Anda di halaman 1dari 14

Apa Sih Bedanya Konseling dan

Penyuluhan?
Ini cerita jaman sekolah waktu dahulu, apabila seorang siswa dipanggil guru BP (Bimbingan dan
Penyuluhan), maka biasanya siswa-siswa lainnya menjadi heboh dan bahkan bisa muncul
beragam kasak-kusuk. “Wah, ada apa ini? Kok bisa-bisanya Si A yang anteng-anteng aja
sampai dipanggil guru BP, ada masalah apa ya?“. Bisa juga celetukan lainnya, “Rasain lo,
akhirnya dipanggil guru BP juga!“, dan ujaran-ujaran lainnya.

Jaman sudah berubah, pada saat ini sudah tidak dikenal lagi istilah guru BP (bimbingan dan
penyuluhan). Yang ada adalah guru BK (bimbingan dan konseling). Tugas pokok dan fungsi
memang hampir serupa, tetapi ada hal yang sangat mendasar yang berubah, yaitu P diganti
dengan K. Penyuluhan diganti dengan Konseling. Apa sih bedanya? Uraian di bawah tentang
konseling dan penyuluhan ini akan menjelaskannya.

Namun, masih ada sedikit ganjalan nyata yang ada di lapangan. Apa itu? Ya, itu tadi. Stigma
atau pandangan negatif terhadap seputar BK (bimbingan dan konseling) masih belum beranjak
dari problema klasik sebagaimana namanya dulu masih disebut BP. Masih ada para siswa atau
bahkan juga orang tua murid dan juga masyarakat umum yang berpandangan negatif manakala
seorang siswa atau anaknya menghadap guru BK atau dipanggil guru BK. Cap sebagai siswa
yang mbeling, nakal, atau siswa yang pasti bermasalah masih dilekatkan padanya.

Sesungguhnya, keberadaan bimbingan dan konseling di suatu sekolah adalah sebagai bagian dari
sistem pendukung keberhasilan proses pendidikan di suatu sekolah. Seorang siswa yang
berinianif datang menemui guru BK, sesungguhnya adalah siswa yang memahami bahwa dirinya
memerlukan “teman curhat” untuk sebuah problematika yang sedang dihadapi. Itu tentu dalam
rangka bagaimana agar dirinya mampu mengikuti keseluruhan proses pendidikan di sekolah
dengan baik dan lancar. Demikian pula seorang guru BK yang memanggil seorang siswa untuk
diajak “ngobrol” sesungguhnya juga dalam kerangka membantu apa yang dipandang perlu demi
kesuksesan dan kelancaran dalam bersekolah.

Stigma (Pandangan Negatif) terhadap Konseling dan Penyuluhan

Stigma atau pandangan negatif bahwa siswa yang dipanggil guru BK atau siswa yang secara
mandiri datang ke guru BK memang sudah semestinya dihilangkan. Usaha menghilangkan
stigma itu tidak mudah sekali gebrak bisa selesai. Karena itu, dengan memahami lebih mendalam
apa itu bimbingan, apa itu penyuluhan, apa itu konseling akan dapat mengikis stigma atau
pandangan negatif tersebut secara berangsur-angsur.

Dalam ranah umum masyarakat, stigma atau pandangan negatif terhadap konseling dan
penyuluhan ini terkadang juga masih ada. Secara sadar atau dalam alam bawah sadar, terkadang
masih ada yang menganggap diadakannya penyuluhan tema tertentu di masyarakat karena
masyarakat itu masih belum paham sama sekali. Sebaliknya bisa terjadi pandangan negatif apa
masyarakat masih perlu diberi penyuluhan?

Stigma untuk konseling yang terjadi juga hampir mirip. Setiap ada anggota masyarakat yang
melakukan konseling entah ke tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, atau profesional di bidang
konseling (konselor, psikolog, psikiater, dan lainnya) juga dipandang negatif sebagai anggota
masyarakat yang “sedang bermasalah”.

Untuk mendalami apa sesungguhnya konseling, apa sesungguhnya penyuluhan, dan bagaimana
cara pandang yang semestinya, ikuti uraian konseling dan penyuluhan di bawah ini.

Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Ciri-ciri pokok konseling adalah sebagai barikut:

1. Dilakukan oleh seorang konselor yang kompeten dan ahli dalam menangani konflik atau
masalah.
2. Melibatkan dua orang yang saling berinteraksi.
3. Menggunakan berbagai model interaksi multi dimensional, tidak terbatas pada dimensi
verbal saja.
4. Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan
terarah pada pencapaian tujuan.
5. Terjadi perubahan tingkah laku klien ke arah yang lebih baik.
6. Konseling merupakan proses yang dinamis, di mana individu klien dibantu untuk dapat
mengembangkan dirinya.
7. Konseling bersifat pribadi (privacy) dan bersifat rahasia (confidential).
8. Konseling bersifat formal, professional dan terarah antara konselor dengan konseli.

Penyuluhan

Penyuluhan adalah pemberian penerangan kepada masyarakat (di sekolah: kepada siswa) tentang
suatu hal yang dianggap perlu baik bersifat informatif, persuasif, rekreatif atau model gabungan.
Ciri-ciri pokok penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Adanya seorang atau lebih pembicara sebagai narasumber.


2. Lebih banyak menggunakan komunikasi verbal.
3. Dapat digabung denagn berbagai kegiatan.
4. Bersifat umum.
5. Sasarannya khalayak.
6. Tidak menuntut khalayak terlibat lebih jauh dalam target penyuluhan, mereka cukup
mengetahui informasinya saja.
7. Bersifat fleksibel dapat dilakukan di mana saja (formal, informal, dalam skala besar
maupun kecil).

Mengapa BP menjadi BK ? , Posisi BK dalam Pendidikan formal, Pengaruh pemberian layanan BK


terhadap peserta didik.
Mengapa BP menjadi BK ?
Taukah kalian apa yang dimaksud dengan BP? BP adalah bimbingan Penyuluhan pada tahun 1960an di
Indonesia menggunakan istilah penyuluhan. Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun
1980an istilah penyuluhan dirasa kurang relevan bahkan jauh dari kata konseling. hal ini dikarenakan
pengertian dari kata penyuluhan adalah usaha - usaha suatu badan, baik pemerintah atau swasta untuk
meningkatkan kesadaran, ketrampilan, pemahaman masyarakat terhadap hal tertentu. misalnya
Penyuluh Pertanian, yang memiliki maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman,
ketrampilan masyarakat dalam bertani. Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti "konseling"
mempunyai arti steril, kurang mampu memantapkan dirinya sendiri maupun pelayananya terhadap
masyarakat. dalam keadaan seperti ini dikhawatirkan pengertian penyuluhan dalam arti konseling
semakin luntur atau mungkin tidak dikenal. Namun akibat yang lebih buruk ialah masyarakat
menyamaratakan pengertian penyuluhan untuk konseling.
sejak tahun 1980an gerakan bimbingan mulai digalakkan dengan penggunaan istilah konseling.

Posisi BK dalam Pendidikan formal


Dalam dunia pendidikan membutuhkan 3 wilayah sesuai pada gambar diatas agar dapat mencapai
perkembangan yang optimal ( sesuai dengan tahap perkembangan) peserta didik. ketiga wilayah ini
saling berkaitan dan saling membutuhkan. Wilayah manajemen dan kepimpinan tanggung jawab
langsung kepala sekolah dan staf administrasi lainnya. Wilayah pembelajaran yang mendidik tanggung
jawab langsung oleh para guru dan wilayah bimbingan konseling yang memandirikan tanggung jawab
berada di tangan konselor. Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan
persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan
strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat
berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam
proses pembelajaran.

Pengaruh pemberian layanan BK terhadap peserta didik


layanan bimbingan dan konseling tidak hanya diperuntukkan untuk anak yang memiliki masalah tertentu
saja namun juga untuk siswa yang lain dalam rangka peningkatan prestasi, Bagi peserta didik yang
bermasalah pemberian layanan bimbingan dan konseling diharapkan memberikan pengaruh pada
peserta didik yakni peserta didik dapat mempunyai pemecahan masalah yang bersumber dari dirinya
sendiri. dan bagi peseta didik yang tidak memiliki permasalahan diharapkan layanan bimbingan dan
konseling diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif contohnya meningkatkan motivasi
belajar, mempertahankan prestasi yang ada dll.

Sumber :
Buku Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling. Prayitno - Erman Amti
PERBEDAAN MENDASAR

DARI KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING

DAHULU DAN SEKARANG

A. Pengertian

1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh konselor kepada
kliennya baik secara individu maupun secara kelompok baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa dan
dilakukan secara sadar, terencana dan sistematis sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan
dirinya dan mandiri, memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan bisa memilih keputusan dalam
menentukan arah dan tujuan hidupnya, memahami dan mengenal dirinya serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya secara baik berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Penyuluhan adalah suatu aktifitas wawancara yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu
yang sedang mengalami suatu masalah dalam rangka untuk membicarakan dan memecahkan masalah
yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada
teratasi masalah yang dihadapi oleh klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan
lingkungan hidupnya.

Maka, Bimbingan dan Penyuluhan adalah proses pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh
konselor kepada kliennya baik secara individu yang sedang mengalami suatu masalah dalam rangka untuk
membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan kepada
mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada teratasi masalah yang dihadapi oleh klien dan dapat
beradaptasi dengan baik dan efektif dengan lingkungan hidupnya.

2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep
dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

Maka, Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk
itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Bimbingan Penyuluhan/ Bimbingan Konseling (dahulu), yaitu
menitikberatkan pada siswa yang beresiko/bermasalah. Sedangkan Bimbingan Konseling (sekarang), yaitu
melayani seluruh siswa (guidance for all).

B. Sejarah Perkembangan

Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia Dahulu dan Sekarang

Periodesasi Peristiwa

Bimbingan Winkel (1997: 79) menunjukkan gerakan dalam sejarah Diknas mengandung benih-
dalam benih bimbingan yaitu asas Perguruan Nasional Taman Pesdik th 1922 yang
periode melandaskan dasar kebebasan bagi setiap orang untuk mengatur dirinya serta
Benih (1922- keharusan peserta didik berusaha atas kekuatannya sendiri. Kemudian di ikuti
1960 dengan metode dan paktek- praktek sekolah tahun 1926 M. Syafi’i mendirikan
sekolah yang merupakan benih-benih bimbingan karir/jabatan yang pertama kali.
Kemudian menandasarkan perlunya inisiatif dan rasa tanggung jawab serta
memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengembangkan suatu
ketrampilan yang cocok baginya. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus
1945, terbentuklah beberapa kementerian, seperti Kementerian P dan K pada waktu
itu mendirikan SGB yang dipimpinan oleh M. Syafi’i. Beliau mendapat kepercayaan
memberikan latihan kepada guru-guru SD dan mempraktekkan mata pelajaran guna
mempersiapkan diri utk memegang suatu pekerjaan (jabatan). Dengan dua bidang
tersebut di atas, menunjukkan adanya suatu usaha sungguh-sungguh untuk
mendapatkan orang-orang yang ingin bekerja, di samping memberikan latihan
dalam persiapan kerja yang sesuai dengan potensinya. Setelah itu muncul beberapa
bimbingan jabatan (Vocational Guidance) dibeberapa daerah seperti “Balai
Pembinaan Administrasi” (BPA) yang didirikan di Yogyakarta, akhirnya sebagian
tugasnya memberikan latihan kerja (job training), kepada pegawai-pegawai dalam
meningkatkan efisiensi kerja serta latihan jabatan bagi kepala Kantor Pemerintahan
Kodya Yogyakarta.

Bimbingan Pembahasan bimbingan dalam pendidikan formal dimulai 1960, mengadakan


Pendidikan konferensi FKIP (sekarang IKIP) seluruh Indonesia. Walgito (1993:19) mengatakan
Formal dalam adanya konferensi FKIP seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Malang dari
Periode tanggal 20-24 Agustus 1960, dan memutuskan bahwa BP dimasukkan dalam
Pertumbuhan kurikulum FKIP, dengan adanya langkah yang lebih maju mengupas masalah BP
(1960-1971) sebagai suatu ilmu yang ilmiah. Instruksi dari pihak Pemerintah BP semakin maju di
lingkungan sekolah-sekolah. Kemudian setelah adanya instruksi dari pemerintah
1962 melaksanakan BP di sekolah menengah, saat terjadi perubahan sistem
pendidikan dari SMA sistem lama tentang jurusan A, B dan C diganti dengan SMA
sistem baru yang menggunakan jurusan seperti ilmu pasti, sosial budaya. Sejak 1962
BK telah dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut sebagai upaya
penyaluran peserta didik pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan individual.
Setelah itu bimbingan dilaksanakan di SD-PT, dalam keadaan sederhana karena
kurangnya tenaga yang profesional. Dua tahun kemudian Depdikud pada seksi
pendidikan mulai inspektorat SMA menerbitkan naskah “Pembimbing dan
Konseling” (1964). Naskah ini memuat suatu pedoman umum BP dilihat dari segi-
segi pelajaran sosial dan pribadi, penjurusan serta segi kesehatan di SMA. Pedoman
ini kurang mendapatkan operasional. Faktornya adalah kurangnya tenaga ahli dan
sebagai akibat dari banyak yang kurang memahami bimbingan serta adanya situasi
sosial politik sejak 1965 dengan sebutan sejarah G 30 S PKI. Kemudian 1967
perhatian terhadap BK kembali stabil yang didukung oleh dosen-dosen muda IKIP
yang belajar di Amerika. Setelah pulang ke Indonesia mereka mengadakan seminar,
lokakarya, penataran, rapat kerja dan semacam untuk memahami BK serta berusaha
menemukan perumusan ke arah ke arah perkembangan yang lebih maju.
Pada 1968, perhatian terhadap BK dengan munculnya kurikulum 1968 hanya
mengenal dua jurusan (Paspal dan SosBud), walaupun usaha-usaha kongkrit dalam
pelaksanaan bimbingan di sekolah-sekolah belum memuaskan karena
pelaksanaannya belum merata di sekolah-sekolah.

Bimbingan Periode ini merupakan awal perhatian terhadap pentingnya BK dalam pendidikan
Pendidikan formal. Hal ini ditandai dengan “Sekolah Konperhensif” yang dikenal dengan sekolah
Formal dalam pembangunan (1970-1971). Konsep Sekolah Pembangunan dicetuskan oleh Dep.
Periode P&K No. 172 th 1971 ditetapkan 8 PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan)
Pembaruan sebagai pelaksanaannya yaitu: IKIP Jakarta, PPSP IKIP Bandung, PPSP IKIP Semarang,
Pendidikan PPSP IKIP Yogyakarta, PPSP IKIP Surabaya, PPSP IKIP Malang, PPSP IKIP Padang, dan
(1971-1983) PPSP IKIP Ujung Pandang. Semuanya ini sekarang sudah diganti menjadi Universitas
Negeri. Pada tahun yang sama disusun dan dikembangkanlah Kurikulum PPSP
(Kurikulum 1975) yang dipergunakan untuk SMP dan SMA serta kurikulum 1976
untuk SPG, di mana BK semakin nampak dan jelas. Pandangan Winkel (1997: 80)
bahwa dalam acuan kurikulum untuk sekolah pendidikan menengah itu ditunjukkan
dampak positif dari pelayanan bimbingan yang bertujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan pemahaman diri, mengembangkan pengetahuan tentang dunia
kerja serta tanggung jawab dalam memilih lapangan kerja tertentu serta
mewujudkan penghargaan terhadap harga diri orang lain. Perhatian terhadap BK
semakin sadar dan meningkat dengan perubahan pendidikan. Sementara itu ahli BK
para pembaruan pendidikan dengan terus-menerus mengadakan penelitian,
seminar-seminar dan lokakarya dalam skala terbatas maupun luas di bawah
koordinator Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) dan Dep P & K. Lokakarya
bimbingan hasilnya sangat konkrit yang dicapai BPP adalah lokakarya III 1974 di
Cisarua (Bogor) yang berhasil menyusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan
Program BP Melalui Proyek-Proyek Perintis Sekolah Pembangunan” yang
menguraikan tentang dasar, hakekat, tujuan, fungsi dan ruang lingkup program
bimbingan pada PPSP. Pola dasar tersebut berhasil pula menguraikan dalam
“Pedoman Operasional Pelayanan Bimbingan pada PPSP”.

Bimbingan Periode ini dimulai dengan pergantian Menteri P&K dari Daoed Yoesoef kepada
Pendidikan Nugroho Noto Susanto, yang d iserahterimakan jabatannya (21 Maret 1983). Beliau
Formal dalam banyak mengajukan berbagai gagasan tentang pendidikan seperti pendidikan
Periode berfikir dan Humaniora, perubahan kurikulum serta peleburan jurusan di SMA.
Pendidikan Gagasan ini mendapat tanggapan secara luas, shg terbit Keputusan Mendikbud No.
Modern 0461/U/1983, tgl 22 Oktober 1983 ttg perbaikan kurikulum Pend Dasmen di
(1983/1984- lingkungan Dep P&K RI. Kemudian kebijakan kurikulum semakin jelas dengan
Sekarang) keluarnya SK Mendikbud No. 0209/U/1984, tanggal 2 Mei 1984, tentang perbaikan
(Lihat kurikulum SMU (dikenal dg Kurikulum 1984) yang isinya “Kurikulum Inti dan Pilihan”.
Sukardi, Orientasi dari kurikulum ini adalah terletak pada pendekatan ketrampilan proses,
2002). pembagian pendidikan atas inti dan pilihan, sistem seleksi, SKS serta pengutamaan
tenaga terampil bagi dunia kerja. Selain itu sifat kurikulum yang mengutamakan
tenaga terampil terhadap dunia kerja, lebih intensifnya pelaksanaan bimbingan
karir. Dan juga pelaksanaan bimbingan dapat diketahui pada pertengahan tahun
1990-an, sekolah sudah melaksanakan pekerjaan mereka sebagai guru pembimbing,
kemudian diperkuat lagi oleh kurikulum SMU 1994 tentang pedoman BK, Teknis
Pengelolaan BK merupakan kurikulum SMU 1996. Akhirnya kurikulum inilah yang
memberikan arah yang lebih jelas bagi status BK dan petugas di sekolah. Dengan
adanya konselor, maka setiap yang menghadapi kesulitan akan mendapat bantuan
khusus dlm mengatasi masalah.

Berdasarkan tabel diatas maka sejarah perkembangan Bimbingan Konseling, yaitu pelayanan
Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum
1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di
Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan
karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
C. Layanan yang di Berikan

1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)

Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah meliputi:

1) Pelayanan pengumpulan data tentang murid

Sesuai dengan pengertian bahwa bimbingan adalah bantuan bagi individu yang menghadapi
masalah, maka sudah tentu berhasil tidaknya suatu usaha bantuan dalam rangka bimbingan akan banyak
bergantung dari keterangan-keterangan atau informasi-informasi tentang individu tersebut.

2) Pelayanan pemberian penerangan

Yang dimaksud pelayanan ini adalah memberikan penerangan-penerangan yang sejelas-jelasnya


dan selengkap-lengkapnya mengenai berbagai hal yang diperlukan oleh setiap murid, baik tentang
pendidikan, pekerjaan, sosial, maupun pribadi.

3) Pelayanan penempatan

Tujuan pelayanan penempatan ini adalah agar setiap individu dapat posisi yang sesuai keadaan
dirinya, seperti minat, kecakapan, bakat, cita-cita, tingkat perkembangan dan sebagainya.

4) Pelayanan pengajaran

Yang dimaksud dengan pelayanan pengajaran adalah kegiatan pemberian bantuan kepada murid-
murid dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pengajaran.

5) Pelayanan penyuluhan

Penyuluhan merupakan inti kegiatan program bimbingan. Kegiatan penyuluhan ini di samping
berfungsi sebagai terapi (penyembuh), dapat pula berfungsi sebagai cara pengumpulan data.

6) Pelayanan penelitian dan penilaian (evaluasi)

Tujuan pelayanan ini adalah untuk mengadakan penelitian dan penilaian mengenai masalah yang
berhubungan dengan kegiatan program bimbingan dan penyuluhan.

7) Pelayanan hubungan masyarakat

Di samping memberikan pelayanan kepada murid-murid dan personil sekolah lainnya, kegiatan
bimbingan memberikan pelayanan pula kepada pihak-pihak luar sekolah, yaitu masyarakat.

2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)

Layanan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah meliputi:

1) Layanan orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan yang memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru
dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru dimasukinya.
Materi kegiatan layanan orientasi meliputi:

a. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah

b. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa

2) Layanan informasi

Layanan informasi bersama dengan layanan orientasi memberikan pemahaman kepada individu-
individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau
kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat
diberikan di sekolah di anataranya: informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya.

Materi layanan informasi meliputi:

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi

b. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyaluran dan
pengembangannya

3) Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran

Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan yang membantu
menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya.
Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti, penyaluran ke jurusan/program studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.

Materi kegiatan layanan ini meliputi:

a. Penempatan kelas siswa, program studi atau jurusan, dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang
pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan minat

b. Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan seta
kegiatan social sekolah

4) Layanan bimbingan belajar

Layanan bimbingan belajar yaitu layanan yang membantu siswa untuk mengatasi masalah
belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan ini memungkinkan peserta didik
mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, matri belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai
dengan perkembangan IPTEK.

Materi kegiatan layanan ini meliputi:

a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, kebiasaan, bakat, minat,
kekuatan-kekuatan dan penyaluran, kelemahan-kelemahan dan penanggulangan, dan usaha-usaha
pencapaian cita-cita
b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan social dengan teman
sebaya, guru, dan masyarakat luas

5) Layanan konseling individual

Layanan konseling individual yaitu konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan ini
memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru
pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan

Materi layanan konseling ini meliputi:

a. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, dan minat serta penyalurannya

b. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri

6) Layanan bimbingan dan konseling kelompok

Yaitu konseling yang dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang
serupa. Layanan ini memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-
sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya
mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan
untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.

Materi layanan ini meliputi:

a. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita-cita serta penyalurannya

b. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya

Berdasarkan uraian di atas, layanan Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (dahulu),
yaitu memfokuskan pada tujuan yang dianggap baik. Sedangkan layanan Bimbingan dan Konseling
(sekarang), yaitu memfokuskan pada pencapaian (accomplisment).

D. Petugas yang Melaksanakan

1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)

1) Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam
memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru
pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya.

2) Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas
tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang
berhalangan hadir.

3) Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak
mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang
dikeluarkan dari celana atau rok.
4) Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta
belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya.

5) Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru
pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi
bimbingan dan konseling. Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.

2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)

1) Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang secara khusus
ditugasi untuk itu. Dengan demikian, bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau
sembarang guru. Guru pembimbing, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam pelayanan bimbingan
dan konseling.

2) Personal pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan (penyeliaan) dan
pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan.

3) Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh (termasuk di
dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan pendidikan masing-masing.

4) Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai penanggung jawab dan tenaga
ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas masing-masing.

5) Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-luasnya.

6) Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti dokter, psikolog, psikiater)
sebagai subjek alih tangan kasus.

7) Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk diselenggarakannya “bimbingan
sebaya”

Berdasarkan uraian di atas, maka petugas yang melaksanakan Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan


Konseling (dahulu), disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh konselor. Sedangkan petugas yang
melaksanakan Bimbingan Konseling (sekarang) yaitu Kolaboratif antara konselor, guru, orang tua dan
masyarakat.

E. Cara Penyelesaian Masalah oleh Petugas

1. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan dan Konseling (Dahulu)

Teknik merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru bimbingan dan penyuluhan dalam
mengatasi masalah kesulitan belajar yang dihadapi. Dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
belajar di sekolah harus menggunakan teknik yang tepat, agar kegiatan belajar mengajar berlangsung
efektif dan efisien. Adapun teknik yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan antara lain teknik tes
dan non tes. Yang dimaksud adalah serangkaian pengumpulan data siswa dengan menggunakan tes
standar misalnya, tes intelejensi, tes bakat, tes minat, kreativitas dan lain sebagainya. (Musari, 2001:69)
Sedangkan menurut Shetzer (2001:69) menyebutkan teknik non tes meliputi observasi, anecdotal,
recod, skala penilaian, catatan comulatif, teknik sosiometrik, dan studi kasus, pendekatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu bentuk teknik layanan dalam bimbingan dan
penyuluhan.

Adapun cara khusus dalam melayani klien sesuai dengan kebutuhan dalam bimbingan dan
penyuluhan dibagi dalam empat teknik, yaitu:

1) Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu cara dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan
dan penyuluhan untuk membantu memecahkan masalah klien.

2) Penyuluhan Individu

Penyuluhan individu merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perorangan dan
pelaksanaannya dilakukan dengan face to face atau tatap muka langsung dengan klien.

3) Bimbingan Lapangan

Bimbingan lapangan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik apabila melakukan
kegiatan di luar kelas atau di luar ruangan dalam rangka untuk mengakses obyek-obyek tertentu yang
menjadi isi layanan (Prayitno, 2004:9)

4) Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada siswa yang pelaksanaannya dilakukan di
dalam kelas.

2. Bimbingan dan Konseling (Sekarang)

1) Konseling

Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan
perilaku individu

2) Nasihat

Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor ataupun
pembimbing.

3) Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi
kelompok
4) Konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat
pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.

5) Belajar bernuansa bimbingan

Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan
memberikan bimbingan waktu mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka cara penyelesaian masalah oleh petugas Bimbingan
Penyuluhan/Bimbingan Konseling (dahulu), yaitu berorientasi pada pemecahan masalah klien (siswa).
Sedangkan cara penyelesaian masalah oleh petugas Bimbingan Konseling (sekarang), yaitu berorientasi
pengembangan potensi positif klien (siswa).

Tabel Perbedaan Bimbingan dan Konseling Dahulu dan Sekarang

Manajemen Bimbingan dan Konseling

Pola Lama Pola Baru

Menitikberatkan pada siswa yang


Melayani seluruh siswa (guidance for all)
beresiko/bermasalah

Dilaksanakan karena adanya krisis/masalah Dilaksanakan berdasarkan kurikulum

Pendekatan panggilan (on call) Terjadwal (kalender)

Disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh Kolaboratif antara konselor, guru, orang tua dan
konselor masyarakat

Dimiliki hanya oleh staf konseling (konselor) Didukung dan dimiliki oleh seluruh komunitas

Mengukur jumlah usaha yang dilakukan Mengukur dampak yang dikaitkan dengan tujuan

Berurusan dengan pencapain tujuan, sasaran dan


Berurusan dengan proses melaksanakan pekerjaan
hasil

Memfokuskan pada tujuan dan yang dianggap baik Memfokuskan pada pencapaian (accomplisment)

Bekerja untuk memelihara sistem yang ada Responsif dan beradaptasi dengan perubahan

Membicarakan tentang bagaimana bekerja keras Membicarakan tentang efektivitas kerja

Proses Konseling

Bersifat klinis Bersifat pedagogis


Melihat kelemahan klien Melihat potensi klien (siswa)

Berorientasi pengembangan potensi positif klien


Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa)
(siswa)

Konselor serius Menggembirakan klien (siswa)

Dialog menekan perasaan klien dan klien (siswa) Dialog konselor menyentuh klien (siswa), klien
sering tertutup (siswa) terbuka

Klien sebagai obyek Klien (siswa) sebagai subyek

Konselor dominan dan bertindak sebagai problem Konselor hanya membantu dan memberi
solver alternatif-alternatif

Anda mungkin juga menyukai