Anda di halaman 1dari 8

313 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)


DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKAN DI TAMBAK INTENSIF
Andi Sahrijanna dan Sahabuddin
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan
E-mail: asarijanna@yahoo.com

ABSTRAK

Pengembangan budidaya udang vaname masih potensial untuk ditingkatkan. Faktor yang paling penting
diperhatikan dalam budidaya udang vaname adalah kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dinamika beberapa parameter kualitas air pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan
sistem pergiliranpakan.Mediayang digunakan adalah tambak ukuran 4000 m2sebanyak 1 petak. Hewan uji
adalah udang vaname ditebar dengan kepadatan 150 ekor/m2, dengan perlakuan pergiliran pakan: 2 hari
protein rendah dan 1 hari protein tinggi. Perlakuan ditambahkan probiotik sebanyak 5-10 ppm/minggu.
Lama pemeliharan 90 hari, udang diberi pakan dosis100-2% dari total berat biomassa/hari. Parameter
kualitas air yang dianalisis adalah suhu, oksigen, pH, salinitas, kecerahan, nitrat, posfat amonia, dan nitrit.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa rata-rata kualitas air
selama penelitian yakni suhu (26,79°C), oksigen (3,55 mg/L), pH (7,80), salinitas (34,12 ppt), kecerahan
(19,57%), nitrat(3,33 mg/L), posfat (0,84 mg/L) amonia (0,53 mg/L), dan nitrit (2,32 mg/L), nilai kualitas air
berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan udang vaname. Kualitas nutrien sangat
mendukung pertumbuhan udang sehingga persentasenya ditemukan tertinggi pada umur 30-45 hari yakni
25,65%.

KATA KUNCI: pergiliran pakan (feeding program), kualitas air,udang vaname,sintasan pertumbuhan

PENDAHULUAN
Di Indonesia, udang putih (Litopenaeus vannamei), diintroduksi dan dibudidayakan mulai tahun
2000-an dan masuknya udang putih ini telah menggairahkan kembali usaha pertambakan Indonesia
karena udang ini mempunyai keunggulan komparatif dibanding spesis jenis lainnya, antara lain:
sintasan tinggi, ketersediaan benur yang berkualitas, kepadatan tebar tinggi, tahan penyakit dan
konversi pakan rendah (Anonim, 2003; Poernomo, 2004).
Teknologi budidaya tambak udang secara umum memerlukan lingkungan yang baik dan dapat
memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan biologi komoditas yang dibudidaya (Chopin et al., 2001 dan
Neori et al., 2004). Menurut Boyd (1990), bahwa budidaya udang intensif dengan jumlah pakan yang
cukup tinggi berdampak pada meningkatnya limbah budidaya yang berasal dari sisa pakan, feces
dan metabolit udang dan bila dibuang ke luar akan mengotori lingkungan sehingga dapat mencemari
lingkungan budidaya di sekitarnya. Untuk mengurangi limbah budidaya udang intensif diperlukan
teknologi yang dapat mengurangi atau mendegradasi sisa pakan secara efektif sehingga senyawa
toksik terutama bahan organik dan NH 4+ dan NO 2- salah satu upaya tersebut adalah dengan
menambahkan sumber C tersedia (Pantjara, 2008) dan pengembangan bakteri probiotik atau bioflok
(Irianto &Austin, 2002).
Pergiliran pakan yaitu pakan yang berprotein tinggi digilir dengan pakan berprotein rendah karena
nilai protein yang terkandung dalam pakan merupakan salah satu komponen pakan yang paling
mahal. Pengurangan proporsi protein pada pakan tanpa mengurangi laju pertumbuhan pada spesies
yang dibudidayakan dapat berpengaruh pada berkurangnya efesiensi biaya produksi sehingga margin
pendapatan yang didapat dari penjualan akan semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dinamika beberapa parameter kualitas air dan presentase pertumbuhan pada budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei) ditambak dengansistem pergiliran pemberian pakan dengan
tingkat protein yang berbeda.

Page 329 of 1000

Page 1 of 8
Kajian kualitas air pada budidaya udang vaname ..... (Andi Sahrijanna) 314

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan di tambak percobaan Punaga, Balai Penelitian dan
PengembanganPerikanan Budidaya Air Payau,Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan, dengan
menggunakan 1 petak tambak berukuran 4000m2 (Gambar 1)Hewan uji adalah udang vaname ditebar
dengan kepadatan 150 ekor/m2 dengan perlakuan pergiliran pakan: 2 hari protein rendah dan 1 hari
protein tinggi. Perlakuan ditambahkan probiotik sebanyak 5-10 ppm/minggu. Pola pemberian pakan
protein tinggi diberikan selama umur pemeliharaan satu bulan (sampai hari ke 30) dan masuk pada
bulan ke dua dilakukan pergiliran pakan protein rendah dan protein tinggi. Jenis pakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pakan komersil (pelet). Pemberian pakan dengan frekuensi 2 - 6 kali,
selama 24 jam. Waktu pemeliharaan diperkirakan selama 90 hari.

AD

EC

Keterangan :
A, B, C, D dan E titik pengambilan sampel air
tanda panah biru = saluran pemasukan
tanda panah merah = saluran pengeluaran

Gambar 1. Desain kontruksi tambak, danlokasi pola titik pengambilan


sampel air

Peubah yang diamati selama pemeliharaan meliputi pertumbuhan udang yang dimonitor setiap
dua minggu dengan cara menimbang udang menggunakan timbangan elektronik yang mempunyai
ketelitian 0,1 g. Sedangkan presentase pertumbuhan dihitung pada akhir penelitian.
Parameter kualitas air yang diamati meliputi pH, suhu, salinitas, oksigen terlarut dan kecerahan
dimonitor langsung di lapangan, sedangkan untuk parameter amoniak, nitrit, nitrat dan fosfat diambil
contoh airnya untuk dianalisis dilaboratorium dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS.Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan grafik.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil penelitian kualitas air pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem pergiliran
pakan dengan tingkat protein yang berbeda yang meliputi kondisi salinitas,suhu, pH, oksigen terlarut
dan kecerahan disajikan pada Gambar 2.
Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan
secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju
pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya sintasan
(Andrianto, 2005).
Selama penelitian rata-rata salinitas yang didapatkan adalah 34,15 ppt. Menurut McGraw &Scarpa
(2002) bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran 0,5-45 ppt. Selanjutnya menurut Soemardjati
& Suriawan(2007), udang vaname dapat tumbuh dengan baik dan optimal pada kisaran kadar garam
15-25 .

Page 330 of 1000

Page 2 of 8
315 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

40
34,12
35

30 26,79
25
19,57
20

15

10 7,8

5 3,55

0
Salinitas Suhu pH Kecerahan Oksigen

Gambar 2. Nilai rata-rata salinitas, suhu, pH, kecerahan dan oksigen


selama penelitian

Suhu
Hasil pengamatan terhadap peubah kualitas air yang di peroleh selama penelitian rata-rata
26,79 o C (Gambar 2). Suhu sangat berpengaruh terhadap komsumsi oksigen, pertumbuhan,
sintasan udang dalam lingkungan budidaya perairan (Pan-Lu-Qing et al., 2007). Nilai suhu yang
didapatkan dalam penelitian ini masih dalam kategori yang optimal dalam pertumbuhan dan
sintasan udang. Menurut Liao & Muarai (1986), keberhasilan dalam budidaya udang suhu berkisar
antara 20-30 o C.
pH
Hasil pengamatan pH selama penelitian rata-rata 7,80. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa
pH air ditambak dalam budidaya udang vaname tersebut cukup optimal. Untuk standar budidaya
udang vaname berkisar 7,5-8,5 (Anonim, 2003). Untuk menaikkan nilai pH di tambak biasanya
deberikan kapur dolomit pada bagian dalam pematang tambak.
Kecerahan
Nilai kecerahan yang diperoleh selama penelitan rata-rata 19,57 %. Effendi (2003) menjelaskan
bahwa nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh waktu pengukuran, padatan tersuspensi, keadaan
cuaca, kekeruhan dan ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Rendahnya nilai kecerahan yang
di peroleh selama pengukuran berpengaruh terhadap proses fotosintesis di dalam tambak.
Oksigen
Oksigen merupakan parameter kualitas air yang berperang langsung dalam proses metabolisme
biota air khususnya udang. Ketersediaan oksigen terlarut dalam badan air sebagai faktor dalam
mendukung pertumbuhan, perkembanagan dan kehidupan udang. Hasil pengukuran kandungan
oksigen terlarut pada budidaya udang vaname selama penelitian rata-rata 3,55 mg/L.
Amonia (NH3)
Sumber utama amonia dalam tambak merupakan timbunan bahan organik dari sisa pakan dan
plankton yang mati. Kadar protein pada pakan sangat mendukung akumulasi organik-N di tambak
dan selanjutnya menjadi amonia setelah mengalami proses amonifikasi.
Selama penelitian kandungan amonia yang tertinggi pada hari ke 30 yaitu 1,2930 mg/L dan
mengalami penurunan sampai akhir penelitian. Kandungan amonia yang terendah pada hari ke 75.
Amonia merupakan anorganik-N terpenting yang harus diketahui kadarnya di lingkungan perairan

Page 331 of 1000

Page 3 of 8
Kajian kualitas air pada budidaya udang vaname ..... (Andi Sahrijanna) 316

atau tambak. Senyawa ini beracun bagi organismepada kadar relatif rendah. Sumber utama amonia
dalam tambak adalah ekskresi dari udang atau ikan maupun timbunan bahan organik dari sisa pakan
dan plankton yang mati. Udang yang menggunakan protein sebagai sumber energi menghasilkan
amonia dalam metabolisme. Kadar protein pada pakan sangat mendukung akumulasi organik-N di
tambak dan selanjutnya menjadi amonia setelah mengalami proses amonifikasi.
Nitrit(NO2)
Kandungan nitrit selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Pada gambar tersebut kandungan
nitrit pada awal penelitian berkisar 0,0682 mg/L dan pada hari ke 45 mengalami peningkatan yang
cukup drastis yaitu dari 0,8868 mg/L menjadi 3,9035 mg/L pada hari ke 45 tingginya nilai kandungan
nitrit disebabkan dengan pemberian protein tinggi umur 30 hari pemeliharaa dengan mengacu pada
penelitian Tahe et al. (2010) yaitu dengan pola pemberian pakan protein tinggi diberikan selama
umur pemeliharaan satu bulan (sampai hari ke 30) dan masuk pada bulan ke dua dilakukan pergiliran
pakan protein rendah dan protein tinggi. Pada hari ke 75 peningkatan kandungan nitrit yaitu 5,
0275 mg/L. Setelah akhir penelitian kandungan nitrit turun berkisar 2,6545 mg/L.
Nitrat (NO3)
Kandungan nitrat disajikan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut terlihat kandungan nitrat selama
penelitian mengalami peningkatan pada hari ke 45 yaitu sekitar 5,9135 mg/L ; hari ke 75 berkisar
5,000 mg/L sampai akhir penelitian berkisar 5,5248 mg/L. Peningkatan niali kandungan nitrat seiring
dengan pemberian pakan dengan protein tinggi .Kandungan nitrat merupakan salah satu bentuk
nitrogen yang penting dalam perairan untuk budidaya, karena dapat dimanfaatkan oleh plankton
(Boyd,2001). Hasil pengamatan kandungan nitrat dalam petak tambak cenderung meningkat seiring
dengan waktu pemeliharaan. Menurut Effendi (2003) nitrat adalah nutrien utama bagi pertumbuhan.
Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam perairan akan menstimulasikan pertumbuhan serta perkembangan
organisme di perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrien (Alaerst & Sartika, 1987).
Fosfat (PO4)
Kandungan posfat disajikan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut terlihat kandungan posfat
yang terendah pada hari ke 15 yaitu 0,2390 mg/L dan yang tertinggi pada hari ke 60 berkisar 1,7989
mg/L. Ketersediaan unsur hara posfat dalam air erat kaitannya dengan kandungan unsur hara posfat
tanah. Fosfat merupakan senyawa yang terlarutdi dalam badan air atau perairan yang memiliki fungsi
terhadap biota air misalnya pembentukan protein dan proses fotosintesis. Posfat merupakan fosfor

6,00
Konsenstrasi (mg/L)

4,00

2,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7

Waktu pengamatan
PO4 NH3 NO2 NO3

Gambar 3. Konsentrasi NO3, NO2, NH3 dan PO4 pada tambak budidaya udang
vaname (Litopenaeus vannamei) dengan sistem pergiliran pakan di tambak

Page 332 of 1000

Page 4 of 8
317 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Dugan, 1972 dalam Effendi, 2003). Bentuk fosfor pada
perairan alami pada umumnya merupakan produk dari ionisasi asam ortoposfat.
Pertumbuhan
Pertumbuhan udang vaname selama penelitian memperlihatkan pertumbuhan yang semakin
meningkat yaitu dari bobot awal 0,23gram/ekor meningkat 1,42 gram/ekor dan 3,59 gram/ekor
meningkat sampai 6,66 gram/ekor pada hari ke 45, dan 9,38 gram/ekor hari ke 60 (Gambar 4).Tingginya
laju pertumbuhan sampai hari ke-45 yaitu dengan dilakukannya pemberian pakan dengan protein
tinggi selama pemeliharaa satu bulan kemudian memasuki bulan kedua digilir dari protein tinggi
dan protein rendah sampai pada akhir penelitian. Kecepatan laju pertumbuhan udang sangat
dipengaruhi oleh kualitas air dan kuantitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya.
Apabila kondisi lingkungan baik dan pakan yang diberikan berkualitas maka laju pertumbuhan udang
akan lebih cepat.Menurut Sutanto (2005) untuk meningkatkan efesiensi terhadap budidaya udang
vaname yang perlu dilakukan yaitu dengan menggunakan pakan yang berkualitas baik dan berprotein
rendah (30% protein) sehingga bisa mengurangi tingkat pencemaran/lebih ramah lingkungan,
pengelolaan kualitas air lebih mudah dan pertumbuhan akan lebih baik.

14

12
Laju pertumbuhan

10

0
0 15 30 45 60 75 90

Bobot
Gambar 4 . Grafik pertumbuhan udang vaname pada sistem pergiliran
pakan di tambak intensif

Pertumbuhan udang vaname pada pergiliran pakan didapatkan persentase tertinggi sampai
terendah berturut-turut pada umur 30-45 hari yaitu25,54% kemudian 45-60 hari 22,63%;15-30 hari
yaitu 18,05%; 75-90 hari 12,02%; 60-75 yaitu 11,4% dan terendah 0-15 yakni 9,9% (Gambar 5).
Pertumbuhan optimal pada umur 30-45 hari tersebut didukung dengan kondisi kualitas air dan
nutriennya yang baik (nitrat 3,44 mg/L dan fosfat 0,84 mg/L), sehingga pada periode pertumbuhan
tersebut sangat memungkinkan untuk mensuplai pakan yang tepat bagi optimalisasi pertumbuhan
udang vaname tersebut.Pakan yang diberikan akan memacu pertumbuhan udang sehingga sisa-sisa
pakan yang tidak dimanfaatkan oleh udang dapat diminimalisir.
KESIMPULAN
1. Kisaran kualitas air mendukung untuk pertumbuhan dan kehidupan udang kecuali pada parameter
nitrit mengalami peningkatan pada hari ke 75 dan turun pada akhir penelitian.
2. Kondisi kualitas air dan nutrien yang kondusif bagi pertumbuhan udang tersebut sehingga pada
umur 30-45 hari persentase pertumbuhannya tertinggi yaitu 25,54% kemudian 45-60 hari 22,63%;15-
30 hari yaitu 18,05%; 75-90 hari 12,02%; 60-75 hari yaitu 11,4% dan terendah 0-15 hari adalah
9,9%.

Page 333 of 1000

Page 5 of 8
Kajian kualitas air pada budidaya udang vaname ..... (Andi Sahrijanna) 318

30
25,54
25 22,63

Pertumbuhan (%)
20 18,05

15 12,02
11,40
9,90
10

0
0-15 15-30 30-45 45-60 60-75 75-90
Umur (hari)
Gambar 5. Persentase pertumbuhan pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan sistem pergiliran pakan selama penelitian

3. Perlakuan pergiliran pakan pada pengamatan yang ke 42 memberikan pertumbuhan yang lebih
tinggi dari pada awal penelitian sebelum pemberian pergiliran pakan yang berbeda.
DAFTAR ACUAN
Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya udang saat ini. PT. Central
Proteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya. 16 hal.
Andrianto, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta
Alaerst G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for Aquaculture. Auburn University, Alabama. 482 p
Boyd, 2001 Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perikanan
Boyd, C.E. and Clay, J.W. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture LTD, A Superintensive Shrimp
Aquaculture System. Report prepared under The Word Bank, NACA, and FAO Consorsium. Work in
progress for Public Discussion. Published by The Consorsium. 17p.
Chopin, T., A. H. Buschmann, C. Halling, M. Troell,N. Kautsky, A. Neori, G. Kraemer, J. Zertuche-Gonzalez,
C. Yarish, and C. Neefus. 2001. Integrating seaweeds into aquaculture systems: a key towards
sustainability. Journal of Phycology 37:975–986
Effendi, H., 2003. Telahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Periran.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. .
259 hal
Irianto, A and B. Austin. 2002. Probiotics in aquaculture. Journal of Disease. Vol 25: 633-642.
Liao, I.C. dan Murai, T., 1986. Effects of dissolved oxygen, temperatur, and salinity on the oxygen
consumption of grass shrimp, Penaeus monodon. In:Maclean, J.L., Dizon, L.B. and Hosillos, L.VV.
(Eds): The First Asian Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philipinnes, p : 641-646
Mc Graw WJ, Scarpa J. 2002. Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture in
freshwater. Global Aquaculture. Advocate .5 (3): 36-37.
Neori, A., T. Chopin, M. Troell, A. H. Buschmann, G. P. Kraemer, C. Halling, M. Shpigel, and C. Yarish.
2004. Integrated aquaculture: rationale, evolution and state of the art emphasizing seaweed
biofiltration in modern mariculture. Aquaculture 231:361–391.
Pan-Lu-Qing,Fang bo,Jiang Ling-Xu, and Liu-Jing. 2007.The effect of temperature on selected immune
parameters of white shrimp,Litopenaeus vannamei. Journal of the World Aquaculture Saciety. 38 (2),
326-332
Pantjara B. 2008. Efektivitas sumber C terhadap dekomposisi bahan organiklimbah tambak udang
intensif. Prosiding Seminar Nasional Kelautan IV. Universitas Hang Tuah, Surabaya. II-195-199.

Page 334 of 1000

Page 6 of 8
319 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak udang dan Lingkungan
Budidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi
Teknologi dalam Budidaya. Semarang , 27 – 29 Januari. 2004. 24 hal.
Sutanto, I. 2005. Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Di Lampung. dalam A.
Sudrajat,Z.I.Azwar, L.E. Hadi. Haryati .N. A. Giri dan G. Sumiarsa. 2005. Buku Perikanan Budidaya
Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan 67 – 72.
Soemardjati W, Suriawan A. 2007. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) ditambak.
Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air
Payau Situbondo. 30 hal.
Tahe, S., A.Nawang dan Abd. Mansyur. 2010. Aplikasi pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan
dan produksi udang vaname (L.vannamei). Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.
12 hal.

Page 335 of 1000

Page 7 of 8
Kajian kualitas air pada budidaya udang vaname ..... (Andi Sahrijanna) 320

DISKUSI

Nama Penanya:
Retna Utami

Pertanyaan:
(1) Perlakuan protein tinggi itu berapa? Protein rendah berapa? (2) Di kesimpulan ada pernyataan
pertumbuhan tinggi pada hari ke 42 di dapat dari mana? Di pembahasan tidak ada.

Tanggapan:
(1) Perlakuan protein tinggi = 38% dan protein rendah = 28%. (2) Pengambilan kesimpulan
berdasarkan dari kualitas airnya sehingga asumsinya pada hari ke 42 – 45 merupakan pertumbuhan
tertinggi.

Page 336 of 1000

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai