Anda di halaman 1dari 20

KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pembimbing:

Ns. Rahmat Syukri, S.Kep, M.KM

Mata Kuliah: Keperawatan Gerontik

Oleh Anggota Kelompok 1:

Afdhal Wahyudi Rahmadina Azila

Aria Guswanti Risa Diana Hasti

Dewita Maharani Sari Saputri

Fauziah Rahma Dewi Sri Wahyuni

Indah Dianatus Soleha Victor Trio Saputra

M.Irpan Verdyan Winda Elvia Gusri

Novia Rama Zalni Yonardo Efendy

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan YME atas rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang konsep keperawatan gerontik.
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi keperawatan.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, buku, diskusi
kelompok, dll. Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang
dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang
sedang menepuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami
khususnya.

Bukittinggi, 30 September 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu Gerontik ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena sampai setengah abad yang lalu, ilmu memang belum
dikenal. Padahal ilmu kesehatan anak (pediatri) berkembang pesatnya. Berbagai istilah
berkembang terkait dengan lanjut usia (Lansia), Yaitu Gerontologi, Geriatri serta
keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik (Gerontological Nursing and Geriatric
Nursing).
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua,tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Batasan untuk kategori lansia berdasarkan tingkatan usia menurut
WHO yaitu:usia pertengahan (middleage) 45 – 59 tahun, usia lanjut (elderly) 60 – 74
tahun, usia lanjut usia (old) 75 – 90 tahun dan sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun
(WHO, 2012).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat, jumlah populasi lansia berusia 60
tahun atau lebih diperkirakan hampir rmencapai 600 juta orang dan di proyeksikan
menjadi 2 milliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi
anak (0-14 tahun). Di Indonesia di proyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020
menjadi besar 11,34% berjumlah 28.822.879 jiwa (Padila, 2013).
B. Tujuan Penulisan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah -
masalah yang terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).
Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan
professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-
psiko-sosial- spiritual dan cultural yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)

4
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.

B. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di
dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses

5
menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut sebagai penyakit degeneratif.

C. Teori-Teori Penuaan
Teori - teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan – perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
a. Teori genetik
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu
ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri
dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatik, dan teori glikogen.
b. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi
sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung
teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal.Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolism yang
menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul
atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini merupakan jenis
yang sangat relative yang dihasilkan dari reaksi selama metabolisme.
c. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organism asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan

6
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker adan infeksi. Seiring dengan
berkurangnya fungsi system imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun
tubuh. Seiring dengan bertambahnyan usia berat dan ukuran kelenjar timus
menurun, seperti halnya kemampuan tubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena
hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak
beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap se lasing, terutama bila
menghadapi infeksi.
d. Teori neuroendokrin
Teori – teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal seperti yang
terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel. Salah satu area
neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah
waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini kadang- kadang
diinterprestasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya
pengetahuan.

2. Teori psikososiologi
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis.
a. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan aspek – aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Jung (1994), mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. (Stanley,
2006).
b. Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang
rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang
harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap- tahap spesifik dalam hidupnya untuk
mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah

7
mampumelihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Dikutip dari Stanley, Mickey (2006).
c. Teori aktivitas
Havighurst (1989), menulis tentang pentingnya tetap aktif secara social
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup.
Dan penelitian baru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatansepanjang masa kehhidupan manusia. Dikutip dari Stanley, Mickey
(2006).

3. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James
Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan (Wong, et .al, 1999).
Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual adalah suatu
kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah
kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan
kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu
suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu
keyakinan, cinta kasih dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.
Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada
tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

D. Mitos – Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya


1. Menurut kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jernih payahnya dimasa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan- akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataan : Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
a. Depresi

8
b. Kekhawatiran
c. Paranoid
d. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa sila
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa anak- anak
g. Susah berubah
h. Keras kepala dan,Cerewet

Kenyataan : Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.

3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan : Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh
dan metabolism sehingga rawan terhadap penyakit. Tetapi banyak penyakit yang
masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan : Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta
tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.

9
Kenyataan : Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia
tetapi masih tetap tinggi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan : Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan,
kemantapan, dan produktifitas mental dan material.

E. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia


1. Perubahan – perubahan fisik
a. Sel
1). Lebih sedikit jumlahnya
2). Lebih besar ukurannya
3). Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular
4). Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
5). Jumlah sel otak menurun
6). Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7). Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%

b. Sistem persarafan
1). Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
2). Cepatnya menurun hubungan persarafan
3). Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4). Mengecilnya saraf panca indera
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium,
dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
5). Kurang sensitive terhadap sentuhan.

c. Sistem pendengaran

10
1). Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi
pada usia di atas umur 65 tahun.
2). Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3). Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4). Pendengaran bertambahnya menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/ stres.

d. Sistem penglihatan
1). Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2). Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3). Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
4). Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5). Hilangnya daya akomodasi.
6). Menurunnya lapangan padang : berkurang luas pandangannya.
7). Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. Sistem kardiovaskuler
1). Elastisitas, dinding aorta menurun.
2). Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
5). Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ± 90
mmHg.

11
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
memperngaruhinya. Yang sering ditemui, antara lain :

1). Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun.
2). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

g. Sistem respirasi
1). Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2). Menurunnya aktivitas dari silia.
3). Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4). Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5). O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6). CO2 pada arteri tidak berganti.
7). Kemampuan untuk batuk berkurang.
8). Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.

h. Sistem gastrointestinal
1). Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang bias terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2). Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (±80%), hilangnya sensifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensifitas dari saraf pengecapan tentang rasa asin,
asam, dan pahit.
3). Esophagus melebar.
4). Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5). Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

12
6). Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).

7). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

i. Sistem reproduksi
1). Menciut ovary dan uterus
2). Atrofi payudara
3). Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
4). Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan
baik), yaitu :
a). Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b). Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual.
c). Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
5). Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan – perubahan warna.

j. Sistem genitourinaria
1). Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh, melalui urin, darah yang
masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +
1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
2). Vesika urinaria (kandung kemih)
a). Otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urin.

b). Atrofi vulva

13
c). Vagina
Orang – orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkan, tidak
ada batasan umum tertentu fungsi seksual seseorang berhenti, frekuensi sexual
intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

k. Sistem endokrin
1). Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2). Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3). Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah,
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4). Menurunnya akitifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate, dan
menurunnya daya pertukaran zat.
5). Menurunnya produksi aldosteron.
6). Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya : progesterone, esterogen, dan
testosteron.

l. Sistem kulit
1). Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta
perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis).
3). Menurunnya respon terhadap trauma.
4). Mekanisme proteksi kulit menurun.
a. Produksi serum menurun.
b. Penurunan produksi VTD.
c. Gangguan pigmentasi kulit.
5). Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6). Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7). Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8). Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9). Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10). Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

14
11). Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12). Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
a. Sistem muskuloskeletal
1). Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2). Kifosis
3). Pinggang, lutut dan jari- jari pergelangan terbatas.
4). Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5). Persendian membesar dan menjadi kaku.
6). Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7). Atrofi serabut otot (otot- otot serabut mengecil) :
Serabut – serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot- otot kram dan menjadi tremor.
8). Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.

2. Perubahan – perubahan mental


Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental
a. Pertama – tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (hereditas).

e. Lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain
seperti penyakit- penyakit.

 Kenangan (memory)

a. Kenangan jangka panjang :


Berjam – jam sampai berhari – hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika
0-10 menit, kenangan buruk.

15
 I.Q (Intellgentia Quantion)
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor : terjadi perubahan pada
daya membahayangkan karena tekanan – tekanan dari faktor waktu.

 Perubahan – perubahan psikologis


a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan. Bila seseorang pension (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-
kehilangan, antara lain :
1). Kehilangan financial (income berkurang)
2). Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan
segala fasilitasnya).
3). Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.
4). Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

f. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman- teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.

F. Dampak kemunduran dan reaksi – reaksi yang terjadi.


Kemunduran – kemunduran yang telah disebutkan itu mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan terhadap perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jelas
jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduranlah yang akan paling banyak dikemukakan
tetapi di samping berbagai macam kemunduran, ada sesuatu yang dapat dikatakan justru

16
meningkat dalam proses menua, yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses menua,
yaitu :
Kondisi Usia Dewasa Usia Lanjut

Emosi Tidak terlalu stress Emosi lebih sensitive.


Stres/ kecemasan
Fisik Kulit kencang, tampilan Kecantikan dan ketampanan
menarik, cantik dan tampan mulai menghilang.
Kehilangan daya tarik.
Seks Masa klimakterium. Perubahan keseimbangan
Perasaan daya tarik dalam hormonal,sehingga
seks. kurangnya dorongan seks,
wanita terjadi menopause,
Laki- laki hormon testoteron
menurun

Gejala – gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi :


1. Gangguan pada haid : haid menjadi tidak teratur, kadang – kadang terjadi perdarahan yang
terlalu banyak atau terlalu sedikit.

2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang – kadang timbul rasa panas pada muka, leher,
dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang banyak. Perasaan panas ini
berlangsung beberapa detik saja, namun bisa berlangsung sampai 30 menit – 1 jam.

3. Gejala – gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah,
mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang mantap. Bila wanita pada mudanya
mempunyai kecenderungan mudah dipengaruhi keadaan emosionalnya maka ia akan lebih
mengalami gangguan psikologik pada masa ini.
4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium. Tetapi tidak semua
rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause. Sebaiknya dicari sebab- sebab
lainnya.

5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.

6. Rasa gatal – gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan keriput.

7. Sakit – sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.

17
8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya: karena
meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan atau bisa juga adanya stres
mental.

9. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun
psikis.

10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual, yang hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormonal maupun pengaruh psikis. Gejala – gejala kejiwaan yang timbul sangat
bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan yang sering timbul adalah
adanya rasa takut, tegang, gelisah, lekas marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi,
lekas lupa dan susah tidur.
Adanya wanita yang mengalami menopause menafsirkan sebagai kehilangan fungsinya
sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di lain pihak ada
yang menafsirkannya sebagai akan terhentinya kehidupan seksualnya hal ini adalah
keliru sekali. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu kurang pantas
dilakukan bagi mereka yang sudah tua, meskipun dorongan kea rah itu masih ada.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa kerisauan menghadapi masa tua seringkali juga
menyangkut kehidupan seksual.
11. Berubahnya libido (nafsu seks).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap
berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial
ekonomi, perilaku, lingkungan, dan lain- lain.
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.

B. Saran
Kelompok menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari
itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Konsep dasar keperawatan gerontik, pdf.


Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nugroho, Wahjudi SKM. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai