Anda di halaman 1dari 6

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap

tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas
dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan
tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di
tempat kerjanya.

Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis
pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja
wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari
gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga
pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan
kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual,
kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis, karena kualitas kinerja
birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik.

Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim ekonomi
yang amat diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk bisa keluar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia yang sering mendapat sorotan
dari masyarakat menjadi faktor penentu yang penting dari penurunan minat investasi. Dalam
kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan mempunyai implikasi luas,
terutama dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kurang baiknya kinerja
birokrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Dengan adanya perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan
mampu memperbaiki kembali citra pemerintah di mata masyarakat, karena dengan kualitas
pelayanan yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun kembali
sehingga pemerintah bisa meningkatkan legitimasi yang lebih kuat di mata publik.

Kondisi pelayanan yang dilaksanakan pemerintah dalam berbagai jenis pelayanan masih
dianggap belum sesuai harapan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari adanya berbagai
pengaduan maupun keluhan, baik yang disampaikan langsung kepada institusi unit pelayanan
maupun melalui media cetak ataupun elektronika. Di sisi lain, masyarakat sendiripun belum
memberikan kontrol yang efektif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik. Oleh sebab
itu, untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, upaya-upaya
peningkatan pelayanan publik terus ditingkatkan melalui berbagai pembenahan yang menyeluruh
baik dari aspek kelembagaan, kepegawaian, tatalaksana dan akuntabilitas. Diharapkan, hal ini
dapat menghasilkan pelayanan yang prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman,
berkeadilan dan akuntabel.

1. Tujuan

1. Mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan selamat;


2. Mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif;
3. Mewujudkan laboratorium yang berkualitas dan terpercaya;
4. Mewujudkan sistem informasi hiperkes dan keselamatan kerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hygene Industrial

Industrial Hygiene adalah ilmu tentang antisipasi, mengenal, mengevaluasi serta mengontrol
kondisi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi tenaga kerja [menyebabkan sakit, gangguan
kesehatan atau ketidaknyamanan pada pekerja

Yang dapat dilakukan oleh seorang Industrial Hygienist adalah menerapkan ilmu Medical
Scientist, Detective, dan Engineer. Pengetahuan yang luas mengenai ilmu kesehatan sangat
membantu seorang Industrial Hygienist dalam memandang permasalahan di tempat kerja.

Seorang Industrial hygienist adalah detektif, sebab kita diharuskan mengetahui informasi lebih
mengenai bahaya-bahaya di dalam tempat kerja. Monitor lingkungan kerja dan menganalisa
metodenya yang nanti digunakan untuk menganalisa dampaknya terhadap pekerja yang terpapar.

Analisa bahaya di tempat kerja merupakan tahap pertama terpenting dari seorang Industrial
Hygienist untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja terhadap pekerja. Pengenalan
lapangan kerja yang merupakan daerah tanggung jawab Kita harus dikontrol setiap waktu,
sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di area kerja dapat termonitor setiap saat.

Dalam memonitor lingkungan kerja, selain lingkungan fisik, perlu juga dilakukan monitoring
terhadap para pekerja dengan melakukan interview untuk menanyakan apakah ada isu-isu
kesehatan yang terjadi di areanya. Sebelumnya kita harus memberikan informasi kedatangan
Kita kepada Foreman atau Supervisor yang berwenang di area tersebut. Sehingga apabila
ditemukan hal-hal yang substandard bisa dilakukan klarifikasinya kepada mereka. Ini dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan informasi antara kondisi lapangan dengan keterangan dari mereka.

Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:

1.
1. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-
permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat
diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
2. Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan
sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat
kerja.
3. Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya
kimia dan fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan
pengukuran.
4. Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan untuk
menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.]

Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:

1. Engineering kontrol.
1. Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
2. Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang
berbahaya.
3. Work proses ditempatkan terpisah.
4. Menempatan ventilasi local/umum.

1. Administrasi kontrol.
1. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber
bahaya.

1. Praktek kerja.
1. Mengikuti prosedur yang sesuai untuk meminimalisasi pemaparan ketika
pengoperasian.
2. Inspeksi secara reguler dan perawatan peralatan.

1. APD
1. Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.

1. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Perusahaan

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita
gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan
kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius.
Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara
akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan
dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta
hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era
globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan
kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat
ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan
hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi
perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk
menghadapi persaingan global.

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi pelengkap
dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir
semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu
hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak
lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian
dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi
bersama.

Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam
perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan
peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang
professional.

Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang
ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.
05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pada dekade belakangan ini perkembangan dunia industri berjalan dengan pesat, demikian juga
tuntutan terhadap kualifikasi pekerjaannya serta pelayanan kesehatan pada kelompok pekerja di
industri. Konsep pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja juga mengalami kemajuan yang pesat
seiring dengan perkembangan dunia industri. Perusahaan adalah tempat bertemunya dua pihak
yang berkepentingan. Di satu pihak owner mengusahakan keuntungan dan efisiensi sebesar
mungkin, di lain pihak tenaga kerja memperjuangkan kesejahteraan termasuk kesehatan dan
keluarga mereka. Di Indonesia, pemerintah membantu kelompok kedua dengan memberlakukan
peraturan dan perundangan. Undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker No.
Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Atas dasar inilah maka peran tenaga
kesehatan kerja sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan Undang-undang
tersebut di atas.

Tenaga Kesehatan yang bekerja di perusahaan merupakan Ahli Kesehatan Kerja (occuptional
health specialist) yang bekerja dalam komunitas pekerja dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus pada keselamatan kerja, serta
menggunakan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian efek yang merugikan selama
interaksi pekerja dengan tempat kerja.
Tenaga kesehatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir dan mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui cara-cara pencegahan, diagnosis
dini dan usaha-usaha lain dalam memberantas penyakit akibat kerja, mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan hubungan kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal
lain, ia juga harus mempunyai etika tenaga kesehatan dalam tugas mereka.

Etika Ahli Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan
Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma-norma/ nilai-
nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja,
kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absensi, menurunnya angka produktifitas tenaga
kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum,
agama dan masyarakat luas.

Sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan keselamatan kerja
maka mudah dipahami bahwa seseorang Ahli Kesehatan Kerja memerlukan etika tenaga
kesehatan karena harus bekerja sama dengan bidang-bidang lain yaitu misalnya dokter, ahli
higine perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi dan yang paling penting adalah tenaga kerja.

Fungsi seorang Ahli Kesehatan Kerja di perusahaan sebenarnya sangat bergantung pada
kebijakan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup upaya kesejahteraan dan keselamatan
kerja. Posisi Ahli Kesehatan Kerja kesehatan kerja disini unik dan merupakan posisi Ahli
Kesehatan Kerja seringkali lebih dekat dan lebih akrab dengan pekerja-pekerja dibandingkan
dengan pihak manajemen perusahaan,

Etika tenaga kesehatan kerja yang didalamnya dikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak
manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan.

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan pelaksanaan
K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor,
yang kalau diurai seperti dibawah ini :

1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya


kebakaran serta kode pelaksanaannya.
1. Jaringan elektrik dan komunikasi.
2. Kualitas udara.
3. Kualitas pencahayaan.
4. Kebisingan.
5. Pemeliharaan.

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni indoor dan
outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap
jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit
(tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain
mengenai penggunaan komputer.

Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi factor fisik, kimia,
biologi, ergonomic dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam
melaksanakanpekerjaannya.(2) Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang
ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam mengendalikan semua factor-faktor dan stress
lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteran,
kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat

Mencegah timbulannya kecerdasan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-kungan usaha
pengenalan (recognition), penilaian (evaluasi), dan pengendalian (contol) bahaya lingkungan
kerja atau accupational health hazards

Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman, memberikan
keuntungan baik kepada perusahan maupun kepada karyawan, guna meningkatkan derajat
kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.

1. Saran – saran

1. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.’


2. Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan
kebersihan lingkungan kerja.
3. Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
4. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk
membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur
dengan Luxs Meter)

Anda mungkin juga menyukai