Anda di halaman 1dari 10

INDONESIA MENDUNIA

Oleh : Salwa Sabila

Jurusan Pendidikan Biologi – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2019

Pada saat Indonesia sudah memasuki era 4.0, yakni menekankan pada pola digital
economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan
fenomena disruptive innovation. Menghadapi tantangan tersebut, pengajaran di perguruan
tinggi pun dituntut untuk berubah, termasuk dalam menghasilkan dosen berkualitas bagi
generasi masa depan.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir


menjelaskan, berdasarkan evaluasi awal tentang kesiapan negara dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 Indonesia diperkirakan sebagai negara dengan potensi tinggi. Meski masih di
bawah Singapura, di tingkat Asia Tenggara posisi Indonesia cukup diperhitungkan.
Sedangkan terkait dengan global competitiveness index pada World Economic Forum 2017-
2018, Indonesia menempati posisi ke-36, naik lima peringkat dari tahun sebelumnya posisi
ke-41 dari 137 negara.

“Tetapi jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand, kita masih di bawah.
Tahun ini global competitiveness index Thailand di peringkat 32, Malaysia 23, dan Singapura
ketiga. Beberapa penyebab Indonesia masih kalah ini karena lemahnya higher education and
training, science and technology readiness, dan innovation and business sophistication.
Inilah yang perlu diperbaiki supaya daya saing kita tidak rendah,” tutur Nasir dalam
konferensi pers di Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta, Senin (29/1).

Nasir mengungkapkan, saat ini sasaran strategis Kemenristekdikti dianggap masih relevan
sehingga perubahan hanya dilakukan pada program dan model layanan yang lebih banyak
menyediakan atau menggunakan teknologi digital (online). Kendati demikian, kebijakan
pendidikan tinggi pun harus disesuaikan dengan kondisi revolusi industri 4.0. Menurut dia,
terdapat perubahan kebijakan dan program yang terkait dengan sumber daya iptek dikti,
kelembagaan, pembelajaran dan kemahasiswaan, serta riset dan pengembangan juga inovasi.

“Perubahan dalam bidang sumber daya sangat penting, meliputi pengembangan kapasitas
dosen dan tutor dalam pembelajaran daring. Jadi dosen ini perannya juga sebagai tutor.
Kemudian pengembangan infrastruktur MOOC (Massive Open Online Course), teaching
industry, dan e-library yang sebenarnya sudah berjalan,” papar Nasir.
Berkaitan dengan sumber daya, Nasir menambahkan, pada era ini Dosen memiliki tuntutan
lebih, baik dalam kompetensi maupun kemampuan untuk melakukan kolaborasi riset dengan
profesor kelas dunia. Nantinya, akan disusun kebijakan terkait izin tinggal para profesor asing
yang akan melakukan kolaborasi dengan Dosen di perguruan tinggi Indonesia.

“Presiden Joko Widodo memberikan arahan setidaknya ada 1.000 profesor kelas dunia yang
dapat berkolaborasi, tetapi kami punya target 200 profesor. Tetapi untuk mewujudkannya
perlu ada aturan terkait izin tinggalnya. Jadi izin tinggalnya bukan izin kerja tetapi dalam
kolaborasi untuk meningkatkan pendidikan tinggi Indonesia. Masa tinggalnya sesuai dengan
masa kontrak yang ditetapkan, bisa dua sampai tiga tahun. Terkait itu, kami sudah
berkomunikasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan,” sebutnya.

Kondisi Dosen Indonesia saat ini sendiri masih didominasi oleh generasi baby boomers dan
generasi X yang merupakan digital immigrant. Sementara mahasiswa yang dihadapi
merupakan generasi millennial atau digital native. Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek
Dikti pun berupaya menambah dosen dari generasi millennial, salah satunya melalui program
Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), yakni program
beasiswa percepatan S-2 dan S-3 bagi lulusan S-1 dalam kurun waktu empat tahun. Program
PMDSU sendiri setidaknya sudah melahirkan dua dosen muda berkualifikasi Doktor, yaitu
Grandprix (24 tahun) dan Suhendra Pakpahan (29 tahun). Bahkan, keduanya mampu
menerbitkan lebih dari lima publikasi internasional terindeks Scopus.

“PMDSU ini merupakan sebuah terobosan yang kami lakukan guna menyediakan SDM masa
depan Indonesia yang berkualitas dengan cara membangun role model pendidik dan peneliti
yang ideal sekaligus menumbuhkan academic leader di perguruan tinggi, serta bekerja sama
dengan komunitas keilmuan dalam merumuskan kompetensi inti keilmuan,” ucap Direktur
Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
Kemenristekdikti di Medan, belum lama ini.

Tantangan lain yang dihadapi dalam rangka memenuhi kebutuhan dosen berkualitas adalah
menjaring lulusan terbaik perguruan tinggi untuk menjadi dosen. Pasalnya di era revolusi
industri 4.0, profesi dosen semakin kompetitif. Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan
kompetensi dosen yang dibutuhkan, meliputi (1) educational competence, kompetensi
berbasis Internet of Thing sebagai basic skill di era ini; (2) competence in research,
kompetensi membangun jaringan untuk menumbuhkan ilmu, arah riset, dan terampil
mendapatkan grant internasional; (3) competence for technological commercialization, punya
kompetensi membawa grup dan mahasiswa pada komersialisasi dengan teknologi atas hasil
inovasi dan penelitian; (4) competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap
terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan
memecahkan national problem; serta (5) competence in future strategies, di mana dunia
mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat
apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-
research, joint-publication, joint-lab, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s dan
industri, dan lain sebagainya.

Selain bidang sumber daya iptek dikti, imbuh Nasir, pada bidang kelembagaan kebijakan
baru meliputi Peraturan Menteri (Permen) tentang Standar Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
(PJJ), fleksibilitas dan otonomi kewenangan kepada unit untuk mendorong kreativitas dan
inovasi, serta memberi kesempatan untuk beroperasinya universitas unggul dunia di
Indonesia. Untuk bidang pembelajaran dan kemahasiswaan, perubahan dilakukan dengan
reorientasi kurikulum untuk membangun kompetensi era revolusi industri 4.0 berikut hibah
dan bimbingan teknisnya, dan menyiapkan pembelajaran daring dalam
bentuk hybrid atau blended learning melalui SPADA-IdREN. Sedangkan pada bidang riset
dan pengembangan serta penguatan inovasi perubahan yang dilakukan meliputi penerapan
teknologi digital dalam pengelolaan riset, harmonisasi hasil riset dan penerapan teknologi
melalui Lembaga Manajemen Inovasi, serta mendorong riset dan inovasi di dunia usaha atau
industri dengan pemberian insentif fiskal maupun non fiskal.

“Perguruan tinggi asing yang akan masuk Indonesia ini sudah mengantre. Kita jangan melihat
sebagai ancaman tetapi peluang. Kemenristekdikti mengatur melalui Permen terkait izin
perguruan asing tersebut, termasuk penetapan lokasi, program studi yang dibuka, bahkan
mewajibkan untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan perguruan dalam negeri,” simpul
Nasir kepada awak media. (ira)

Bagikan:

PRESTASI INDONESIA :
Aries Susanti memecahkan rekor dunia dengan waktu 6,9 detik untuk nomor speed women
Aries Susanti Rahayu menjadi juara dunia di IFSC Climbing World Cup Xiamen 2019
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan menjadi pemenang kedua pada ganda putra China...
Timnas Futsal Indonesia lolos kualifikasi AFC Futsal 2020
Praveen/Melati Juara Denmark Open 2019
Aries Susanti memecahkan rekor dunia dengan waktu 6,9 detik untuk nomor speed women
Aries Susanti Rahayu menjadi juara dunia di IFSC Climbing World Cup Xiamen 2019
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan menjadi pemenang kedua pada ganda putra China...
Timnas Futsal Indonesia lolos kualifikasi AFC Futsal 2020
Praveen/Melati Juara Denmark Open 2019
Aries Susanti memecahkan rekor dunia dengan waktu 6,9 detik untuk nomor speed women
‹›



 INDONESIANA
 ANAK BANGSA
 KARYA BANGSA
 INDONESIA UNIK
 KANAL SPESIAL

1.
2. Anak Bangsa
3. Pendidikan

Mahasiswa Indonesia Raih 3 Prestasi Membanggakan di Student


Commencement

 Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha

 17 Juni 2019 11.00 WIB

 2 menit
Jajaran Mahasiswa yang berhasil mendapatkan apresiasi akademik dari Chung Hua University (CHU),
Hsinchu, Taiwan (R.O.C.) © Dok. Narasumber

Mendapatkan prestasi dan apresiasi akademik di kancah nasional merupakan capaian yang
membanggakan bagi seorang mahasiswa. Lalu apa jadinya jika prestasi tersebut berhasil
diraih di kancah internasional? Wow, tentunya lebih membanggakan lagi dong ya.

"Nama saya Siska Mandalia, lahir di Padang sekitar 29 tahun yang lalu. Saya adalah seorang
ibu dengan satu anak, yang tengah menempuh pendidikan Master bersama suami saya,
Taufik Hidayat, di Chung Hua University, Hsinchu," terang Siska saat memperkenalkan diri.

Menurut salah satu kawan dari Siska yang bernama Miftakhul Jannatin, mahasiswa PhD di
Department of Applied Chemistry (National Chiao tung University), Siska Mandalia adalah
salah satu mahasiswa berprestasi dari Indonesia.

Hal tersebut dikukuhkan melalui pengakuan yang Siska dapatkan dari institusi kampus
tempatnya belajar selama kurang lebih dua tahun ke belakang lewat agenda Chung Hua
University Student Commencement 107 (15/6).
Tak hanya satu, ia berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus. Apa sajakah itu?

1. The Phi Tau Phi Scholastic Honor Society of the Republic of


China (中華民國斐陶斐榮譽學會) atau Phi Tau Phi/ΦΤΦ
2. The University Best Grade Student
3. The Best Graduate Student from the Tourism Department
Momentum wisuda dari Siska Mandalia yang sempat diabadikan oleh sang suami melalui layar
proyektor © Dok. Narasumber
Wah, tiga kali beruntun! Menurut berbagai sumber yang sempat penulis telusuri, Phi Tau
Phi adalah sebuah penghargaan bergengsi yang dicetuskan oleh seorang profesor bernama
Joseph H. Ehlers pada 1921 di Peiyang University, Cina.

Phi Tau Phi memberikan stimulus berupa beasiswa pendidikan dalam menghasilkan riset
yang komprehensif dan selaras dengan kebutuhan masyarakat, penghargaan terhadap
kegiatan-kegiatan mahasiswa, serta membentuk ikatan kuat antara kemampuan akademik di
bangku perkuliahan dan dunia kerja profesional.

Semangat yang dibawa dari penghargaan ini adalah Philosophia, Technologia, and
Physiologia, yang harapannya dapat menjadi representasi pembelajaran dari berbagai disiplin
ilmu.

Untuk dua penghargaan lainnya, sudah jelas sekali memperlihatkan seberapa besar usaha dari
Siska dalam menuntut ilmu di bidang yang sedang ia tekuni.

Perlu kita ketahui, di Indonesia Siska merupakan seorang tenaga pengajar (dosen) di
Politeknik Pariwisata Batam atau Batam Tourism Polytechnics.

Menurut Miftakhul, "Tak heran jika mbak Siska berhasil menyabet apresiasi sebanyak itu,
karena supermom satu ini dalam berinteraksi sangat komunikatif, wawasannya luas, dan
memahami dengan baik bidang yang ia tekuni. Terlebih lagi, bagi saya mbak Siska ini
memiliki prinsip yang kuat, entah sebagai mahasiswa, istri, maupun seorang ibu," ujarnya di
sela kesibukan mempersiapkan materi kampanye calon ketua PPI Hsinchu 2019/2020.

Menurut laman situsweb Study in Taiwan, hanya ada sekitar 31 kampus di Taiwan yang
membuka program studi di bidang Services bagi mahasiswa yang berminat menekuninya.

Tentunya jumlah untuk kampus-kampus yang secara spesifik menyediakan program


studi Tourism and Management pasti kurang dari jumlah itu. Nah, berarti Indonesia patut
berbangga dong, memiliki mahasiswa seperti Siska yang mempu berprestasi dari bidang
langka tersebut.

Untuk harapan ke depan, Siska ingin bisa lebih berkontribusi positif bagi dunia pariwisata
Tanah Air, sehingga nantinya di masa depan Indonesia bisa lebih maju dalam mengelola
potensi pariwisata yang dimiliki.
"Untuk mahasiswa Indonesia yang sedang berjuang dalam mengejar cita-citanya di manapun
berada, tetap semangat! Ingat selalu bahwa kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil
yang akan kita peroleh di akhir nanti. Up and down pasti ada, tinggal bagaimana kita bisa
menyikapinya. Nikmati saja prosesnya," tutup istri dari ketua Majelis Musyawarah PPI
Hsinchu 2018/2019.

Nah, kalian sudah baca pesan dari salah satu supermom sekaligus mahasiswa keren Indonesia
yang ada di Taiwan, bukan? Jadi, sudah siapkah kalian mengikuti jejaknya?

My Essay: Peran Mahasiswa dalam


Mewujudkan Indonesia Mendunia
PENTINGNYA PERAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA
YANG MENDUNIA

Oleh: Hendri Surya Widcaksana (15/381058/PA/16738)


Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika - Fakultas MIPA UGM 2015

Pada saat ini, Indonesia sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN/ ASEAN
Economic Community (MEA/AEC) bersama 9 negara-negara ASEAN lainnya seperti
Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Dengan diberlakukannya MEA, semua sektor
yang ada termasuk pasar tenaga kerja dan perdagangan terbuka lebar dan tidak ada lagi
hambatan bagi seluruh penduduk di seluruh ASEAN termasuk Indonesia sehingga serbuan
tenaga kerja dari Malaysia, Singapura, Thailand, atau negara-negara ASEAN lainnya tidak
dapat dibendung lagi. Banyak orang yang antusias dengan MEA dan menganggap MEA
adalah peluang besar untuk mengembangkan potensi mereka, tidak sedikit juga orang yang
menjadikan MEA sebagai ancaman, semua tergantung kepada kita semua bagaimana cara
menyikapinya. Bagi saya, sudah seharusnya kita sebagai pemuda Indonesia untuk
mengembangkan potensi pada diri kita agar kita dapat bersaing di MEA sehingga tak
menutup kemungkinan banyak orang Indonesia yang bisa mendunia dan dapat menjadi
kebanggaan kita semua.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadikannya sebagai negara
maju. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015
mencapai 255,461 juta jiwa. Tak hanya itu, saat ini Indonesia juga sudah mengalami Bonus
Demografi dimana jumlah penduduk usia produktifnya merupakan yang terbesar sepanjang
sejarah bangsa[1]. Bonus demografi dapat menguntungkan bangsa jika dimanfaatkan dengan
benar, untuk itu diperlukan peran dari para pemuda yang aktif dan dinamis untuk membawa
Indonesia ke tahap yang lebih tinggi. Selain itu, peran mahasiswa juga sangat diperlukan agar
dapat berkontribusi aktif untuk memajukan Indonesia karena mahasiswa memiliki 3 peran
penting dalam kehidupan bangsa yaitu sebagai Agent of Change, Social Control, dan Iron
Stock. Sebagai agent of change, mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut untuk bersifat
kritis dan diperlukan implementasi yang nyata. Mahasiswa adalah garda terdepan
dalammemperjuangkan hak-hak rakyat , mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang
dilakukan olehkelompok-kelompok elit yang hanya memetingkan dirinya dan nasib
kelompoknya. Selain itu, sebagai social control juga, mahasiswa memiliki tugas mengontrol
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Mahasiswa sebagai penengah antara Pemerintah dan masyarakat, disinilah
peranan mahasiswa sebagai pengontrol. Mahasiswa menyampaikan aspirasi masyarakat
terhadap pemerintah dan juga mahasiswa menunjukkan sikap yang baik terhadap masyarakat
sebagai kontrol sosial. Dan yang terakhir, karena perannya sebagai iron stock, mahasiswa
diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia
yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa
merupakan aset cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Dunia kampus dan
kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak
dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Sudah banyak mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang berhasil mengharumkan nama
Indonesia di kancah Internasional, salah satunya adalah Tim Mobil Listrik “Garuda UNY”
yang berhasil menjadi juara umum di ajang ISGCC 2015 di Korea Selatan[2], tak hanya itu,
Ali Khumaeni, mahasiswa dari Indonesia juga berhasil mendapatkan penghargaan ilmiah
Great Scientific Exchange 2012 (SCIX 2012), di Kansas City, Missouri, Amerika atas
terobosannya dalam bidang teknik analisis atom[3]. Kedua contoh diatas dapat dibuktikan
bahwa pemuda Indonesia bisa mendunia dan ini juga dapat dijadikan motivasi pemuda-
pemudi Indonesia lainnya agar dapat bersaing secara global. Di samping itu, kemampuan
untuk mendunia juga harus dibarengi dengan iman dan kepribadian yang luhur agar mental
pemuda Indonesia tidak mudah goyah dan tidak tenggelam dalam arus globalisasi. Salah satu
yang harus tertanam dalam jiwa pemuda Indonesia adalah patriotisme dan kecintaan terhadap
tanah air, kemampuan beradaptasi, kemampuan menyaring dalam arus globalisasi,
kemampuan berbahasa, dan juga integritas.
Dengan peran mahasiswa sebagai agen perubahan, kontrol sosial, serta iron stock,
diharapkan mahasiswa dapat mendorong pemuda Indonesia lainnya agar Indonesia dapat
dikenal baik di mata dunia karena pemuda memiliki daya kreativitas yang tinggi serta
memiliki semangat dan energi yang cukup untuk membangun negeri. Oleh karena itu,
diperlukan sinergi dan kerjasama yang baik antara mahasiswa, pemuda, masyarakat, serta
pemerintah agar potensi bangsa dapat dioptimalkan sehingga bangsa Indonesia dapat bersaing
di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan juga persaingan secara global. Diharapkan di
masa yang akan datang, lebih banyak lagi pemuda-pemudi Indonesia yang menjadi motor
perubahan bagi Indonesia dan Dunia, sehingga para pemuda-pemudi Indonesia dapat
memperbaiki citra Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang adil,
makmur, dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai