Anda di halaman 1dari 4

Arya Singa Dwi Pandita

117111544
Management IC

Menanggapi Tentang Virus Korona Dan Globalisasi Serta Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapinya
Dari Segi Kesehatan

Tak ada pilihan bagi Indonesia untuk melindungi warga dan menutup batas negara menghindari penularan
virus korona. Epidemi adalah bencana yang tak memiliki asal-usul, masih gelap bagi ilmu pengetahuan
modern sekalipun.

dalam menanggapi kasus ini saya mencoba mencari refrensi seberapa tahukah indonesia dengan virus
korona dan ternyata LIPI(lembaga ilmu pengetahuan indonesia) mempunyai artikel tentang virus corona
penjelasannya sebagai berikut :

Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian besar media masa dunia. Dan bahkan hari demi
hari masyarakat semakin panik karena jumlah pasien yang terus bertambah, sementara belum ada cara
penanggulangannya. WHO telah menunjuk 11 laboratorium di berbagai negara, termasuk National
Institute of Infectious Diseases (NIID)-Tokyo dan The Center for Disease Control and Prevention (CDC)-
Atlanta, untuk meneliti virus penyebabnya. Pada awalnya peneliti di Cina mengatakan kalau penyebabnya
adalah bakteri Chlamydia. Namun setelah itu peneliti dari Hongkong dan beberapa peneliti dari negara
lainnya menduga bahwa ada dua kemungkinan penyebabknya, yaitu Coronavirus dan Paramyxovirus.
Setelah melalui masa yang cukup lama, akhirnya WHO mengumumkan bahwa yang menjadi dalang SARS
adalah Coronavirus.

Analisa pencarian penyebab SARS dilakukan dengan mengisolasi virus dari pasien yang diduga mengidap
SARS. Kepastian terhadap Coronavirus ini adalah karena ditemukannya virus ini dari pasien SARS. Analisa
yang dilakukan antara lain adalah analisa dengan mikroskop, PCR dan sekuensing. Hasil analisa mikroskop
dan PCR memastikan bahwa virus yang bersangkutan adalah Coronavirus, namun dari hasil analisa
sekuennya ditemukan perbedaan antara Coronavirus dari pasien SARS dengan Coronavirus yang
ditemukan selama ini. Perbedaan sekuen ini menimbulkan prasangka bahwa kemungkinan virus penyebab
SARS ini adalah Coronavirus yang sudah bermutasi. Karena perbedaan ini, khusus untuk Coronavirus
penyebab SARS, diberi nama baru yaitu virus SARS.
Kata "Corona " berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk
Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota (lihat gambar).
Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya "Protein S " yang berupa sepatu, sehingga dinamakan spike
protein, yang tersebar disekeliling permukaan virus (tanda
panah). "Protein S " inilah yang berperan penting dalam
proses infeksi virus terhadap manusia.Coronavirus adalah
virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-
120 nm. Karena itu, pencegahan infeksi Coronavirus akan
efektif bila menggunakan masker yang berpori-pori lebih
kecil dari 100 nm.Virus ini pertama kali diisolasi pada tahun
1965, dari cairan hidung seorang anak yang menampakan
gejala pilek (common cold), yang biasanya disebabkan oleh
infeksi Rhinovirus atau virus Influenza. Dan, kenyataannya,
memang sulit sekali membedakan antara gejala infeksi
Rhinovirus, virus Influenza dan Coronavirus.Ini juga
merupakan kendala untuk menentukan virus penyebab
SARS. Karena bila sesuatu virus ditemukan dari pasien yang bukan pengidap SARS dan itu dinyatakan
sebagai penyebab SARS akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Artinya, seleksi pasien merupakan hal
yang sangat penting untuk penentuan virus penyebab SARS.

Virus ini memiliki RNA positive sebagai genomnya, dan biasanya sering disebut virus RNA. Mutasi virus
terjadi pada saat replikasi dan virus RNA bermutasi sekitar 1 juta kali lebih cepat dari pada virus DNA.
Kalau virus DNA mempunyai kecepatan mutasi 10-8 sampai 10-11 nukleotida setiap kali proses replikasi,
virus RNA berkecapatan 10-3 sampai 10-4. Karena itu, tidak bisa dimungkiri bahwa virus penyebab SARS
adalah Coronavirus yang sudah bermutasi.Panjang genom Coronavirus berkisar antara 27 sampai 32
kilobasa. Genom ini membentuk protein-protein pembentuk tubuh virus seperti fosfoprotein N,
glikoprotein M, protein E, protein S, dan glikoprotein HE, dan prtotein-protein atau enzim-enzim yang
perlu untuk replikasi virus itu sendiri.Selain menginfeksi manusia, Coronavirus juga menginfeksi binatang
seperti babi, anjing, kucing, tikus, kelinci, sapi, dan ayam. Pada binatang-binatang ini, infeksi virus ini
umumnya juga menyebabkan gejala gangguan pernapasan (pneumonia) seperti halnya pada manusia.

Namun virus ini sangat host-specific, sehingga Coronavirus yang menginfeksi salah satu binatang hanya
menginfeksi binatang tersebut. Virus tersebut tidak bisa menginfeksi binatang lain dan bahkan manusia.
Virus ini tidak stabil di udara, dan hanya mampu hidup selama 3 jam, sehingga kecil sekali kemungkinan
penularan lewat udara. Kemungkinan besar penularan virus ini adalah lewat bersin atau batuk dari orang
yang terinfeksi kepada orang yang dekat dengannya.

Replikasi Coronavirus Kebanyakan Coronavirus hanya menginfeksi sel dari species induknya dan species
yang berhubungan dekat dengan induknya. Pada sel induk tersebut, Coronavirus hanya bisa berkembang-
biak pada jaringan tertentu saja. Artinya, sel dan jaringan untuk perkembang-biakan virus ini sangat
spesifik. Kespesifikan ini ditentukan oleh sifat dan distribusi molekul reseptor dari pihak sel dan variasi
sekuen "Protein S " dari pihak virus itu sendiri.Replikasi Coronavirus berlangsung di sitoplasma sel dan
virus ini juga bisa berkembang-biak di sel yang sudah diambil nucleus-nya (enucleated cells). Dalam
percobaan di luar tubuh (in vitro), actinomycin D bisa menghambat replikasi Coronavirus di dalam sel.
Namun belum ada studi tentang efektifitas antibiotik ini secara klinis. Karena itu, belum ada keputusan
apakah antibiotik bisa menekan perkembang-biakan virus ini di dalam tubuh manusia.
Proses replikasi Coronavirus secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama-tama virus
mengikat sel melalui interaksi antara "Protein S " dan reseptor. Setelah itu virus masuk ke dalam sel dan
genom RNA virus keluar dari selaput virus. Kemudian sebagian genom RNA berfungsi sebagai mRNA dan
sebagian sebagai templet untuk sintesa RNA negatif. Genome yang berfungsi sebagai mRNA ditranslasikan
menjadi berbagai protein-protein. Diantara protein-protein ini, ada yang berfungsi untuk pembentuk
tubuh virus dan ada yang berfungsi untuk proses replikasi/multiplikasi RNA. Sementara sebagian genome
RNA lainnya digunakan untuk sintesa RNA negatif. RNA negatif ini, kemudian dijadikan templet lagi untuk
sintesa RNA positif. Demikian seterusnya proses ini berlangsung berulangkali. Dengan proses ini akhirnya
RNA positif yang menjadi genom akan bertambah banyak. RNA positif yang sudah dimultiplikasi dibungkus
oleh protein-protein pembentuk tubuh virus, sehingga terbentuk virus baru (progeny). Virus baru ini
akhirnya keluar dari sel dan memiliki fungsi sebagai virus biasa yang bisa menginfeksi sel berikutnya.

Mutasi Coronavirus Mutasi virus RNA, tidak hanya Coronavirus, biasanya terjadi pada saat proses replikasi
RNA. Pada proses ini, RNA negatif disintesa dari RNA positif atau sebaliknya. Sintesa ini dilakukan oleh
enzim RNA polimerase dan sekuen RNA yang disintesa adalah yang komplemen dengan templet. Pada
saat sintesa RNA ini, RNA polimerase terkadang salah baca sehingga yang terbentuk bukanlah sekuen yang
komplemen dengan templat. Alhasil, sekuen yang terbentuk adalah yang sudah termutasi.

Untuk virus DNA, dimana yang berperan adalah DNA polimerase, kesalahan yang sama juga terjadi. Tatapi
kesalahan ini bisa diperbaiki, karena untuk replikasi DNA ada enzim exonuclease yang berfungsi sebagai
"proof-reading " atau "error correction ". Artinya, kalau ada sekuen yang disintesa tidak komplemen
dengan template, enzim exonulease ini akan membuang sekuen terebut, dan baru kemudian proses
sintesa jalan kembali.Perbedaan inilah sebenarnya yang menyebabkan virus RNA, yang di dalamnya
termasuk Coronavirus, bermutasi jauh lebih cepat daripada virus DNA.Nah sejauh mana Coronavirus yang
diduga sebagai penyebab SARS ini bermutasi Hasil analisa tim dari The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), Amerika Serikat, menunjukan bahwa gen protein dari protein-protein yang membentuk
tubuh Coronavirus penyebab SARS jauh berbeda dengan Coronavirus yang diketahui selama ini, baik
dibandingkan dengan virus yang menginfeksi manusia maupun binatang.Berdasarkan antigennya
Coronavirus dibagi atas tiga kelopmpok. Lebih terperinci lagi, hasil analisa gen dan asam amino
pembentuk protein N, protein S, dan protein M menunjukan bahwa Coronavirus SARS terpisah dari ketiga
kelompok ini. Artinya, Coronavirus yang menjadi penyebab SARS adalah jenis Coronavirus yang baru yang
merupakan hasil dari mutasi. Dan virus ini diberi nama virus SARS. (NTR)

Tidak hanya itu saya juga menelusuri bagaimana kesiapan indonesia dalam menghadapi virus corona ini
dan menurut kementrian kesehatan Indonesia di salah satu artikelnya menegaskan bahwa menurut pakar
kesehatan di Indonesia yang mengklaim bahwa Indonesia sudah siap untuk menangani wabah virus
Corona. Terutama bagi para praktisi kesehatan yang merupakan dokter dan tenaga medis yang ada di
rumah sakit paru. Karena penyakit virus Corona termasuk dalam penyakit Pneumonia misterius yang
belum diketahui obatnya.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Wiendra
Waworuntu, ada berbagai SOP yang harus dilakukan untuk dapat menguji seseorang positif terkena virus
nCoV (Corona) atau tidak. Di Jakarta sendiri ada tiga rumah sakit yang menyanggupi panggilan rujukan
nasional. Diantaranya adalah RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, dan RSPAD Gatot Subroto. Selain
itu, ada cukup banyak rumah sakit lain yang memiliki ruang isolasi dan telah ditunjuk Kemenkes serta
memiliki pengalaman menangani virus flu burung dan MERS beberapa waktu lalu. Diantaranya adalah
RSUD Dr. Soetomo (Surabaya, Jatim), RS Otorita (Batang, KepRi), RS Kariadi dan RS St. Elisabeth
(Semarang, Jateng), RSUD Blambangan Banyuwangi (Banyuwangi, Jatim), RSUP Dr. Sardjito (DIY), RSUD
Tulungagung (Tulungagung, Jatim), dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (Makassar, SulSel). Berbagai
rumah sakit khusus penyakit paru juga telah disiagakan untuk menangani penularan virus Corona yang
bisa terjadi sewaktu-waktu. Berdasarkan keterangan dari Ketua Departemen Epidemiologi UI, rumah sakit
di Indonesia sudah siap dalam menangani kasus ini. Namun tetap ada keterbatasan jumlah yang bisa
ditangani oleh masing-masing unit rumah sakit. Perkiraan maksimal jumlah suspect Corona yang bisa
diisolasi adalah 3 orang.

Jika sudah ada penduduk Indonesia yang positif mengidap Corona, pastinya jumlah pasien kemungkinan
akan terus bertambah. Itu berarti peralatan kesehatan seperti masker, jubah pelindung, dan berbagai alat
kesehatan lainnya juga akan mengalami peningkatan permintaan. Kesiapan tiap unit rumah sakit bisa
berbeda terkait hal tersebut. Jadi, perihal siap atau tidaknya, Indonesia mau tidak mau harus melakukan
persiapan mulai dari sekarang. Hal tersebut tentunya harus tetap diiringi dengan langkah pencegahan
pada batas masuk negara Indonesia, seperti di bandara, pelabuhan, dan lain sebagainya. Langkah
pencegahan berupa deteksi suhu tubuh melalui thermal scanner dipercaya mampu menjaring orang yang
diduga terjangkit virus Corona. Langkah pencegahan harusnya dilakukan tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah. Namun juga harus dilakukan oleh seluruh penduduk Indonesia dengan rutin melaksanakan
GERMAS setiap hari dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Jadi pendapat saya Indonesia memang tidak bisa menutup batas wilayah tetapai saya menilai Indonesia
sudah berada di jalan yang benar dalam hal kesiapan dan menyiapkan kegiatan persiapan.Pemerintah
Indonesia juga telah membentuk dan mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu
masuk negara di bandara/pelabuhan/Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN). Tim dapat terdiri atas
petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit lain yang
relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam
pencegahan importasi penyakit. Dalam pengetahuan tentang virus koronapun sudah tidak abu abu lagi

Sumber referensi :

https://kemlu.go.id/pretoria/id/news/4771/langkah-dan-upaya-pemerintah-indonesia-dalam-
menangani-dan-menghadapi-virus-novel-corona-2019-n-cov

http://promkes.kemkes.go.id/kesiapan-indonesia-menghadapi-virus-corona

http://lipi.go.id/berita/virus-baru-:-coronavirus-dan-penyakit-sars/176

Anda mungkin juga menyukai