Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
bentuk senyawa dengan unsur kimia lain (mineral) yang digolongkan dalam dua
kelompok utama yaitu nikel laterit dan nikel sulfida dengan kandungan nikel yang
masih rendah. Oleh karena itu untuk memperoleh nikel dengan kadar tinggi, maka
diperlukan rangkaian proses pengolahan yang cukup panjang dalam suatu industri.
Pengolahan biji nikel secara umum dilakukan dengan tiga cara yaitu proses
Sulawesi Selatan, hingga tahun 2019 kapasitas produksi 77.000 ton nikel per
tahun. Bahan galian yang ditambang oleh perusahaan ini adalah nikel laterit yang
berasal dari empat wilayah dengan total luasnya sebesar 118.017 hektar, empat
dan Suasua (Sulawesi Tenggara) 4.466 hektar. Bahan nikel laterit tersebut
kemudian diolah menjadi nikel matte dengan kadar nikel di atas 75%.
Tahap proses pengolahan nikel laterit menjadi nikel matte meliputi: persiapan,
pemurnian. Dari tahap-tahap tersebut salah satu tahap yang penting yaitu tahap
1
sulfidasi yang terjadi dalam reduction kiln, yang dimana reduction kiln merupakan
sebuah bejana berbentuk silinder yang memiliki kemiringan rendah pada arah
horizontal dan berputar mengikuti sumbunya. Pada proses sulfidasi terjadi pada
produk kiln yang disebut calsine yang mengandung logam-logam bebas. Karena
logam yang terbentuk tidak stabil dan mudah teroksidasi dengan udara luar maka
kiln.
kadar sulfur di matte, jika tidak memenuhi standar mengakibatkan udara sulit
pencampuran dengan slurry dalam pugmill untuk masuk kembali sebagai umpan
dryer. Sehingga didapatkan tujuan dari kerja praktek yaitu menentukan jumlah
total sulfur yang ditambahkan pada reduction kiln dan jumlah sulfur yang terikat
1) Berapakah jumlah total sulfur yang ditambahkan sesuai standar ISO 9001
2) Berapakah jumlah sulfur yang terikat pada FeS2 dan NiS pada reduction
2
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Sulfur yang dianalisa adalah sulfur yang berada pada reduction kiln yang
dibatasi dari tanggal 11 Februari 2019 sampai tanggal 14 Maret 2019. Adapun
data yang kami ambil setiap harinya pada pukul 09.00 WITA, 13.30 WITA, dan
15.00 WITA.
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari kerja praktik ini adalah:
2) Menetukan jumlah sulfur yang terikat pada FeS2 dan NiS pada reduction
kontribusi terhadap penambahan sulfur yang sesuai untuk reduction kiln sehingga
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah operasi perseroan
Indonesia Tbk mengoperasikan tambang nikel open pit untuk menghasilkan nikel
matte yaitu produk setengah jadi dari bijih laterite, dimana rata-rata volume
produksi nikel di PT Vale Indonesia Tbk per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
(meleburkan bijih nikel laterit) untuk mendapatkan nikel matte yang memenuhi
berikut:
1. Drying (Pengeringan)
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
18 mm.
4
2. Kalsinasi dan Reduksi
3. Smelting (Peleburan)
4. Pemurnian
logam yang terbentuk tidak stabil dan mudah teroksidasi dengan udara luar maka
untuk menghindari hal tersebut calsine dicampur dengan sulfur cair sebelum
masuk dalam surge bin calsine, proses ini disebut sulfidasi. Proses sulfidasi ini
Material yang akan diproses dalam kiln diumpankan melalui bagian atas silinder,
material, proses ini disebut counter current.Hal ini bertujuan agar temperature
5
2.2 Nikel
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebut kupfernickel (nikolit). Nikel memiliki kimia metalik dalam tabel periodik
yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Dalam keadaan murni, nikel
bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya,
dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Nikel termasuk logam berwarna
putih keperak-perakan yang mengkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan
Nikel adalah salah satu elemen utama dari inti bumi yang diperkirakan
sebagian besar terbuat dari campuran nikel dan besi. Nikel logam yang sangat
keras dan putih mengkilap yang ditemukan dalam kerak bumi merupakan unsur ke
dua puluh dua yang paling berlimpah. Secara umum bijih nikel yang ada dialam
terbagi atas dua, yaitu bijih nikel sulfida dan bijih nikel oksida. Masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama.
Pada PT. Vale Indonesia Tbk., bijih nikel yang digunakan adalah bijih nikel dari
mineral oksida. Bijih nikel dari mineral oksida (laterite) ada dua jenis yang
umumnya ditemui yaitu saprolit dan limonit dengan berbagai variasi kadar.
(Puguh Prasetyo:2009)
Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg
6
kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit
Secara umum proses pengolahan biji nikel laterit dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu :
1. Pirometallurgy
2. Vapometallurgy
tetrakarbonil Ni(CO)4 yang akan terurai menjadi nikel dan gas CO pada
3. Hidrometallurgy
Larutan kimia yang sering digunakan adalah NH3 dan H2SO4 untuk
ekstraksi pada suhu dan tekanan yang tinggi. Proses ini dikenal dengan
nama Leaching.
7
mengubah sifat fisik maupun kimia suatu mineral sehingga diperoleh suatu logam
pengolahan bijih nikel menjadi nikel matte yang dilakukan di PT Vale Indonesia
Tbk dapat dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu proses penambangan dan
Penambangan yang dilakukan PT. Vale Indonesia adalah secara open mining.
dari permukaan laut, sekitar 10 Km dari pusat kota Sorowako. Luas daerah
penambangan bijih nikel yang dikontrak oleh PT. Vale adalah 218.000 ha dan
Daerah penambangan bijih nikel tersebut dibagi atas dua tipe geologi yang
berbeda, yaitu daerah timur (east block) dan daerah barat (west block). Daerah
timur rata-rata mengandung 1,85% nikel dengan kadar silika rendah. Daerah barat
Hal ini disebabkan karena daerahnya lebih lunak dibandingkan di barat yang
masing blok juga berbeda satu sama lain pada tabel berikut:
8
Tabel 2.1 Komposisi batuan pada eastblock dan west block
West
No Komposisi East Block
Block
1. % Ni 1,85 0,15
2. % Co 0,07 0,1
3. % Fe 21,2 9,6
4. % SiO2 20 14
5. % MgO 31 35
%
6. 1,6 2,4
SiO2/MgO
% Air
7. 35-38 28-32
bebas
Jenis
Serpenti Olivi
mineral
8. n n
dominan
Sifat
9. Lunak Keras
batuan
Sumber: Yohan Agnes. 2018
9
1) Land Clearing
2) Stripping
Pada tahap ini dilakukan proses pengupasan lapisan tanah penutup atau over
burden, yaitu tanah dengan lapisan nikel rendah. Tanah ini diangkut ke tempat
Pada tahap ini dilakukan pengambilan lapisan tanah yang mengandung nikel
dengan kadar sedang menjadi kadar tinggi yang ekonomis untuk ditambang. Bijih
nikel untuk kadar sedang, yang biasa disebut medium grade limonite (kadar
nikelnya ±1.8%) diangkut dan ditumpuk pada daerah tertentu. Untuk bijih nikel
dengan kadar tinggi (saprolite ore) yaitu ±2.1% diangkut ke tempat penyaringan
4) Screening (Pengayakan)
ukuran yang diinginkan pabrik. Di sini akan dipisahkan batuan -6 inch dan +6
inch. Untuk material dari blok barat, batuan +6 inch langsung dibawa ke rock
disposal atau dihancurkan untuk pembuatan jalan. Sedangkan untuk material blok
timur, batuan -18 inch dan +6 inch dimasukkan ke dalam crusher untuk kemudian
dicampur hingga -6 inch. Material hasil penyaringan ini disebut SSP (Screening
10
Station Product) yang kemudian dikumpulkan dan dikirim ke tempat
dari mineral tidak berharga, yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk
yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan produk yang mineralnya berkadar
rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan atas sifat fisik mineral maupun
Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah
jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap
untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan bahan galian agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan
dryer, bijih yang telah dikeringkan kemudian mengalami proses reduksi dalam
reduction kiln. Setelah itu, hasil reduksi dileburkan dalam electric furnance dan
dimurnikan dalam converter sehingga diperoleh produk yang disebut nickel matte.
11
Pengolahan tersebut diperoleh melalui beberapa proses, sebagai berikut:
Pengeringan bijih nikel dilakukan dalam suatu unit rotary dryer. Tujuan dari
proses pengeringan bijih laterit adalah untuk mengurangi kadar air dalam bijih
basah yang semula berkisar 30-33% menjadi 20%. Hal ini dilakukan agar bijih
tidak terlalu basah atau terlalu kering. Jika produk dryer terlalu kering, akan
Bahan baku yang akan diproses dalam dryer yang utama adalah ore hasil dari
Screening Station Product (SSP) yang kemudian dimasukkan ke dalam stock pile
(wet ore stockpile). Ore ini diangkut ke hopper untuk umpan ke apron feeder
1. Debu dari dryer dan Kiln yang berasal dari 500 ton dust bin.
12
Dalam dryer ada 2 tahapan proses yaitu :
a) Pengeringan
Terdapat dua jenis bijih stockpile, yaitu bijih stockpile west block (WB) dan
east block (EB). Pengeringan untuk kedua jenis bijih tersebut dilakukan secara
terpisah karena komposisi kimia kedua jenis stockpile tersebut berbeda. Proses
dalam material umpan akibat adanya kontak langsung material tersebut dengan
gas panas. Proses pengeringan berlangsung dalam arah aliran searah (co-current)
sehingga baik ore maupun gas panas masuk melalui ujung yang sama. Tekanan
operasi adalah 10 mm H2O di bawah tekanan atmosfer, hal ini dilakukan supaya
tidak terjadi ledakan ataupun kebocoran alat. Dryer dilengkapi lifter untuk
memperbesar permukaan kontak antara umpan dengan gas panas. Feed akan
keluar dari dryer secara perlahan karena adanya putaran dan kemiringan dryer
sekitar 3o.
Panas yang digunakan dalam pengeringan ini berasal dari fuel oil HSFO
(High Sulfur Fuel Oil) yang terlebih dahulu mengalami proses pemanasan oleh
steam hingga ± 100 oC dan proses pengabutan HSFO oleh steam agar pembakaran
dapat berlangsung dengan baik. Untuk pembakaran awal digunakan bahan bakar
13
HSD. Udara untuk pembakaran berasal dari blower dan diatur sedemikian rupa
b) Penyaringan
screen dengan ukuran -3/4 inchi. Bijih west block yang di-reject (oversize)
ukuran -3/4 inchi yang lolos saringan pertama dan sisanya yaitu bijih +3/4 inchi
dihancurkan oleh symons crusher dan digabungkan kembali dengan produk dryer.
DKP ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan bijih kering (DOS,
Dry Ore Strorage). Di dalam DOS, bijih west block dan east block ditempatkan
secara terpisah.
Debu yang terbawa oleh gas buang dilewatkan melalui unit multiclone.
Berdasarkan gaya gravitasi dan sentrifugal, partikel debu yang besar akan jatuh
dan kemudian disatukan kembali dengan DKP (Dryer Kiln Product). Debu-debu
halus yang tidak berhasil disaring dalam multiclone ditahan oleh unit ESP dan
dicampur dengan slurry dalam pugmill untuk kemudian masuk kembali sebagai
umpan dryer.
Selain bertugas untuk mengeringkan bijih basah dari stockpile, dryer juga
dipergunakan untuk mengeringkan pasir silika yang akan digunakan oleh unit
converter.
14
2) Reduksi dan Sulfidasi
mengikat logam bebas menjadi logam sulfide. Produk rotary dryer yang terdiri
dari west block dan east block di campur dengan perbandingan tertentu kemudian
kandungan silica dan magnesia yang terdapat pada kedua blok. Perbandingan
Beberapa proses yang terjadi selama material berada dalam reduction kiln,
sebagai berikut:
terdapat dalam umpan sedangkan air Kristal dapat dihilangkan dengan proses
kalsinasi. Diharapkan kandungan air Kristal yang boleh berada dalam produk kiln
kurang dari 1%. Hal ini dilakukan untuk mnghindari tekanan di dalam furnace.
b) Proses Reduksi
Panas untuk reduction kiln diperoleh melalui HSFO yang dikabutkan oleh
steam pada main burner sedangkan gas pereduksi terdiri dari Karbon monoksida
15
(CO), Hidrogen (H2) dan Karbon (C) diperoleh dari pembakaran tidak sempurna
minyak bakar oil lance dengan udara. Berikut adalah reaksi pembakaran HSFO:
proses pembakaran bahan bakar HSFO akan digunakan untuk mereduksi NiO
sisanya terjadi di dapur listrik. Oleh sebab itu harus tersedia karbon yang cukup
c) Proses Sulfidasi
logam yang terbentuk tidak stabil dan mudah teroksidasi dengan udara luar maka
untuk menghindari hal tersebut calsine dicampur dengan sulfur cair sebelum
2Ni3S + S2 6NiS
2Fe + S2 2FeS
2FeS + S2 2FeS2
Pada proses sulfidasi digunakan sulfur cair yang diperoleh melalui pemanasan
16
media steam coil. Sulfur cair yang terbentuk dipompa menuju sulfur kiln yang
adanya pemakaian sulfur cair ini, polusi dilingkungan pabrik dapat dikurangi dan
calcine yang merupakan produk utama kiln, juga terdapat produk samping berupa
3) Smelting (Peleburan)
Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan sulfidasi. Proses
ini terjadi dalam electric furnace. Proses ini dapat memisahkan bagian yang kaya
b) Reaksi reduksi lebih lanjut dengan menggunakan karbon dalam batubara yang
tingkat reduksi dalam reduction kiln dan kandungan karbon dalam calcine. Produk
17
Tabel 2.2 Komposisi Produk Matte Electric Furnace
Nama
Senyawa Komposisi (%)
Nikel 23-30%
Besi 35-69%
Sulfur 6-10%
Kobalt 0,6-0,7%
4) Pemurnian (Converting)
nikel matte sebelum dipasarkan. Proses ini bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di
dalam matte dari sekitar 27% menjadi di atas 75%. PT. Vale Indonesia melakukan
proses pemurnian dalam converter jenis Pierce Smith, melalui operasi batch.
a) Charging
b) Blowing
antara udara dengan matte. Dengan demikian efisiensi reaksi oksida besi oleh
Jumlah udara yang masuk dibatasi hanya untuk mengoksidasi besi dan unsur
lain sehingga nikel tetap berada dalam keadaan nikel sulfida . Besi oksida akan
18
Reaksi :
NiS + O2 Ni + SO2
jika kadar nikel sulfida > 78% dan kadar besi <0,7%.
c) Dry Up
besi hingga <0,75% sehingga kadar nikel sulfida menjadi >78%. Apabila kadar
besi dalam matte sudah rendah (<5%) pemisahan besi menjadi slag dengan cara
blowing tidak dapat dilakukan lagi karena akan mempertinggi kadar nikel dalam
slag.
d) Skimming
terak dan matte. Berat jenis matte lebih besar daripada slag sehingga proses
converter, sehingga terak akan keluar dan ditampung di dalam ladle. Nikel matte
yang merupakan produk converter dibentuk menjadi butiran (granule) kering yang
siap dipasarkan.
19
1) Penanganan Produk
(granule) kering yang siap dipasarkan. Beberapa tahap operasi yang dilakukan
dengan ukuran tertentu. Proses ini dilakukan dengan cara menuangkan matte cair
pada semburan air bertekanan tinggi. Penurunan temperatur yang cepat dan
tekanan air yang tinggi, membuat matte cair berubah menjadi butiran-butiran.
Matte cair dituang melalui tundish ke dalam arus air yang disemprotkan melalui
susunan nozzle. Sumber air berasal dari kolam pengendap yang dipompakan
menuju susunan nozzle. Dengan pengaturan tekanan air, diharapkan butiran yang
terbentuk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, yaitu +10 mesh sejumlah 0%
untuk ukuran halus -10 mesh maksimal 100%. Butiran matte yang terbentuk
ditampung bersama air granulasi pada sebuah bak penampung (Granulation pit).
Kelebihan air pada bak penampung dialirkan ke kolam pengendap (matte settling
pond) di mana airnya dapat digunakan kembali untuk proses granulasi. Pada
kolam pengendap, butiran yang terbawa oleh granulasi diendapkan dan setelah
converter.
20
dewatering belt dan air akan dihisap dengan vaccum pump hingga kandungan
airnya sekitar 5%. Selanjtunya, butiran nikel matte diumpankan menuju dryer
melalui transfer conveyor. Dryer ini berdiameter 1,58 m, panjang 9,8 m dan
kecepatan putaran 6,7 rpm dengan kemiringan 1,20. Sepanjang dryer dilengkapi
lifter agar proses pengeringan berjalan baik. Panas untuk pengeringan diperoleh
dari pembakaran minyak solar dalam combustion chamber, dengan aliran gas
ketempat pengayak getar dengan ukuran -10 mesh. Oversize hasil pengayakan
akan dikembalikan ke converter, sedangkan produk nikel matte yang lolos dari
dengan pendingin agar produk tidak terlalu panas dan tidak merusak kantong
berkapasitas tiga ton saat nikel matte dimasukkan. Setelah analisa terakhir
menyatakan bahwa produk tersebut sesuai dengan standar yang diinginkan, maka
Material yang akan diproses dalam kiln diumpankan melalui bagian atas silinder,
21
material, proses ini disebut counter current. Hal ini bertujuan agar temperature
Umpan kiln terdiri atas bijih nikel dari Dried Ore Storage (DOS) dan coal.
Bijih yang masuk kiln terdiri dari campuran west block dan east block dengan
perbandingan sedemikian rupa agar rasio SiO2/MgO tidak lebih dari 2,25. Coal
dalam furnace, karena kiln hanya melakukan partial reduction (reduksi sebagian).
Produk kiln ini disebut dengan calcine atau reduction kiln product (RKP) yang
Saat kiln berputar, material akan bergerak menurun mengitari kiln menuju sisi
yang lebih rendah dengan ditahan oleh beberapa penopang yang berada di bagian
dasar dalam Reduction Kiln yang disebut Brick Damring. Brick Damring ini
berfungsi agar laju aliran material tidak terlalu cepat agar waktu agar waktu
proses yang diinginkan dapat tercapai. Sumber udara panas dapat berasal dari
tanur diluar kiln, atau dihasilkan melalui reaksi pembakaran dalam kiln. Bahan
bakar untuk menghasilkan panas ini, dapat berasal dari gas, minyak, pulverized
Dibeberapa bagian dari reduction kiln yang ada di PT. Vale Indonesia Tbk,
secondary air, dan air pipe. Primary air adalah udara yang tercampur dengan
bahan bakar di dalam burner. Secondary air merupakan udara yang berada di
sekitar burner, dimana udaranya langsung mengenai material. Lalu air pipe
dipasang dengan jumlah 4 air pipe. Air pipe ini dipasang di sepanjang reduction
22
kiln untuk tetap membakar bahan bakar yang tidak terbakar sempurna dan
Dalam proses pengolahan nikel laterit di PT. Vale Indonesia Tbk, reduction
kiln memiliki peranan untuk proses pengeringan lanjutan dan kalsinasi bijih
kering hasil dari dryer, proses reduksi logam, dan proses sulfidasi untuk
karena udara panas hasil pembakaran bahan bakar dalam kiln, langsung
berinteraksi dengan bijih yang berputar dalam kiln. Proses reduksi terjadi karena
hadirnya gas pereduksi CO yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna High
Bahan bakar yang digunakan dalam reduction kiln memiliki wujud cair, maka
dari itu dibutuhkan pipa untuk menginjeksikan bahan bakar tersebut. Terdapat 2
jenis pipa untuk menginjeksikan bahan bakar, yaitu main burner dan oil
lance.Adapun kegunaan dari main burner adalah untuk membuat panas pada
chamber area reduksi, sedangkan oil lance untuk memberikan panas langsung
pada material. Selain menginjeksikan bahan bakar, pada reduction kiln juga
terdapat pipa untuk menginjeksikan sulfur cair pada tahap sulfidasi di akhir proses
reduction kiln agar nikel yang telah tereduksi tidak teroksidasi kembali (Syafiq,
2017).
23
Gambar 2.4 Flowsheet proses pada Reduction Kiln
Sumber: Reduction Kiln - Basic Metallurgy for CRO PT.Vale
Proses yang terjadi didalam kiln melalui beberapa tahap. Tahap-
berbeda-beda.
Proses ini mulai dari feed end hingga ±25 m dari feed end. Pada zona ini
umpan yang masuk melalui feed end masih mengandung 20 % kadar air bebas
sehingga pada zona ini umpan akan mengalami proses pengeringan lebih lanjut
untuk menghilangkan air bebas yang masih terkandung dalam dryer kiln product
(DKP). dimana kadar air akan menguap karena temperature pada zona ini yaitu
100-200oC dan temperature gas panas dalam zona ini adalah 4000C.
Proses ini terjadi sesudah proses pengeringan lanjut dan terbentang sejauh ±8
m. Di sini terjadi pemanasan dan penghilangan air Kristal (x.H2O) yang masih
terdapat dalam umpan. Pada Zona ini umpan akan mengalami peningkatan suhu
24
menjadi 7000C, pada temperature tersebut maka air kristal x.H2O akan hilang atau
yang sering dikenal dengan Loss On Ignition (LOI). Penghilangan air Kristal ini
reduksi. Apabila temperature bijih tidak mencapai temperature disosiasi, maka air
Kristal akan tetap tertinggal dalam calcine dan akan berubah menjadi uap air di
dalam tanur listrik yang dapat menimbulkan tekanan berlebih (over pressure) di
Pada Zona ini umpan mengalami proses reduksi dimana Fe, Co, dan Ni
oksida akan tereduksi oleh gas CO yang dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna, reaksi reduksi akan berjalan dengan baik jika temperatur dari umpan
tersebut minimal mencapai 700oC. Reaksi reduksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Proses reduksi tersebut terjadi hanya sebagian saja tidak semua umpan
tereduksi, proses reduksi secara total terjadi ketika di tanur pereduksi. Umpan
yang telah mengalami reduksi disebut sebagai calcine. Secara teori ketika suatu
umpan memiliki temperature yang tinggi maka akan semakin mudah untuk
bekerja lebih keras, hal ini dikarenakan dibutuhkan panas untuk menaikkan
25
temperature dan juga untuk panas reduksi. Namun, bila pengoperasian berada
(sintering atau chunk) yang dapat menghambat operasi tanur. Oleh karena itu,
Selama melalui kiln maka diharapkan umpan yang dihasilkan atau disebut
calcine memiliki spesifikasi yang pas sesuai dengan operasional electric furnace,
diantaranya: temperatur calcine harus mencapai 7000C, kandungan air kristal 1%,
Karena sifat nikel yang tidak stabil dan mudah teroksidasi kembali, proses
sulfidasi perlu dilakukan pada bagian akhir reduction kiln. Pada proses ini
digunakan sulfur cair yang diperoleh melalui pemanasan sulfur padat di dalam
sebelum calcine memasuki surge bin calcine, sehingga logam stabil dalam bentuk
D
us
t
26
2.4 Rumus Dasar Perhitungan
Persamaan reaksi kimia adalah pernyataan yang ditulis dengan rumus kimia
yang memberikan informasi identitas dan kuantitas zat-zat yang terlibat dalam
suatu perubahan kimia ataupun fisika. Semua zat yang terlibat dalam reaksi yang
ditempatkan di sebelah kiri tanda panah yang mengarah ke kanan. Pada sebelah
kanan tanda panah terdapat hasil reaksi (produk), yakni semua zat yang dihasilkan
dengan metode trial and error (coba-coba). Namun, sebenarnya penyetaraan reaksi
dapat dilakukan dengan cara yang lebih sistematis dengan menyusun dan
yang sama di ruas kiri maupun kanan, di mana jumlah atom = koefisien ×
indeks; dan
dengan 1, di mana zat yang dipilih biasanya adalah zat dengan rumus
27
2.4.2 Perhitungan Mol pada Penambahan Sulfur
jumlah zat menggunakan satuan mol. Kuantitas ini juga terkadang disebut
sulfur ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah sulfur yang terikat pada
NiS dan FeS 2. Untuk menghitung mol, kita dapat mengkonversinya dari
jumlah zat awal yang diketahui baik dengan satuan konsentrasi (untuk
larutan), volume (untuk gas), massa (untuk padatan), atau jumlah partikel.
Konsep mol untuk perhitungan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :
28
BAB III METODE KEGIATAN
Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2020.
Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8
Observasi
Studi Literatur
Presentasi
Keterangan:
% Ni
% FeS2
% Nis
29
3.3 Teknik Analisis Data
Dari data yang diperoleh akan dilakukan analisa data tersebut dengan
menghitung:
1) Jumlah total sulfur yang ditambahkan sesuai standar ISO 9001 pada reduction
kiln
2) jumlah sulfur yang terikat pada FeS2 dan NiS pada reduction kiln sesuai
30