KETOASIDOSIS DIABETIK
OLEH :
KELOMPOK 8
ALVIOLA
REDHO RYAS PRADA
SALSABILA ARTA
SARI SAPUTRI
YOLA FRIMA REZA
KEPERAWATAN VII/B
Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
tugas ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Pada mata kuliah ini, kelompok membuat
makalah mengenai kasus dan askepnya.
Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Kami
ucapkan terimakasih kepada dosen yang mengajar yang memberikan kami kesempatan
untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan autism
Semoga bermanfaat dan akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Ketoasidosis Diabetik……………………………………………………………….…..
B. Etiologi……………………………………………………………………………….…
C. Tanda Dan Gejala………………………………………………………………….……
D. Patofisiologi…………………………………………………………………………..…
E. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………….……
F. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………………….…..
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………………………….……
H. Penatalaksanaan…………………………………………………………………….…...
I. Komplikasi ……………………………………………………………………….…….
J. Asuhan Keperawatan Teoritis…………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.
Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan
yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas,
pasen usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah
yang rendah. Kematian pada pasien ketoasidosis usia muda, umumnya dapat dihindari
dengan diagnosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional, serta memadai sesuai
dengan dasar patofisiologinya. Pada pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian
lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan
ketosis. Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi.
Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada
sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas. Oleh sebab itu
penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap.
Peran perawat dalam menangani pasien dengan KAD harus tepat waktu, tepat sasaran
dan tepat tindakan keperawatannya dimana pasien harus bisa mengontrol pola makan
yang benar dan sehat, berhati-hatilah dalam beraktivitas agar tidak menimbulkan
komplikasi lain dan perawat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
insulian setiap harinya.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diadakan presentasi diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan
memahami tentang ketoasidosis diabetikum serta asuhan keperawatan yang
harus diberikan dengan berbagai masalah yang timbul.
b. Tujuan Khusus
Setelah presentasi dan diskusi tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan
pada klien dengan ketoasidosis diabetikum, mahasiswa diharapkan akan dapat
1) Mengetahui pengertian KAD
2) Mengetahui dan memahami etologi KAD
3) Mengetahui dan memahami manifestasi kiniks KAD
4) Mengetahui dan memahami patofisiologi dan patway dari KAD
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnosis yang dibutuhkan
pada klien KAD
6) Mengetahui dan memahami komplikasi KAD
7) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan KGD, keperawatan dan
medis dari KAD
8) Mengetahui dan memahami proses keperawatan pada KAD
BAB II
PEMBAHASAN
A. KETOASIDOSIS DIABETIK
Ketoasidosis diabetikum (DKA) adalah penyakit kritis yang ditandai dengan
hipoglikemi berat, asidosis metabolic dan ketidakseimbangan cairan dan elektolit.
DKA merupakan akibat dari defisiensi insulin berat yang menyebabkan gangguan
gangguan metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat
defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormone kontra legulator
(glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan), yang menyebabkan
keadaan hipergilkemi
B. ETIOLOGI
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia, kolestisitis,
iskemia usus dan apendisitis. Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai
resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres fisik (atau emosional), terjadi
peningkatan hormon – hormon ”stres” yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin,
kotrisol dan hormon pertumbuhan. Hormon – hormon ini akan menigkatakan
produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa dalam
jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin. Jika kadar insulin
tidak meningkatkan dalam keadaan sakit atau infeksi, maka hipergikemia yang
terjadi dapat berlanjut menjadi ketoasidosis diabetik.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks yang penting
pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk
mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan
glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis
osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira –
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida selam
periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi benda
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalanm
sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik (Brunner and
suddarth, 2002).
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Hipotermia sering ditemukan pada KAD, adanya panas merupakan tanda adanya
infeksi
2. Hiperkapnia atau pernafasan kussmaul, berkaitan dengan beratnya asidosis
3. Takikardia, sering ditemukan, namun TD masih normal kecuali terjadi dehidrasi
berat.
4. Nafas bau buah
5. Turgot kulit menurun, beratnya tergantung dari beratnya dehidrasi
6. Hiporefleksia
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Analisa Darah
a. Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
b. pH rendah (6,8 -7,3)
c. PCO2 turun (10 – 30 mmHg)
d. HCO3 turun (<15 mEg/L)
e. Keton serum positif, BUN naik
f. Kreatinin naik
g. Ht dan Hb naik
h. Leukositosis
i. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Elektrolit
a. Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan yang hilang
(dehidrasi).
b. Fosfor lebih sering menurun
c. Urinalisa
d. Leukosit dalam urin
e. Glukosa dalam urin
EKG gelombang T naik
MRI atau CT-scan
Foto toraks
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut:
1. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl
0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin
hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi
atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus
dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk
beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin
3. Potassium
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita
KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.Input saline
fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan
elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu
dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan kedalam
regimen cairan.Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita KAD
(ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia yang cermat.
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
1. Fase I/Gawat :
a. Dehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama,
lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
2) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 –
48 jam).
5) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam
sekali
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L
³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
Fase II/Maintenance:
1) Cairan maintenance
a. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2) Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
3) Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu
makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
4) Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
I. KOMPLIKASI
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome). Patogenesis terjadinya hal ini
belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi yang berlebihan, gagal jantung kiri
atau perubahan permeabilitas kapiler paru.
2. DIC (disseminated intravascular coagulation)
3. Edema otak. Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi
terus menerus akan beresiko terjadinya edema otak
4. Gagal ginjal akut. Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
5. Hipoglikemia dan hiperkalemia. Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan
yang berlebihan dan tanpa pengontrolan.
Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak).Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
Frekuensi pernapasan meningkat.
2) B2 (Blood)
1. Tachicardi
2. Disritmia
3) B3 (Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
4) B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia.
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap
lanjut dari DKA)
5) B5 (Bowel)
1. Distensi abdomen
2. Bising usus menurun
6) B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif b/d penurunan kemampuan bernafas
2) Gangguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman (pH menurun) akibat
hiperglikemia, glukoneogenesis dan lipolysis
3) Defisit volume cairan dan elektrolit b/d diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual,
kacau mental
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
3) INTERVENSI
1. Dx. I : Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kemampuan bernafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pola nafas efektif
KH : Pola nafas pasien kembali teratur, respirasi rate pasien kembali
normal (16-24x/menit), dan pasien mudah untuk bernafas
Intervensi :
Kaji pola nafas setiap hari
R : Pola dan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status
hidrasi, status cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan
faktor harus dapat diidentifikasi untuk menentukan faktor mana yang
berpengaruh
Kaji kemungkinan adanya sekret yang mungkin timbul
R : Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum
berlebih akibat kerja reflek parasimpatik atau menurunnya kemampuan
menelan
Baringkan klien pada posisi nyaman, semi fowler
R : Memudahkan klien dalam bernafas
Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
R : Pernafasan kusmaul sebagai kompensasi keasaman memberikan
respon penurunan CO2 dan O2. Pemberian oksigen sungkup dalam
jumlah yang minimal diharapkan dapat mempertahankan level CO2.
Pastikan jalan nafas tidak tersumbat
R : Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan
nafas, menghindari jatuhnya lidah dan meminimalkan penutupan jalan
nafas oleh sekret yang mungkin terjadi
Kolaborasi dengan tim medis
R : Membantu tindakan medis selanjutnya sesuai dengan indikasi
dokter
2. Dx. II : Resti terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis
dan lipolysis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas
KH : RR dalam batas normal (16-24x/menit), AGD dalam batas normal,
yaitu pH (7,35-7,45), PO2 (80-100 mmHg), PCO2 (30-40 mmHg), HCO3 (22-
26), BE (-2 sampai +2)
Intervensi :
Observasi irama, frekuensi serta kedaleman pernafasan
R : Memantau adanya perubahan irama, frekuensi dan kedalaman
pernafasan
Monitor hasil pemeriksaan AGD
R : Untuk memantau AGD pasien apabila ada perubahan dalam pH,
PO2, PCO2, HCO3 dan BE
Auskultasi bunyi paru
R : Mengidentifikasi bunyi paru apabila ada bunyi tambahan dalam
paru
Berikan posisi fowler / semifowler (sesuai dengan keadaan klien)
R : Memberikan rasa nyaman dan melancarkan jalan nafa
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R : Agar memperlancar pertukaran gas dan mengurangi sesak nafas
pada pasien
3. Dx. III : Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan
intake akibat mual, kacau mental
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan volume cairan seimbang
KH : TTV dalam batas normal, pulse perifer dapat teraba, turgor kulit dan
capillary refill baik (kembali < 3 detik), keseimbangan urin output dan kadar
elektrolit normal
Intervensi :
Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah maupun muntah
R : Membantu memperkirakan pengurangan volume total. Proses
infeksi yang menyebabkan demam dan status hipermetabolik
meningkat pengeluaran insensible
Monitor tanda-tanda vital dan perubahan tekanan darah orthostatic
R : Hipovolemik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
Hipovolemia yang berlebihan dapat ditunjukkan dengan peenurunan
TD lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi
yang adekuat
Pantau masukan cairan dan pengeluaran urin
R : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan
Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hari
R : Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian NaCl, ½ NaCl dengan atau
tanpa dekstrose
R : Meningkatkan dan menyeimbangkan volume cairan dalam tubuh
1. Pengkajian
Tgl/ Jam : 14. 00 WIB Tanggal MRS :-
Ruangan : ICU Diagnosis Medis : Ketoasidosis Diabetik
Nama : Tn . Oliver No Rm : 123456
Jenis Kelamin : Laki-laki Suku/Bangsa : Koto
IDENTITAS
Keluhan utama masuk RS : Badan letih, batuk, mual dan muntah selama 4 hari
RIWAYAT SAKIT DAN
Keluhan utama saat pengkajian : Sesak nafas, kurang respon pasien, pernafasan cepat dan
KESEHATAN
Diaphoresis : Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan : Diare Muntah Luka bakar
berlebihan :-
JVP: :-
CVP: :-
Suara jantung : Ya Tidak, Jenis cairan: NaCl
IVFD :
Lain-lain
Gangguan perfusi jaringan cerebral
MK:
Kesadaran : Composmentis Apatis Delirium Somnolen
GCS Koma
Pupil : Eye 3 Verbal 3 Motorik 3
Refleks Cahaya : Isokor Unisokor Pinpoint
Refleks Muntah Midriasis
Refleks fisiologis : Ada Tidak Ada
BRAIN
Nyeri BAK
Frekuensi BAK : Warna: ... ... Darah : Ada Tidak ada
Kateter : Ada Tidak ada, Urine output: ... ...
Lain-lain :
MK
Keluhan : Mual Muntah Sulit menelan
TB :
BB :
Nafsu makan : Baik Menurun
Makan : Frekuensi ... ...x/hr Jumlah : ... ... porsi
Minum : Frekuensi ... ... gls /hr Jumlah : ... ... cc/hr
NGT :-
BOWEL
MK:
Deformitas : Ya Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya Tidak Lokasi ... ...
Edema : Ya Tidak Lokasi ... ...
Luka Bakar : Ya Tidak Lokasi ... ...
Grade : ... Luas ... %
Jika ada luka/ vulnus, kaji: : Luas Luka: ... ...
Warna dasar luka: ... ...
Kedalaman : ... ...
BONE
Lain-Lain :
Leher
HEAD TO TOE
Dada
Ekstremitas
2. Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa
1 DS Asidosis, ketosis, Gangguan
Pasien mengeluh sesak hiperglikemi Pertukaran Gas
DO
Pernafasan cepat dan dalam
Nadi : 132 x/menit
RR : 28 x/menit
Terdengar bunyi rales pada
dasar paru
pH :7,06
PO2 : 112
PCO2 : 13
HCO3- : 2,5
Keton : 4+ pada
pengenceran 1:2 dan terlacak
sampai pengenceran 1:32
A. KESIMPULAN
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 . Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2002. Keperawatan Kritis Pendekatan Hosistik Vol.2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Hudak & Gallo. 2002. Keperawatan Kritis Pendekatan Hosistik. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta