Anda di halaman 1dari 13

MENGELOLA SUMBERDAYA ALAM

1. Mengatur Makanan yang Baik


Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi. Makanan yang

higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan tidak

mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia (Sinta, 2011).

Menurut marmi (2013) mengatakan zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan

oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu karbohidrat, lemak, dan protein berfungsi

sebagai sumber energi yang bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan proses

metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang berfungsi sebagai pembentuk sel-sel pada

jaringan tubuh manusia dan memelihara jaringan tersebut, serta mengatur proses-

proses kehidupan merupakan fungsi dari kelompok zat gizi seperti protein, lemak,

mineral, vitamin dan air (Michael, 2013).

Menurut Margareta dan Edwin (2012) mengemukakan kualitas makanan

merupakan peranan penting dalam pemutusan pembelian konsumen, sehingga dapat

diketahui bila kualitas makanan meningkat, dengan begitu maka keputusan pembelian

akan meningkat juga dengan sendirinya.

Menurut Dita (2010) kualitas produk makanan memiliki pengaruh terhadap

kepuasan pelanggan, sehingga akan lebih baik bila dapat meningkatkan dan

mempertahankan kualitas produk makanan sebagai dasar strategi pemasaran.


1. Pengelolaan Air Sebagai Sumber Kehidupan

Ercin dan Hoekstra (2014) mengemukakan bahwa faktor-faktor utama yang akan

mempengaruhi masa depan sumber daya air global adalah: pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan ekonomi, perubahan pola produksi dan perdagangan, meningkatnya

persaingan atas air karena meningkatnya permintaan untuk keperluan rumah tangga,

industri dan pertanian. Di daerah perkotaan, volume pemakaian air tergantung dari

besarnya populasi penduduk, dan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Penggunaan air di tingkat global meningkat terutama di kota besar (Richter et al. 2013).

Menurut Pereira, et al. (2009), persoalan kelangkaan air menjadi masalah yang

serius karena disebabkan oleh faktor alam dalam bentuk wilayah arid dan kekeringan,

atau disebabkan oleh manusia. Kelangkaan air yang disebabkan oleh manusia

dihasilkan dari berbagai permasalahan yaitu; pencemaran, manajemen sumber daya air,

dan infrastrukstur.

Tingginya klorida di Sungai selain didapat dari air laut yang mengandung garam,

juga dari limbah rumah tangga yang dibuang ke Sungai. Kotoran manusia, khususnya

urin mengandung klorida dalam jumlah yang sama dengan klorida yang dikonsumsi

lewat makanan dan air (Marwati dkk, 2008).

Menurut (Marsono, 2009), mengemukakan Pencemaran di Sungai diduga dapat

merembes ke sumur gali di sekitarnya, dan berdampak pada turunnya kualitas air

sumur. Kualitas air sumur gali dapat dipengaruhi oleh rembesan air limbah rumah

tangga, limbah kimia, laundry, rembesan air sungai terdekat yang sudah tercemar,

limbah pabrik di sekitar sumur dan lainnya.


2. Tata Ruang yang Baik

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup

penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara (Herman, 2008).

Adanya Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah jika adanya ketidaksesuaian

pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah sebagai usaha untuk

menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan rencana

tata ruang (Hasni, 2010).

Menurut Nia (2008), mengemukakan bahwa unsur pembentuk struktur tata ruang

kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota atau

kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang

secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta

keterkaitannya satu sama lain. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, lautan

dan udara, sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup

dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan tata

ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan

maupun tidak. (Wahid.2009)

Perubahan-perubahan tata ruang di perkotaan yang memiliki karakteristik sebagai

kota industri modern dan memengaruhi setiap warga serta kehadiran investor atau

pengembang yang melakukan pembangunan gedung, fasilitas umum, ruang publik, dan

lainnya merupakan bentuk investasi yang terkait dengan perubahan dan tuntutan

ekonomi global (Aminah, 2015).


3. Mengelola Tanaman Biji-bijian

Menurut Kayahara 2009) Proses perkecambahan biji-bijian akan menyebabkan

lapisan luar melunak dan menyerap air sehingga menjadikan lebih mudah dimasak.

Bubur dari beras kecambah lebih manis, karena beberapa enzim memecah gula dan

protein yang terdapat di biji. Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan

sumber protein dengan nilai gizi yang tinggi, vitamin B dan serat. Selama

pengecambahan komponen anti gizi menurun dan setelah pengecambahan terbentuk

komponen fitokimia, glokosinolates, antioksidan alami yang berperan untuk kesehatan

(Dostalova, 2009).

Beberapa tanaman biji-bijian selain padi yang memiliki potensi cukup besar untuk

dijadikan sumber karbohidrat dengan nilai gizi yang tidak kalah dengan beras bahkan

terdapat zat gizi tertentu yang lebih tinggi dibandingkan beras. Selain itu kandungan

dari biji-bijian juga lebih banyak dari beras (Arifin, 2011).

Kecambah kacang-kacangan dan sereal sangat cocok untuk kebutuhan bayi yang

sudah diberi makanan tambahan atau anak dibawah lima tahun, sehingga perlu

dilakukan pengkajian potensi campuran tepung kecambah serealia dan tepung

kecambah kacang-kacangan sebagai formula makanan pendamping ASI, dapat pula di

buat menjadi biskuit (Aminah, 2009).

Proses perkecambahan serealia (beras) akan menyebabkan lapisan luar melunak

dan menyerap air sehingga menjadikan lebih mudah dimasak. Berawal bubur dari beras

kecambah lebih manis, karena beberapa enzim memecah gula dan protein yang

terdapat di biji (Kayahara, 2009).


4. Mengelola Anggur dan Sayuran

Buah anggur merupakan salah satu sumber antioksidan dari tumbuh-tumbuhan

dengan kandungan polifenol dan antosianin yang cukup tinggi. Antosianin merupakan

antioksidan yang memiliki potensi tinggi sebagai scavenger radikal bebas dan memiliki

aktivitas protektif terhadap peroksidasi lipid (Yanjun et al., 2009).

Semua makanan yang dikonsumsi oleh manusia mengandung berbagai macam zat

yang bermanfaat dan sangat diperlukan untuk tubuh. begitu pula halnya dengan ekstrak

etanol buah anggur. Secara umum penggunaan bahan alam termasuk ekstrak sebagai

obat relatif aman apabila digunakan secara tepat (Celik, 2012).

Karbohidrat dalam bentuk fruktosa dan glukosa banyak dijumpai pada kelompok

buah, sedangkan pati dijumpai pada sayuran yang berasal dari umbi. Buah dan sayur

mengandung protein dan asam amino yang relatif cukup rendah sehingga tidak

diposisikan sebagai sumber protein bagi manusia (Pardede, 2013).

kerusakan jaringan hati akibat stres oksidatif yang ditimbulkan oleh aktifitas fisik

berlebih dapat dikurangi dengan pemberian ekstrak buah anggur. Pemberian ekstrak

buah anggur merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kadar antioksidan dalam

tubuh (Xia et al., 2010).

Buah anggur dikenal memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi dan bermanfaat

mencegah terjadinya stres oksidatif. Bila pembentukan radikal bebas di dalam tubuh

terjadi secara berlebihan akan terjadi kerusakan oksidatif yang berujung pada

kerusakan berbagai makromolekul dalam sel yang berperan dalam patogenesis

berbagai penyakit degeneratif (Winarsi, 2007).


5. Mengelola Tanaman yang Mengandung Minyak dan Manisan

Tanaman yang mengandung minyak atsiri dan berpotensi untuk dikembangkan

adalah tanaman serai wangi. Tanaman serai wangi dibagi menjadi dua jenis,

mahapengeri dan lenabatu. Minyak atsiri dibidang kesehatan digunakan sebagai anti

septik, anti inflamasi, analgetik, dan sedatif (Satuhu, 2012). Indonesia merupakan

negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

salah satu sumber minyak atsiri. Kebutuhan minyak atsiri dunia semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum,

kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan (Feriyanto, 2013).

Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman kayu putih

(Melaleuca cajuputi), yang banyak tumbuh secara alami di kepulauan Maluku dan

Australia bagian utara. Daun kayu putih mengandung senyawa kimia, antara lain:

sineol, melaleucin, minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol dan lignin

(Agustina, 2010).

Onuh (2012) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa metanol mentah dan

ekstrak buah kurma (Phoenix Dactylifera) memiliki sifat mampu mendukung

peningkatan sintesis erythropoietin oleh hati untuk merangsang sumsum tulang untuk

menghasilkan lebih banyak sel darah merah/haemopoiesis.

Barh (2008) menyatakan bahwa ekstrak buah kurma dapat meningkatkan kadar

hemoglobin. Kombinasi buah kurma yang kaya kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P

dan niasin dengan palmyra yang kaya kandungan vit. A dan kelapa yang kaya

kandungan Na dan K mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia.


6. Mengelola Hutan

Dalam pengelolaan sumber daya hutan yang paling sering terlihat konflik antara

masyarakat sekitar hutan dengan pengelola hutan, yaitu pemerintah dan swasta yang

dianggap mempunyai otoritas dalam mengeksploitasi sumberdaya hutan. (Dunggio

dkk.,2009). Implementasi program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Masyarakat ditujukan untuk membangun sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang

selaras dengan masyarakat, eksistensi hutan, dan wilayah yang bersifat lokal spesifik.

Salah satu unsur keberhasilan pelaksanaan program ini adalah partisipasi masyarakat

dalam bentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (Iqbal dkk., 2008).

Zulkarnain (2008) mengemukakan hutan rakyat berperan dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat, memperbaiki kondisi lahan dan lingkungan serta memperluas

kesempatan kerja. Keberhasilan usahatani hutan rakyat di Indonesia akan berdampak

positif terhadap pembangunan nasional Indonesia seperti peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Ediningtyas (2007) mengemukakan bahwa belum optimalnya

pengelolaan hutan rakyat di Indonesia adalah rendahnya tingkat kemandirian petani

dalam pengelolaan hutan rakyat, baik kemandirian manajerial, material maupun

intelektual.

Pemberian peluang kepada petani hutan dalam pengelolaan hutan merupakan salah

satu sarana untuk pemerataan dan tahapan untuk pemerataan dan tahapan untuk

mengatasi kemiskinan di lingkungan masyarakat desa yang berada di sekitar hutan

(Mayrowani dkk., 2011).


7. Mengelola Buah-buahan dan Rumput-rumputan

Dari sekian banyak buah-buahan di Indonesia saat ini baru sekitar 4.000 jenis saja

yang diketahui telah dimanfaatkan langsung oleh penduduk dan hanya sekitar 25%

yang telah dibudidayakan. Konsumsi buah di Indonesia cenderung meningkat setiap

tahunnya. Ironisnya buah-buahan yang ada di pasaran sebagian besar adalah buah

impor (Uji, 2007).

Menurut Krismawati (2008), tanaman buah eksotik menunjukkan sebagian besar

yang ditemukan mulai terancam kelestariannya. Bahkan ada jenis buah-buahan yang

sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi telah lenyap karena pemiliknya

tidak mengetahui keunggulan tanaman tersebut. Pada dasarnya semua pohon buah-

buahan yang tumbuh di hutan adalah milik bersama yang bisa dinikmati oleh seluruh

masyarakat. Namun demikian, ada juga pohon-pohon di hutan yang sudah diklaim

kepemilikannya oleh individu tertentu. Dalam hal ini, mengambil hasil dari pohon

tersebut harus meminta izin terlebih dahulu dari pemilik pohon, kalau tidak maka orang

tersebut akan dikenakan denda (Sager, 2008).

Rumput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrient. Sehingga

tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini

juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh

dengan baik (Sanderson and Paul, 2008). Menurut Hatami (2008), tanaman

menghasilkan biomassa melalui proses fotosintesis. Biomassa tersusun secara unik

yang membedakan antara satu spesies dengan spesies yang lain. Secara umum ada tiga

kelompok penyusun biomassa pada tanaman yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
8. Mengelola Laut

Sebagai negara kepulauan seperti halnya Indonesia, wilayah laut memiliki fungsi,

makna dan arti serta peranan yang sangat penting dalam kaitan dengan bagaimana

wilayah laut berserta sumber daya yang terkandung di dalamnya dapat dikelola secara

baik dan efisien serta berkelanjutan sejalan dengan tujuan pembangunan nasional

(Lekipiouw, 2010)

Di perairan pesisir dan laut Indonesia, juga ditemu-kan jenis energi baru pengganti

BBM, berupa gas hidrat dan gas bionik di lepas pantai barat Sumatera, selatan Jawa

Barat serta bagian utara Selat Makassar dengan potensi yang sangat besar, melebihi

seluruh potensi minyak dan gas bumi Indonesia (Dahuri, 2010).

Tujuan yang diharapkan dari adanya Integrated Coastal Management adalah untuk

mencapai pembangunan berkelanjutan di wilayah laut, mengurangi rusaknya sumber

daya pesisir dan laut dan hunian penduduk, memelihara/mempertahankan proses

ekologi di wilayah pesisir dan laut melalui penataan ruang wilayah laut (Dina, 2008).

Sumberdaya pesisir dan laut sekarang ini mengalami degradasi sebagai akibat dari

perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat

destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan

keberlanjutan sumberdaya (Stanis, 2007). Secara umum perairan laut dan pantai

mempunyai fungsi sebagai cadangan sumber air di dunia, pengatur iklim dunia, habitat

berbagai jenis biota, dan bahan makanan dari berbagai ragam biota laut. Ekosistem

perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut pesisir dan laut lepas.

(Baransano, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Agustina.E., 2010. Penentuan kemurnian minyak kayu putih dengan teknik analisis
perubahan sudut putar polarisasi cahaya akibat medan luar. Jurnal Neutrino
Vo..3 No.1

Aminah S., Nurhidajah. 2009. Kajian Potensi Campuran Tepung Kecambah Kacang-
kacangan dan Tepung Kecambah Serealia Sebagai Formula Makanan
Pendamping ASI. Jurnal Visikes, Vol. 8 No. 2 : 81-86

Aminah, Siti. 2015. “Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya.”
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, Vol. 20. No. 1. :59-79.

Arifin, B. 2011. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan. Jakarta : IPNAS

Baransano H.K., Mangimbulude J.C. 2010. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya


Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. Jurnal Biologi Papua. Vol. 3. No.1: 39-45

Barh, D., Mazumdar, B.C. 2008. Comparative Nutritive Values of Palm Saps Before
and after Their Partial Fermentation and Effective Use of Wild Date (Phoenix
sylvestris Roxb.) Sap in Treatment of Anemia. Research Journal of Medicine
and Medical Sciences, 3(2): 173-176,

Celik, TA. 2012. Potential Genotoxic and Cytotoxic Effects of Plant Extracts. In:
Bhattacharya, A., editor. A Compendium of Essays on Alternative Therapy.
Croatia: InTech. P. 236.

Dahuri R. 2010. Positioning Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Kelautan


Nasional. Bahan Kuliah Umum di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNSRAT Manado. 206 p

Dina Sunyowati, 2008. Kerangka Hukum Pengelolaan Wilayah Pesisir Berdasarkan


Konsep Integral Coastal Managemet Dalam Rangka Pembangunan Kelautan
Berkelanjutan. Ringkasan Disertasi, Arlaingga.

Dunggio I, dan Gunawan H. 2009. Telaah Sejarah Kebijakan Pengelolaan Taman


Nasional di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 06: 01.
Ediningtyas, D. (2007). Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan
usaha agroforestry: Studi kasus usahatani agroforestry tanaman kopi di BPKH
Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat
Banten. (Tesis). Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Feriyanto, Y.E., et al. 2013. Pengembangan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai
Wangi (Cymbopogon Winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air
dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknik Pomits Vol.2, (1):93–97.

Hasni. 2010. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hlm. 194.

Hatami, S., Alikhani, H. A., Besharati, H., Salehrastin, N., Afrousheh, M., and Jahromi,
Y. Z. 2008. Investigation on aerobic cellulolytic bacteria in some of north forest
and farming soils. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 3 (5): 713-716

Herman Hermit. 2008. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang. Bandung:


Mandar Maju. hlm. 68.

Iqbal, dan Agustian, Adang. 2008. Fenomena Perambahan Hutan dan Perspektif
Program Pengelolaan Hutan. Jurnal Sosial Ekonomi Volume 8 Nomor 2 Juni
2008 : 71 – 85

J.Dostalova, P. K. 2009. The Changes of - Galaktosidase during Germination and High


Pressure Treament of Legume Seeds. Czech J. Food Sience. S76.

Kayahara,H. 2009. Beras Kecambah. Shinshu University di Nagano, Japan

Krismawati, A. 2008. Eksplorasi dan karakterisasi buah spesies kerabat mangga di


Kalimantan Tengah. Bul. Plasma Nutfah. Jurnal Ilmiah. Vol. 14 No.2 :76–80.

Lekipiouw, S.2010. Model Penataan Ruang Laut Daerah Berdasarkan Integrated


Coastal Management SebagaiAcuan Penyusunan Penataan Ruang Laut Pada
Wilayah Kepulauan. Jurnal Sasi. Vol. 16 No. 4 : 7-15

Margaretha S. & Edwin Japarianto. 2012. Analisa Pengaruh Food Quality & Brand
Image terhadap Keputusan Pembeli Roti Kecik Toko Roti Ganep’s di Kota Solo.
Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 2 No. 4 : 20-35

Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm.
12-14.
Marsono. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air
Sumur Gali di Permukiman, Studi di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten
Utara, Klaten. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas
Diponegoro.

Marwati, Made, N., Mardani, N. K., Sundra, I. K. 2008. Kualitas Air Sumur Gali
Ditinjau dari Kondisi Lingkungan Fisik dan Perilaku Masyarakat di Wilayah
Puskesmas Denpasar Selatan. Tesis. Universitas Udayana. Ecothropic, Vol .5
(1) :63 - 69 ISSN: 1907-5626.

Mayrowani,Henny dan Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung


Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Jurnal Forum
Penelitian Agro Ekonomi Volume 29 No.2 Desember 2011 : 83-98.

Michael E.J. Lean. 2013. Ilmu Pangan, Gizi, dan Kesehatan. terj. Nata Nilamsari dan
Astri Fajriyah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 7.

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan. 2008. Pengantar Perencanaan Kota. Bandung.
Penerbit ITB

Onuh, SN. 2012. Haemopoietic activity and effect of Crude Fruit Extract of Phoenix
dactylifera on Peripheral Blood Parameters. International Journal of Biological
& Medical Research: 1720-1723.

Pardede, E. 2013. Tinjauan Komposisi Kimia Buah dan Sayur: Peranan Sebagai
Nutrisi dan Kaitannya dengan Teknologi Pengawetan dan Pengolahan. Jurnal
Visi, Vol 21, No. 3.

Pereira, Luis Santos, Ian Cordery, and Iacovos Iacovides. 2009. Coping with Water
Scarcity. Dordrecht: Springer Netherlands. doi:10.1007/978-1-4020-9579-5.

Pereira, Luis Santos, Ian Cordery, and Iacovos Iacovides. 2009. Coping with Water
Scarcity. Dordrecht: Springer Netherlands. doi:10.1007/978-1-4020-9579-5.

Richter, Brian D., David Abell, Emily Bacha, Kate Brauman, Stavros Calos, Alex
Cohn, Carlos Disla, et al. 2013. “Tapped out: How Can Cities Secure Their
Water Future?” Water Policy 15 (3): 335. doi:10.2166/wp.2013.105.

Sager, S. 2008. The Sky is our Roof, the Earth our Floor : Orang Rimba Customs and
Religion in the Bukit Duabelas region of Jambi, Sumatra. Dissertation. The
Australian National University.
Satuhu, Y., dan Y. Sri. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Sinta Fitriani. 2011. Promosi Kesehatan Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 130-131.

Stanis, S., Supriharyono., A.N. Bambang. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pasir Laut, Vol.69 No.2 : 67-82

Uji, T. 2007. Keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia dan potensinya.


Biodiversitas. Jurnal Penelitian. Vol. 8 No. 2 :157– 167.

Wahid. A. 2009. Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi


Selatan. Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2. : 99 – 112

Winarsi, H. 2007. Produk Oksidasi pada Senyawa Lipid. Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius : 50-59.

Xia, EQ., Deng, GF., Guo, YJ., and Li, HB. 2010. Biological Activities of Polyphenols
from Grape. Int J of Mol Sci 11: 622-646

Yanjun, Z., Dana, K., Robert, D., Rypo, L., and David, W. 2009. International
Multidimentional Authenticity Specification (IMAS) Algorithm for Detection
of Comercial Pomegranate Juice Adulteration. J. Agric Food Chem 57 (6): 2550-
2557.

Zulkarnain, E. (2008). Analisis tingkat keberhasilan hutan rakyat dan strategi


pembangunan hutan rakyat di kabupaten Purwakarta. (Tesis). Program Studi
Manajemen PembangunanDaerah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai