PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sajian dari informasi yang menjadi cetak biru organisasi salah satunya adalah Profil.
Sebagai Annual Report Public Relation organisasi, Profil menjadi wajah dari capaian kinerja
organisasi dalam mewujudkan visi, misi, tugas pokok dan fungsinya. Gambaran singkat inti
organisasi mulai dari struktur organisasi dan kinerja organisasi yang telah dapat diraih
mendatang.
Profil UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2016 menyediakan informasi sebagai acuan
dalam perencanaan program pada tahun berikutnya, juga sebagai evaluasi atas pelaksanaan
program kegiatan tahun-tahun sebelumnya (trend). Sumber data yang menjadi dasar
pembuatan profil utamanya adalah data-data yang sudah dilaksanakan dalam satu kurun
waktu. Profil UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2016 disusun berdasarkan data kegiatan
UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015. Isi profil sendiri merupakan potret dari status
kesehatan berbasis fasilitas di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari II yang meliputi 4
community base (survey, sensus, riset, dll) sehingga potret kesehatan di UPT Puskesmas
B. Tujuan
Bab I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian Profil
Bab ini menyajikan gambaran umum UPT Puskesmas Gedangsari yang meliputi : letak
geografis, administratif dan informasi umum lainnya yang berpengaruh terhadap kesehatan
Bab ini menguraikan tentang program pokok kesehatan beserta jenis kegiatannya serta
Pada bab ini berisi pencapaian program yang telah dilaksanakan selama tahun 2015
Bab V PENUTUP
Pada bab ini termuat kesimpulan, saran dan harapan ringkas dari pembuatan Profil UPT
A. Geografi
Mempunyai luas wilayah 13.104,56 Ha. Kondisi tanahnya 80% berbukit dan masuk dalam
No Desa Dusun
1 Tegalrejo 11 Dusun
2 Watugajah 5 Dusun
3 Sampang 6 Dusun
4 Serut 7 Dusun
Tabel 2.1.
Data Geografis UPT Puskesmas Gedangsari
Variable Geografis Angka
B. Demografi
Tabel 2.2.
Indicator Kependudukan UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2011
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Per Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2011
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
C. Sosial Budaya
Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hampir semua kelompok
masyarakat, sehingga dalam memecahkan masalah yang ada dikelompok masyarakat cukup
mudah dan dalam suasana kekeluargaan. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di
wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari adalah laki-laki 19.371 (49,6%) sedangkan wanita
19.731 (50,4%).
juga yang memelihara ternak. Pola peternakan rakyat banyak berkisar pada ternak sapi,
kambing dan ayam kampung. Budaya penempatan kandang ternak yang hampir menyatu
dengan rumah induk, menjadi pemikiran tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat
Karakteristik lain dari masyarakatnya adalah tandon air atau PAH pada sebagian
rumah penduduk. Dari pantauan terhadap perilaku masyarakat, tandon-tandon air yang
berupa PAH sangat jarang dikuras, sehingga dapat berdampak pula terhadap kesehatan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula dengan keberadaan
telaga, yang dimanfaatkan secara bersama-sama baik untuk kebutuhan manusia maupun
Pada beberapa desa masih dijumpai perkawinan usia dini, hal ini masih merupakan
budaya, sehingga orangtua merasa bangga kalau anak perempuannya bisa menikah lebih
awal tanpa memperdulikan umur anak apakah sudah memenuhi syarat atau belum,
sehingga ada istilah “tuku umur”. Budaya ini sebenarnya bisa menimbulkan masalah
kesehatan antara timbulnya ibu hamil resiko tinggi dan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Tingkat pendidikan kepala keluarga mayoritas lulusan SD-SMP bahkan banyak juga
yang tidak tamat SD juga mempengaruhi dalam masalah ini yaitu Tidak tamat SD 4314 KK,
Tamat SD-SMP 5787 KK, Tamat SMA 972 KK, Tamat AK/PT 99 KK, Jumlah 11.172 KK.
Budaya masyarakat untuk meminta pertolongan persalinan kepada dukun bayi, dari
tahun ketahun mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah
bidan desa maupun polindes yang tersebar di 4 desa wilayah kerja UPT Puskesmas
diarahkan untuk tidak menolong persalinan di rumah, sehingga di berikan transport untuk
Trend baru masyarakat adalah pola konsumtif terhadap alat angkutan darat
khususnya kendaraan bermotor roda dua, yang tidak diikuti oleh perilaku berkendaraan
yang tertib, sehingga diprediksikan kecenderungan kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun
ketahun meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada angka kecacatan dan kematian
penduduk.
D. Ekonomi
Gunungkidul sebesar 25,3% menurun 0,56% dibanding tahun 2002. Data tahun 2004
sebanyak 173.250 jiwa dan data terbaru yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) 95.722 dan
dasar, baik pangan maupun non pangan. Dimana menurut PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) tahun 2006 kontribusi terbesar diberikan oleh sector pertanian kemudian disusul
sector jasa.
Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II bila dilihat dari kelompok umur
banyak terdapat usia produktif yaitu sebesar 26-55 tahun (15.193 jiwa) sedangkan non
produktif pada usia 0-5 tahun (2268 jiwa), umur 6-16 tahun (5909 jiwa), umur 17-25 tahun
(6702 jiwa) dan umur usia lanjut > 56 tahun (5625 jiwa). Kurangnya lapangan kerja yang
tersedia menyebabkan banyak kelompok produktif ini mencari lapangan kerja di luar wilayah
Gunungkidul (merantau).
Sedangkan jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan yaitu bekerja 10.748
jiwa (96,20%) dan tidak bekerja 424 jiwa (3,80%). Mayoritas adalah sebagai petani.
E. Agama
kemudian disusul Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sebagai kelengkapan sarana beribadah,
berbagai tempat ibadah telah tersebar di kecamatan bahkan untuk masjid bisa ditemui
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pola penyakit yang terkait dengan musim ditandai
dengan insidens penyakit DBD cukup tinggi di awal musim penghujan dan akhir musim
kemarau. Lain halnya penyakit diare, berdasar waktu maka kasus diare justru banyak
peningkatan pada musim kemarau yaitu berkisar antara bulan Juni sampai September.
Walaupun kasus diare dan DBD sering terjadi fluktuasi pada bulan-bulan tertentu, namun
masih belum menggeser posisi penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian
atas (J06) dan Common cold (J00) dari Top Five Disease tahun 2008. Pola penyakit ISPA
menurut waktu, berdasar data diperoleh bahwa tidak banyak perbedaan jumlah kasus
TBC-Paru. Sampai sekarang, TBC masih menjadi penyakit menular yang angkanya masih
menjadi peringkat tertinggi khususnya di Gunungkidul. Sudah banyak upaya dari jajaran
dan kesadaran masyarakat akan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC, monitoring,
banyak kasus TBC seperti tergambar dalam laporan case finding TBC yang meningkat setiap
tahun.
bahkan sampai pelosok dusun terjangkau telepon seluler (Hand Phone/HP), dengan harga
yang semakin murah. Peangkat telepon genggam hampir sudah menjadi kebutuhan
seluler dan BTS bagi kesehatan manusia. Munculnya warung internet (warnet)-warnet
semakin membuka akses informasi yang global dan hampir tidak terbatas dengan dampak
BAB III
PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI
dengan umur harapan hidup rata-rata di Indonesia. Umur yang panjang namun tidak
perubahan pola penyakit degeneratif yang timbul. Umur harapan hidup menurut
Tabel 3.1.
Umur Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Gunungkidul
2. Mortalitas
Tabel 3.2.
Angka Kematian Penduduk UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
KH = Kelahiran hidup
Dari tabel 3.2 terlihat terjadi kenaikan angka kematian pada bayi. Tetapi tidak ada
Angka kematian ibu. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena IUFD, BBLR dan
asfiksia. Kasus BBLR merupakan manifestasi dari berbagai masalah antara lain dari masalah
gizi serta kesehatan ibu waktu hamil. Ibu hamil yang mengalami defisiensi gizi seperti
anemia, GAKY, kurang vitamin A dan Kurang Energi Kronis (KEK) akan berdampak pada
kondisi dan status gizi bayi lahir sehingga pencegahan kasus perlu melibatkan berbagai pihak
terkait. Walaupun angka/jumlah kematian diatas menujukkan ada peningkatan tetapi masih
3. Morbiditas
Berikut ini urutan 10 besar penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari di tahun 2015 (sumber
data : laporan LB 1) :
Gambar 3.1.
10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
2500
2241 2208
2000
1500
1278
1000 948
878
762 758
566
500
321
164
0
J 06 J 22 J 45 L 23 M 06 K 29 J 02 J 00 K 02 M 25
Keterangan :
4. Status Gizi
Keadaan gizi masyarakat tidak lepas dari factor internal maupun eksternal sehingga
penanganan masalah gizi tidak hanya tanggung jawab jajaran kesehatan semata tetapi
masyarakat yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A
(KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Keempatnya dapat digambarkan
1. Status Gizi Bayi/Balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk
4. Grade pada Palpasi Gondok dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH), Tes T3 – T4 pada
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas
Tabel 3.3.
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) Masyarakat Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari
* Status Gizi
Buruk <1 0,73
Kurang < 20 15,75
Baik > 78 81,49
Lebih 1 2,03
BBLR ditangani < 10 0
* Kurang Energi Protein (KEP)
Nyata/BGM <1 3,21
Total = GK + GB < 15 16,47
Berdasarkan hasil pemantauan status gizi pada tabel 3.7. diatas terlihat pada
indicator gizi (status gizi) Lebih terlihat dari target 1 ternyata diperoleh 2,03 hal ini
dikarenakan pengetahuan ibu tentang kesehatan balita sudah sangat baik akan tetapi
berbanding terbalik dengan ditemukannya balita BGM yang melebihi target yaitu 3,21% dari
target <1% begitupula dengan total KEP yaitu 16,47% dari target <15%.
Kasus BGM dan KEP telah mendapatkan intervensi baik dengan mendapatkan
karena berdasar evaluasi dan data mulai menunjukkan penurunan yang bermakna walau
sebaran kasusnya mengalami kenaikan. Melihat kondisi tersebut maka perlu dipikirkan
langkah konkrit yang lebih efektif dan efisien dalam menangani program gizi balita sehingga
bisa dicapai kenaikan angka gizi baik yang akan mendukung derajat kesehatan masyarakat
B. UPAYA KESEHATAN
belum memenuhi target yang diharapkan. Dalam hal pencatatan dan pelaporan,
kendala terbesar adalah masih lemahnya R/R menggunakan instrument Kohort Ibu
sebagai basic PWS-KIA, walau perlu ada apresiasi dlm peningkatan kelengkapan
data. Akibatnya adalah rendahnya kelengkapan laporan rutin LB3 dan PWS-KIA
sebagai base data. Sehingga Kohort KIA sebagai sumber data yang bersifat facility
Tabel 3.4.
Cakupan (%) Upaya Kesehatan Ibu di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008
b. Pertolongan Persalinan
beralih pada pola pencarian pertolongan ke tenaga kesehatan baik yang dilakukan di
ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat juga berperan dalam proses perubahan
tersebut.
c. Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan pada sasaran bayi meliputi imunisasi BCG,
140
121
120
110
102 101
100 94
80
60
40
20
0
BCG DPT/HBcb 1 Campak Polio 3 HB < 7 hr
Pada tahun 2008 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun
2007 dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization) 100%.
Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-
sekolah (APRAS) pada tahun 2008 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak ada data, hal ini
dimungkinkan tidak ada koordinasi dan job discribtion yang baik. Data yang ada jumlah balita
ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.
Bayi, balita dan ibu hamil/nifas merupakan kelompok sasaran yang sangat
rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sehingga program perbaikan gizi
diarahkan pada kelompok tersebut. Program perbaikan gizi antara lain meliputi pemberian
Distribusi Vit. A
* Balita (100%) 108,74
* Ibu nifas (90%) 90,51
Cakupan Bumil mendapat Fe
* Fe 1 (90%) 100,90
* Fe 3 (90%) 100,90
Cakupan Desa dengan garam 100
beryodium baik
Sumber : Laporan Petugas Gizi UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008
Pemberian Vitamin A pada Balita untuk setiap tahun diberikan pada dua tahap
(Bulan Vitamin A) yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi vitamin A banyak
dilakukan melalui Posyandu. Cakupan pemberian Fe kepada bumil dan balita sangat
berkaitan dengan banyaknya kasus anemia yang ada di kabupaten Gunungkidul umumnya.
Bentuk pemberian Fe pada balita berupa sirup multivitamin sedangkan untuk ibu hamil/nifas
berupa suplemen TTD (tablet tambah darah). Cakupan pemberian vitamin A dan pemberian
upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat menuju derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan dipengaruhi antara lain oleh factor
maupun non fungsional menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja organsasi,
demikian pula dengan mutu pelayanan yang diberikan. Kegiatan pelayanan pengobatan di
UPT Puskesmas Gedangsari dilaksanakan melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di
dalam maupun luar gedung, serta kegiatan rawat inap. Keberadaan dan kinerja yang baik
dari tenaga professional diantaranya dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan yang lain
merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan upaya pelayanan
Kunjungan rawat jalan puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif. Kunjungan
aktif dilakukan puskesmas melalui Puskesmas Pembantu (6 pustu) yang dimiliki UPT
kunjungan ke Posyandu Balita maupun Posyandu Usila atau Poskesdes. Kunjungan pasien
rawat jalan pada tahun 2008 sebanyak 36.970 kunjungan dari 39.084 penduduk. Rata-rata
pasien dengan Kartu Jamkesmas dan pasien dengan kartu JPKMM/Jamkessos. Kunjungan
4500
4000
3500
3000
2500
Bayar
2000 Gratis
Jamkesmas
1500
Askes
1000 Jumlah
500
0
ri ri et ril ei ni li s er be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju Ju
ustu mb to m m
Ja b M
Pe Ag epte Ok pe se
S No De
Seiring dengan dipacunya target pendapatan yang harus dicapai oleh puskesmas, maka
kunjungan rawat jalan UPT Puskesmas Gedangsari pada tahun 2015 mengalami kenaikan.
Gratis, maka kunjungan rawat jalan (tanpa tindakan) tidak dikenakan biaya retribusi untuk
catatan medis dan pelayanan harian. Kebijakan gratis sebelumnya hanya berlaku bagi
mereka yang mempunyai kartu jamkessos dan Jamkesmas, sehingga pada tahun 2015 terjadi
Kunjungan pasien yang dibayar dari asuransi kesehatan meliputi ASKES Pegawai
negeri dan jamkesmas. Selain itu terdapat pula program jamkesos yang dilaksanakan dari
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat miskin yang menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah ataupun swasta yang ditunjuk. Program Asuransi
Kesehatan bagi semua penduduk yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembiayaan
keluarga miskin lewat subsidi silang ternyata belum banyak ditanggapi secara serius oleh
masyarakat.
sumberdya secara maksimal dengan harapan pembiayaan kesehatan bukan lagi merupakan
a. Demam Berdarah
merupakan daerah endemis demam berdarah dengan Case Fatality Rate (CFR) yang cukup
tinggi bila dibandingkan dengan standart nasional. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD yang telah dilaksanakan berupa pemberantasan penyakit DBD yang telah dilaksanakan
menguras, mengubur + ikanisasi serta kegiatan lain berupa abatisasi dan fogging
(pengasapan). Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun
2015 sebanyak 35 kasus. Upaya pencegahan dan pemberantasan telah dilakukan tetapi
rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus BD menandakan terus
adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab penyakit DBD.
Berdasar waktu maka antara bulan Nopember sampai April merupakan bulan
yang banyak terjadi kasus DBD sehingga pada masa ini perlu diwaspadai terjadinya KLB.
Dapat disimpulkan sangat erat kaitannya dengan curah hujan dan kelembaban udara.
Lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi serta kepadatan penduduk juga sangat
b. Malaria
Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).
c. Diare
Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare
pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari tahun 2014
yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan serta perilaku. Kejadian
d. Kusta
Jumlah penderita kusta tahun 2015 ada 0 orang (Multi Basiler/MB) terjadi
penurunan dari pada tahun 2014 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya
penderita baru sangat dimungkinkan karena adanya kontak dengan penderita lama.
Pencarian penderita selama ini dilaksanakan dengan kegiatan pemeriksaan keluarga yang
kontak dengan penderita (kontak survey), pemeriksaan anak sekolah (school survey) dan
case survey.
e. TBC-Paru
Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati
semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2014 dimana
BTA(+) 6 orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami fluktuasi baik
penemuan dengan BTA (+) maupun Rontgen. Berdasarkan program nasional, prevalensi TBC
adalah 115/100.000 penduduk dan pencarian diarahkan untuk umur > 15 tahun serta
pemeriksaan BTA positif. Sementara ini pengobatan diberikan secara cuma-Cuma melalui
pengobatan.
(1) Case Detection Rate (CDR) yaitu semua penderita baru dari semua jenis TB yang
diperoleh baik melalui pemeriksaan dahak BTA (+), BTA (-) rontgen (+), TB anak dan
(2) Konversi (Conversion Rate/CR) yaitu perubahan hasil pengobatan setelah dua bulan
dari BTA (+) menjadi BTA (-). Angka konversi yang harus dicapai adalah 80% selalu
melampui target.
(3) Angka Kesembuhan (Cure Rate/cr) adalah hasil pengobatan pada akhir fase
diperiksa dahaknya bila negative dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa
(4) Error Rate (ER) yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan pemeriksaan
laboratorium sebagai pemantauan mutu pemeriksaan dahak dengan standart < 5%.
Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam
Top Ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan Penyakit Lain Saluran Pernafasan Atas
(J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X sebagai berikut :
g. Penyakit Kelamin
pada sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2008 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.
Selama tahun 2008 tidak ada kasus meliputi Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus
Pola penyakit tidak menular dari tahun ke tahun hampir sama jenis penyakitnya
dimana meningkatnya kelompok usia lanjut dan pola konsumsi masyarakat juga membawa
perilaku masyarakat juga banyak berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pola penyakit yang timbul. Adapun top ten penyakit tidak menular di tahun 2008
Tabel 3.7.
Lima Besar Penyakit Tidak Menular Di UPT Puskesmas Gedangsari
No Diagnose ICD X Jumlah
Berdasar hasil kegiatan kesehatan lingkungan pada tahun 2015 diperoleh angka
sebagai berikut :
Tabel 3.8.
Jumlah Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Tabel 3.9.
Data Kesehatan Lingkungan Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari Tahun
2008
Jenis Jumlah %
teraliri oleh aliran listrik. Cakupan rumah sehat menunjukkan angka 80,18 %
sudah baik tapi masih kurang dari target yang diharapkan yaitu 100%.
Air menjadi salah satu masalah penting. Kasus kekeringan menjadi hal yang
rutin terjadi dan terkait erat dengan potensi dari kandungan air di tanah kapur.
air dan prasarana serta kondisi geografi yang ada masih belum semua masalah
Penyediaan air dalam bentuk PAH (Penampungan air hujan) bagi penduduk
utama karena dengan berakhirnya musim penghujan maka fungsi penyediaan air
pada akhirnya menjadi hilang. Alternative pengadaan air bersih melalui beli air
dengan truk tanki air menjadi beban ekonomi tersendiri bagi masyarakat
setempat.
7. Perilaku, Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat
7.1.Perilaku Kesehatan
untuk kebutuhan pangan lebih besar dari konsumsi non pangan. Hasil
sejahtera masyarakat konsumsi non pangan akan lebih tinggi. Hasil ini pula
sesuai dengan data dari Susenas (survey sosial ekonomi nasional). Biaya
kesehatan dan pendidikan masih sangat minim, hal ini merupakan pekerjaan
b. PHBS
adalah Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) yang pada intinya
hasil survey PHBS dengan sasaran rumah tangga seperti terlihat pada tabel
Dari hasil kajian strata PHBS diatas ditemukan masalah yaitu pada
strata hijau (cukup) masih kurang dari target yaitu hanya 47 sedangkan
target 50-74. Dan strata yang lain sudah melebihi dari target. Hal ini bisa
kecamatan bebas rawan gizi (>15%) yaitu 16,47% dan melebihi prosentase
KEP (kurang energi protein) dan jumlah posyandu yang aktif sebagai bentuk
saja.
bayinya sampai dengan usia 6 bulan secara ekslusif yaitu 33 bayi (57,9%)
dari 57 bayi usia 0-6 bulan. Meskipun lebih dari 50% tetapi masih perlu
Berat ringannya penyakit serta kondisi ekonomi dalam hal ini ketersediaan
kesehatan meskipun masih ada yang pergi ketabib, sinse atau dukun tapi
Untuk kegiatan peran serta masyarakat bisa kita lihat antara lain dari
pemberian makanan tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada balita
atau Mandiri dimana cakupan kegiatan sudah mencapai >50% (KIA, KB, Imunisasi, cakupan
D/S). selain itu masih ada indicator tambahan lain yaitu adanya program tambahan dan dana
sehat. Cakupan UPT puskesmas Gedangsari pada tingkatan mandiri masih 0% dan menjadi
catatan untuk lebih mengembangkan kegiatan peran serta masyarakat dalam upaya
pembangunan kesehatan.
yang dihasilkan antara lain adalah peraturan daerah tentang Struktur Organisasi
serta dari kegiatan survaylans, hasil survey nasional, propinsi maupun local
kabupaten gunungkidul.
dan spanduk.
tersedianya data dan informasi yang memadai. Usulan program yang tidak
rasional merupakan wujud dari tidak adanya data dan informasi yang memadai
dari programmer. Hal ini juga memberikan bebab yang sangat berlebih bagi
puskesmas sebagai ujung tombak karena system pada saat itu tidak mampu
Orientasi global menjadi pilihan petugas terlihat dari minimnya data-data hasil
dilakukan baik melalui karya tulis ilmiah dari petugas yang meneruskan
dan sektoral.
Kabupaten Gunungkidul.
dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 melalui strategi Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dengan orientasi bahwa pelayanan preventif dan promotif
program dan kesesuaian dengan pedoman dan standart yang ditetapkan oleh
daerah.
BAB IV
A. DERAJAD KESEHATAN
nasional yaitu 68 tahun. Hal ini menandakan bahwa meskipun banyak kendala
panjang.
hidup, tidak banyak factor stress, dan relative tidak banyak persaingan,
2. Angka Kematian
Angka kematian bayi baru lahir (neonatus) sudah berhasil melampoi rata-rata
nasional yaitu 0,03 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan bahwa
program upaya kesehatan bayi, anak dan balita cukup berhasil. Demikian pula
pada upaya kesehatan ibu hamil, melahirkan dan ibu nifas. Angka kematian ibu
pada tahun 2008 tidak ada kasus. Angka kematian kasar adalah cukup baik yaitu
0,04 per 1000 penduduk, artinya sudah melampoi rata-rata kematian nasional
3. Angka Kesakitan
Angka kesakitan pada semua golongan umur sebesar 71,71%. Angka kematian
bayi secara absolut sebesar 4 bayi atau sebesar 0,04 kematian bayi per 1000
dari berbagai sumber data, sedang di tahun 2006 hanya tercatat kasus di
B. STATUS GIZI
Kasus KEP, KEK masih banyak dijumpai dan dari kategori status gizi sudah melampoi
target. Angka gizi buruk diatas standar nasional yaitu 0,73% dari target <1%. Total
C. SUMBERDAYA KESEHATAN
Dari total tenaga kesehatan yang ada di UPT puskesmas gedangsari, proporsi tenaga
(bidan, perawat dan teknis medis) sebesar 14 orang (50%) dan tenaga lain sebesar
yang memiliki 4 wilayah kerja, masih dirasakan kekurangan, meskipun pada tahun
2007 ada rekrutmen PNS medic dan paramedic, namun setelah dicermati pendaftar
adalah dokter dan paramedic PTT dan Honorer sehingga tidak menambah jumlah.
D. UPAYA KESEHATAN
, kecuali pada K4 yang masih dibawah target nasional 95%. Kurangnya dokumentasi
persalinan dan pelacakan kasus menjadi alas an utama mengapa data yang dikumpulkan
Pada tahun 2015 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun
2014 dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization)
100%.
Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-
sekolah (APRAS) tetapi pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga
tidak ada data, hal ini dimungkinkan tidak ada koordinasi, job discribtion yang
baik sehinga perlu membentuk jejaring dengan lintas sector. Data yang ada
jumlah balita ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada
1719 jiwa.
Program perbaikan gizi dengan cara pemberian Vit.A, Fe dan kapsul Iodium. Dari
semua sasaran sudah diatas target nasional. Begitu pula dengan cakupan desa
3. Pelayanan Pengobatan/Perawatan
Angka kunjungan rawat jalan (didalam maupun diluar gedung) cukup tinggi
Untuk pemanfaatan rawat inap masih cukup rendah yaitu <5% dari jumlah
penduduk. Hal ini dikarenakan rawat inap baru dilaksnakan sekitar bulan
Oktober 2008 sehingga masih banyak yang harus dipelajari dan dibenahi agar
Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun
tetapi rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus DBD
menandakan terus adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab
penyakit DBD.
2. Malaria
Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).
3. Diare
Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare
pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari
tahun 2014 yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan
serta perilaku. Kejadian diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan
sebelum makan.
4. Kusta
Jumlah penderita kusta tahun 2015 ada 0 orang (Multi Basiler/MB) terjadi
penurunan dari pada tahun 2014 yang ditemukan 1 kasus baru murni.
5. TBC-Paru
Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati
semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2014
Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam
top ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan penyakit lain saluran
pernafasan atas (J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X
sebagai berikut :
pada sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau
IMS.
Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi difteri, pertusis, tetanus, tetanus
lambung.
duplikasi dengan program lain seperti PHBS dan kecamatan sehat menjadikan
focus.
F. PROMOSI KESEHATAN
spanduk. Keterlibatan pihak swasta juga telah berjalan di Sekolah Dasar binaan UPT
puskesmas gedangsari yaitu di SD Tengklik Tegalrejo yaitu dari pihak ASTRA dalam
Kinerja program kesehatan dapat dilihat pada hasil capaian indicator baik input,
Kinerja program bila dilihat dari output seperti yang tercantum dalam indicator
derajat kesehatan masyarakat secara umum (AKI, AKB, UHH dan status gizi) bisa
dikatakan baik yang dibuktikan dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu,
penurunan angka kesakitan bayi dan balita serta penurunan angka status gizi buruk.
Namun demikian, kinerja pelayanan kesehatan anak masih perlu peningkatan karena
wujud nyata dari peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kegiatan
tilik yandu yang dilaksanakan Bupati beserta jajarannya merupakan program yang
kesehatan.
polindes dan upaya kesehatan bersumber masyarakat lainnya merupakan asset yang
PENUTUP
Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (data 2015) sebagai gambaran keberhasilan
Sehat Mendukung Indonesia Sehat Tahun 2010” dan lebih meluas lagi bisa memberikan
Tentunya banyak hal yang belum terekam dan tersajikan pada Profil kesehatan UPT
Puskesmas Gedangsari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (Data 2016) ini,
sehingga data yang lain yang dimiliki oleh masing-masing lintas program maupun lintas
sector akan semakin memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan yang lebih
detail. Untuk itulah saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna
Akhirnya, semoga profil ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bekepentingan dan
dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan manajemen puskesmas.