Anda di halaman 1dari 41

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-

perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga

nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan

pemberantasan kemiskinan (Nur, 2012). Menurut Peet and Hartwick, 2009

pembangunan adalah upaya untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk setiap

orang. Hal ini berarti pembangunan merupakan sebuah upaya yang dapat membawa

masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pembangunan merupakan proses pemberdayaan baik dibidang infrastruktur

ataupun dibidang pembangunan lainnya yang mencakup khalayak publik.

(Yunardi,2012).

Untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat perlunya kemauan serta

semangat belajar bagi seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan masyarakat.

Tak ada batasan waktu bagi suatu manusia untuk belajar ataupun menimba ilmu

sebanyak banyaknya. Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya

sendiri (process of becoming person) bukan proses untuk dibentuk (process of

beings haped) menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa

kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran yang

didasarkan pada apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan

merencakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi

keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana

1
memikirkan diri mereka, mengatur urusan kehidupan mereka untuk berkembang

dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai mahluk social.

Orang dewasa merupakan objek yang memiliki banyak pengalaman baik

dalam bidang pekerjaanya maupun pengalaman lain dalam kehidupannya. Dalam

proses pembelajaran orang dewasa, ia menghendaki kemandirian dan tidak mau

diperlakukan seperti anak-anak. Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar

yang memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan

proses belajar dengan penghargaan pula. Ia melakukan proses belajar dengan

pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukan orang dewasa

mempunyai kemauan sendiri untuk belajar

Untuk bisa merubah pembangunan Indonesia menjadi pembangunan

komunitas serta mengembangkan pendidikan orang dewasa, dibutuhkan konsep

kelompok yang matang mulai dari tujuan, pemilihan ketua, serta visi misinya.

Terdapat banyak point untuk membangun kelompok yang benar-benar bagus dan

terarah. Disebut dengan dinamika kelompok. Dimana suatu kelompok harus tetap

bergerak, berkembang, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah-ubah

tetapi anggota tetap berada dalam satu tujuan tersebut. Dan dalam kelompok

tersebut terjadi proses sosialisasi agar manusia dapat beradaptasi dan menyesuaikan

diri dan berusaha untuk merasa in-group dalam kelompoknya sendiri. Didalam

dinamika kelompok, bukan sekedar bersama-sama maju karena tujuan sama, tetapi

sama-sama berkembang, belajar, mendidik satu sama lain.

2
1.2. Tujuan

1. Mengkaji pengertian mengenai pembangunan masyarakat serta konsep

komunitas yang baik

2. Mengkaji pengertian mengenai Pendidikan Orang Dewasa, Faktor

Psikologik yang menghambat Pendidikan Orang Dewasa serta factor

factor psikologis yang mempengaruhi belajar

3. Mengkaji pengertian mengenai Dinamika Kelompok, Pendekatan

Sosiologi serta point point apa saja yang terkandung dalam Dinamika

Kelompok

3
II. PEMBANGUNAN MASYARAKAT

2.1. Pengertian Pembangunan Mayarakat

Pembangunan Masyarakat adalah Upaya realisasi untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, yang meliputi berbagai usaha perbaikan di bidang

pendidikan, kesehatan, kerohanian, pemukiman, lingkungan hidup, olahraga,

jaminan social dan sebagai upaya mecegah berbagai akibat dari bencana alam dan

penyakit menular.

2.1.1. Usaha Perbaikan di Bidang Pendidikan

Pembangunan masyarakat sangat identic dengan pendidikan, Pendidikan

adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan, mengembangkan talenta

yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi yang dimilikinya

dapat dikembangkan melalui pendidikan/pembelajaran. (Anshori, 2010)

Menurut Hiryanto (2010), Proses pemberdayaan masyarakat melalui

pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala

keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Agar proses pembelajaran yang

dilakukan melalui Pendidikan Luar Sekolah, dapat terjadi proses pemberdayaan

menurut Hartoto (2008), harus memiliki ciri-ciri yaitu Need oriented,Endegenious,

Self reliant, Ecologically sound, Based on structural transformation.

Menurut Hiryanto (2008), Pendekatan yang perlu dipergunakan dalam

pendidikan yang dikemukakan oleh Kindervatter dalam Kusnadi (2007: 222) terdiri

atas : Community organization, Participatory approaches, Education for justice.

4
Menurut Anitah (2009), Agar pendidikan nonformal dapat memberdayakan

masyarakat maka harus didasarkan pada lima strategi dasar yaitu: Pendekatan

kemanusiaan, Pendekatan partisipatif, Pendekatan kolaboratif, Pendekatan

berkelanjutan (continuing approach), Pendekatan budaya (cultural approach).

2.1.2. Usaha Perbaikan di Bidang Kesehatan

Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari

promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi

kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat

sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki

kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

(Pranata, 2011).

Tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan menurut (Soekidjo,

2010) adalah Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan

bagi individu, kelompok atau masyarakat, Timbulnya kemauan atau kehendak,

Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik

seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat

kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

Masyarakat yang mampu atau masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan

apabila : Mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan, Mampu mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri secara

mandiri, Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individual, kelompok,

Mampu meningkatkan kesehatan. (Sulaeman, 2012).

5
2.1.3. Usaha Perbaikan di Bidang Kerohanian

Titik temu kehidupan yang baik, manakala mampu memperdayakan antara

jasmani dan rohani dengan keseimbangan beragama (Islam). Masjid merupakan

tempat untuk dijadikan instrument berjamaah demi kebaikkan bersama. Berjamaah

disini dapat dimaknai suatu kegiatan yang memberikan kontribusi yang baik

(positif), dari situlah keberadaan bangunan masjid bisa hidup (Purwadi,2007).

2.1.4. Usaha Perbaikan di Bidang Pemukiman dan Lingkungan Hidup

Menurut Keman (2005), Permukiman kumuh merupakan hal yang membuat

pemandangan kota menjadi kurang baik, Pengaturan tata ruang kota yang baik

setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk. Menurut

Aulia(2005), Usaha perbaikan pemukiman dan lingkungan hidup dalam upaya

pembangunan masyarakat, yaitu: Menciptakan sebuah kawasan penghijauan di

antara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau, Menggunakan bahan yang

alamiah, Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan,

Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan dan

memajukan sistem bangunan kering.

2.1.5. Usaha Perbaikan di Bidang Olahraga

Pembangunan masyarakat dari aspek olahraga yaitu pada hakekatnya adalah

usaha mengenai pembinaan dan pemberdayaan manusia Indonesia seutuhnya.

Kegiatan keolahragaan di tanah air dewasa ini, hendaknya dipandang sebagai suatu

kegiatan yang bermakna dan mengandung unsur-unsur positif dalam konteks

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.(Priyono, 2012).

6
Pembedayaan Olahraga untuk mendukung Peningkatan kulaitas Sumber

Daya Manusia Indonesia. Upaya yang dilakukan antara lain : Peningkatan kualitas

fisik generasi muda melalui olahraga, Pemberdayaan IPTEK di bidang olahraga,

Penyediaan fasilitas olahraga bagi masyarakat, Penyediaan tenaga

instruktur/pelatih olahraga bagi masyarakat. (Wahyudi, 2009).

Pemberdayaan Olahraga untuk Mendukung Prestasi Olahraga yaitu :

Peningkatan kualitas Pemasalahan dan Pembibitan Olahraga, Peningkatan kualitas

Pembinaan Olahraga Prestasi tindak lanjut, Peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia Olahraga Prestasi, Pemberdayaan Organisasi dan Manajemen Olahraga

Prestasi, Penyediaan Fasilitas bagi Olahraga Prestasi, Pemberdayaan Peran serta

Masyarakat bagi Olahraga Prestasi. (Anggariawan, 2015).

Upaya beberapa kebijakasanaan publik yang telah dilakukan untuk

memberdayakan dan meningkatkan olahraga prestasi, yaitu : Pembinaan olahraga

di Sekolah dan Perguruan Tinggi, Pemberian penghargaan, jaminan dan imbalan di

bidang olahraga, Kemudahan ijin dan perlakuan istimewa bagi atlit dan pelatih,

Sanksi hukum bagi malapraktek dalam olahraga prestasi. (Soegiyanto, 2013).

2.1.6. Usaha Perbaikan di Bidang Jaminan Sosial

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah memberikan

jaminan social yang ditunjukan untuk seluruh lapisan masyarakat dalam

pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, yaitu : Jaminan kesehatan, Jaminan

Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan pension, Jaminan kematian. (Putri,

2012).

7
2.1.7. Upaya mencegah berbagai akibat dari bencana alam

Bencana alam tidak hanya menimbulkan luka atau cedera fisik, tetapi juga

menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan.Hilangnya harta benda dan nyawa

dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian korban bencana alam

mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut akan sangat berbahaya

terutama bagi anak-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya. ( Thoha,

2012).

Penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan

prinsip dan cara yang tepat. Penanggulangan bencana alam juga arus menyeluruh

tidak hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana

dan rehabilitasi serta rekronstruksi setelah terjadi bencana. ( Henryk, 2013 ).

Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan

meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi

dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan

menghindarkan dari bencana yang terjadi. (Rachmat, 2006).

2.2. Komunitas Yang Baik

Konsep komunitas masyarakat yang baik mengandung sembilan nilai yaitu :

2.2.1. Kelompok Primer

Menurut Deddy (2005), Komunikasi efektif bagi setiap anggota masyarakat

merupakan keterampilan penting karena proses berinteraksi, perencanaan,

pengorganisasian, dan fungsi pengendalian dapat berjalan hanya melalui aktivitas

8
komunikasi. Menurut Canggara(2005), Dimensi komunikasi organisasi mencakup

komunikasi antar pribadi. Efektivitas komunikasi tergantung pada pribadi penerima

maupun pengirim pesan seperti Keterbukaan, Empati, Dukungan, Kepositifan,

Kesamaan.

Keberhasilan komunikasi merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai

tujuan suatu komunitas. kalau suatu komunitas ingin berhasil dalam

memberdayakan masyarakat maka kunci pertama yang harus dikuasai adalah

kemampuan berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat harus mampu membangun

komunikasi efektif. (Nasdian, 2014).

2.2.2. Komunitas Memiliki Otonomi

Setiap komunitas memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur

kepentingannya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi

daerah yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian

yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi.. Karena dengan Otonomi yang

kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

(Soetomo, 2008).

Setiap komunitas perlu diberikan kewenangan agar mampu untuk

mengurusi kepentingannya sendiri secara bertanggung jawab. Pemberian

kewenangan otonomi harus berdasarkan asas desentralisasi dan dilaksanakan

dengan prinsip luas, nyata, dan bertanggungjawab (Priyatna, 2009).

Menurut Hari Sabarno (2007), keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang mencakup seluruh bidang pemerintahan yang dikecualikan

9
pada bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain.

2.2.3. Komunitas memiliki viabilitas : Kemampuan untuk memecahkan

masalahnya sendiri.

Kemunculan konflik dalam organisasi, menunjukkan tanda-tanda awal,

yaitu : ada perdebatan yang berkelanjutan, ada ekspresi perasaan negatif yang

berulang-ulang, sudden drops in attendance, terganggunya komunikasi, dan

pergantian yang sering dari posisi kepemimpinan. (Mulyana,2005).

(Louis R. Pondy) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys

Model of Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima

fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest

conflict and conflict aftermath. (Wiryanto,2005).

Perilaku kelompok dalam suatu masyarakat dipengaruhi dua proses yang

saling berkaitan, yaitu intregasi sosial dan deferensiasi sosial. Integrasi sosial lebih

kecenderungan saling menarik dan menyesuaikan diri, sedang deferensiasi sosial

lebih ke arah perkembangan sosial yang berlawanan menurut jenis kelamin, agama

dan profesi. (Wirawan, 2015).

Menurut Soekanto (2007), Sebuah organisasi kelompok diharapkan dapat

memenuhi standar-standar sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat

sepanjang waktu. Permasalahannya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran

individu dan kelompok dengan sasaran-sasaran organisasi; dan jika

memungkinkan, sasaran organisasi menjadi sasaran individu dan kelompok. Untuk

10
itu Menurut Stephen (2006), diperlukan pemahaman bagaimana orang-orang dalam

organisasi itu bekerja serta kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka dapat

memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap organisasi.

2.2.4. Distribusi Kemampuan yang Merata. Setiap orang berkesempatan sama dan

bebas memilih serta menyatakan kehendaknya.

Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan

oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan,

sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam

melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan

hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. (Huraerah, 2008).

Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik

kehidupan, maka akan terjadi suatu permasalahan yang akan menimbulkan gejolak

masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara (LAN,2006) .

Perlu disadari, bahwa sumber daya manusia merupakan modal dasar dari

kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanya faktor produksi

yang pasif dan karenanya jika bangsa Indonesia tidak segera mengembangkan

keahlian dan pengetahuan masyarakat, atau dengan kata lain mutu sumberdaya

manusia tidak ditingkatkan, maka untuk selanjutnya tanpa disadari akhirnya

Indonesia tidak mengembangkan apapun. (Wirawan, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka melakukan revolusi pola pikir dalam

membangun,berarti: Menghadirkan kesadaran bagi seluruh komponen bangsa,

11
Menyelenggarakan inovasi sosial bukan berarti meninggalkan pembangunan fisik,

Pembangunan sumberdaya manusia, atau inovasi sosial. (Tjitropranoto,2005).

2.2.5. Kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

mengurus kepentingan bersama.

Menurut Asariansyah (2013), Dalam partisipasi itu ada keteribatan

masyarakat secara aktif melalui tahapan-tahapan dari mulai perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian yang pada akhirnya akan memberikan masukan berupa

tenaga, uang maupun material. Menurut Isbandi (2007), Pentingnya keterlibatan

atau partisipasi secara aktif dalam suatu organisasi atau komunitas masyarakat

dimana agar peranan setiap anggota masyarakat tersebut diharapkan dapat

memberikan efek yang sangat baik sesuai dengan apa yang diinginkan setiap

kalangan.

Menurut Sastropetra (1986 : 52) bahwa “Partisipasi merupakan keterlibatan

spontan dengan kesadaran disertai dengan tanggung jawab terhadap kepentingan

kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. (Henryk, 2013).

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1986 : 65) membagi jenis partisipasi

menjadi 5 jenis yaitu : Partisipasi buah pikiran, Partisipasi tenaga,Partisipasi harta

benda, Partisipasi keterampilan, Partisipasi sosial. (Asariansyah, 2013).

2.2.6. Komunitas memberi makna kepada anggotanya

Dalam perjalanan suatu komunitas atau organisasi ada banyak hal yang

dilakukan dan diterapkan. Hal-hal yang dilakukan dan diterapkan itulah yang

terkadang selalu memberikan dampak atau efek tersendiri bagi setiap anggota

12
dalam suatu komunitas atau kelompok masyarakat. Makna dari itu alangkah

baiknya setiap komunitas memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada anggotanya

agar tercapainya makna yang ingin dicapai dan dapat dijalankan oleh setiap

anggotanya. (Kertajaya, 2008).

2.2.7. Didalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan perbedaan

pendapat

Heterogenitas adalah permasalahan yang memang selalu ada dalam

kehidupan ini. Masyarakat terbentuk karena adanya perbedaan, sementara

perbedaan sendiri menjadikan kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih

hidup, lebih menarik dan layak untuk diperbincangkan. (Baron, 2005).

Dalam suatu kelompok organisasi ataupun komunitas heterogenitas dapat

dikaitkan kedalam suatu perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang terkadang

menjadi momok yang selalu dihindari dalam suatu kelompok organisasi atau

komunitas. Tapi hal itu tidak akan mungkin bisa untuk dihindari, karena hal tersebut

yang sebenarnya membuat setiap anggota memiliki pemikiran yang kritis, dengan

maksud yang sebenarnya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan kepentingan

bersama dengan suatu capaian yang diinginkan bersama. (Syahyuti, 2005).

Tidak menepis kemungkinan suatu heterogenitas atau perbedaan dapat

menjadikan suatu hubungan menjadi lebih erat, hal tersebut tergantung pihak

memandang makna dari “Heterogenitas” itu sendiri, ada yang memandang

heterogenenitas adalah awal suatu perpecahan adapula yang beranggapan bahwa

heterogenitas itu awal dari suatu persatuan yang sangat kuat. (Hadi, 2009).

13
2.2.8. Didalam komunitas, pelayanan masyarakat diutamakan dan ditempatkan

sedekat dan secepat mungkin pada yang berkepentingan

Pelayanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan atau mengurus

keperluan seseorang atau kelompok orang. Melayani adalah meladeni/membantu

mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan permintaan sampai

penyampaian atau penyerahannya. (Salamah, 2010).

Pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan

metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai

haknya. (Ratminto, 2005).

Berkaitan dengan pelayanan masyarakat, dalam menyongsong era

globalisasi, pemerintah harus mempersiapkan seluruh aparatnya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dan sopan santun dalam melayani masyarakat.

Setiap orang menginginkan jasa pelayanan yang diterima dan yang dirasakan sesuai

dengan harapannya. (Salamah, 2010).

Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus

jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak, Mutu proses dari hasil

pelayanan harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan,

kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (Sumaryadi,

2005).

2.2.9. Didalam komunitas bisa terjadi konflik. Komunitas harus memiliki

kemampuan untuk managing conflict

14
Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare (Haney dalam

Mardianto, 2000) yang berarti melatih kuda-kuda atau secara harfiah to handle yang

berarti mengendalikan, sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan

Shadily, 2000) management berarti pengelolaan dan istilah manager berarti

tindakan membimbing atau memimpin. (Gunawan, 2011).

Kata konflik berasal dari kata confligere, conflictum yang berarti saling

berbenturan. Arti kata ini menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan,

ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-

interaksi yang antagonis. (Wirawan, 2010).

Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana terjadi interaksi antara satu

dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Konflik sangat erat

kaitannya dengan perasaan, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak

dihargai, dan perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan tersebut

sewaktu-waktu memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan

mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan

dapat menurunkan produktivitas kerja secara tidak langsung dengan melakukan

banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. (Gunawan, 2011).

Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat

disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi

baru, persaingan ketat, Perbedaan kebudayaan dan system nilai, serta berbagai

macam kepribadian individu. Maka dari itu managing conflict atau manajemen

konflik sangat diperlukan. (Mustofa, 2011).

15
III. PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)

Pendidikan Orang Dewasa (POD) adalah proses pendidikan yang

diorganisikan isi/pesannya, metode penyampaian maupun pelaksanaannya di

lapangan.

POD adalah keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun

isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun yang

menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan

kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat

mengembangkan kemampuannya. (Basleman, 2005).

Menurut Thedore Brameld dalam Padmowiharjo (2006), “education as

power means copetent and strong enough to enable us, the majority of people, to

decide what kind of a world” yang berarti pendidikan sebagai kekuatan. Menurut

Srinivasan (2013), Pendidikan yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang

dewasa belajar. Andragogi berlangsung dalam bentuk pengembangan diri sendiri

untuk memecahkan masalah.

Menurut Suprajitno (2007), Pendidikan orang dewasa telah dirumuskan

sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar

secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan

dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari

jawabannya Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar

16
yang dibutuhkan orang dewasa, pria maupun wanita, sesuai dengan bidang

perhatiannya dan kemampuannya.( Padmowiharjo, 2006).

3.1. Hambatan Psikologik

Hambatan Psikologik Pendidikan Orang Dewasa, Meliputi :

3.1.1. Orang dewasa tidak diajar namun dimotivasi.

Orang dewasa tidak diajari tetapi hanya dapat di motivasi. Banyak orang

dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih sukar dilatih. Mereka

kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan terlalu tua untuk belajar. Sifat

ini akan lebih menekan apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak. (Legiman,

2013).

Menurut Suprijanto (2007), Orang dewasa lebih banyak memiliki

pengalaman. Disisi lain orang dewasa memiliki motivasi tinggi untuk belajar.

Orang dewasa termotivasi belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih

baik dan berprestasi secara personal dan perwujudan diri. Menurut Dimyati (2010),

Dalam batas tertentu, keinginan belajar orang dewasa semula lemah, kemungkinan

harapan untuk dapat dibangkitkan dengan mencari pengetahuan lebih dan

menguasai keterampilan yang baru. Jika setelah diberi motivasitidak menumbuhkan

semangat belajar, maka mereka tidak akan pernah dapat diajar atau belajar.

Faktor penyebabnya adalah ekspektasi dan harapan dari pembelajaran yang

akan merubah hidup mereka menuju hal yang lebih terjamin yang sebenarnya

tergantung dari individu itu sendiri untuk bekerja secara benar yang dibantu oleh

pemberian jaminan, fasilitas, dan outcome yang didapat. (Suprijanto,2007).

17
3.1.2. Pesan Berhubungan dengan Kebutuhan

Orang dewasa siap belajar sesuatu atau mereka membutuhkan karena

tingkatan perkembangan merekayang harus menghadapi dalam peranannya.

Kesiapan mereka bukan karena pelaksanaan akademik, tetapi karena kebutuhan

untuk melaksanakan tugas peran sosialnya (Sitohang, 2009).

Dengan kata lain, orang dewasa tidak akan membutuhkan suatu ilmu jika

itu tidak berperan penting dalam kehidupannya. Seperti kebutuhan fisik atau

sandang / pangan. Dalam proses mendapatkan kebutuhan fisik tersebut individu

membutuhkan apa yang dinamakan sebagai harga diri (Lunandi dalam Bambang,

2010).

Faktor penyebabnya adalah keterbukaan dalam pemikiran yang dapat

menerima berbagai macam pendekatan untuk mengatasi permasalahan, kemudian

individu tersebut memecahkan permasalahan dengan pola pikirnya sendiri

dikembangkan dari pendekatan-pendekatan yang sudah diterapkan pada individu

itu tersebut dan tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama. (Arifianto, 2011).

Menurut Munandar (2014), Fleksibilitas spontan dan adaptif sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran. Fleksibilitas adaptif adalah kemampuan

untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tetapi masih

memperhatikan kebenaran ide tersebut. Kemudia Perubahan prilaku bagi orang

dewasa menurut Arifianto (2011) terjadi melalui adanya proses pendidikan yang

berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat

18
memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan

kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain. (Arifianto, 2011).

3.1.3. Belajar adalah menyakitkan karna harus meninggalkan kebiasaan dan cara

berfikir lama

Menurut Dimyati (2010), Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap

apa yang pernah dipelajari, sehingga cenderung untuk menolak hal-hal yang

sifatnya baru. Mereka sulit menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang

baru. Hal ini yang menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara

untuk mempertahankan diri. Serta menurut Munandar (2014),Dibutuhkan metode-

metode tersendiri untuk membuat orang dewasa dapat merubah pola pikirnya untuk

berpikir secara kreatif dan tidak terpaku pada pembelajaran yang lama, hal ini dapat

dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adapatif.

Kemudian Orang dewasa terkadang Kurang percaya diri atas kemampuan

diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan-kepercayaan yang

tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan factor fisik juga dapat meningkatkan

ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar. Sebagai contoh, Daya

ingat orang tua sudah menurun, sehingga butuh kemampuan ekstra untuk belajar.

Disisi lain orang dewasa terkadang sudah memiliki pekerjaan, sehingga untuk

memulai belajar butuh perhitungan khusus agar tidak berbenturan dengan waktu

kerja. (Padmowihardjo, 2006).

3.1.4. Belajar adalah mengalami sesuatu, bukan dimarahi atau digurui.

19
Belajar adalah suatu proses atau usaha sadar yang dilakukan oleh individu

untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), maupun psikomotor (keterampilan) sebagai

hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu (Wingkel,

2014).

Sifat belajar dari masing-masing individu berbeda dan unik. Maka, terlepas

dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem

nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan) harga diri mereka, hanya

akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran

orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada

akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. (Asmin,

2009).

Prinsip andragogi pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak

harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang

paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar. (Rahmat,

2010).

Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan menggurui,

sehingga relasi antara guru dan peserta didik lebih bersifat multicomunication. Oleh

karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan

sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu

menjadi guru bagi dirinya sendiri. (Runtuwena, 2013).

3.1.5. Belajar adalah khas dan bersifat individual

20
Menurut Tampobulan (2006), Kegiatan pendidikan atau belajar, orang

dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang seolah dibentuk dan dipengaruhi

untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya

sendiri. Serta Tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang dewasa menurut

Basleman (2005), lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya

sendiri untuk menjadi dirinya sendiri atau kegiatan belajar bertujuan mengantarkan

individu untuk menjadi pribadi atau menemuan jati dirinya.

Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a

person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses

pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain. (UPI, 2007).

3.1.6. Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat pada pengalaman

Menurut Othman (2008), Pembelajaran berasaskan pengalaman

sebenarnya, yaitu pembelajaran yang dilalui oleh pelajar dalam keadaan mereka

telah diberi peluang untuk memperoleh dan mengaplikasikan ilmu, kemahiran dan

perasaan dalam satu situasi yang sebenarnya dan bersesuaian. Dalam pendekatan

ini Suprijanto (2007) memaparkan hipotesa berikut ini: 1. Setiap individu hidup

dalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana dirinya sendiri adalah sebagai

pusat, dan semua orang mereaksi seperti dia mengalami dan mengartikan

pengalaman itu. 2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu

yang dia pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya.

Carl Rogers dalam Othman (2008) membedakan pembelajaran dalam dua

jenis, yaitu berbentuk kognitif (kurang bermakna) dan pembelajaran berasaskan

21
pengalaman (bermakna). Kognitif dikaitkan dengan pembelajaran ilmu akademik

sementara pembelajaran itu sendiri diasaskan pengalaman merujuk pada ilmu

aplikasi. Pembelajaran berasaskan pengalaman itu sama saja dengan perubahan dan

perkembangan diri itu sendiri (experiential learning is equivalent to personal

change and growth).Menurut Jarvis (2008), Faktor penyebabnya adalah

Pembelajaran reflektif (reflective learning) berlaku dalam tiga keadaan yaitu

kotemplasi(cotemplation), pengalaman (reflective practice) refleksi, dan

pembelajaran berasaskan masalah (problem based learning).

3.1.7. Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual.

Pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau

eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang

dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masayarakat. Karena itu,

sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi

maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat. (UPI, 2007).

Masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses

penuaan yang dialami setiap orang. John Horn berpendapat bahwa beberapa

kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak.(Basleman,

2005). Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized

intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang

dimiliki individu meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan

kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk

22
berpikir abstrak menurun secara pasti sejak masa dewasa madya (Weschler dalam

Setyabudi, 2011).

Siswa belajar secara aktif jika mereka terlibat secara terus-menerus baik

mental maupun fisik. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantarnaya dalam bentuk

kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, memperagakan, dan mengukur. Dari

kegiatan fisik tersebut, dengan sendirinya akan mengolah kecerdasan intelektual

(IQ) dan dapat mengatur kecerdasan emosionalnya (EQ).(Atmanti, 2011).

3.1.8. Belajar adalah hasil kerjasama antar manusia

Setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar

bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam

berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses

belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi

perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau

keterampilannya.(Arifianto, 2011).

Menurut Bordessa (2005), Penting seorang siswa memiliki keterampilan

dalam bekerjasama, dengan mengatakan bahwa siswa benar-benar harus belajar

untuk bekerjasama menujus atu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada

satu orangpun yang memiliki semua jaawaban yang tepat, kecuali dengan bekerja

sama. Salah satu cara yang relevan bagi mahasiswa untuk belajar menghadapi

tantangan hidup yang semakin kompleks menurut Pantiz (2011), adalah mengalami

dan menghadapi tantangan permasalahan tersebut dengan cara bekerjasama dalam

kelompok.

23
Faktor Penyebabnya adalah tidak semua masalah dapat dipecahkan sendiri,

sehingga ada perkataan “dua kepala lebih baik daripada satu kepala” sehingga

masyarakat yang sedang dalam proses pembelajaran selama masa hidupnya,

berusaha bekerjasama memecahkan masalah dengan bertukar pikiran dan

berargumen menuju hal yang positif.(Setiadi, 2011).

3.1.9. Belajar adalah Proses Evolusi

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan

ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara

bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Faktor penyebabnya adalah

penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus tetapi dilakukan dengan urutan

proses tertentu (Asmin, 2009).

Belajar adalah pengalaman yang terjadi di dalam diri individu yang

diaktifkan oleh individu itu sendiri. Belajar bukan melakukan apa yang dikatakan

atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam

diri pelajar untuk melakukan kemauan sendiri apa yang dikehendaki olehnya

dengan mepertimbangkan baik buruknya tindakan tersebut (Puspita, 2010).

3.2. Faktor Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Belajar

3.2.1. Tujuan Belajar

Kegiatan belajar dilakukan baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, yang

diperolehnya dari pengamatan, perca-kapan, diskusi, tukar-pikiran, dll. Dari proses

belajar tersebut, mereka memperoleh pengalaman berupa hasil-belajar, yang

seringkali bermanfaat atau dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya. (Etin, 2008).

24
Pada tataran filosofis, proses belajar merupakan upaya pembangunan

manusia seutuhnya atau untuk memanusiakan manusia. Upaya tersebut diwujudkan

dalam bentuk untuk menggali dan mengembangkan keunggulan-keunggulan

manu0sia (yang belajar), baik sebagai individu maupun sebagai (anggota)

komunitas. (Hamilik, 2008).

Kibler mengemukakan adanya 5 (lima) alasan orang untuk mengikuti

kegiatan belajar, yaitu: 1. hanya sekadar ingin tahu. 2. pemenuhan kebutuhan

jangka pendek. 3.pemenuhan kebutuhan jangka panjang. 4.pemenuhan kebutuhan

jangka pendek, yang tidak berkaitan langsung dengan hasil belajarnya. 5.

pemenuhan kebutuhan jangka panjang, yang tidak berkaitan langsung dengan hasil

belajarnya. (Hamzah, 2006).

Oleh sebab itu, tujuan sesorang untuk mengikuti pendidikan, memang selalu

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh hasil

belajarnya. Sehingga, proses belajar yang dilakukan oleh individu yang bersang-

kutan, akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan mereka yang

hanya sekadar ingin (Isjoni, 2007).

3.2.2. Tingkat aspirasi atau cita cita

Cita-cita disebut juga aspirasi menurut Kunandar (2008), adalah suatu target

yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu

kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Yang dimaksud dengan cita-cita

atau aspirasi di sini menurut Silberman (2006), ialah tujuan yang ditetapkan dalam

suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat bersifat

25
positif, dapat pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah

siswa yang menunjukkan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan.

Dalam beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf aspirasi,

yaitu taraf kebersilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia mengharapkan dapat

mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini dapat dipakai sebagai

ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai sukses atau tidak. (Kunandar,

2008).

3.2.3. Pengertian Tentang Hal yang Dipelajari

Dalam pengertian tentang hal dipelajari adalah sesuatu hasil belajar

sehingga mendapatkan ilmu dan informasi yang menjdi bahan yang dipelajari, hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan

pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan, keterampilan

intelektual, keterampilan motor dan sikap. (Nur, 2008).

3.2.4. Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan

Pengertian belajar membutuhkan latihan dan ulangan agar apa-apa yang

telah dipelajari dapat dikuasai, Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang

kuat untuk mencapai tujuan atau hasil. Belajar dianggap berhasil apabila sipelajar,

telah sanggup mentransferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-

hari.(Sagala, 2007).

Disamping itu ada proses belajar yang dikatakan gagal adalah sebuah

kemenangan yang tertunda atau keinginan kita yang belum tercapai. Biasanya

kegagalan disebabkan karena kita tidak mengetahui definisi atau arti dari belajar.

26
Maksudnya, kita tidak tahu apakah yang dimaksud dengan belajar, hal-hal yang kita

dapatkan setelah belajar, apakah kita butuh belajar atau tidak. (Sardiman, 2006).

Selanjutnya adalah eliminasi yang berarti membersihkan diri dari pemikiran

yang meyakinkan kita bahwa sebuah keinginan yang ingin kita capai sangatlah

susah, empower yaitu kita tidak mengetahui bagaimana cara untuk berkonsentrasi,

menambah memori, membaca, spiritualitas, dan kreatifitas. (Slavin, 2009).

3.2.5. Umur

Dalam pencarian ilmu maupun mencari suatu informasi tentunya ada proses

belajar didalamnya, hal tersebut berkaitan dengan umur seseorang dalam pencarian

ilmu itu karna tingkatan umur sesorang dapat mempengaruhi hal apa yang akan

dipelajari dan tingkatannya pun serta kesulitan dalam belajarnya.(Trianto, 2007).

3.2.6. Kapasitas Belajar

Pengertian kapasitas belajar adalah Suatu gagasan, Suatu konsep, Suatu

model, Suatu kerangka. Merupakan suatu penyelidikan untuk meningkatkan

kemampuan pelajar untuk belajar dengan baik secara nyata. Ada 4 Kapasitas belajar

adalah: Resilience (Daya pegas), Resourcefulness (Kecerdikan), Reflectiveness

(Refleksi), Reciprocity (Timbal Balik). (Sardiman, 2006).

3.2.7. Bakat

Menurut Muhibbiansyah (2008), Faktor psikologis lain yang memengaruhi

proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

27
masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, bakat sebagai kemampuan umum

yang dimiliki seseorang untuk belajar. Dengan demikian, Menurut Endang (2011),

bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang

diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan

bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses

belajarnya sehingga kernungkina besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai

prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat

juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu

tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. (Sagala, 2007).

Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap

segala informasi yang berhubung-an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,

siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-

bahasa lain selain bahasanya sendiri. (Muhibbinsyah, 2008).

28
IV. DINAMIKA KELOMPOK

4.1. Definisi Dinamika Kelompok

Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang berarti “kekuatan” atau

force. Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung

memepengaruhi warga yang lains ecara timbal balik. Dinamika berarti adanya

interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota

kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika

ialah kedinamiasn atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara

psikologis.(Slamet, 2004).

Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi, dan proses

interaksi itulah yang membedakan kelompok dari perkumpulan (Boner dalam

Johnson, 2012). Sedangkan menurut Fiedler dalam Johnson (2012), Kelompok

adalah sekelompok individu yang berbagi kesamaan yaitu saling bergantung dalam

arti jika ada suatu peristiwa yang mempengaruhi seorang anggota maka itu juga

akan mempengaruhi semua anggota.

Dinamika kelompok adalah sebagai satu kelompok yang teratur dari dua

individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara

anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok mempunyai hubungan

psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-

sama.(Slamet, 2004).

29
4.2. Pendekatan Sosiologi

Menurut Arikunto (2006), Istilah “Pendekatan” merupakan kata terjemahan

dari bahasa inggris yaitu approach. Maksud dari pendekatan adalah sesuatu disiplin

ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau penelitian. Menurut Nata

(2011), Sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat

lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling

berkaitan, dan dengan ilmu ini fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor

faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-

keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.

4.2.1. Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok merupakan hasil akhir yang ingin dicapai, baik berupa

suatu obyek atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang diinginkan dan dapat

memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan. Adanya kejelasan tujuan

kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota

kelompok, sebab kejelasan tujuan akan memotivasi angota untuk terus berusaha

mencapai tujuan. (Andarwati, 2012).

Tingkat kedinamisan kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis

tergantung beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah tujuan kelompok Tujuan

kelompok. Tujuan yang tidak jelas dan tidak formal dinyatakan, sering

menyebabkan kekaburan bagi anggota dan tidak memotivasi anggota untuk

bergelut dalam kegiatannya konsep tujuan organisasi. (Diniyati, 2012).

30
Menurut Lestari (2011), Hubungan antara tujuan kelompok dan tujuan

anggota kelompok mempunyai lima kemungkinan bentuk, yaitu : (1) sepenuhnya

bertentangan, (2) sebagian bertentangan, (3) netral, (4) searah dan (5) identik.

Tujuan kelompok yang baik harus terkait/sama dengan tujuan anggota sehingga

hasilnya memberikan manfaat kepada anggota. Menurut Ardana (2009),

Kekhususan dan kesulitan merupakan atribut dari penetapan tujuan. Umumnya,

semakin sulit dan spesifik tujuan yang ditetapkan, semakin tinggi tingkat prestasi

yang akan dihasilkan.

Jejaring sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam

kelompok serta pretasi yang mnyertai. Contohnya adalah pemberian status anggota

kehormatan. Anggot kehormatan ialah orang yang diangkat sebagai anggota khusus

oleh perkumpulan karena jasa orang tersebut (Wahid, 2008).

4.2.2. Jenjang Sosial

Jenjang sosial atau dapat dikatakan sebagai struktur kelompok merupakan

suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu

kelompok yang sekaligus menggabarkan kedudukan dan peran masing-masing

dalam upaya pencapaian kelompok. Pada unsur ini terdapat tiga kategori

pengukuran yaitu struktur kekuasaan/pengambilan keputusan, struktur

tugas/pembagian tugas dan struktur komunikasi (Andarwati et al., 2012).

Jenjang sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam

kelompok serta prestasi yang menyertai. Contohnya adalah pemberian status

31
anggota kehormatan. Anggota kehormatan ialah orang yang diangkat sebagai

anggota khusus oleh perkumpulan karena jasa orang tersebut (Wahid, 2008).

4.2.3. Peran Kedudukan

Status atau kedudukan itu sendiri dapat diartikan sebagai tempat atau posisi

seseorang dalam suatu kelompok sosial. Adapun kedudukan sosial artinya tempat

sosial secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, di

dalam lingkungan pergaulannya, prestise (harga diri) dan serta hak-hak serta

kewajibannya (Dharmawan, 2006).

Terdapat dua pengertian kedudukan sosial dalam struktur sosial, yaitu: (1)

kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertutup; (2) kedudukan diartikan

sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika secara nyata dapat dilihat dalam

gejala seperti perbedaan hak, dan kewajiban antara manajer perusahaan dan para

pekerja (Gunardi, 2006).

Jika dilihat proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi dua

macam, yaitu: (1) kedudukan seseorang yang diperoleh dari bawaan (ascribed

status) yang diantaranya kedudukan yang bersifat biologis, dan; (2) kedudukan

yang diperoleh melalui usaha atau dengan yang disengaja (achieved status)

(Dharmawan, 2006).

4.2.4. Kekuasaan

Kekuasaan, dalam istilah umum disebut sebagai power, diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk mempengaruhi fihak lain menurut kehendak yang ada

pada pemegang kekuasaan tersebut, kekuasaan itu juga mencakup baik suatu

32
kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah itu patuh) dan juga untuk

memberikan keputusan-keputuasan yang secara langsung maupun tidak langsung

akan mempengaruhi tindakan-tindakan fihak lainnya (Moeis, 2008).

Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan

menurut John Brench dan Bertram Raven , yaitu : (1) Kekuasaan balas jasa; (2)

Kekuasaan paksaan; (3) Kekuasaan sah; (4) Kekuasaan keahlian; (5) Kekuasaan

panutan; (6) Kekuasaan Pengendalian Informasi. (Irawati, 2004).

4.2.5. Kepercayaan

Dalam pembentukan kepercayaan, biasanya dari masing-masing individu

akan timbul kepercayaan jika individu tersebut menyampaikan apa yang ia anggap

benar atau maksud yang akan ia sampaikan penuh pertimbangan dan kekonsistenan

dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan dalam menjalani aktivitas serta

perilakunya. (Robinns, 2006).

Menurut Sopiah (2008) ada berbagai karakter yang melekat pada tim atau

kelompok yang sukses. Karakter-karakter tersebut adalah (1) mempunyai

komitmen terhadap tujuan bersama; (2) menegakkan tujuan spesifik; (3)

kepemimpinan dan struktur; (4) menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab;

dan (5) mengembangkan kepercayaan timbal-balik yang tinggi.

4.2.6. Sanksi

Menurut Muladi (2005), Punishment atau hukuman adalah memberikan

atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada dindividu

dengan maksud penderitaan tersebut betul-betul dirasakan untuk menuju ke arah

33
perbaikan. Sanksi diberikan kepada suatu individu agar dapat lebih disiplin dalam

melakukan segala hal. Menurut Paparan Hamid (2006), yaitu konsep umum disiplin

adalah sama dengan hukuman yang digunakan apabila individu melanggar

peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.

4.2.7. Norma

Norma adalah yang mencerminkan bagaimana orang-orang dalam

kelompok dari waktu ke waktu datang untuk mengembangkan standar yang

berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi.Norma berkembang

karena adanya interaksi antar anggota kelompok. (Budiarto, 2005).

Norma merupakan persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-

orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga kategori

norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur

hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma procedural

menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, Dari norma

tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan

(Effendi, 2007).

Norma subyektif dapat diukur secara langsung dengan menilai perasaan

konsumen/seseorang tentang seberapa relevan orang lain yang menjadi panutannya,

seperti keluarga, teman sekelas, teman sekerja, ahli, atau selebriti pendamping

(celebrity endorser), akan menyetujui atau tidak menyetujui tindakan tertentu yang

dilakukannya (Suprapti, 2010).

4.2.8. Perasaan

34
Kekompakan kelompok merupakan keterkaitan anggota kelompok terhadap

kelompoknya. Rasa keterkaitan ini dapat ditunjukkan pada kesamaan tindakan,

kerjasama, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesadaran menjadi anggota,

kesepakatan terhadap tujuan kelompok. (Andarwati, 2012).

Perasaan dalam dinamika sosial berarti tanggapan emosional dari anggota

suatu organisasi. Diklasifikasikan oleh W.G Sumner dalam Yazdy berdasarkan

identifikasi diri in-group dan out-group. Dalam pemikiran sistem sosiologi

berdasarkan konsep, masyarakat merupakan peleburan dari keompok sosial. Empat

dorongan yang universal dalam diri manusia, yaitu: (1) Rasa lapar; (2) Rasa cinta;

(3) Rasa takut, dan; (4) Rasa hampa.(Midgley, 2005).

Perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri

seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya

perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-

ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya

sekedar gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi

tersendiri (Fauzi, 2004).

4.2.9. Fasilitas

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan

memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Daradjat dalam Fauzeea,

2010). Sedangkan menurut Subroto dalam Fauzeea (2010) Fasilitas adalah segala

sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan satu usaha dapat

berupa benda-benda maupun uang.

35
Secara garis besar fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi fasilitas

fisik dan fasilitas uang/non fisik. Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa

benda atau yang dapat dibedakan, yang mempunyai peranan dalam memudahkan

dan mempelancar suatu kegiatan. Fasilitas non fisik adalah segala sesuatu yang

bersifat mempermudah dan memperlancar kegiatan sebagai akibat berkerjanya

nilai-nilai non fisik misalnya uang, waktu, kepercayaan dan sebagainya.(Kusai,

2013).

4.2.10. Tegangan atau Tekanan

Tegangan merupakan suatu dorongan yang berasal dari luar kelompok.

Tegangan dapat berupa konflik antar kelompok. Faktor utama terjadinya konflik

anatar kelompok adalah persaingan, pengeompokkan sosial, dan penyerangan antar

kelompok. Persaingan terjadi karena pada dasarnya kelompok akan lebih suka

“mempunyai” dari pada “ tidak mempunyai”, dan karena itu mereka mengambil

langkah perencanaan dalam mencapai dua hasil. (Huraerah.,2006).

Tekanan pada kelompok yang dimaksudkan adalah adanya tekanan-tekanan

dalam kelompok yang dapat menimbulkan ketegangan, dengan adanya ketegangan

akan timbul dorongan untuk mempertahankan tujuan kelompok. Tekanan

kelompok yang cermat, dan terukur akan dapat mendinamiskan kelompok yang

berasal dari luar kelompok (eksternal pressure) seperti: tantangan, serangan, sanksi

(penghargaan atau hukuman), keseragaman, dan konfromitas (Haris, 2010).

36
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembangunan Masyarakat pada dasarnya adalah sebuah upaya yang

dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik. Pembangunan merupakan proses

pemberdayaan baik dibidang infrastruktur ataupun dibidang

pembangunan lainnya yang mencakup khalayak publik. Oleh Karena itu

untuk mencapai tujuan Pembangunan Masyarakat perlunya kesadaran,

kemauan serta peran masyarakat itu sendiri untuk berpartisipasi dalam

pembangunan dan melakukan perubahan kearah yang lebih baik

meliputi berbagai usaha perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan,

kerohanian, pemukiman, lingkungan hidup, olahraga, jaminan social

dan sebagai upaya mecegah berbagai akibat dari bencana alam dan

penyakit menular.

2. Untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat hakikatnya didasari

oleh perubahan dimasing masing individu untuk mampu

mensejahterakan diri mereka, mengenai hal tersebut Konsep komunitas

masyarakat yang baik mengandung sembilan nilai yaitu setiap anggota

masyarakat berinteraksi satu dengan yang lain berdasarkan hubungan

pribadi (Kelompok Primer), Komunitas memiliki otonomi atau

kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya sendiri

secara bertanggung jawab, memiliki viabilitas atau kemampuan untuk

37
memecahkan masalahnya sendiri, distribusi kemampuan yang merata,

kesempatan setiap anggota untuk berpartisipasi aktif dalam mengurus

kependingan bersama, komunitas yang memberi makna kepada

anggotanya, heterogenitas menjadi mosaic didalam kelompok serta

kemampuan managing conflict.

3. Pendidikan Orang Dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan

yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau

tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula

di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat

orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan

kemampuannya. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar

bagaimana memikirkan diri mereka, mengatur urusan kehidupan

mereka untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan

bahwa mereka juga sebagai mahluk social.

4. Dari pendidikan orang dewasa, terdapat hambatan-hambatan yaitu

hambatan psikologis salah-satunya yaitu orang dewasa tidak diajar

namun dimotivasi, orang dewasa lebih banyak memiliki pengalaman

hidup, orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh

pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan

dan perwujudan diri oleh karena itu ada kemungkinan harapan untuk

membangkitkan semangat belajar pendidikan orang dewasa yaitu

dengan mencari pengetahuan yang lebih dan menguasai keterampilan

yang baru. Selain itu adapula factor psikologis yang mempengaruhi

38
belajar yaitu tujuan belajar, tingkat aspirasi atau cita cita, pengertian

tentang hal yang dipelajari, pengetahuan tentang keberhasilan dan

kegagalan, umur, kapasitas belajar dan bakat.

5. Dinamika kelompok itu sendiri merupakan kelompok yang teratur dari

dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara

jelas antara anggota yang satu dengan yang lain, antar anggota

kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam

situasi yang dialami secara bersama-sama. Dimana suatu kelompok

harus tetap bergerak, berkembang, dan menyesuaikan diri dengan

keadaan yang berubah-ubah tetapi anggota tetap berada dalam satu

tujuan tersebut. Dan dalam kelompok tersebut terjadi proses sosialisasi

agar manusia dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dan berusaha

untuk merasa in-group dalam kelompoknya sendiri. Didalam dinamika

kelompok, bukan sekedar bersama-sama maju karena tujuan sama,

tetapi sama-sama berkembang, belajar, mendidik satu sama lain.

6. Terdapat pendekatan dalam dinamika kelompok dinamakan status

dinamika kelompok. Salah satunya adalah Pendekatan Sosiologi yaitu

Tujuan kelompok, jenjang social (pengelompokkan anggota), peran

kedudukan (peran yang harus dilakukan sesuai kedudukan dalam

struktur system social), kekuasaan (kewenangan yang dimiliki untuk

menggerakkan oranglain untuk mencapai tujuan), kepercayaan

(keyakinan yang diakui anggota untuk mencapai tujuan), sanksi

(penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman bagi yang

39
bersalah), norma (aturan yang ditaati, perasaan (tanggapan emosional),

fasilitas (segala sesuatu yang memiliki nilai untuk mencapai tujuan),

serta tegangan dan tekanan (kondisi tidak nyaman yang berasal dari

kelompok maupun luar).

Saran

1. Adanya perubahan social sebagai proses dalam pembangunan


masyarakat di Indonesia, diharapkan semua kalangan baik masyarakat
maupun pemerintah menjalin kerjasama agar proses pelaksanaan
pembangunan dapat terwujud dan tujuan nasional dapat tercapai. Pada
dasarnya pembangunan diarahkan ke kondisi better dan untuk hajat
hidup masyarakat banyak.
2. Dengan adanya pendidikan orang dewasa, marilah kita semua
berkeyakinan bahwa pada diri setiap manusia itu mempunyai potensi
masing-masing, yang dapat di kembangkan melalui pendidikan. Marilah
kita memahami dengan benar hakikat pendidikan bagi jati diri kita
sendiri dan bagi orang lain. Marilah kita mengapresiasikan dilapangan
bahwa setiap orang itu wajib merasakan pendidikan serta semoga
pendidikan orang dewasa dapat benar-benar diimplikasikan serta
diaplikasikan dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia.
3. Pentingnya dinamika kelompok dikarenakan individu tidak mungkin
hidup sendiri di dalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri
dalam memenuhi kehidupan. Dalam masyarakat yang besar, perlu
adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
masyarakat yang demoksratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial
dapat bekerja dengan efektif. Dinamika kelompok menjadi bahan
persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial,
maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai

40
eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-
pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.

41

Anda mungkin juga menyukai