Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tenaga kesehatan dan apa saja persyaratan tenaga kesehatan?

2. Apa saja kewajiban seorang farmasis terhadap pekerjaan, rekan sejawat,


dan profesi kesehatan lain?

3. Bagaimana interaksi profesi farmasi dengan tenaga kesehatan lain dalam


praktek pelayanan kefarmasian?

1.3 Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang tenaga kesehatan dan persyaratan tenaga


kesehatan.

2. Untuk mengetahui kewajiban seorang farmasis terhadap pekerjaan, rekan


sejawat, dan profesi kesehatan lain.

3. Untuk mengatahui interaksi profesi farmasi dengan tenaga kesehatan lain


dalam praktek pelayanan kefarmasian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tenaga Kesehatan dan Persyaratan Tenaga Kesehatan

2.1.1 Tenaga Kesehatan Menurut UU No. 36 Tahun 2014

Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, Tenaga


Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.

Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.

2.1.2 Persyaratan Tenaga Kesehatan

Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, persyaratan


tenaga kesehatan antara lain:

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.

2
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;

b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan

e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika


profesi.

(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah
memenuhi persyaratan.

(5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
meliputi:

a. memiliki STR lama;

b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika


profesi.

e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya;


dan

f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,


dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

2.2 Kewajibab Seorang Farmasis Terhadap Pekerjaan, Rekan Sejawat dan


Profesi Kesehatan Lain.

3
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Sumpah/Janji

Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


Sumpah / janji Apoteker.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Sumpah / janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker untuk dapat


diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan
landasan moral dalam setiap tindakan dan perilaku.

1. Melaksanakan asuhan kefarmasian

2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien

3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu,


hukum dan etik.

Pasal 2

Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

4
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
Indonesia dinilai dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya
laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain,
serta tidak ada laporan dari dinas kesehatan. Pengaturan pemberian sanksi
ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO).

Pasal 3

Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi


Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah : keterampilan, sikap, dan perilaku
yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik.

2. Ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uju kompetensi


3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam
setiap tindakan dan keputusan seorang apoteker Indonesia.

4. Bilamana suatu saat bila seorang apoteker dihadapkan kepada konflik


tanggung jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang
apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk
kepentingan pasien serta masyarakat.

5
Pasal 4

Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan


pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Seorang apoteker harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya secara terus menerus

2. Aktivitas seorang apoteker dalam mengikuti perkembangan


dibidang kesehatann, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji
kompetensi.

3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh apoteker ditetapkan dalam


peraturan organisasi.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri
dari perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan
orang lain

2. Seorang apoteker dalam menjalankan tugasya dapat memperoleh imbalan


dari pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap
memegang teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien.

3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi.

6
Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi
yang disandangkan dengan jujur dan penuh integritas.

2. Seorang apoteker tidak menyalahgunakan kemampuan profesionalnya


kepada orang lain

3. Seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik

7
Pasal 7

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien / masyarakat
harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi
tersebut harus sesuai, relevan, dan ‘up to date’.

2. Sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang


dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui apoteker
mengenai oasien serta penyakitnya.

3. Seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan


kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat

4. Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman


masyarakat terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan
informasi secara jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan
sebagainya.
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang


undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan, sehingga


setiap apoteker dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam
koridor peraturan perundangan yang berlaku.

Apoteker harus membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai


pedoman kerja bagi seluruh personil di industri, dan sarana kefarmasian
sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada. 8
khususnya.

9
BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus


mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita
dan melindungi makhluk hidup insani.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama


dari seorang apoteker
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak
kepada kepentingan pasien dan masyarakat
3. Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam
keputusan pengobatan mereka
4. Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang
dalam kondisi lemah.
5. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada
pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara
pakai obat yang tepat.
6. Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia
kefarmasian, dan rahasia kedokteran dengan baik
7. Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah
ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya
8. Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda
dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan
komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
memnolehkan apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien.

10
BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10

Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan
kerjanya

2. Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang


problematik, baik secara moral atau peraturan perundangan yang
berlaku, tentang hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi
antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan santun.

3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina etik


apoteker dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.
ingin diperlakukan.

Pasal 11

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik,
dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan
sejawatnya tersebut untuk mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana
ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat
menyamoaikan kepada pengurus cabang dan atau MPEAD secara
berjenjang.

11
Pasal 12

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan


kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


1. Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan
sejawat apoteker lainnya

2. Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam


menjalankan pengabdian profesinya

3. Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam


menjalin, memelihara kerjasama.

BAB IV

KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT


PETUGAS KESEHATAN LAIN

Pasal 13

12
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga
profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.

Pasal 14

Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengak ibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari
pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus
mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut,
tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan.

BAB V

PENUTUP

Pasal 15

13
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi
Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


Apabila Apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa
pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan
pencabutan keanggotaan tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur
dalam peraturan organisasi, dan ditetapkan setelah melalui kajian yang
mendalam dai MPEAD. Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil
telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus daerah, dan MPEA.

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3 Interaksi Profesi Farmasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam


Praktek Pelayanan Kefarmasian
2.3.1 Peran Farmasi (Apoteker)
Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan
dibidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri pendidikan dan bidang
lainnya yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Peran farmasi yaitu :

14
1. Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu.
2. Sebagai penanggungjawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di apotek,
rumah sakit, puskesmas, klinik obat atau praktek bersama.
3. Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dokter
dan/atau pasien.
4. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker dapat mengangkat seseorang apoteker pendamping
yang memiliki SIPA.
2.3.2 Bidang Pelayanan Kefarmasian
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini diperlukan dalam upaya penggunaan obat
yang rasional oleh pasien. Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah
kapan obat digunakan dan berapa banyak; lama pemakaian obat yang dianjurkan;
cara penggunaan obat; dosis obat; efek samping obat; obat yang berinteraksi
dengan kontrasepsi oral; dan cara menyimpan obat
a) Pelayanan Konseling Obat
Konseling obat adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan obat. Apoteker perlu
memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah, terutama untuk
penderita penyakit kronis seperti kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis dan
asma
b) Home Care
Pelayanan Residensial (home care) adalah pelayanan apoteker
sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah pasien,
khususnya untuk kelompok lansia, pasien kardiovaskular, diabetes,

15
tuberkulosis, asma, dan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini
apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (patient medication
record).
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 disebutkan
pelayanan resep atau penyerahan obat resep dokter di pelayanan
kefarmasian (salah satunya puskesmas) harus dilakukan oleh apoteker.1
Menurut Uyung Pramudiarja (2011) hanya 10% puskesmas yang memiliki
apoteker.4 Masalah penelitian adalah belum diketahui bagaimana peran
apoteker di puskesmas dan permasalahan pelayanan kefarmasi-an di
puskesmas. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi tentang peran
apoteker dan permasalahannya dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas
perawatan. Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan bagi pihak yang
terkait untuk meningkatkan ketersediaan apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
2.3.3 Interaksi Farmasis (Apoteker) dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam kode etik apoteker Indonesia pada Bab IV. Kewajiban Apoteker
terhadap sejawat petugas kesehatan lain.disebutkan Pasal 13 “Setiap Apoteker
harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat
Petugas Kesehatan” dan Pasal 14 “Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri
dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya”.
Hubungan apoteker dengan sejawat petugas kesehatan lainnya adalah
hubungan harmonis yang saling memahami hak dan kewajiban masing-masing
profesi tenaga kesehatan. Adapun tenaga kesehatan lain yang dimaksud antara
lain:
a) Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
b) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan (Depkes, 1996)
c) Tenaga kefarmasian, dalam hal ini selain apoteker yakni tenaga teknis
kefarmasian meliputi sarjana farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah
farmasi/asisten apoteker (Depkes, 1996; Depkes, 2009)

16
d) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikribiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian
e) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
f) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasioterapis, dan terapis
wicara
g) Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik
prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Depkes, 1996)
Dalam Pasal 13 disebutkan “Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan” dalam
penjabaran implementasinya dijelaskan bahwa seorang apoteker harus mampu
menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya secara
seimbang dan bermartabat. Begitupula apoteker dalam menjalankan profesinya
dapat dibantu oleh asisten apoteker atau tenaga lainnya yang kompeten. Untuk itu
apoteker harus menghargai dan memperlakukan teman kerja tersebut dengan baik.
Pencapaian hubungan harmonis dalam bentuk kemitraan dengan keharusan
seorang apoteker menghargai dan memperlakukan teman kerja tersebut dengan
baik perlu dilakukan dengan keterampilan komunikasi seorang apoteker. . Tanpa
komunikasi maka tidak ada kemitraan, karena Apoteker yang mengharapkan
untuk dapat diterima sebagai mitra oleh staf medik lain (dokter, perawat, bidan
dan dokter gigi) maka haruslah apoteker yang aktif memulai / menyambung
komunikasi. Harus diakui hambatan / barriers untuk berkomunikasi selama ini
harus ditinggalkan dan mulai melangkah. Apoteker tidak dapat meminta profesi
lain untuk menunggu, Tetapi haruslah apoteker yang berlari untuk mengejar
ketinggalan.

17

Anda mungkin juga menyukai