Anda di halaman 1dari 25

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENDIDIKAN
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : David Ari Setyawan, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Asvira Widian Putri (1710310136)
2. Afit Maulina Sarry (1710310138)
3. Widya Hastuti (1710310141)
4. Hartini Puji Lestari (1710310152)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia
dilengkapi akal, pikiran perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya didunia. Akibat unsur kehidupannya, manusia berkembang dan
mengalami perubahan baik perubahan segi fisiologis maupun perubahan
dalam segi psikologis.
Pendidikan merupakan upaya dalam membentuk suatu lingkungan
untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang
dimilikinya dan akan membawa perubahan yang diinginkan dalam kebiasaan
sikapnya. Peserta didik tersebut akan dibantu oleh guru, orang tua serta orang
dewasa untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkannya.
Dalam mencapai kematangan perkembangan peserta didik, terdapat
banyak prinsip-prinsip yang ada dalam perkembangan tersebut. Prinsip
tersebut harus dipahami oleh setiap pendidik ataupun pemimpin dalam
pendidikan agar memudahkan pembentukan atau pematangan perkembangan
yang dialami oleh peserta didik dan memudahkan pendidik atau pemimpin
pendidikan dalam membuat kurikulum atau program pendidikan yang
nantinya seseuai dengan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian perkembangan ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip perkembangan ?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip perkembangan terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan.
2. Mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.
3. Mengetahui implikasi prinsip-prinsip perkembangan terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan
Santrock mengemukakan bahwa perkembangan merupakan pola
perubahan yang dimulai sejak permbuahan dan terus berlanjut disepanjang
rentang kehidupan individu (Soetjiningsih, 2018: 2). Proses perkembangan
sebagian besar melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran
atau penuaan. Sebagai contoh ketika seorang anak masuk sekolah mereka akan
mengalami peningkatan pengetahuan dan kemampuan kongnitif mereka
karena adanya pembelajaran yang diberikan oleh pendidik, namun anak juga
akan mengalami kemunduran dimana mereka mengalami penurunan
kreativitasnya, hal ini disebabkan karena mereka harus mengikuti aturan-
aturan yang ketat sehingga menghambat kreativitasnya.
Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati
(The progressive and continous change in the organism from birth to death)
(Yusuf, 2000: 15). Perkembangan individu ini terjadi di sepanjang kehidupan
individu. Perkembangan ini terjadi sejak konsepsi (pembuahan) dan tidak
berhenti sampai individu menginjak masa remaja, tetapi akan terus
berlangsung sampai masa dewasa akhir atau menuju kematian.
Perkembangan bersifat progresif berarti adanya perubahan yang
terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara
kuantitatif (fisik) maupun secara kualitatif (psikis) (Yusuf, 2000: 15). Sebagai
contoh seperti adanya perubahan tinggi badan seorang anak, yang awalnya
pendek menjadi tinggi atau dari kecil menjadi besar. Pada setiap aspek yang
terjadi dalam proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal umum,
kemudian sedikit demi sedikit meningkat pada hal-hal yang khusus (Marliani,
2016: 113). Perkembangan ini biasanya dapat dilihat pada perubahan aspek
kongnitifnya (pengetahuan) yang awalnya masih sederhana sampai kepada
yang kompleks, seperti yang awalnya hanya mengenal abjad atau huruf saja
berkembang menjadi dapat membaca kalimat dalam buku. Sedangkan
perkembangan bersifat berkesinambungan berari perubahan pada bagian atau
fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi
secara kebetulan atau loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berdiri seorang
anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan
duduk dan merangkak.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa perkembangan tidak hanya berbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung perubahan yang
berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsu jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan melalui
pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.
B. Prinsip-Prinsip Perkembangan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses
pembuahan hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami
perubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titip
puncak kemudia mengalami kemunduran (Sit, 2012: 3).
Selama proses perkembangan seorang anak memiliki ciri-ciri
perubahan yang mencolok, yaitu:
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Perubahan fisik ini dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik
berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak
untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya dan juga
berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang
tuanya. Perubahan fisik ini meliputi :
a. Perubahan tinggi badan
Individu akan mengalami penambahan tinggi badan setiap tahunnya
rata-rata tiga inci. Pada usia enam tahun tinggi anak rata-rata 46,6
inchi.
b. Perubahan berat badan
Individu akan mengalami pertambahan berat setiap tahunnya rata-rata
tiga sampai lima pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali
berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-
laki 49 pon.
c. Perbandingan tubuh
Penampilan bayi tidak tampak lagi, wajah tetap kecil tetapi dagu
tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tuuh berkurang
dan tubu cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dan
dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar.
d. Postur tubuh
Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa
kanak-kanak, ada yang memiliki postus tubuh gemuk lembek
(endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik), serta ada yang
relatif kurus (ektomorfik).
e. Tulang dan Otot
Tingkat pergeseran otot berrvariasi pada bagian tubuh mengikuti
hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat,
sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
f. Lemak
Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan
lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik
sebaliknya dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil
dan sedikit jaringan lemak.
g. Gigi
Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-
kanak, empat gigi bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi
tetap. Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh
yaitu gigi seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya
bayi memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah di
mana gigi tetap akan muncul.
h. Perubahan proporsi tubuh
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis. Anggota badan tumbuh
dengan kecepatan yang berbeda-beda dan tiap anak mempunyai tempo
perkembangan sendiri. Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat
dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima (Murni, 2017: 23-
24)
2. Perubahan Mental
Perubahan mental merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku
kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam
lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Perubahan mental
ini meliputi:
a. Perubahan pada memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial dan
imajinasi.
b. Hilangya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri
sikap sosial. Misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap
prososial.
Ciri-ciri perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif
teratur. Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang sistematis. Atas dasar
tersebut, beberapa ahli merumuskan prinsip-prinsip perkembangan. Beberapa
prinsip-prinsip perkembangan itu sebagai berikut:
1. Perkembangan mencakup proses-proses biologis (Biological Process),
Kongnitif (Congnitive Process), Sosioemosional (Socioemotional Process)
Proses biologis meliputi perubahan fisik individu seperti
pertambahan berat dan tinggi badan, pertumbuhan otak, perubahan pada
keterampilan motorik, dan lain-lain. Proses kongnitif meliputi perubahan-
perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa. Proses sosioemosional
meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain. Perubahan
emosi, dan kepribadian individu. Ketiga proses ini saling berkaitan dan
pengaruh memengaruhi. Misalnya, proses biologis akan mempengaruhi
proses kongnitif, proses kongnitif dapat meningkatkan atau membatasi
proses sosioemosional dan proses sosioemosional mempengaruhi proses
kongnitif. Oleh karena itu, ketiga aspek ini aspek biologis, kongnitif dan
sosioemosional tidak boleh dipandang secara terpisah ketiganya
merupakan satu kesatuan, serta semua aspek harus memperoleh perhatian
dan stimulus yang memadai agar ketiga aspek berkembang optimal dan
terintegrasi.
2. Tahun-Tahun Pemula (Perkembangan Awal) Merupakan Masa Kritis.
Artinya tahun-tahun pertama kehidupan adalah sangat penting
karena merupakan dasar perkembangan atau penentu perkembangan
selanjutnya. Tentu tidak berarti tahap usia berikutnya tidaklah penting,
namun dapat dikatakan tahun-tahun permulaan merupakan pondasi bagi
perkembangan individu. sikap, kebiasaan, dan pola perilaku yang dibentuk
di awal sangat menentukan seberapa jauh anak tersebut berhasil
menyesuaikan diri dalam kehidupan yang akan datang dapat dikatakan
bahwa usia-usia awal merupakan tahap penting karena dimasa inilah
banyak aspek penting yang berkembang pesat dan merupakan masa
diletakannya pola-pola dasar perilaku individu.
Beberapa ahli menyatakan bahwa usia-usia awal tersebut ada
disekitar 5 tahun pertama kehidupan. Pada usia ini diletakkan struktur
perilaku yang kompleks sehingga mempengaruhi perkembangan sikap
anak pada masa selanjutnya. Namun individu mengalami perkembangan
disepanjang hayat kehidupannya dan ada banyak hal yang mempengaruhi
selama proses perkembangan. Oleh karena itu pola-pola perilaku yang
terbentuk di tahun-tahun pertama kehidupan yang cenderung mapan
tersebut, bukan berarti tidak bisa berubah. Ada tiga kondisi yang
memungkinkan perubahan cenderung terjadi yaitu:
a. Individu memperoleh bantuan atau bimbingan untuk berubah.
Misalnya penggunaan tangan kanan atau kiri, dengan latihan yang
diberikan orangtua atau guru anak dapat menggunakan tangan kanan
lebih baik daripada tangan kirinya.
b. Orang-orang yang berarti bagi individu memperlakukan individu
dengan cara-cara yang baru atau berbeda. Perubahan individu akan
terjadi apabila orang-orang disekitar anak memperlakukan dengan baik
serta mendorong anak untuk lebih bebas mengekspresikan dirinya.
Sikap seperti ini akan menumbuhkan rasa percaya diri anak sehingga
mendorong anak utnuk tumbuh dan berkembang (Sit, 2012: 4)
c. Individu memiliki motivasi yang kuat untuk berubah. Motivasi yang
kuat dari diri individu yang ingin mengalami perubahan akan
mempengaruhi perkembangan setiap individu. Misalnya anak yang
malas berbicara tidak akan menjadi anak yang terbuka di masa yang
akan datang.
3. Perkembangan Individu Bersifat Holistik
Berbagai aspek perkembangan manusia tidak terjadi secara
terpisah dan sendiri-sendiri, melainkan saling mempengaruhi antara satu
aspek dan aspek lainnya. Hambatan pada salah satu aspek dapat
menghambat perkembangan aspek yang lainnya, oleh karena itu seluruh
aspek perkembangan harus dianggap sama pentingnya dan semuanya
diupayakan berkembang optimal. Contoh: Anak tidak hanya diperhatikan
aspek kongnitifnya saja tetapi juga emosi, sosial, moral, dan aspek lainnya.
Kecenderungan yang terjadi sampai saat ini, aspek kongnitif yang lebih
memperoleh perhatian dan anak-anak banyak ditekan untuk mempunyai
prestasi menonjol dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aspek
kongnitifnya. Orang tua dan guru lebih bangga apabila anak-anak
menunjukkan prestasi yang menonjol dalam aspek kongnitif. Kemampuan
yang baik dalam aspek lain, terutama aspek sosioemosional, kurang
dihargai. Anak yang suka menolong temannya, menunjukkan sopan
santun, mandiri, atau perilaku-perilaku yang positif lainnya dianggap hal
yang biasa.
4. Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu Yang Dapat Diprediksi
Secara umum ada pola-pola tertentu dalam perkembangan
individu. Misalnya, dalam perkembangan fisik dan motorik ada pola
perkembangan sesuai dengan hukum cephalocaudal (perkembangan
menyebar keseluruh tubuh dari arah kepala ke kaki) dan hukum
proximodistal (perkembangan menyebar dari titik poros central tubuh ke
anggota-anggota tubuh) (Soetjiningsih, 2018: 8). Contohnya kemampuan
jari jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan lengan terlebih
dahulu. Jadi, jika kondisi lingkungan tidak menghambat, perkembangan
akan mengikuti pola yang berlaku umum. Namun bila ada faktor-faktor
tertentu yang khusus atau yang menghambat, dapat terjadi perkembangan
individu tidak mengikuti pola yang umum.
5. Perkembangan Dibantu Oleh Stimulasi (Rangsangan)
Agar perkembangan individu terjadi seoptimal mungkin,
diperlukan pemberian stimulasi sesuai dengan taraf perkembangannya.
Contoh: agar anak dapat bicara maka orang tua perlu melatih bicara, agar
anak dapat menulis maka harus dilatih menulis, agar dapat membaca maka
harus dilatih membaca. Tentu harus diingat bahwa selain stimulasi maka
perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor bawaan. Artinya sejauh mana
stimulasi berpengaruh dibatasi oleh faktor bawaan.
6. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karakteristik
Karakteristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan,
ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak
mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap
berikutnya. Bayi berdiri sebelm dapat berjalan. Menggambar lingkaran
sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan
berubah sekalipun terdapat variasi individu kecepatan perkembangan (Sit,
2012: 6).
Anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan
perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam
perkembangannnya dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-
rata, sedangkan anak yang kurang pandai akan berkembang lebih lambat.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari
pertumbuhan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai
kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan
perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan
mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan
menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode
perkembangan akan berpegaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
7. Perkembangan Merupakan Hasil Kematangan/Kemasakan (Maturation)
dan Belajar
Istilah "kematangan" yang dalam bahasa Inggris disebut dengan
maturation, sering dilawankan dengan immaturationyang berarti tidak
matang (Desmita, 2017: 11). Seperti pertumbuhan, kemqtangan juga
berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi, yang menunjuk
pada keranuman atau kemasakan. Kemudian istilah ini diambil untuk
digunakan dalam perkembangan individu karena dipandang terdapat
beberapa penyesuaian.
Kematangan atau kemasakan merupakan terbukanya karakteristik
yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan
genetik individu. Faktor belajar atau pemberian stimulasi pada saat
kematangan organ atau aspek tertentu akan mempengaruhi sejauh mana
pencapaian perkembangan individu. Misalnya, sebelum latihan toilet
training maka urat-urat daging pembuangan harus sudah selesai
pertumbuhannya (harus sudah masak atau matang lebih dahulu) agar
mendukung proses kemajuan latihan yang diberikan. Juga untuk berjalan
akan tidak berhasil bila dilatihkan pada usia 6 bulan karena fungsi-fungsi
organ atau otot-otot kaki tertentu yang berkaitan dengan keterampilan
berjalan belum matang. Jadi, dalam perkembangan yang berkaitan dengan
kematangan dan belajar ini ada waktu yang tepat untuk pemberian
stimulasi. Beberapa ahli menyebut dengan istilah “masa peka”, “masa
kritis”, atau teachable moment.
Masa peka ini berada dalam posisi periode sensitif yaitu suatu
periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga
tidak terlambat perkembangannya (Suhada, 2018: 39). Apabila
pembelajaran diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari
pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula
sebaliknya.
8. Ada Perbedaan Individual (Individual Differences) Dalam Perkembangan
Setiap individu berbeda, tidak ada yang sama karena secara
biologis dan genetis berbeda antara satu dengan yang lain dan reaksi
mereka terhadap rangsangan lingkungan yang sama akan berbeda-beda
sehingga sebenarnya setiap individu mempunyai kekhasan sendiri-sendiri.
Dobzhansky menyatakan bahwa setiao orang secara biologis dan
genetis benar-benar berbeda satu dari yang lainnya, bahkan dalam kasus
bayi kembar satu telur (Soetjiningsih, 2018: 11). Perbedaan-perbedaan itu
semakin jelas pada saat anak-anak beranjak remaja sampai masa usia
lanjut. Perbedaan individu ini sebagai orang tua, guru maupun pihak-
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan harus memahami bahwa setiap
anak itu berbeda-beda, sehingga kondisi fisik, kemampuan serta hasil
perkembangannya juga berbeda. Sehingga apabila ada anak yang memiliki
kemampuan perkembangan yang berbeda dengan teman-teman sebayanya
harus mendapatkan perhatian, perlakuan (treatment) dengan cara yang
berbeda pula.
9. Perkembangan Dipengaruhi oleh Budaya
Perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh budaya yang
tumbuh dilingkungannya. Kebudayaan mempengaruhi fisik dan sikap
anak. Anak yang hidup dalam budaya yang membedakan sikap dan
permainan yang pantas terhadap anak laki-laki dan perempuan akan
berpengaruh pada perkembangan. Anak perempuan anak memilih
permainan yang tidak terlalu banyak menggunakan kemampuan fisik,
sehingga dalam perkembangannya fisik anak perempuan tidak sekuat fisik
anak laki-laki. Anak laki-laki akan dituntut untuk tidak cengeng atau
mudah menangis seperti anak perempuan, sehingga dalam
perkembangannya anak laki-laki akan lebih tegar dan pemberani
dibandingkan anak laki-laki.
10. Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Tugas-Tugas Perkembangan
Terdapat harapan sosial tertentu pada setiap tahap perkembangan.
Tahap bayi (0-2 tahun), anak (2-12 tahun), remaja (12-21 tahun), dewasa
(21-65), usia lanjut (65 tahun keatas), masing-masing memiliki tugas
perkembangan yang berbeda. Tugas perkembangan merupakan tugas-
tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu,
yang jika dicapai akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah
keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugas berikutnya, dan apabila
gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan hambatan dalam
perkembangan berikutnya.
Prinsip-prinsip di atas sejalan dengan Kasiram yang menyatakan
bahwa pada garis besarnya peristiwa perkembangan itu mengikuti prinsip-
prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara
teratur.
2. Perkembangn itu selalu menuju diferensiasi dan integrasi. Dari gerakan-
gerakan yang bersifat massal, berkembang menjadi gerakan-gerakan
khusus dan terjadi koordinasi dan integrasi antara organ yang satu dengan
yang lain.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi
terjadi secara berangsur-angsur, teratur dan terus menerus.
4. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan
sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan
menghambat pula perkembangan akan sukses juga pada perkembangan
berikutnya.
5. Perkembangan adalah hasil dari peristiwa maturation, readness, dan
learning.
6. Perkembangan itu antara satu anak berbeda dengan anak yang lain, baik
dalam perkembangan masing-masing organ atau aspek kejiwaannya
maupun cepat lambatnya perkembangan tersebut (Mukhlis, 2018: 123-
124).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan itu
memiliki prinsip-prinsip yang menggambarkan secara umum bahwa
perkembangan itu senantiasa mengalami seluruh poin-poin yang ada di dalam
prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip itu secara umum menggambarkan
bahwa proses perkembangan terjadi secara teratur, sistematis, bertahap dan
tidak terjadi secara tiba-tiba serta dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
Kemudian dijelaskan juga dalam prinsip perkembangan peserta didik bahwa
setiap individu mengalami perkembangan yang berbeda dengan individu
lainnya dan terjadi secara diferensiasi dan integrasi.
C. Implikasi Prinsip-Prinsip Perkembangan Terhadap Pendidikan
Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-
tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir
hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai
dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah disebut sebagai peserta
didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem
pendidikan. Cara pembelajaran yang diharapakan harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Programmnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta
memperhatikan perbedaan individual anak.
2. Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui
banyak aktivisas.
3. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga
memungkinkan anak terlibar secara penuh dengan menggunakan berbagai
proses perkembangannya.
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap
proses pendidikan akan diuraikan seperti dibawah ini:
1. Implikasi Perkembangan Biologi dan Perseptual
Secara fisik, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami karena
akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggaraan pendidikan. Proses
perkembangan biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-
perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem
syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ dll, termasuk juga
didalamnya perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam
penglihatan, kekuatan, otot, dan lain sebagainya (Mukhlis, 2018: 126).
Seorang pendidik harus memiliki pemahaman terkait perbedaan
individu. Guru harus bisa menghargai berbagai karakteristik fisik, tipe-tipe
kepribadian dan bakat-bakat mereka, karena dengan menghargai, perserta
didik akan merasa senang. Individu-individu yang memiliki tubuh tinggi,
pendek, gemuk, kurus, ceria, sedih, kalem, pemarah semuanya harus
mendapatkan tempat yang benar dalam hari seorang pendidik.
2. Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual berkaitan dengan potensi otak manusia,
potensi otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran sadar,
sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Otak berfungsi
untuk mengoptimalka perilaku sehingga tubuh mampu menghadapi
tantangan dan kesempatan yang datang setiap saat. Aktivitas sel saraf yang
terorganisasi akan dirasakan sebagai aktivitas mental yang teratur. Oleh
karena itu, otak menjadi penentu utama keberhasilan proses pendidikan
karena otak sentral dari semua aktivitas manusia baik aktivitas organ yang
ada di dalam, maupun aktivitas pancaindra yang ada di luar (Suhada, 2018:
129). Perkembangan otak pada usia sekolah dan remaja banyak terjadi di
wilayah korteks, suatu wilayah otak di mana individu dapat mengontrol
tingkah lakunya sendiri. Selama masa usia sekolah, korteks mengalami
perkembangan puncak dan terus diperbaiki dalam masa remaja.
Untuk itu, perkembangan intelektual pada peserta didik perlu
dikembangkan. Proses perkembangan intelektual melibakan perubahan
dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara
individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya (Mukhlis, 2018:
127). Pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan kepada
peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan otaknya berkembang. Seperti, pengembangan potensi
anak, melatih pengamatan, dan pengambilan keputusan, merangsang
pemikiran dan imajinasi, memperdalam pemahaman, dan memperkuat
konsentrasi.
3. Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada dasarnya sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara,
melainkan juga dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau
anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri. Bahasa sangat erat
kaitannya dengan perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Pada usia antara satu tahun enam bulan sampai dua tahun,
perkembangan bahasa (tepatnya perkembangan kemampuan berbahasa)
anak mulai muncul. Hal ini ditandai dengan ekspresi kalimat sederhana
dan singkat yang terdiri atas dua atau tiga kata. Namun, perkembangan
kemampuan berbicara atau berbahasa seorang anak tidak lepas dari fungsi
otak anak itu sendiri (Syah, 2014: 47-48)
Implikasi perkembangan bahasa pada peserta didik:
a. Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka
perkembangan bahasa perserta didik dapat berjalan secara optimal.
Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran kurang efektif, maka dapat
diprediksi bahwa perkembangan bahasa peserta didik akan mengalami
hambatan.
b. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan
sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk
mendapatkan hasil pendidikan yang optimal, maka sangat diperlukan
bahasa yang komunikatif dan memungkinkan peserta didik yang
terlibat dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif dan
produktif.
c. Meskipun umumnya anak SD memiliki kemampuan potensial yang
berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan bahasa sejak dini sangat diperlukan.
4. Implikasi Perkembangan Konsep Diri
Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah, pendidik harus
mampu melakukan upaya-upaya yang memungkinkan dapat meningkatkan
perkembangan konsep diri peserta didik. Berikut beberapa strategi yang
dapat dilakukan oleh pendidik:
a. Membuat siswa merasa dapat dukungan dari pendidik
Dukungan pendidik ini dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan
emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, dan umpan balik. Bentuk dukungan ini memungkinkan
siswa untuk membangun perasaan, memiliki harga diri, memiliki
kemampuan dan berarti.
b. Membuat siswa bertanggung jawab
Rasa tanggung jawab akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap
diri sendiri yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar
siswa yang tinggi serta peningkatan integritas dalam menghadapi
tekanan sosial.
c. Membuat siswa merasa mampu
Pendidik harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya
memiliki kemampuan hanya saja mungkin belum dikembangkan.
Dengan sikap dan pandangann positif terhadap kemampuan siswa ini,
siswa akan berpandangan positif juga terhadap kemampuan dirinya.
d. Mengarahkan siswa untuk mendapat tujuan yang realistis
Pendidik harus membentuk siswa untuk menetapkan tujuan yang
hendak dicapai secara realistis, yakni sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
e. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
Untuk menghindari penilaian yang negatif terhadap dirinya sendiri,
pendidik perlu membantu siswa menilai prestasi mereka secara
realistis sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri terhadap
kemampuan mereka. Hal ini pada gilirannya dapat membangkitkan
motivasi, minat, dan sikap siswa terhadap seluruh tugas di sekolah.
f. Menolong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis
Memberikan dorongan kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang
telah dicapainya merupakan hal penting karena rasa bangga tersebut
adalah salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang
kemampuan yang dimilikinya (Suhada, 2018: 132-133)
5. Implikasi Perkembangan Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
berfikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak
biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap persoalan.
Kreativitas merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan,
komprehensif, imajinatif tinggi untuk mengasilkan sesuatu yang orisinil.
Oleh karena itu, kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih
inovatif dari pada reproduktif (Mukhlis, 2018: 127).
Kreativitas antara satu individu dengan individu yang lain berbeda.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: usia tingkat
pendidikan orang tua, tersedianya fasilitas dan penggunaan waktu luang.
Agar dapat berkembang secara optimal, kreativitas hendaknya perlu
dikembangkan secara menyeluruh baik di lingkungan keluarga, masyarkat,
termasuk dalam dunia pendidikan. Pengembangan kreativitas yang
dilakukan sejak masuk pendidikan sekolah dasar akan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan anak. Tersedianya lingkungan yang tepat sebagai
tempat kreativitas itu berkembang, peluang terbentuknya perilaku kreatif
setelah anak menjadi dewasa lebih memungkinkan.
6. Implikasi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial atau proses belajar menyesuaikan diri terhadap norma
kelompok, moral, dan tradisi, yang melebur menjadi suatu kesatuan, saling
berkomunikasi dan bekerja sama (Yusuf, 2016: 210). Perkembangan sosial
ini akan membawa perubahan pada diri seseorang dalam mencapai
kematangan untuk berhubungan sosial atau bermasyarakat.
Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki kemampuan untuk
berhubungan sosial dengan orang lain. Namun, manusia pada dasarnya
adalah makhluk sosial sejak dilahirkan, bayi sudah termasuk ke dalam
masyarkat kecil yang disebut dengan keluarga. Seiring berjalannya waktu,
perkembngan psiko-fisiknya anak itu akan belajar menyesuaikan diri dan
merespon lingkungan sosial dengan unit sosial kecil seperti ibu dan ayah
sampai yang besar seperti teman-teman sepermainan, sekampung,
sedaerah dan seterusnya (Syah, 2014: 50). Ketika kecil, anak-anak hanya
mempunyai hak saja, maksutnya saat di dalam rumah tangga anak-anak
memilki hak untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya, namun
seiring berjalannya waktu keadaan tersebut akan berubah. Anak-anak yang
awalnya hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai
kewajiban. Perkembangan sosial setiap individu ini juga tidak bisa lepas
dari peran pendidikan. Karena pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah.
7. Implikasi Perkembangan Emosional
Emosi merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai warna
efektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Perkembangan emosional dimuali pada usia dini, ketika anak-anak masuk
taman kanak-kanak dan prasekolah. Melalui interaksi anak-anak dengan
orang lain, anak-anak akan mengembangkan kemampuan sosial dan
intelektualnya. Perkembangan emosional dan intelektual biasanya berjalan
beriringan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan sosialnya,
karena interaksi antara anak-anak dan orang dewasa menciptakan
kesehatan emosional. Perbedaan anatara perasaan positif dan negatif
terhadap situasi tertentu mungkin disebabkan perkembangan emosional.
Beberapa anak merespon dengan baik berbagai situasi sosial yang berbeda
(Sit, 2012: 135). Perbedaan emosional ini akan memengaruhi anak-anak
dalam melakukan proses pembelajaran.
Contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu dalam
pembelajaran, diantaranya adalah:
a. Memperkuat dan melemahkan semangat apabila timbul rasa senang
atau kecewa atas hasil belajar yang dicapai.
b. Menghambat konsentrasi belajar apabila sedang mengalami
ketegangan emosi.
c. Mengganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri
hati.
d. Suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari (Muhlis, 2018: 128).
Emosi mempengaruhi cara belajar anak, yaitu: menyiapkan tubuh
untuk melakukan tindakan, reaksi emosional apabila diulang-ulang akan
berkembang menjadi kebiasaan, emosi merupakan suatu bentuk
komunikasi, suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya
akan mempengarui sikapkan dikemudian hari.
8. Implikasi Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berikaitan
dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. (Suhada, 2018: 133). Setiap
individu ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Moral bukan hanya
memiliki arti bertingkah laku sopan santun. Bertindak dengan lemah
lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari
itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta
bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara,
berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula
kedalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati
sanubari anak-anak. Perkembangan moral anak dapat berlangsung yaitu
melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau
baik-buruk oleh orang tua dan gurunya.
Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh para pendidik
untuk membantu dalam perkembangan moral:
a. Memberikan pendidikan moral langsung (direct moral education),
yakni pendidikan moral dengan pendekatan pda nilai dan juga sifat
selama jangka waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan sifat-
sifat tersebut ke dalam kurikulum. Dalam pendekatan ini, instruksi
dalam konsep moral tertentu dapat mengambil bentuk dalam contoh
dan definisi, diskusi kelas dan bermain peran, atau memberi reward
kepada siswa yang berperilaku secara tepat.
b. Memberikan pendidikan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai
(value clarification), yaitu pendekatan pendidikan moral tidak
langsung yang berfokus pada upaya membantu siswa untuk
memperoleh kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang
berharga untuk dicari. Dalam klarifikasi nilai, kepada siswa diberikan
pertanyaan atau dilema, dan mereka diharapkan untuk memberi
tanggapan, baik secara individual maupun secara kelompok.
Tujuannya adalah untuk menolong siswa menentukan nilai mereka
sendiri dan menjadi peka terhadap nilai yang dianut orang lain
(Desmita, 2017: 286-287).
9. Implikasi Perkembangan Spritual
Perkembangan spiritual adalah suatu kepercayaan akan adanya
suatu kekuatan atau sesuatu yang lebih agung dari dirinya sendiri (Suhada,
2018: 134). Kebutuhan spiritual dianggap sebagai kebutuhan terdalam dari
diri seseorang yang apabila terpenuhi individu akan menemukan identitas
dan makna hidup yang penuh arti. Anak-anak sebenarnya sudah memiliki
dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk
mengembangkan kemampuan ini, pendidik mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ
tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidka hanya berorientasi pada
perkembangan aspek IQ dan SQ saja. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk membantu
dalam perkembangan spiritual:
a. Menjadikan pendidikan wahana yang kondusif bagi peserta didik
untuk menghayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis,
tettapi penghayatan yang benar-benar dikontruksi dari pengalaman
keberagamaan. Oleh karena itu, pendidikan agama yang dilangsungkan
di sekolah harus lebih menekankan pada penempatan peserta didik
untuk mencari pengalaman keberagamaan (religiousity). Dengan
pendekatan demikian, amka yang ditonjolkan dalam pendidikan agama
adalah ajaran dasar agama yang sarat dengan nilai-nilai spiritualitas
dan moralitas seperti kedamaian dan keadilan.
b. Membantu peserta didik mengembangkan rasa Ketuhanan melalui
pendekatan spiritual parenting, seperti: 1) Memupuk hubungan sadar
anak dengan Tuhan melalui doa setiap hari, 2) Menanyakan kepada
anak bagaimana Tuhan terlibat dalam aktivitasnya sehari-hari, 3)
Memberikan kesadaran kepada anak bahwa Tuhan akan membimbing
manusia apabila meminta, 4) Menyuruh anak merenungkan bahwa
Tuhan itu ada dalam jiwa mereka dengan cara menjelaskan bahwa
mereka tidak dapat melihat diri mereka tumbuh atau mendengar darah
mereka mengalir, tetapi tahu bahwa semua itu sungguh-sungguh terjadi
sekalipun tidak melihat apapun (Desmita, 2017: 287).
10. Implikasi Proses Penyesuaian Individu Terhadap Penyelenggaraan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan jiwa setiap individu. Sekolah selain mengemban fungsi
pengajaran juga mengemban fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan
pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan
keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika individu
dididik mengalami masalah. Oleh karena itu, di setiap sekolah ditunjuk
wali kelas, yaitu guru-guru yang akan membantu peserta didik
menghadapi kesulitan dalam pembelajarannya dan guru-guru bimbingan
dan penyuluhan untuk membantu peserta didik yang mempunyai masalah
pribadi, dan masalah baik terhadap diriya sendiri, maupun terhadap
tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses
penyesuaian diri setiap individu khususnya di sekolah adalah sebagai
berikut.
a. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi
individu didik baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi
peserta didik.
c. Usaha memahami peserta didik secara menyeluruh baik prestasi
belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
d. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah
belajar.
e. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi
belajar.
f. Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
g. Peraturan tata tertib yang jelas dan dipahami oleh peserta didik.
h. Guru menjadi teladan dalam segala aspek pendidikan.
i. Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan di sekolah.
j. Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan sebaik-baiknya.
k. Situasi kepemimpinan yang saling pengertian dan tanggung jawab baik
pada guru, maupun pada siswa.
l. Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan
orang tua dan masyarakat (Suhada, 2018:135-136).
Guru merupakan figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya
terhadap penyesuaian peserta didik, maka dari itu seorang guru harus
memiliki sifat-sifat yang efektif, sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan, antusias dan berminat dalam aktivitas peserta
didik di kelas.
b. Ramah (cheerful) dan optimis.
c. Mampu mengontrol diri, tidak mudah terganggu dan teratur
tindakannya.
d. Senang akan canda gurau dan mempunyai rasa humor.
e. Mengetahui dan mengakui kesalahan sendiri.
f. Jujur dan objektif dalam memperlakukan peserta didik.
g. Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan
peserta didik (Suhada, 2018: 136).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ciri-ciri perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif
teratur, hal tersebut diatur dalam prinsip-prinsip perkembangan yaitu: 1)
Perkembangan Mencakup proses-proses biologis, kongnitif, dan sosioemosional,
2) Tahun-tahun permulaan merupakan masa kritis, 3) Perkembangan individu
bersifat holistik, 4) Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diprediksi,
5) Perkembangan dibantu oleh stimulus, 6) Setiap perkembangan mempunyai
perilaku karakteristik, 7) Perkembangan merupakan hasil kematangan/kemasakan
dan belajar, 8) Ada perbedaan Individual dalam perkembangan, 9) Perkembangan
dipengaruhi oleh budaya, 10) Setiap tahap perkembangan mempunyai tugas-tugas
perkembangan.
Adanya keterkaitan antara belajar dan perkembangan sehingga muncullah
implikasi prinsip perkembangan terhadap pendidikan, diantaranya implikasi
perkembangan biologi dan perseptual, perkembangan intelektual, perkembangan
bahasa, perkembangan konsep diri, perkembangan kreativitas, perkembangan
sosial, perkembangan emosional, perkembangan moral, perkembangan spiritual
dan implikasi proses penyesuaian diri terhadap penyelenggaraan. Dengan adanya
prinsip perkembangan tersebut, sebagai seorang pendidik harus dapat
menyesuaikan pembelajaran berdasarkan perkembangan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Marliani, Rosleny. 2016. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


CV Pustaka Setia.

Muhklis. 2018. Prinsip-Prinsip/Hukum Perkembangan Peserta Didik dan


Implikasinya Terhadap Pendidikan. Jurnal ANSIRU PAI. Vol. 2. No. 2.
Juli-Desember.

Murni. 2017. Perkembangan Fisik, Kongnitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-
Kanak Awal 2-6 Tahun. Jurnal. Vol. III. No. 1. Januari-Juni.

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Soetjiningsih, Christiana Hari. 2018. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan


Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Depok: Prenadamedia Group.

Suhada, Idad. 2018. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai