Anda di halaman 1dari 2

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta; 2011.

World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2018. Geneva; 2019.

Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 14 Februari 2020 dari
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-
Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Escombe, A. R., Moore, D. A., Gilman, R. H., Pan, W., Navincopa, M., Ticona, E., et al. (2008).
The infectiousness of tuberculosis patients coinfected with HIV. PLoS Medical, 5(9), e188.

Saenz, B., Hernandez-Pando, R., Fragoso, G., Bottasso, O., & Cardenas, G. (2013). The dual face
of central nervous system tuberculosis: A new Janus Bifrons? Tuberculosis (Edinb), 93(2),
130–135.

Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan:

1. Berdasarkan letak anatomi penyakit

- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.


Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak
dalam paru.
- TB ektraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti pleura,

kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan atau hilus), abdomen,


traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
- Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
 Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality
external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal
dari dahak pagi hari. Saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa laboratorium
yang memenuhi syarat EQA
 Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat
EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
o Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan
foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi,
atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif.
- Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:
 Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
o Sedikitnya dua hasii pemeriksaan dahak BTA negatif pada
laboratorium yang memenuhi dengan prevalens HIV > lo/o ata.u pasien
TB dengan kehamilan > 5o% ATAU
 Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum
memiliki fasilitas kultur M.tuberculosis Memenuhi kriteria sebagai berikut:
o Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
dibawah ini:
 Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai
HIV, atau
 Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau
prevalen HIV rendah) tidak menunjukkan perbaikan
setelah pemberian antibiotik spektrum ltu-' (kecuali
antibiotik yang mempunyai efek anti TB sePerti
fluorokuinolon dan aminoglikosida)

Kasus Bekas TB:


- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif
bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan
o lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2

Anda mungkin juga menyukai