Anda di halaman 1dari 2

Dio Pratama Mu’asry

1706042756
LTM Marakanya Korupsi di Indonesia

Sejarah Korupsi di Indonesia

Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh "budaya-tradisi korupsi"


yang tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan dan wanita.
Sebenarnya kehancuran kerajaan-kerajaan besar (Majapahit dan Mataram) adalah
karena perilaku korup dari sebagian besar para bangsawannya. Majapahit diketahui
hancur karena adanya perang saudara (perang paregreg) sepeninggal Maha Patih Gajah
Mada. Sedangkan Mataram lemah dan semakin tidak punya gigi karena dipecah belah
dan dipreteli gigi taringnya oleh Belanda. Pada tahun 1755 dengan Perjanjian Giyanti,
VOC rnemecah Mataram menjadi dua kekuasaan yaitu Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta. Kemudian tahun 1757/1758 VOC memecah Kasunanan
Surakarta menjadi dua daerah kekuasaan yaitu Kasunanan Surakarta dan
Mangkunegaran. Baru pada beberapa tahun kemudian Kasultanan Yogyakarta juga
dibagi dua menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Benar bahwa penyebab
pecah dan lemahnya Mataram lebih dikenal karena factor intervensi dari luar, yaitu
campur tangan VOC di lingkungan Kerajaan Mataram.
Namun apakah sudah adayang meneliti bahwa penyebab utama mudahnya
bangsa asing (Belanda) mampu menjajah Indonesia sekitar 350 tahun (versi Sejarah
Nasional?), lebih karena perilaku elit bangsawan yang korup, lebih suka memperkaya
pribadi dan keluarga, kurang mengutamakan aspek pendidikan moral, kurang
memperhatikan "character building", mengabaikan hukum apalagi demokrasi Terlebih
lagi sebagian besar penduduk di Nusantara tergolong miskin, mudah dihasut provokasi
atau mudah termakan isu dan yang lebih parah mudah diadu domba.
Belanda memahami betul akar "budaya korup" yang tumbuh subur pada bangsa
Indonesia, maka melalui politik "Devide et Impera" mereka dengan mudah menaklukkan
Nusantara! Namun, bagaimanapun juga Sejarah Nusantara dengan adanya intervensi
dan penetrasi Barat, rupanya tidak jauh lebih parah dan penuh tindak kecurangan,
perebutan kekuasaan yang tiada berakhir, serta "berintegrasi' seperti sekarang. Gelaja
korupsi dan penyimpangan kekusaan pada waktu itu masih didominasi oleh kalangan
bangsawan, sultan dan raja, sedangkan rakyat kecil nyaris "belum mengenal" atau belum
memahaminya. Perilaku "korup" bukan hanya didominasi oleh masyarakat Nusantara
saja, rupanya orang-orang Portugis, Spanyol dan Belanda pun gemar "mengkorup" harta-
harta Korpsnya, institusi atau pemerintahannya.
Kita pun tahu kalau penyebab hancur dan runtuhnya VOC juga karena korupsi.
Lebih dari 200 orang pengumpul Liverantie dan Contingenten di Batavia kedapatan korup
dan dipulangkan ke negeri Belanda. Lebih dari ratusan bahkan kalau diperkirakan
termasuk yang belum diketahui oleh pimpinan Belanda hampir mencapai ribuan orang
Belanda juga gemar korup.

Anda mungkin juga menyukai