Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN
BEST PRACTICE
OLEH
ii
BIODATA PENULIS
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmatNya penulis mendapat kekuatan, semangat, pikiran yang kuat
sehingga laporan Best Practice yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Siklus Belajar 5E (Cycle Learning 5E) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas VII A SMPN 2 Kuta Tahun Pelajaran 2018/2019”, dapat
diselesaikan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Rasa terimakasih perlu penulis sampaikan kepada bapak-ibu guru yang telah
menyumbangkan pemikirannya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Untuk itu
terimakasih yang sebanyak-banyaknya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kuta
2. Kepada segenap Guru IPA SMP Negeri 2 Kuta yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.
3. Para siswa dan siswi, yang telah menunjukkan objektivitas yang tinggi sehingga
data-data hasil penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Demikian secara singkat pengantar yang dapat peneliti sampaikan, semoga
laporan Best Practice ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar di SMP Negeri 2 Kuta.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT KETERANGAN KEPALA SEKOLAH........................................ ii
BIO DATA GURU ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Manfaat Kegiatan ................................................................ 3
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................ 4
A. Tujuan dan Sasaran .............................................................. 4
B. Bahan/ Materi Kegiatan ....................................................... 4
C. Cara Melaksanakan Kegitan ................................................ 4
D. Media dan Instrumen .......................................................... 9
E. Waktu dan Tempat Kegiatan ............................................... 9
BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN HASIL .............. 10
A. Hasil .................................................................................... 10
B. Masalah yang Dihadapi ...................................................... 11
C. Cara Pemecahan Masalah ................................................... 11
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...................................... 13
A. Simpulan ........................................................................... 13
B. Rekomendasi ...................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14
LAMPIRAN:
v
DAFTAR LAMPIRAN
1
intake siswa yang diajarnya. Penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi
dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa dan sarana-prasarana yang
mendukung pembelajaran berorientasi HOTS. Selain itu, penulis masih berfokus
pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi.
Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami
(C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/
HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya,
tidak tampak adanya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, siswa hanya
bengong dan mencatat apa yang ditulis di papan oleh
guru.
Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung
mengutamakan hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dari soal. Metode
pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses- proses
pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kreatif dan
inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang
dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah satunya
dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu
pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti
atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Pada era Revolusi Industri 4.0, siswa harus
dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu
model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS adalah model pembelajaran siklus
Belajar 5E. Salah satu model yang didasarkan pada teori belajar konstruktivis
adalah model siklus belajar 5E. Model pembelajaran ini terdiri atas 5 fase, yaitu
engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Pada fase engage (melibatkan),
guru membantu siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa dan mengungkap
mis konsepsi terhadap topik yang akan dipelajari. Pada fase explore (mengeksplorasi),
siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara fisik dan mental terhadap
masalah yang dibahas sehingga siswa memperoleh suatu konsep baru, proses belajar
dan keterampilan. Pada fase explain (menjelaskan), siswa
menjelaskan konsep baru yang diperoleh pada fase eksplorasi. Pada fase elaborate
(mengelaborasi), siswa dilibatkan pada suatu diskusi kelompok yang membahas
suatu situasi atau permasalahan baru sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang
telah ditemukan sebelumnya. Pada faseevaluate (mengevaluasi), siswa diajak
untuk mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan selama pembelajaran
berlangsung (Bybee, 2006:12).
Setelah melaksanakan pembelajaran IPA terpadu dengan model siklus 5E,
penulis menemukan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat, lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Ketika model siklus belajar 5E ini
diterapkan pada kelas VII yang lain, ternyata aktivitas belalajar siswa juga
mengalami peningkatan. Praktik pembelajaran Siklus Belajar 5 E yang diterapkan di
kelas VII A, dapat penulis katakan sebagai sebuah best practice dalam pembelajaran
berorientasi HOTS dengan model siklus belajar 5E.
B. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah Penerapan Model Pembelajaran Siklus
Belajar 5E (Learning Cycle 5E) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kuta Tahun Pelajaran 2019/2010.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan penulisan laporan best practice ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat memberi
ruang kepada siswa untuk berpikir kritis.
2. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang langkah-langkah
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam Best Practice ini adalah materi kelas VII pada
sub pokok bahasan Pemisahan Campuran dengan KD sebagai tabel berikut.
Tabel 1. Pemetaan KD
Kompetensi Pengetahuan
3.3 Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika
dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Keterampilan
4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika
dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran.
4.
Siswa
Elaboration (elaborate/elabo 1. Guru membimbing
siswa untuk menggunakan ide
rasi) menyampaikan hasil dan kata-kata
kegiatan yang telah sendiri untuk
mereka lakukan pemahaman konsep
dengan menggunakan baru.
ide dan kata-kata
mereka sendiri,
sehingga diharapkan
pemahaman konsep
muncul dari
pengalaman mereka
setelah melakukan
kegiatan. (transfer
Knowledge)
2. Guru memfasilitasi
siswa untuk dapat
menerapkan konsep
yang telah mereka
peroleh berdasarkan
kegiatan yang telah
mereka lakukan ke
dalam situasi atau
masalah yang baru.
3. Guru menciptakan
masalah baru agar
siswa mampu
menerapkan konsep
yang telah dipejari
dalam pemecahan
masalah tersebut
(metakognitif)
A. Hasil
Hasil yang dapat dilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran siklus belajar 5E berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif
dalam eksperimen, mengumpulkan data, dan menganalisis sampai pembuatan
kesimpulan. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak siklus belajar
5 E megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
siklus belajar 5E dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena
model ini menggabungkan antara hands-on, minds-on, dan penyelidikan
ilmiah berbasis pedagogik (Balci et al., 2006). Berbeda dengan metode
pengajaran tradisional yang mendemontrasikan instruksi langsung dalam
menyampaikan informasi. Siklus belajar 5E dengan pendekatan hands-on dan
hand-on di mana siswa dapat mengeksplorasi konsep baru, mengevaluasi
kembali pengalaman masa lalu mereka, dan mengasimilasi atau
mengakomodasi pengalaman baru dan konsep baru ke dalam skema yang
sudah ada (Hagerman, 2012).
3. Penerapan model pembelajaran siklus belajar 5E meningkatkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa
untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi
HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-
sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus
guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan, kurang
peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang
selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori
tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat
siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah
apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan
pembelajaran IPA berorientasi HOTS dengan menerapkan model pembelajaran
siklus belajar 5E. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang konsep
pemisahan campuran yang dibangun oleh siswa melalui eksperimen dan
diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
4. Penerapan model pembelajaran siklus belajar 5E juga meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Siklys belajar
5E yang diterapkan dengan menyajikan eksperimen dan video tantang metode
pemisahan campuran, siswa mampu merumuskan pemecahan masalah. Sebelum
menerapkan model siklus belajar 5E, penulis melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang
disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran siklus belajar 5E layak
dijadikan best praice pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat
meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran IPA dengan model pembelajaran siklus
belajar 5E yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga
mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil best pactice pembelajaran IPA dengan model pembelajaran
siklus belajar 5E berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi
pembelajaran IPA yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan
situasi dan kondisi sekolahnya,hal ini akan membuat pembelajaran lebih
bermakna.
2. Siswa diharapkan dapat menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini
akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan
lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis untuk meningkatkan kemampuan penyusunan best practice dan
menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
http://pmbs.ac.id/news/Metode_Pembelajaran_Pendidikan_Dalam_Menghadap
i_Revolusi_Industri_4.0 diakses pada tanggal 29 Oktober 2019
https://www.rijal09.com/2018/11/model-model-pembelajaran-hots-higher-
order-thinking-skill.htm diakses pada tanggal 29 Oktober 2019
http://mediafunia.blogspot.com/2016/07/model-pembelajaran-siklus-belajar-
5e.html. Diaksis pada tanggal 2019.
LAMPIRAN
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
Materi Reguler :
Konsep pemisahan campuran
Prinsip metode pemisahan campuran
Materi Remedial :
E. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan : Saintifik (scientific learning)
b. Model : Model Pembelajaran Siklus Belajar 5 E
c. Metode : Eksperimen, Diskusi dan Penugasan
F. Media Pembelajaran
a. Beberapa macam campuran
b. Laptop, LCD, Power Point
c. Alat dan bahan percobaan lainnya
G. Sumber belajar
a. Tim Abi Guru. 2017. IPA Terpadu. Penerbit Erlangga: Jakarta.
b. Widodo, W. (2017). Buku Guru IPA SMP Kelas VII. Puskurbuk Depdiknas:
Jakarta.
c. Widodo, W. (2017). Buku Siswa IPA SMP Kelas VII. Puskurbuk Depdiknas:
Jakarta.
d. Sumber-sumber lain yang relevan (internet :
https://bisakimia.com/2017/08/04/ringkasan-materi-
pemisahan-campuran/
https://bisakimia.com/2017/11/06/pemisahan-campuran/
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
ALOKASI
TAHAP PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU
A. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan:
Pendahuluan
Mengkondisikan peserta didik untuk
(persiapan/orientasi) 15 menit
mengikuti pembelajaran :
- Mengucapkan salam dan berdoa
(religius)
- mengecek kehadiran siswa
(disipilin)
- Melaksanakan tepuk PPK
(pengembangan karakter)
Melakukan apesepsi untuk mengecek
Apersepsi pengetahuan dan keterampilan awal
peserta didik, dengan meminta siswa
menjawab pertanyaan :
a. zat apa saja yang ada di alam ini yang
termasuk campuran.
b. pernakah kalian melihat bagaimana cara
pembuatan garam secara tradisional,
apa bahan dasar pembuatan garam?
(Critical Thinking)
Guru menayangkan video cara
pembuatan garam secara tradisional
(literasi digital)
https://youtu.be/VqG99B1Ie70
C. Kegiatan Penutup
ALOKASI
TAHAP PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU
D. Kegiatan Pendahuluan
E. Kegiatan Inti
3.
Guru membimbing siswa untuk
Explanation (explain/menjelask menyampaikan hasil kegiatan yang telah
an) mereka lakukan dengan menggunakan
ide dan kata-kata mereka sendiri,
sehingga diharapkan pemahaman konsep
muncul dari pengalaman mereka setelah
melakukan kegiatan. (transfer
Knowledge)
4.
Elaboration (elaborate/elaboras Guru memfasilitasi siswa untuk dapat
menerapkan konsep yang telah mereka
i) peroleh berdasarkan kegiatan yang telah
mereka lakukan ke dalam situasi atau
masalah yang baru. (transfer
knowledge)
Guru menciptakan masalah baru agar
siswa mampu menerapkan konsep yang
telah dipejari dalam pemecahan masalah
tersebut (transfer knowledge)
F. Kegiatan Penutup
Guru melakukan konfirmasi akhir
tentang konsep pemisahan campuran 30 menit
Guru menyampaikan rencana tindak
lanjut pembelajaran
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Sikap
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Observasi Lembar Terlampir Saat Penilaian untuk dan
Observasi pembelajaran pencapaian
(Catatan berlangsung pembelajaran
Jurnal) (assessment for and
of learning)
b. Pengetahuan
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Tes Tulis Soal pilihan Terlampir Saat Penilaian untuk
ganda pembelajaran pembelajaran
usai (assessment for
learning) dan
sebagai
pembelajaran
(assessment as
learning)
c. Keterampilan
Bentuk Contoh Butir Waktu
No. Teknik Keterangan
Instrumen Instrumen Pelaksanaan
1. Praktek LKPD 1, 2, 3, 1. Memisahkan Saat Penilaian untuk,
dan 4 garam dari pembelajaran sebagai,
pengotornya berlangsung dan/atau
2. Memisahkan pencapaian
campuran pembelajaran
berdasarkan (assessment for,
perbedaan as,
kelarutan dari and of learning)
komponen-
komponen
pada pelarut
3. Memisahkan
campuran
berdasarkan
perbedaan titik
didih
4. Memisahkan
campuran
berdasarkan
perbedaan
kecepan gerak
zat.
b. Pembelajaran pengayaan
Berdasarkan hasil analisis hasil penilaian harian, peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk
penugasan berkelompok di luar jam pelajaran untuk mempelajari
karakteristik zat dalam campuran lainnya yang dapat digunakan dalam
berbagai metode campuran.
Format Pembelajaran Pengayaan :
Nama Kegiatan Sarana dan
Kompetensi Alokasi
No Siswa Indikator Pembelajaran media Penilaian
Dasar waktu pembelajaran
Pengayaan
1
2
3
Lampiran 3
Bahan Ajar
Zat di dalam campuran dapat dipisahkan dengan membedakan sifat fisiknya
seperti perbedaan ukuran partikel zat, titik leleh zat dan titik didih zat tersebut.
Semakin berbeda sifatnya, semakin mudah zat di dalam campuran dapat dipisahkan.
Contoh sederhana yaitu daun teh yang tidak larut di dalam air sehingga kita dapat
memisahkannya dengan mudah yaitu dengan cara menyaringnya. Namun, partikel –
partikel lainnya di dalam campuran dapat berukuran lebih kecil sehingga dibutuhkan
teknik pemisahan yang lebih rumit seperti kromatografi, dimana zat – zat
mikroskopik dapat dipisahkan bergantung pada seberapa mudah tiap zat menempel
pada zat lain.
a) Filtrasi
Ketika zat di dalam campuran memiliki ukuran partikel berbeda, partikel –
partikel tersebut dapat dipisahkan dengan cara filtrasi (menyaring). Campuran
dituang melalui saringan. Partikel – partikel berukuran kecil akan masuk ke dalam
lubang, sedangkan partikel – partikel yang besar tidak. Filtrasi merupakan tahap
pertama dalam daur ulang air. Ahli kimia menggunakan penyaring yang disebut
zeolit, yang memiliki lubang kecil sehingga dapat mengeluarkan partikel
mikroskopik dari air.
Kita dapat mengubah air kotor menjadi air jernih menggunakan saringan yaitu
dengan cara menempatkan wadah dengan sebuah lubang di dasarnya (corong filtrasi)
di dalam wadah lain (erlenmeyer) dan lapisi dengan kertas saring. kemudian tuang air
kotor ke dalam wadah. Lapisan – lapisan tersebut akan menyaring partikel kecil dan
partikel yang lebih kecil dari air kotor. Hasilnya adalah air yang lebih jernih (tetapi
belum dapat diminum).
b) Kromatografi
Para ilmuwan memisahkan campuran cair menggunakan kromatografi.
Campuran dilarutkan di dalam zat cair atau gas untuk membuat larutan. Benda padat
ditempatkan pada larutan (sebagian terbenam dalam larutan) zat yang terlarut pal ing
mudah akan bergerak jauh ke atas materi padat, membentuk pita – pita warna yang
disebut kromatogram. Para peneliti makanan mempelajari kromatogram untuk
menemukan kandungan pewarna makanan. Para ahli genetika menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mempelajari zat-zat yang menyusun gen kita.
Pada KLT materi padatnya merupakan suatu pelat kaca atau plastik yang dilapisi bahan
kimia, biasanya aluminium oksida atau silikon oksida. Ketika campuran cairan naik ke
pelat, beberapa zat bergerak lebih tinggi dibandingkan yang lain. Zat – zat ini akan
terlihat sebagai bintik -bintik pada pelat.
c) Distilasi
Distilasi biasa disebut juga dengan penyulingan. Distilasi merupakan metode
yang banyak digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan kondisi
yang diperlukan untuk mengubah fase komponen campuran. Dalam distilasi, campuran
cairan dipanaskan di dalam wadah botol. Cairan dengan titik didih yang lebih rendah
akan menguap terlebih dahulu dan akan terkondensasi (berubah kembali
menjadi air) kemudian terkumpul. Cairan dengan titik didih yang lebih tinggi akan
tertinggal di dalam wadah botol. Distilasi bertingkat memisahkan cairan satu demi satu
selama mendidih. Industri minyak memisahkan minyak mentah menggunakan teknik
ini.
Zat cair dapat dipisahkan dengan metode distilasi (penyulingan), metode distilasi
bertingkat, dan metode corong pisah.
d) Sublimasi
Prinsip kerja metode pemisahan campuran dengan cara sublimasi didasarkan
pada campuran zat yang memiliki satu zat yang dapat menyublim (perubahan wujud
padat ke wujud gas) sedangkan zat yang lainnya tidak dapat menyublim. Contohnya,
campuran iodin dengan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi
Lampran 4
LKPD 1. Filtrasi
I. Pendahuluan
Filtrasi atau penyaringan adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan
pada perbedaan ukuran partikel dari suatu campuran. Campuran dituangkan melalui
saringan. Sehingga partikel kecil akan masuk ke dalam lubang, sedangkan partikel
yang besar tidak. Filtrasi merupakan salah satu metode pemurnian karena dapat
memisahkansuatu campuran dari pengotornya.
II. Tujuan
Memurnikan atau memisahkan larutan ke dalam komponen-komponen penyusunnya
berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
III. Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas kimia 100 mL,
- Batang pengaduk,
- Corong Kaca
- Labu Erlenmayer 100 mL,
Bahan :
- Tanah/pasir,
- air, dan
- kertas saring.
IV. Cara Kerja
a. Masukkan tanah/pasir ke dalam gelas yang telah berisi air, lalu aduk
b. Lipat kertas saring dan simpan di atas corong kaca
c. Saringlah campuran tanah/pasir tadi ke dalam labu erlenmayer 100 mL
d. Amati apa yang terjadi!
V. Tabel Data Pengamatan
VI. Pertanyaan
1. Mengapa ampas tanah/pasir tidak bisa lolos dari kertas saring?
2. Apa yang menjadi dasar pemisahan komponen campuran melalui filtrasi?
LKPD 2. Kristalisasi
I. Pendahuluan
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat
yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu
pelarut. Pada percobaan ini akan dilakukan pengolahan garam kotor dalam skala
laboratorium (skala mikro) yaitu membersihkan garam dapur dari pengotornya. II.
Tujuan Percobaan
Memurnikan garam dapur dari zat pengotor
III. Alat dan Bahan
Alat :
- gelas kimia 100 ml
- labu erlenmeyer 100 ml
- batang pengaduk
- spatula
- corong kaca
- cawan porselein
- Kaki tiga, kasa dan lampu spiritus
Bahan :
- Garam dapur yang kotor
- Kertas saring
- Air
IV. Cara kerja
a. Masukkan satu sendok makan garam dapur kotor ke dalam gelas kimia 100
mL.
b. Tambahkan 50 mL air, sambil diaduk-aduk.
c. Saringlah larutan menggunakan kertas saring ke dalam labu Erlenmeyer 100
mL.
d. Pindahkan filtrat ke dalam cawan porselein.
e. Panaskan cawan porselein sampai semua air menguap dan mengering.
f. (gambar berikut)
I. Pendahuluan
V. Tabel Pengamatan
Warna Tinta Warna komponen Jarak Komponen Jarak Pelarut
Awal
V. Kesimpulan
Lampiran 5
Fungsi air yang dimasukkan ke dalam pendingin liebieg adalah agar filtrat pada
pendingin mengalami….
A. Penguapan
B. Kondensasi
C. Melebur
D. Membeku
2. Ibu Ida ingin memisahkan kamper dari pengotornya, maka ibu Ida melakukan
pemisahan campuran tersebut dengan alat seperti di bawah ini.
Berdasarkan gambar di atas, fungsi dari es batu adalah agar filtrate kamper :
A. Membeku
B. Menguap
C. Mengembun
D. Mendidih
3. Perhatikan gambar pemisahan campuran di bawah ini!
5. Garam yang kita konsumsi pada umumnya berasal dari air laut. Petani garam di Madura
memanfaatkan panas matahari untuk membuat garam. Mereka enampung air laut pada
tambak-tambak di tepi pantai, sehingga dapat terkena panas matahari langsung
kemudian secara bertahap akan dihasilkan garam dan diproses lebih lanjut sehingga
diperoleh garam dapur yang siap dikonsumsi. Proses pemisahan yang dilakukan oleh
petani garam tersebut adalah….
A. Evaporasi
B. Filtrasi
C. Destilasi
D. Kromatografi
8. Metode pemisahan campuran adalah salah cara yang digunkan untuk memisahkan
suatu zat dari dalam campuran yang biasa terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti:
Dari keempat larutan tersebut, komponen larutan yang tidak dapat dipisahkan dengan
metode kristalisasi adalah….
A. Larutan gula
B. Larutan garam
C. Larutan alkohol
D. Larutan air laut
9. Yoga adalah salah satu siswa kelas VII yang sedang melaksanakan pratikum pemisahan
campuran, saat itu Yoga dengan sengaja mencampur spritus dengan air, sehingga
sepritus tersebut tidak bisa digunakan untuk proses pemanasan zat. Metode yang paling
tepat digunakan oleh yoga untuk memisahkan sepritus dalam air adalah….
A. Kristalisasi
B. Destilasi
C. Avorasi
D. Sublimasi
1 B 1
2 C 1
3 B 1
4 B 1
5 A 1
6 C 1
7 A 1
8 C 1
9 B 1
10 D 1
Lampiran 7
Lembar Observasi
Keterampilan
Menyimpulkan
Memberikan
Membangun
Penjelasan
Memberikan
NO NAMA SISWA Skor Maksimal
lanjut
penjelasan
sederhana
1 Anak Agung Ade Putra Sanjaya
2 Anak Agung Ketut Ayu Widyantari
3 Gusti Ayu Rekha Ardani
4 I Gede Dika Wahyu Sudiantara
5 I Gusti Agung Ratih Pradnyaswari Atmaja
6 I Kadek Rama Pradika
7 I Kadek Satya Darma Wiguna
8 I Komang Adriana Putrawan
9 I Komang Dias Pasek Krisna
10 I Made Miko Adrian
11 I Made Raditya Ferdinan
12 I Putu Gede Bagus Sanjaya Wisnu Tama
13 I Wayan Raditya Adimulya
14 Komang Keza Agastya
15 Komang Rio Aldi Satriawan
16 Ni Kadek Ayu Aristya Dewi
17 Ni Kadek Divna Yanti
18 Ni Komang Riska Dewi
19 Ni Luh Cinta Dewi
20 Ni Luh Puspitasari
21 Ni Luh Sri Kusuma Dewi
22 Ni Luh Teresa Widiantari
23 Ni Made Intan Candra Lestari
24 Ni Made Yanti Yastari
25 Ni Nyoman Trisna Septiari Dewi
26 Ni Putu Intan Karisma Devi
27 Ni Putu Lisa Ivana Santosa
28 Ni Putu Tania Rhisma Dewi
29 Putu Ari Subawa
30 Sava Vision Natalia Souhoka
31 Anak Agung Ade Putra Sanjaya
32 Anak Agung Ketut Ayu Widyantari
Kreteri Pensekoran