keluarga pasien dan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan – keterangan tentang
keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
8. Histopatologi
Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam
kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis
adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu,
dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat
dipilih tindakan preventif dan kuratif.
9. Surveilans
Menurut WHO surveilans adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan
informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
10. Promosi Kesehatan
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individuindividu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan faktor- faktor yang
mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatarmya. Bertolak dari
pengertian yang dirumuskan WHO, Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta
mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasana kesehatan (Depkes RI, 2005).
Batasan promosi kesehatan yang dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian
Health Foundation-Australia, 1997) dalam Notoatmodjo (2010) menekankan bahwa promosi
kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam
konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga
perubahan lingkungarmya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan
efektif, perubahan tersebut tidak akan bertahan lama.
C. RUMUSAN MASALAH
1. BAGAIMANA CARA MELAKUKAN SURVEILANS?
Terdapat 8 tahapan dalam perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu (Lintang, 2015b):
1. Menetapkan tujuan
2. Mengembangkan definisi kasus
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
5. Menguji metode dilapangan
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
8. Menentukan metode evaluasi
Alasan-alasan untuk setiap tahap perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu (Amiruddin,
2013):
1. Menetapkan tujuan
Sebelum merancang suatu sistem, sangat penting untuk menentukan tujuan yang jelas.
2. Mengembangkan definisi kasus
Definisi kasus ini perlu dikembangkan agar semua petugas kesehatan menggunakan definisi dan criteria
yang sama untuk mendiagnsis suatu penyakit spesifik.
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
Secara mendasar, sistem pengumpulan data perlu diseleksi untuk tiap-tiap indicator. Hal ini berarti akan
diputuskan apakah mengumpulkan data dari pelaporan rutin, menyusun suatu sistem sentinel, atau
melakukan suatu survey untuk mengumpulkan data.
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
Instrument pengumpulan data merupakan perlengkap yang digunakan didalam surveilans rutin dan
sentinel.
5. Menguji metode dilapangan
Untuk mengumpulkan masalah dalam sistem pengumpulan data, mengidentifikasi masalah-masalah
validitas, mengoreksi masalah-masalah sistem pengumpulan data sebelum pelaksanaan.
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
Untuk menjamin bahwa sumber data dan proses pengumpulan adekuat/memadai
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
Diseminasi informasi dimaksudkan untuk memberikan informasi yang dapat dimengerti kemudian
dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian dan evaluasi serta
kesimpulan analisis.
8. Menentukan metode evaluasi
Evaluasi sistem surveilans perlu dilakukan agar memberikan rekomendasi untuk perbaikan kualitas dan
efisiensi.
Aktivitas yang dilakukan dalam setiap tahap perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, yaitu
(Amiruddin, 2013):
1. Menetapkan tujuan
Langkah untuk mengkhusukan kegiatan surveilans:
Kegunaan surveilans
Penggunaan informasi yang dihasilkan oleh sistem, ruang lingkup surveilans
Kelompok sasaran yang akan diamati
2. Mengembangkan definisi kasus
Pengembangan definisi kasus sebaiknya didiskusikan dalam kelompok sehingga keseluruhan poin
penting dari sudut pandang diperhatikan. Definisi digunakan untuk masing-masing penyakit yang
rencananya akan diamati. Faktor yang mempengaruhi pada definisi kasus: peningkatan pengetahuan,
kriteria pendefinisian kasus.
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
Jika suatu prosedur surveilans telah dipilih, muailah merancang prosedur pengumpulan data. Hal ini
memuat 3 langkah:
Mengembangkan definisi operasional kasus
Mengembangkan atau memperbaiki perlengkapan pengumpulan data dan pencatatan data
Pengujian perlengkapan
Cara diseminasi:
Membuat suatu laporan yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat yang lebih tinggi.
Membuat suatu laporan yang disampaikan dalam seminar atau pertemuan lain
Membuat suatu tulisan dimajalah atau jurnal rutin
8. Menentukan metode evaluasi
Evaluasi sistem surveilans akan meningkatkan penggunaan terbaik sumber kesehatan dengan
meyakinkan bahwa hanya masalah penting yang menjalani surveilans dengan sistem surveilans yang
yang berlangsung secara efisien. (Amiruddin, 2013)
2. BAGAIMANA STRATEGI PROMOSI KESEHATAN YANG BAIK?
Untuk mewujudkan visi dan misi secara efektif dan efisien diperlukan cara dan pendekatan yang
strategis. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3
hal, yaitu:
a) Advokasi (Advocacy): kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promkes, advokasi adalah pendekatan
kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sector dan berbagai tingkat.
b) Dukungan social (Social Support): kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat baik formal maupun informal, sebagai jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat
untuk mensosialisasikan program-program kesehatan.
c) Pemberdayaan masyarakat (Empowerment): merupakan strategi promkes yang ditujukan kepada
masyarakat langsung dengan tujuan utana untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Tujuan surveilans:
Penyakit gondok sangat erat kaitarmya dengan kekurangan iodium. Hubungan antara penyakit ini
dengan kurangnya konsumsi iodium telah diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu. Iodium merupakan
bahan baku dalam pembentukan horrnon tiroksin dan triiodotironin. Iodium berinteraksi dengan
protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari
molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit tiroksin sedangkan dua
molekul teriodinasi dan satu molekul teriodinasi membentuk triiodotironin. Unit aromatik ini
kemudian lepaskan dan menghasilkan hormon tiroksin ataupun triiodotironin. Apabila ketersediaan
iodium dalam tubuh rendah maka produksi kedua hormon dalam kelenjar tiroid juga rendah. Iodium
merupakan unsur zal gz;i mikro yang sangat dibuhrhkan manusia, walaupun relatif sedikit (normal
100-150 p g/hari) untuk mensintesis hormon tiroksin (WHO, 2001). Hormon tiroksin berfrrngsi
mengatur proses kimiawi yang terjadi pada sel-sel organ tubuh; berperan pada metabolisme umum
(metabolisme: energi, lemak, protein, kalsium, vitamin A, kolesterol); sistem kardiovaskular; sistem
pencernaan; sistem otot; susunan saraf pusat dan hormon pertumbuhan (Grarmer, 2003) Asupan
iodium dalam makanan sehari-hari kurang dari 50 pg/hari dan berlangsung lama, akan menyebabkan
kandungan iodium dalam intratiroid rendah, akibatnya hipotalamus merangsang pituari anterior
mensekresi TSH, sehingga terjadi peningkatan TSH untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi T4,
akibatnya timbul hipertrofi pada kelenjar tiroid, kelenjar gondok membesar (gondoken/goiter) dan
hipotiroidisme. Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan
melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir dengan panjang dan
berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi lain, kekurangan iodium tersebut
menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan
embentukan organ dan fungsi organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang
terganggu, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin (Grarmspan, 2000). Pada bayi
elahirkan BBLR dan PB Lahir rendah, pada balita anak menjadi cebol, dan pada anak ditandai dengan
anak pendeWstuntedpada usia masuk sekolah (Almatsier,2004). Manusia memerlukan hormon tiroid
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan hormon tiroid pada saat kandungan
berakibat penunrnan mental dan daya pikir anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat
rendah pada orang dewasa mengakibatkan hypotiroidism, atau sering kita sebut dengan istilah
gondok, dengan gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering. Menurut
Hetzel (1996), besaran pengaruh GAKY merupakan fenomena gunung es dan kretin sebagai
puncaknya menempati bagian seluas l-10%. Namun terdapat gangguan dalam jumlah lebih besar
seperti gangguan perkembangan otak 5-30% dan hipotiroidisme 30-70%. Pengaruh kekurangan
iodium terlihat sangat nyata pada perkembangan otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat
janin, bayi dan balita.Kretinisme merupakan dampak terberat pada anak yang timbul jika asupan
iodium kurang dan 25 g/hari dan berlangsung lama (asupan normal 100-199 g/hari). Kretinisme
ditandai dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan saraf seperti gangguan
pendengaran, gangguuul sikap tubuh serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri atau berj alan. Juga
terjadinya gangguan pertumbuhan. Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya
asupan Iodium dalam makanan ataupun minuman. Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi
makanan dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan besamya bergantung dari kadar iodium
dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak pasien menderita penyakit
gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ter-iodinisasi NaI (100mg
iodium per gram garam).
Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam
hubungannya dengan penyakit. Teknik pemeriksaaan histopatologi berguna untuk mendeteksi adanya
komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikroanatomi. Histopatologi
sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam
penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu
pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang
didu.ga terganggu. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah
satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang
diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti
dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan
membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit
yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan
diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.
Mekanisme homeostasis :
Untuk menstabilkan faktor fisiologis yang sedang diatur, sistem kontrol homeostasis
harus mampu mendeteksi dan menahan perubahan. Kata umpan-balik merujuk pada respons
yang terjadi setelah terdeteksinya suatu perubahan; kata umpan-majudigunakan untuk
respons yang dibuat sebagai antisipasi suatu perubahan. Marilah kita bahas kedua mekanisme
ini secara lebih terperinci
Pada umpan balik sendiri dibagi menjadi dua yakni, umpan balik negatif dan umpan balik
positif :
a) Umpan balik positif
Umpan balik positif adalah ketika respon terhadap suatu peristiwa meningkatkan
kemungkinan peristiwa untuk berlanjut. Sebuah contoh dari umpan balik positif adalah
produksi susu pada ibu menyusui. Bila bayi minum susu ibunya, hormon prolaktin,
sinyal kimia, dilepaskan. Semakin banyak bayi menyusu, semakin banyak prolaktin
dilepaskan, yang menyebabkan lebih banyak susu yang akan diproduksi. Contoh lain
dari umpan balik positif termasuk kontraksi selama persalinan. Ketika konstriksi
dalam rahimmendorong bayi ke jalan lahir, kontraksi tambahan terjadi.
Dari kajian tentang fisiologi dan olahraga diatas, dapat kita buat hubungan
antara kajian teori fisiologi dan olahraga menjadi suatu kajian teori baru tentang fisiologi
olahraga. Dimana kajian terori tentang fisiologi olahraga ini membahas tentang fungsi –
fungsi kerja organ tubuh dan keterlibatan organ tubuh manusia dalam aktivitas gerak.
sehingga pengertian fisiologi olaharaga adalah :
Bagian atau cabang ilmu dari Fisiologi yang secara khusus mempelajari tentang
fungsi/cara kerja organ tubuh dan perubahan yang dapat terjadi baik secara sementera
maupun secara menetap karena sebuah aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik.
Dalam hal ini tentunya akan dibahas pengkajian tentang : bagaimana perubahan itu
terjadi dan apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perubahan fungsi organ tubuh
dengan program-program latihan fisik yang dilakukan guna mendapatkan perubahan
fungsi dan cara kerja organ tubuh yang baik secara efektif dan efisien.
HISTOPATOLOGI
a. Histologi
A. DEFINISI
Histologi berasal dari kata histos yang berarti jaringan atau anyaman dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, histologi adalah suatu ilmu yang membahas
tentang jaringan tubuh. Istilah Histologi sendiri pertama kali diberikan oleh A. F. J. K.
Mayer pada tahun 1819, istilah Histologi ini berkembang bersama dengan
berkembangnya mikroskop.
Histologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan sifat
jaringan dan organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya dalam keadaan normal termasuk
perubahannya sepanjang usia dan dalam keadaan sakit. Histologi termasuk dalam Ilmu
Kedokteran Dasar Umum (IKDU) setingkat dengan Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU). Histologi didasari oleh ilmu Biologi dan Anatomi (Gross Anatomy).
Histologi secara langsung mendasari Fisiologi, Patologi Anatomi, dan Patologi Klinik
dan secara tidak langsung mendasari pengertian mengenai proses perubahan jaringan
akibat usia dan penyakit.
Kesimpulannya, histologi merupakan ilmu tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ – organ. Mencakup semua aspek biologi jaringan, yang
berfokus pada mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang
spesifik untuk tiap organ. Kebanyakan organ tersusun oleh kombinasi beberapa jenis
jaringan, kecuali sistem saraf pusat.
B. PROSEDUR PENGAMATAN
Dalam pengamatan jaringan, specimen yang diamati haruslah bersifat
transparan, tahan lama, dan tetap mempertahankan struktur dan komposisi
molekul yang sama seperti di tubuh. Oleh karena itu perlulah dilakukan
pengolahan preparat segar sebelum diamati di bawah mikrokop :
1. Fiksasi (kimia dan fisika)
Mengawetkan struktur dan komponen molekul agar tidak rusak oleh
bakteri maupun autolysis. Menggunakan bahan pengikat untuk fiksasi
contohnya formaldehid 40 % dan glutaraldehid.
2. Pemendaman dan pemotongan
Setelah preparat jaringan difiksasi dilakukan proses dehidrasi
menggunakan etanol 70% untuk menyingkirkan air. Setelah itu
dilakukan penjernihan. Pemendaman dilakukan untuk membuat preparat
jaringan menjadi bentuk padat sehingga memudahkan untuk dipotong.
Bahan pemendaman meliputi : paraffin dan damar --> paraffin (untuk
mikroskop cahaya ) dan damar (untuk mikroskop cahaya dan mikroskop
electron ). Preparat setelah dipendam dimasukkan dalam oven dengan
suhu 52 – 60 oC. panas akan menguapkan etanol sehingga menghasilkan
rongga. Rongga tadi diisi oleh lelehan paraffin, sehingga terbentuknya
suatu jaringan yang padat.
Blok keras yang berisi jaringan diletakkan di suatu alat
pemotong yang disebut mikrotom. Mikrotom dapat memotong dengan
ketebalan 1-10 µm.
3. Pemulasan / staining
Adalah proses pemberian warna kepada jaringan yang masih transparan
sehingga dapat mudah diamati dan dibedakan antar jaringan yang satu
dengan lainnya.
Tipe-tipe pewarnan jaringan sebagai berikut:
BASA (basofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya asam (asam nukleat, glokoprotein,
glikosaminoglikan ), warna pada saat pengamatan adalah biru
toluidine blue, alcian blue, methylene blue
ASAM (asidofilik): pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai
jaringan yang sifatnya basa (mitokondria, granula sekretoris, dan
kolagen), warna pada saat pengamatan adalah merah orange G,
eosin, fuksin acid
KOMBINASI : hematoksilin brsifat basa dan eosin berifat asam.
C. CAKUPAN
Histologi adalah ilmu tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun
organ – organ. Mencakup semua aspek biologi jaringan, yang berfokus pada
mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang spesifik
untuk tiap organ. Kebanyakan organ tersusun oleh kombinasi beberapa jenis jaringan,
kecuali sistem saraf pusat.
D. PENTINGNYA
Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan
terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu, dengan proses diagnosis
yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan
preventif dan kuratif.
E. TAHAPAN PEMERIKSAAN
Pengambilan bahan dilakukan kurang dari 4 jam post mortem karena untuk menghindari
autolysis, dengan ketebalan 2-5mm.
Terdapat 2 cara:
2. Cara lain
Cara celloidin
o Celloidin sebagai penggganti parafin
o Keuntungan
Tidak menggunakan panas
Blok lebih kuat danmudah dipotong
Penampang lebih luas
Irisan lebih tipis
o Kerugian
Waktu lebih lama dan mahal karena bahan hanya ada diluar
negeri
Untuk sediaan mata dan telinga bagian dalam
Vital staining methode
o Bahan dimasukan kedalam binatang yang masih hidup
o Cat dimasukan kedalam pembukuh darah saat binatang masih hidup
o Contoh : trypan blue yang diphagositir oleh macrophage
Supra vital staining methode
o Sel – sel dikeluarkan dulu dari tubuh, kemudian organel – organelnya
baru dicat
o Dapat dilihat dengan mikroskop biasa dengan perbesaran maksimal
o Contoh : yanus green untuk pengecatan mitokondria, neutral red untuk
pengecatan lysosome
Freezing methode
o Jaringan dibekukan dengan CO2, baru dipotong dengan cryostat
o Keuntungan :
Prosedur cepat. Dapat digunakan untuk diagnosa kilat saat
operasi
Enzym tidak rusak ( pada IHC )
Pemeriksaan Biopsi (Teknik Pengambilan Jaringan Pemeriksaan Histologi)
Biopsi Insisional
Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Dengan
pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk
diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain :
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya.
Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan
biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi
eksisional, adalah sebagai berikut :
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya
cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara
langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk
membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (BiopsiAspirasi
Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar
maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka
disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halusmerupakan metode
lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel dalam benjolan
mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang
invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal
banyak. Seperti dengan biopsi inti, USG atau mammographik mungkin diperlukan
untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat
dengan mudah dirasakan.
Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi
menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini
menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran
tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan
kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil
sedikit jaringan sebagai sampel.
Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini biasa dilakukan
pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil
yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya
akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal dan bila
pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan
patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk
menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya.
Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari
keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk
mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.
b. PATOLOGI
DEFINISI
Disease
Setiap penyimpangan dari atau gangguan struktur atau fungsi normal pada bagian tubuh,
organ atau sistem yang ditandai dengan sekelompok gejala dan tanda yang khas, dan etiologi
(penyebab), patologi (sifat penyakit), maupun prognosisnya (kemungkinan) bisa diketahui
atau tidak. Kesimpulan : ekspresi rasa tidak nyaman akibat kelainan struktur atau fngsional.
2. Illness
Keadaan yang ditandai oleh penyimpangan nyata dari keadaan normal ( Kamus
kedokteran Dorland)
3. Sickness
Sickness adalah setiap keadaan atau episode yang ditandai penyimpangan berat dari status
kesehatan normal.
Dari ketiga pengertian istilah diatas dapat dianalisis bahwa disease adalah suatu penyakit yang
terdapat pada manusia ( bersifat obyektif ). Sedangkan illness adalah keadaan sakit yang
dirasakan oleh manusia yang diperoleh dari penyakit tersebut ( bersifat subyeksif ). Dan
sickness adalah setiap keadaan sakit yang dialami manusia baik secara fisik maupun mental (
perasaan ), bahwa manusia merasa sakit maupun sehat berdasarkan dengan apa yang dia
pikirkan maupun rasakan.
A. TERMINOLOGI
1) Etiologi = penetapan sebab terjadinya suatu penyakit
2) Pathogenesis = mekanisme dari masuknya penyakit itu sendiri
3) Manifestasi klinis = penurunan atau gangguan dari suatu organ
4) Komplikasi = keadaan lanjut
5) Prognosis = perkiraan / dugaan
6) Lesi = perubahan pada jaringan dan sel
7) Kelainan patognonomik = penyakit dimana mempunyai cirri cirri khas yang hanya
dimiliki oleh penyakit tertentu
8) Patofisiologi = ilmu yang mempelajari petogenesis
9) Sequel = dampak dari suatu penyakit
B. RUANG LINGKUP PATOLOGI
Pengetahuan tentang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan terhadap penderita
atau dengan menganalogikan percobaan binatang dan pembiakan sel. Secara aplikasi
kelimuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua: Patologi Klinis dan Patologi
Eksperimental Ruang lingkup
1) Patologi Klinis
Ilmu patologi yang lebih menekankan pada tangkat penyakitnya sendiri. Mempelajari
lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit terhadap organ /
system organ tubuh manusia.
2) Patologi experimental
G. CABANG PATOLOGI
1. Histopatologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan jaringan.
2. Sitopatologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang didapat / diambil.
3. Hematologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam sediaan darah dan berbagai
komponen pembekuan darah.
4. Mikrobiologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi dan organisme
(mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit tersebut.
5. Imunologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik dari tubuh manusia.
6. Patologi Kimiawi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosis suatu penyakit dari hasil
pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan cairan.
7. Patologi Genetik
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan kromosom dan gen.
8. Toksikologi
Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan segala aspeknya yang
berpengaruh terhadap tubuh manusia.
9. Patologi Forensik
Bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan dan kepentingan hukum (misalnya
menemukan sebab kematian pada kasus kriminal).
10. Patologi bedah Ilmu patologi yang dipelajari dari jaringan tubuh yang telah diambil.
11. Patologi otopsi adalah patologi yang digunakan untuk menentukan berbagai factor yang
menyebabkan kematian seseorang.
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku
di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010, KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
B. PENYIDIKAN KLB
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda
yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman
et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
Pelacakan KLB
1. Garis Besar Pelacakan KLB
2. Analisis Situasi Awal
3. Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemuan kasus tambahan
b. Analisa Data secara berkesinambungan.
c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu
format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans
epidemiologi terutama high risk.
C. PENETAPAN KLB
Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut :
2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu
Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular
yang sama di kecamatan tersebut itu.
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari
suatu penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau
lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya
dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di
suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR
penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.
5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu
bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit
menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.
D. PENANGGULANGAN KLB
Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan
pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita
puskesmas atau data penyelidikan epideomologis.
5) Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada populasi,
tempat dan waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk pengendalian
KLB selain diketahuinya etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih
diperlukan informasi lain. Informasi tersebut meliputi :
5 WABAH
A. DEFINISI
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
malapetaka. Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit
melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan
mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya :
Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (
depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 )
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
Wabah penyakit menular adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka dan ditetapkan oleh Menteri. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 45 tahun 2014)
Menurut UU no. 4 tahun 1984, wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlahnya meningkat secara
nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menurut Permenkes no 949/MENKES/SK/VII/2004 KLB (Kejadian Luar
Biasa) adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
B. TATALAKSANA WABAH
Berdasarkan Permenkes nomor 949/MenKes/SK/VIII/2004 dan UU No 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 1991 telah dibuat suatu sistem kewaspadaan dini KLB (SKD - KLB)
dengan menerapkan surveilans epidemiologi untuk pencegahan dan penanggulangan
cepat suatu wabah.Surveilans epidemiologi berupa kajian secara terus menerus,
berkelanjutan, dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB didasarkan pada:
a. Laporan masyarakat mengenai wabah
b. data epidemiologi KLB
c. surveilans terpadu berbasis KLB
d. sistem peringatan dini di RS dan puskesmas
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk:
Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah
Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah
Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
Menentukan cara penanggulangan
Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti :
Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk
Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup
lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga
mengandung penyebab penyakit wabah
b.Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk Tindakan
Karantina, dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan.
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk
Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan
mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan
Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat
menularkan penyakit (carrier)
c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko
terkena penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan. Kegiatan
ini dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit tetapi
mempunyai resiko untuk terkena penyakit.
d.Mempertinggi nilai kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan cara usaha kesehatan
perorang dan usaha kesehatan lingkungan, salah satunya adalah dengan membiasakan untuk
mencuci tangan setelah melakukan kegiatan untuk menghindari patogen
e. Memberikan vaksinasi/ imunisasi, merupakan usaha untuk melakukan pengebalan tubuh.
Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengebalan aktif dan mengebalan pasif. Pengebalan aktif
yaitu dengan cara memasukkan memasukkan vaksin (bibit penyakit yang telah dilemahkan) ke
dalam tubuh sehingga tubuh bisa membentuk antibodinya. Contohnya adalah imunisasi BCG,
DPT, Campak, dan Hepatitis. Sedangkan, pengebalan pasif yaitu dengan memasukkan serum
yang mengandung antibody. Sebagai contoh untuk pengebalan pasif adalah pemberian ATS
(Anti Tetanus Serum)
f.Pemeriksaan kesehatan berkala, merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
munculnya atau menyebarnya suatu penyakit , sehingga munculnya wabah dapat dideketsi
secara dini. Masyarakat dapat mendapatkan perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapatkan vaksin.
g. Pemusnahan penyebab penyakit, Tindakan iniharus dilakukan dengan cara tidak merusak
lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit. Seperti contoh, dalam
pemusnahan sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penular malaria, tidak digunakan
bahan atau insektisida yang dapat menimbulkan kehidupan ikan atau biota lain yan bermanfaat
bagi kehidupan manusia.
Tindakan pemusnahan penyebab penyakit ini, dilakukan terhadap:
Bibit penyakit kuman
Hewan, tumbuh-tumbuhan, atau benda yang mengandung penyebab penyakit.
Tindakan pemusnahan terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan menjadi tugas dan
tanggung jawab dari petugas yang bertanggung jawab di bidang peternakan dan
tanaman.
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun
waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun
sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam
berdarah dengue.
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis ).
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu
sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai
KLB.
Keracunan makanan
Keracunan pestisida
10. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti
penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu
penanganan khusus.
D. JENIS
6 PROMKES
A. DEFINISI
Piagam Ottawa (1986) Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat
untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Depkes, 2005, Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
(Lawrence Green, 1984)Promosi Kesehatan Adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
B. MEDIA
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
C. METODE
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.
b) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya
dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.
b) Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll.
D. MANFAAT
E. TUJUAN
1) Tersosialisasi program kesehatan daan terwujudnya masyarakat baru yang berbudaya
hidup bersih, sehat, dn berperan aktif dalam gerakan kesehatan
2) Memampukan masyarakat dalam memelihara kesehatan mereka
3) Menciptakan kondisi perilaku yang kondusif bagi kesehatan dan edukasi atau
pembelajaran bagi masyarakat
F. STRATEGI
Untuk mewujudkan visi dan misi secara efektif dan efisien diperlukan cara dan pendekatan
yang strategis. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global
terdiri dari 3 hal, yaitu:
d) Advokasi: kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promkes, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sector dan
berbagai tingkat.
e) Dukungan sosial: kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat baik formal maupun informal, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
dengan masyarakat untuk mensosialisasikan program-program kesehatan.
f) Pemberdayaan masyarakat: merupakan strategi promkes yang ditujukan kepada
masyarakat langsung dengan tujuan utana untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan:
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
G. SASARAN
1. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misal: kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah.
2. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.
3. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal: Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah.
H. RUANG LINGKUP
1. Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan
a. Promkes pada Tingkat Promotif
Sasaran : Kelompok orang sehat dan kelompok high risk (ibu hamil, bayi,
psk)
Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit
c. Promkes pada Tingkat Kuratif
1. SURVEILANS
1. DEFINISI
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
2. JENIS
Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu jenis surveilans
epidemiologi yang mendeteksi dan memonitor individu individu yang
mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.
Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans
epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan
kematian, serta data relevan lainnya.
Surveilans Sindromik (syndromic /multiple disease surveillance) yaitu
kegiatan yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma
(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium
digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai
contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik.
Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan
memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/
provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang
sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
tujuan pengendalian penyakit.
Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara
serempak di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular
yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS