PUTUSAN
Mahkamah Agung No. Register Perkara 1286 K/Pid/1988
Paulus Arisman Bin Suripto (PA) adalah seorang pengemudi truk. Pada suatu hari, pada
April 1988 PA mengemudikan truk dibantu dengan keneknya, mengangkut bahan bangunan berupa
4000 genteng, karena bak truk masih ada ruangan yang kosong, maka PA bermaksud mengambil
lagi genteng di tempat lain untuk diangkutnya.
Dalam perjalanannya, truk yang dikemudikan PA tersebut harus melewati rel kereta api
yang tidak ada pintu pengamannya, melainkan hanya dipasang beberapa rambu, yang menunjukan
adanya Rel Kereta Api tanpa pintu. Beberapa puluh meter sebelum truk melintasi rel kereta api, PA
kurang memperhatikan situasi kanan kiri dari rel tersebut. PA baru sadar ketika kereta api akan
melintasi rel tersebut, setelah kenek truk berteriak-teriak ada kereta api akan lewat.
Mendengar teriakan kenek tersebut, maka PA berusaha mempercepat jalannya truk yang
akan melintasi kereta api tersebut. Akan tetapi, karena truk sarat muatannya, maka truk tidak bisa
lari lebih cepat seperti yang dikehendaki oleh PA. Dari jarak ± 200 meter, masinis kereta api telah
melihat ada truk akan melintasi rel kereta api, ia telah membunyikan tanda semboyan 35 dan
berusaha mengurangi kecepatan lokomotifnya.
Tabrakan dan benturan antara kereta api dengan truk yang dikemudikan PA tidak dapat
dihindarkan. Truk terbelah menjadi 2 (dua), cabin dengan baknya. PA dengan keneknya terlempar
keluar dari truk dan menderita luka-luka. Demikian pula masinis lokomotif menderita luka-luka
terkena genteng yang dimuat truk yang jatuh berterbangan dan berhamburan, sedangkan tutup
mesin lokomotifnya menjadi rusak berat.