Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sajian dari informasi yang menjadi cetak biru organisasi salah satunya adalah Profil.

Sebagai Annual Report Public Relation organisasi, Profil menjadi wajah dari capaian kinerja

organisasi dalam mewujudkan visi, misi, tugas pokok dan fungsinya. Gambaran singkat inti

organisasi mulai dari struktur organisasi dan kinerja organisasi yang telah dapat diraih

menjadi arah dalam menentukan pengambilan keputusan strategis di tahun-tahun

mendatang.

Profil UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2016 menyediakan informasi sebagai acuan

dalam perencanaan program pada tahun berikutnya, juga sebagai evaluasi atas pelaksanaan

program kegiatan tahun-tahun sebelumnya (trend). Sumber data yang menjadi dasar

pembuatan profil utamanya adalah data-data yang sudah dilaksanakan dalam satu kurun

waktu. Profil UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2016 disusun berdasarkan data kegiatan

UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015. Isi profil sendiri merupakan potret dari status

kesehatan berbasis fasilitas di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari II yang meliputi 4

desa selama Tahun 2015.

Harapannya ditahun-tahun mendatang data tersebut dapat dilengkapi dengan data

community base (survey, sensus, riset, dll) sehingga potret kesehatan di UPT Puskesmas

Gedangsari dapat dikaji dengan lebih holistic.

B. Tujuan

Untuk memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gedangsari tahun 2016 (data 2015).


C. Sistematika Penyajian

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian Profil

UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2016 (data 2015).

Bab II GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan gambaran umum UPT Puskesmas Gedangsari yang meliputi : letak

geografis, administratif dan informasi umum lainnya yang berpengaruh terhadap kesehatan

Bab III PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI TAHUN 2016

Bab ini menguraikan tentang program pokok kesehatan beserta jenis kegiatannya serta

target yang hendak dicapai dalam rangka menuju kecamatan sehat

Bab IV PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI TAHUN 2016

Pada bab ini berisi pencapaian program yang telah dilaksanakan selama tahun 2015

dibandingkan dengan indicator yang ada

Bab V PENUTUP

Pada bab ini termuat kesimpulan, saran dan harapan ringkas dari pembuatan Profil UPT

Puskesmas Gedangsari tahun 2016 (data 2015).


BAB II

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

A. Geografi

UPT Puskesmas Gedangsari II terletak di bagian barat Kabupaten Gunungkidul.

Mempunyai luas wilayah 13.104,56 Ha. Kondisi tanahnya 80% berbukit dan masuk dalam

jajaran pegunungan hampir di semua wilayah.

Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II dibatasi oleh :

1. Bagian timur : wilayah kecamatan Nglipar dan Ngawen

2. Bagian barat : wilayah kecamatan Patuk

3. Bagian utara : wilayah kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah

4. Bagian selatan : wilayah kecamatan Nglipar dan Patuk

Secara administratif, wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II dibagi menjadi 4 desa

dan 29 dusun yaitu :

No Desa Dusun
1 Tegalrejo 11 Dusun
2 Watugajah 5 Dusun
3 Sampang 6 Dusun
4 Serut 7 Dusun

Tabel 2.1.
Data Geografis UPT Puskesmas Gedangsari
Variable Geografis Angka

Luas wilayah 13.104,56 Ha


Jumlah desa 4
Jumlah dusun 29
Jumlah musim 2 (kemarau – hujan)
Curah hujan 3,024 mm
Jumlah hari hujan 122 hari
Suhu 22 – 34 o C
Kelembaban rata-rata Tinggi
Jenis tanah Kapur dan liat/tanah merah
Ketinggian 200-700 dpl
Sumber : Data Demografi Kecamatan Gedangsari, 2008

Jarak puskesmas ke kabupaten kurang lebih 25 km sedangkan jarak rata-rata ke

propinsi kurang lebih 55 km.

B. Demografi

Tabel 2.2.
Indicator Kependudukan UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2011

Variable kependudukan Angka/Rate/Ratio

Jumlah penduduk 39084


- Laki-laki 19371
- Perempuan 19731
- Balita 2589
- Usila (>60 th) 5118
Jumlah KK 11172
Sex ratio 0,98
Kepadatan penduduk 556/km2
Laju pertumbuhan penduduk 0,024
Jumlah jiwa setiap rumah tangga 4
KK miskin 7587
Jiwa miskin 26574
Desa tertinggal 0%

Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Per Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2011
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Tegalrejo 3756 3654 7410

Watugajah 2151 2216 4367

Sampang 1513 1548 3061

Serut 2560 2650 5210

C. Sosial Budaya

Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hampir semua kelompok

masyarakat, sehingga dalam memecahkan masalah yang ada dikelompok masyarakat cukup

mudah dan dalam suasana kekeluargaan. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di

wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari adalah laki-laki 19.371 (49,6%) sedangkan wanita

19.731 (50,4%).

Masyarakat Gedangsari sebagian besar dalam kehidupan agraris sehingga banyak

juga yang memelihara ternak. Pola peternakan rakyat banyak berkisar pada ternak sapi,

kambing dan ayam kampung. Budaya penempatan kandang ternak yang hampir menyatu

dengan rumah induk, menjadi pemikiran tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat

untuk membenahi perilaku hidup bersih dan sehat.

Karakteristik lain dari masyarakatnya adalah tandon air atau PAH pada sebagian

rumah penduduk. Dari pantauan terhadap perilaku masyarakat, tandon-tandon air yang

berupa PAH sangat jarang dikuras, sehingga dapat berdampak pula terhadap kesehatan

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula dengan keberadaan

telaga, yang dimanfaatkan secara bersama-sama baik untuk kebutuhan manusia maupun

hewan, secara otomatis tidak memenuhi syarat dari segi kesehatan.

Pada beberapa desa masih dijumpai perkawinan usia dini, hal ini masih merupakan

budaya, sehingga orangtua merasa bangga kalau anak perempuannya bisa menikah lebih
awal tanpa memperdulikan umur anak apakah sudah memenuhi syarat atau belum,

sehingga ada istilah “tuku umur”. Budaya ini sebenarnya bisa menimbulkan masalah

kesehatan antara timbulnya ibu hamil resiko tinggi dan kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT). Tingkat pendidikan kepala keluarga mayoritas lulusan SD-SMP bahkan banyak juga

yang tidak tamat SD juga mempengaruhi dalam masalah ini yaitu Tidak tamat SD 4314 KK,

Tamat SD-SMP 5787 KK, Tamat SMA 972 KK, Tamat AK/PT 99 KK, Jumlah 11.172 KK.

Budaya masyarakat untuk meminta pertolongan persalinan kepada dukun bayi, dari

tahun ketahun mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah

bidan desa maupun polindes yang tersebar di 4 desa wilayah kerja UPT Puskesmas

Gedangsari. Keberadaan dukun memang masih dipertahankan, tetapi mereka banyak

diarahkan untuk tidak menolong persalinan di rumah, sehingga di berikan transport untuk

merujuk ke bidan terdekat.

Trend baru masyarakat adalah pola konsumtif terhadap alat angkutan darat

khususnya kendaraan bermotor roda dua, yang tidak diikuti oleh perilaku berkendaraan

yang tertib, sehingga diprediksikan kecenderungan kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun

ketahun meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada angka kecacatan dan kematian

penduduk.

D. Ekonomi

Berdasar SUSENAS tahun 2003 prosentase penduduk miskin di Kabupaten

Gunungkidul sebesar 25,3% menurun 0,56% dibanding tahun 2002. Data tahun 2004

sebanyak 173.250 jiwa dan data terbaru yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) 95.722 dan

masyarakat miskin (Maskin) 340.635 jiwa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai prosentase

penduduk miskin terbesar yaitu ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

dasar, baik pangan maupun non pangan. Dimana menurut PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) tahun 2006 kontribusi terbesar diberikan oleh sector pertanian kemudian disusul

sector jasa.
Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II bila dilihat dari kelompok umur

banyak terdapat usia produktif yaitu sebesar 26-55 tahun (15.193 jiwa) sedangkan non

produktif pada usia 0-5 tahun (2268 jiwa), umur 6-16 tahun (5909 jiwa), umur 17-25 tahun

(6702 jiwa) dan umur usia lanjut > 56 tahun (5625 jiwa). Kurangnya lapangan kerja yang

tersedia menyebabkan banyak kelompok produktif ini mencari lapangan kerja di luar wilayah

Gunungkidul (merantau).

Sedangkan jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan yaitu bekerja 10.748

jiwa (96,20%) dan tidak bekerja 424 jiwa (3,80%). Mayoritas adalah sebagai petani.

E. Agama

Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari mayoritas memeluk agama Islam,

kemudian disusul Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sebagai kelengkapan sarana beribadah,

berbagai tempat ibadah telah tersebar di kecamatan bahkan untuk masjid bisa ditemui

sampai tingkat dusun.

F. Musim dan Pola Penyakit

Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari kabupaten Gunungkidul mempunyai 2 musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pola penyakit yang terkait dengan musim ditandai

dengan insidens penyakit DBD cukup tinggi di awal musim penghujan dan akhir musim

kemarau. Lain halnya penyakit diare, berdasar waktu maka kasus diare justru banyak

peningkatan pada musim kemarau yaitu berkisar antara bulan Juni sampai September.

Walaupun kasus diare dan DBD sering terjadi fluktuasi pada bulan-bulan tertentu, namun

masih belum menggeser posisi penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian

atas (J06) dan Common cold (J00) dari Top Five Disease tahun 2008. Pola penyakit ISPA

menurut waktu, berdasar data diperoleh bahwa tidak banyak perbedaan jumlah kasus

antara musim penghujan dan musim kemarau.


Pola penyakit menular yang lain yang mengalami trend kenaikan adalah penyakt

TBC-Paru. Sampai sekarang, TBC masih menjadi penyakit menular yang angkanya masih

menjadi peringkat tertinggi khususnya di Gunungkidul. Sudah banyak upaya dari jajaran

kesehatan (puskesmas) maupun pihak swasta serta Perkumpulan Pemberantasan

Tuberculosis Indonesia (PPTI) dalam memberantas penyakit. Meningkatnya pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC, monitoring,

screening dan penelitian di masyarakat secara intensif, semakin mendukung munculnya

banyak kasus TBC seperti tergambar dalam laporan case finding TBC yang meningkat setiap

tahun.

G. Perkembangan Dan Nilai-Nilai Baru

Perkembangan teknologi telematika tidak dapat terbendung hampir semua desa

bahkan sampai pelosok dusun terjangkau telepon seluler (Hand Phone/HP), dengan harga

yang semakin murah. Peangkat telepon genggam hampir sudah menjadi kebutuhan

masyarakat, perlu diwaspadai akibat pengaruh radiasi gelombang electromagnet perangkat

seluler dan BTS bagi kesehatan manusia. Munculnya warung internet (warnet)-warnet

semakin membuka akses informasi yang global dan hampir tidak terbatas dengan dampak

positif dan negatif yang menyertai.

H. Indicator Pembangunan Kesehatan Tahun 2008


No Jenis pelayanan Indicator SPM Pelaksanaan

1 Perijinan kerja/praktek Waktu yang diperlukan 6 hari kerja 4 hari


tenkes
2 Perijinan sarkes Waktu yang diperlukan : 8 hari
- RSU 12 hari kerja
- lainnya + praktek berkelompok 12 hari kerja
3 Perijinan apotek & toko Waktu yg diperlukan 6 hari kerja 4 hari
obat
4 A.penyelenggaraan - 80 % bumil terlayani K4 92,22
yankesdas - 90 % neonatal terlayani KN-2 69,72
1. Yankes bumil & bayi - 80 % persalinan nakes 90,51
lahir
2. Yankes bayi & apras - 75 % bayi dilayani DTKB oleh nakes 4x/tahun 0
- 75 % abal DTKB 2x/tahun 0
3. Yankes asek - 100 % SD klas 1 diperiksa kes & gigi 1 x/thn 0
- 80 % anak SD memperoleh PMT 0
4.Yankes usia subur - 70 % peserta aktif KB dilayani 80,36
5.Yankes usila - 25 % usila (60 th keatas) mendapat yankes 123,87
6.Yan imunisasi - 80 % bayi diimunisasi dasar lengkap 85,53
7. Yankes indera - 20 % penderita katarak pada gakin dioperasi 0
- 10 % penderita kelainan refraksi murid SD 0
pada gakin dikoreksi
8. Yankes jiwa masy. - 10 % ggn jiwa yg dideteksi di sarkes dilayani 0
9. Yan pengobatan & - 15 % penduduk memperoleh yan rajal di 90,24
perkesmas sarkes
- 15 % penduduk memperoleh yan ranap prima 0
- 40 % keluarga rawan dari :
a. bayi/balita gizi buruk 100
b. TBC, anemia, KEK
c. bumil resti
B.Yankes Rujukan - tersedia 4 yan spesialis dasar (kebidanan, 66,67
bedah, peny dalam, anak)
- BOR 70 % 0
- yan Gadar & penanggulangan bencana 100
C.Yan penunjang kes - tersedia lab klinik sederhana 100
Yan lab klinik & kesmas - tersedia lab RSUD klinik terbatas 100
- tersedia lab kes mas parameter terbatas (UPT 100
lab kesling)
5. 1. Penyul perilaku sehat - 60 % desa sehat strata III & IV 55,93
- 70 % penduduk berperilaku sehat 100
2. Promkes utk - 15 % posy mandiri 0
pemberdayaan dlm upy - 50 % posy madya 65,67
kes - org kemasy tercakup prog promkes 100
6. 1. penyelidikan - 100 % desa/kelurahan KLB dilak penyelidikan 100
epidemiologi & epidemiologi
penanggulangan - 100 % kasus ditanggulangi 100
kejadian luar biasa
2. Pencegahan & - 0 % angka kesakitan 0
pemberantasan peny - 85 % kesembuhan/cure rate pdrt TB BTA + 50
menular - 50 % penurunan jml kasus malaria 0
- <1 % prev kusta per 10.000 penduduk 0,7
- 85 % penemuan pneumonia balita 0
- 10 % prev sifilis & Go kelompok perilaku resti 0
- 50 % penurunan jml kasus DBD 93,75
- 50 % penurunan jml kasus diare 100
7. 1. Pengawasan kualitas - 50 % TTU memenuhi standar 0
lingkungan - 50 % TPM memenuhi standar 0
- 50 % keluarga menghuni rumah sehat 80,18
2. Pengendalian vector - 70 % sediaan air bebas jentik nyamuk 0
8. Penyediaan obat utk - 100 % ketersediaan jenis obat sesuai standar 100
yankesdas - 75 % ketersediaan jumlah obat sesuai standar 75
9. Yan pencegahan & - 15 % sarkes umum melaks P3 NAPZA 0
penanggulangan
narkotika, psikotropika
& zat adiktif lainnya yg
berbasis masy
10. 1. Pemantauan pertumb - 70 % balita ditimbang (D/S) 80,22
balita - 85 % balita diatas garis merah 3,21
2. Pemberian suplemen - 100 % balita mendapat kapsul vit A 2x/tahun 108,74
gizi - 80 % ibu hamil mendapat 90 tab Fe 100
- 100 % WUS & murid SD di daerah endemic 0
berat mendapat kapsul yodium
3. pelay gizi - 100 % MP ASI bayi gizi Kurang pada Gakin 100
- 100 % balita gizi buruk mendapat perawatan 100
4.Penyul gizi seimbang - 40 % busui tercakup prog penyul ASI ekslusif 57,9
- 60 % rumah tangga tercakp prog penyul garam 100

BAB III
PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016

A. Derajad Kesehatan Masyarakat

Indicator derajad kesehatan masyarakat meliputi umur harapan hidup, mortalitas,

morbiditas dan status gizi masyarakat.

1. Umur Harapan Hidup

Umur harapan hidup di kab Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan

dengan umur harapan hidup rata-rata di Indonesia. Umur yang panjang namun tidak

berkualitas (mengalami sakit kronis) akan membawa konsekuensi logis pada

perubahan pola penyakit degeneratif yang timbul. Umur harapan hidup menurut

hasil survey yang dilakukan oleh BPS sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Umur Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Gunungkidul

Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional Kabupaten

 Laki-laki 67,72 68,58


 Perempuan 69,60 72,48
 Rata-rata BPS GK 68,78 70,6
Sumber : BPS 2008

2. Mortalitas

Dengan perubahan pola penyakit dan meningkatnya UHH maka pola

penyakit penyebab kematian mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir.

Selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2.
Angka Kematian Penduduk UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

Mortalitas Tahun Target


(satuan) 2014 2015

Angka kematian neonatus (jml) 0,01 0,03 <40/1000 KH


Jml kematian bayi 1 4
Angka kematian bayi 0,01 0,04 45/1000 KH
Jml kematian ibu 1 0
Angka kematian ibu 0,01 0 150/100.000 KH
Angka kematian kasar (CDR) 0,01 0,04 7/1000
Keterangan :

KH = Kelahiran hidup

CDR = Crude Death Rate, Neonatus = 0-28 hari

Dari tabel 3.2 terlihat terjadi kenaikan angka kematian pada bayi. Tetapi tidak ada

Angka kematian ibu. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena IUFD, BBLR dan

asfiksia. Kasus BBLR merupakan manifestasi dari berbagai masalah antara lain dari masalah

gizi serta kesehatan ibu waktu hamil. Ibu hamil yang mengalami defisiensi gizi seperti

anemia, GAKY, kurang vitamin A dan Kurang Energi Kronis (KEK) akan berdampak pada

kondisi dan status gizi bayi lahir sehingga pencegahan kasus perlu melibatkan berbagai pihak

terkait. Walaupun angka/jumlah kematian diatas menujukkan ada peningkatan tetapi masih

tetap dibawah target nasional.

3. Morbiditas

Berikut ini urutan 10 besar penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari di tahun 2015 (sumber

data : laporan LB 1) :

Gambar 3.1.
10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

2500
2241 2208

2000

1500
1278

1000 948
878
762 758
566
500
321
164

0
J 06 J 22 J 45 L 23 M 06 K 29 J 02 J 00 K 02 M 25

Keterangan :

No Diagnose ICD X Jumlah

1 Infeksi akut lain pd sal.prnfsn bgn atas J 06 2241


2 Infeksi akut lain pd sal.prnfsn bgn bawah J 22 2208
3 Asma J 45 1278
4 Dermatitis kontak alergi L 23 948
5 Rheumatoid arthtritis M 06 878
6 Gastritis K 29 762
7 Pharingitis akut J 02 758
8 Common cold/nasopharingitis akut J 00 566
9 Karies gigi K 02 321
10 Gangguan sendi M 25 164

4. Status Gizi
Keadaan gizi masyarakat tidak lepas dari factor internal maupun eksternal sehingga

penanganan masalah gizi tidak hanya tanggung jawab jajaran kesehatan semata tetapi

diperlukan keterpaduan program dalam penanggulangannya. Ada empat masalah gizi

masyarakat yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A

(KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Keempatnya dapat digambarkan

dengan indicator pada pemeriksaan antropometri dan klinis antara lain :

1. Status Gizi Bayi/Balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk

Kurang Energi Kronis Wanita Usia Subur (KEK-WUS)

2. Kadar Haemoglobin dalam darah (<11 mg%) pada masalah AGB

3. Serum Vitamin A pada masalah KVA

4. Grade pada Palpasi Gondok dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH), Tes T3 – T4 pada

darah dan Urine Ekskresion Index (UEI) pada masalah GAKY

Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas

Gedangsari sebagai berikut :

Tabel 3.3.
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) Masyarakat Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari

INDIKATOR GIZI TARGET (%) 2008

* Status Gizi
Buruk <1 0,73
Kurang < 20 15,75
Baik > 78 81,49
Lebih 1 2,03
BBLR ditangani < 10 0
* Kurang Energi Protein (KEP)
Nyata/BGM <1 3,21
Total = GK + GB < 15 16,47

Status Gizi Target 2008


Nasional N %
Buruk <5% 15 0,73
Kurang < 20 % 325 15,75
Baik > 80 % 1682 81,49
Lebih <3% 42 2,03

Sumber Data : Seksi Gizi, Dinkes GK Tahun 2015

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi pada tabel 3.7. diatas terlihat pada

indicator gizi (status gizi) Lebih terlihat dari target 1 ternyata diperoleh 2,03 hal ini

dikarenakan pengetahuan ibu tentang kesehatan balita sudah sangat baik akan tetapi

berbanding terbalik dengan ditemukannya balita BGM yang melebihi target yaitu 3,21% dari

target <1% begitupula dengan total KEP yaitu 16,47% dari target <15%.

Kasus BGM dan KEP telah mendapatkan intervensi baik dengan mendapatkan

perawatan di RS dan penambahan MP-ASI. Banyaknya intervensi ini dikatakan berhasil

karena berdasar evaluasi dan data mulai menunjukkan penurunan yang bermakna walau

sebaran kasusnya mengalami kenaikan. Melihat kondisi tersebut maka perlu dipikirkan

langkah konkrit yang lebih efektif dan efisien dalam menangani program gizi balita sehingga

bisa dicapai kenaikan angka gizi baik yang akan mendukung derajat kesehatan masyarakat

yang optimal (human investment).

B. UPAYA KESEHATAN

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

a. Kunjungan Ibu Hamil

Cakupan K1 dan K4 tahun 2008 mengalami peningkatan walaupun pada K4

belum memenuhi target yang diharapkan. Dalam hal pencatatan dan pelaporan,

kendala terbesar adalah masih lemahnya R/R menggunakan instrument Kohort Ibu

sebagai basic PWS-KIA, walau perlu ada apresiasi dlm peningkatan kelengkapan

data. Akibatnya adalah rendahnya kelengkapan laporan rutin LB3 dan PWS-KIA
sebagai base data. Sehingga Kohort KIA sebagai sumber data yang bersifat facility

base perlu didukung surveilance yang community base.

Tabel 3.4.
Cakupan (%) Upaya Kesehatan Ibu di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008

Cakupan KIA Target (%) 2014 2015


K1 95 86,1 108,14
K4 95 86,1 92,22
Persalinan Nakes 90 68,3 90,51
Sumber data : PWS UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015

b. Pertolongan Persalinan

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan. Hal ini dimungkinkan kesadaran masyarakat akan pelayanan

kesehatan secara professional dan aman, sehingga yang semula kebiasaan

persalinan dilakukan oleh Mbah/Bu Dukun beranak semakin lama berangsur-angsur

beralih pada pola pencarian pertolongan ke tenaga kesehatan baik yang dilakukan di

pelayanan kesehatan pemerintah maupun praktek swasta. Meningkatnya status

ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat juga berperan dalam proses perubahan

tersebut.

c. Imunisasi

Program imunisasi yang dilakukan pada sasaran bayi meliputi imunisasi BCG,

DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.


Tabel 3.5.
Cakupan Imunisasi Bayi di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008

140

121
120
110
102 101
100 94

80

60

40

20

0
BCG DPT/HBcb 1 Campak Polio 3 HB < 7 hr

Sumber : Laporan Imunisasi UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008

Pada tahun 2008 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun

2007 dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization) 100%.

d. Deteksi Tumbuh Kembang

Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-

sekolah (APRAS) pada tahun 2008 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak ada data, hal ini

dimungkinkan tidak ada koordinasi dan job discribtion yang baik. Data yang ada jumlah balita

ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Bayi, balita dan ibu hamil/nifas merupakan kelompok sasaran yang sangat

rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sehingga program perbaikan gizi

diarahkan pada kelompok tersebut. Program perbaikan gizi antara lain meliputi pemberian

vitamin A, Fe dan Kapsul Iodium. Data selengkapnya sebagai berikut :


Tabel 3.6.
Cakupan Pemberian Vitamin A, Fe dan Kapsul Iodium
di UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2008

Intervensi Gizi 2008

Distribusi Vit. A
* Balita (100%) 108,74
* Ibu nifas (90%) 90,51
Cakupan Bumil mendapat Fe
* Fe 1 (90%) 100,90
* Fe 3 (90%) 100,90
Cakupan Desa dengan garam 100
beryodium baik
Sumber : Laporan Petugas Gizi UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2008

Pemberian Vitamin A pada Balita untuk setiap tahun diberikan pada dua tahap

(Bulan Vitamin A) yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi vitamin A banyak

dilakukan melalui Posyandu. Cakupan pemberian Fe kepada bumil dan balita sangat

berkaitan dengan banyaknya kasus anemia yang ada di kabupaten Gunungkidul umumnya.

Bentuk pemberian Fe pada balita berupa sirup multivitamin sedangkan untuk ibu hamil/nifas

berupa suplemen TTD (tablet tambah darah). Cakupan pemberian vitamin A dan pemberian

Fe maupun desa dengan garam yodium baik sudah melebihi target.

3. Pelayanan Pengobatan / Perawatan Kesehatan

Pelayanan pengobatan di puskesmas mempunyai andil yang cukup besar dalam

upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat menuju derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan dipengaruhi antara lain oleh factor

internal yang masih memerlukan banyak perbaikan. Profesionalisme di tingkat fungsional

maupun non fungsional menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja organsasi,

demikian pula dengan mutu pelayanan yang diberikan. Kegiatan pelayanan pengobatan di

UPT Puskesmas Gedangsari dilaksanakan melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di

dalam maupun luar gedung, serta kegiatan rawat inap. Keberadaan dan kinerja yang baik

dari tenaga professional diantaranya dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan yang lain
merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan upaya pelayanan

pengobatan/perawatan di UPT Puskesmas Gedangsari.

a. Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas

Kunjungan rawat jalan puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif. Kunjungan

aktif dilakukan puskesmas melalui Puskesmas Pembantu (6 pustu) yang dimiliki UPT

Puskesmas Gedangsari, kegiatan Puskesmas Keliling yang biasanya dipadukan dengan

kunjungan ke Posyandu Balita maupun Posyandu Usila atau Poskesdes. Kunjungan pasien

rawat jalan pada tahun 2008 sebanyak 36.970 kunjungan dari 39.084 penduduk. Rata-rata

kunjungan rawat jalan adalah 94,59% dari total penduduk.

Pasien yang berkunjung ke puskesmas meliputi pasien umum/bayar, ASKES, gratis,

pasien dengan Kartu Jamkesmas dan pasien dengan kartu JPKMM/Jamkessos. Kunjungan

UPT Puskesmas Gedangsari sebagaimana Gambar 3.2. berikut :


Gambar 3.2.
Kunjungan Pasien UPT Puskesmas Gedangsari Berdasar Jenis Pembayaran Tahun 2015

4500

4000

3500

3000

2500
Bayar
2000 Gratis
Jamkesmas
1500
Askes
1000 Jumlah

500

0
ri ri et ril ei ni li s er be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju Ju
ustu mb to m m
Ja b M
Pe Ag epte Ok pe se
S No De

Seiring dengan dipacunya target pendapatan yang harus dicapai oleh puskesmas, maka

kunjungan rawat jalan UPT Puskesmas Gedangsari pada tahun 2015 mengalami kenaikan.

Peningkatan tersebut banyak didukung dengan kegiatan Puskesling.

Pada tahun 2014 dengan diberlakukannya kebijakan Bupati tentang Puskesmas

Gratis, maka kunjungan rawat jalan (tanpa tindakan) tidak dikenakan biaya retribusi untuk

catatan medis dan pelayanan harian. Kebijakan gratis sebelumnya hanya berlaku bagi

mereka yang mempunyai kartu jamkessos dan Jamkesmas, sehingga pada tahun 2015 terjadi

kenaikan untuk kunjungan gratis.

Munculnya beberapa pelayanan kesehatan swasta sebagai tindak lanjut dari

munculnya Undang-Undang Praktek Kedokteran dimungkinkan banyak berpengaruh

terhadap penurunan kunjungan pasien ke puskesmas. Selain hal tersebut cakupan


kunjungan puskesmas juga tidak lepas dari factor kelengkapan sarana/prasarana,

keterjangkauan akses, kualitas pelayanan dan manajemen puskesmas.

Kunjungan pasien yang dibayar dari asuransi kesehatan meliputi ASKES Pegawai

negeri dan jamkesmas. Selain itu terdapat pula program jamkesos yang dilaksanakan dari

dana propinsi untuk membantu pembiayaan kesehatan masyarakat. Kebijakan pemerintah

pusat yang menerbitkan Askeskin/Jamkesmas sebagai program pro poor, banyak

ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat miskin yang menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah ataupun swasta yang ditunjuk. Program Asuransi

Kesehatan bagi semua penduduk yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembiayaan

kesehatan masyarakat dengan konsep awalnya adalah memberikan keringanan kepada

keluarga miskin lewat subsidi silang ternyata belum banyak ditanggapi secara serius oleh

masyarakat.

Keterlibatan total dari UPT Puskesmas Gedangsari untuk memberdayakan

masyarakat dalam kemandirian upaya kesehatan perlu dikaitkan dengan mengalokasikan

sumberdya secara maksimal dengan harapan pembiayaan kesehatan bukan lagi merupakan

kendala masyarakat dalam pencarian pertolongan akan kesehatannya.

4. Pemberantasan Penyakit Menular

a. Demam Berdarah

UPT puskesmas gedangsari khususnya dan kabupaten gunungkidul umumnya

merupakan daerah endemis demam berdarah dengan Case Fatality Rate (CFR) yang cukup

tinggi bila dibandingkan dengan standart nasional. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

DBD yang telah dilaksanakan berupa pemberantasan penyakit DBD yang telah dilaksanakan

berupa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M+ikanisasi yaitu menutup,

menguras, mengubur + ikanisasi serta kegiatan lain berupa abatisasi dan fogging

(pengasapan). Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun
2015 sebanyak 35 kasus. Upaya pencegahan dan pemberantasan telah dilakukan tetapi

rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus BD menandakan terus

adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab penyakit DBD.

Berdasar waktu maka antara bulan Nopember sampai April merupakan bulan

yang banyak terjadi kasus DBD sehingga pada masa ini perlu diwaspadai terjadinya KLB.

Dapat disimpulkan sangat erat kaitannya dengan curah hujan dan kelembaban udara.

Lingkungan, mobilisasi penduduk yang tinggi serta kepadatan penduduk juga sangat

berperan dalam proses penularan vector demam berdarah.

b. Malaria

Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).

c. Diare

Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare

pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari tahun 2014

yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan serta perilaku. Kejadian

diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum makan.

d. Kusta

Jumlah penderita kusta tahun 2015 ada 0 orang (Multi Basiler/MB) terjadi

penurunan dari pada tahun 2014 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya

penderita baru sangat dimungkinkan karena adanya kontak dengan penderita lama.

Pencarian penderita selama ini dilaksanakan dengan kegiatan pemeriksaan keluarga yang

kontak dengan penderita (kontak survey), pemeriksaan anak sekolah (school survey) dan

case survey.

e. TBC-Paru

Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati

semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2014 dimana

BTA(+) 6 orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami fluktuasi baik
penemuan dengan BTA (+) maupun Rontgen. Berdasarkan program nasional, prevalensi TBC

adalah 115/100.000 penduduk dan pencarian diarahkan untuk umur > 15 tahun serta

pemeriksaan BTA positif. Sementara ini pengobatan diberikan secara cuma-Cuma melalui

program TB dari pusat. Keteraturan minum obat sangat mempengaruhi keberhasilan

pengobatan.

Pelaksanaan kegiatan program TBC-Paru dengan strategi DoTS (directly

observed treatment of shortcourse) telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir. Hasil

evaluasi indicator cakupan yaitu :

(1) Case Detection Rate (CDR) yaitu semua penderita baru dari semua jenis TB yang

diperoleh baik melalui pemeriksaan dahak BTA (+), BTA (-) rontgen (+), TB anak dan

TB ekstra paru (EP). Target prevalensi nasional 115/100.000 penduduk.

(2) Konversi (Conversion Rate/CR) yaitu perubahan hasil pengobatan setelah dua bulan

dari BTA (+) menjadi BTA (-). Angka konversi yang harus dicapai adalah 80% selalu

melampui target.

(3) Angka Kesembuhan (Cure Rate/cr) adalah hasil pengobatan pada akhir fase

pengobatan lanjutan (2 bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan)

diperiksa dahaknya bila negative dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa

diperiksa dahaknya maka dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka

kesembuhan yang baik bila > 85% capaiannya berfluktuasi

(4) Error Rate (ER) yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan pemeriksaan

laboratorium sebagai pemantauan mutu pemeriksaan dahak dengan standart < 5%.

f. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam

Top Ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan Penyakit Lain Saluran Pernafasan Atas

(J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X sebagai berikut :

1. J00 = Common Cold /Nasopharingitis Akut


2. J06 = Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas

3. J22 = Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Bawah

4. Didalamnya termasuk Tonsillitis, Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas, Penyakit

Lain Saluran Pernafasan Bagian Atas , Pneumonia.

g. Penyakit Kelamin

Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah

pada sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2008 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.

h. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Selama tahun 2008 tidak ada kasus meliputi Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus

Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B.

5. Penyakit Tidak Menular

Pola penyakit tidak menular dari tahun ke tahun hampir sama jenis penyakitnya

hanya mengalami pergeseran dalam urutan/rangkingnya. Perubahan transisi demografi

dimana meningkatnya kelompok usia lanjut dan pola konsumsi masyarakat juga membawa

konsekuensi meningkatnya penyakit tidak menular yang sifatnya degenerative. Berubahnya

perilaku masyarakat juga banyak berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap pola penyakit yang timbul. Adapun top ten penyakit tidak menular di tahun 2008

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7.
Lima Besar Penyakit Tidak Menular Di UPT Puskesmas Gedangsari
No Diagnose ICD X Jumlah

1 Gangguan lain pada jaringan otot atau sendi M 02 1099


2 Gangguan lain pada system pernafasan J 98 684
3 Anemia D 64 415
4 Penyakit pulpa K 04 406
5 Infeksi usus lain B 83 278
6. Penyehatan lingkungan

a. Kepemilikan Sarana Kesehatan

Berdasar hasil kegiatan kesehatan lingkungan pada tahun 2015 diperoleh angka

sebagai berikut :

Tabel 3.8.
Jumlah Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Jenis sarana KK diperiksa KK memiliki % memiliki

Persediaan air 11.033 11.033 58


bersih
Jamban 11.033 0 0
Tempat 11.033 0 0
sampah
Pengelolaan 11.033 1076 9,75
air limbah
Sumber : data survey KL tahun 2015

b. Kualitas Lingkungan Fisik Kesehatan

Situasi kesehatan lingkungan di wilayah kerja upt puskesmas gedangsari

berdasar survey yang dilakukan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9.
Data Kesehatan Lingkungan Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari Tahun
2008

Jenis Jumlah %

Rumah sehat 174 80,18


Restoran/WM (TUPM) 13 0
Kantor sehat 6 100
Pasar sehat 0 0
Rumah ibadah 21 58
Salon sehat 8 100
Sumber : PL UPT Puskesmas Gedangsari

c. Perumahan, Jamban, Penyediaan Air Bersih Dan SPAL

Perumahan penduduk dipedesaan pada umumnya berkelompok dalam

kelompok dusun. Didaerah perkotaan umumnya bangunan perumahan adalah


permanen dengan model yang lebih modern. Sebagian besar pedesaan telah

teraliri oleh aliran listrik. Cakupan rumah sehat menunjukkan angka 80,18 %

sudah baik tapi masih kurang dari target yang diharapkan yaitu 100%.

Jamban keluarga dan tempat sampah dengan prosentase kepemilikan 0%,

hal ini dikarenakan sebagian besar jamban keluarga dipedesaan berbentuk

“jamban cemplung” kemungkinan terkait dengan keterbatasan persediaan air.

Sedangkan pembuangan sampah dilakukan dengan pembakaran dan

pembersihan atau penimbunan pada waktu-waktu tertentu.

Air menjadi salah satu masalah penting. Kasus kekeringan menjadi hal yang

rutin terjadi dan terkait erat dengan potensi dari kandungan air di tanah kapur.

Program memompa sungai bawah tanah untuk dialirkan ke daerah potensial

kekeringan telah dilakukan, namun dalam pelaksanaannya, keterbatasan debit

air dan prasarana serta kondisi geografi yang ada masih belum semua masalah

ketersediaan air bersih bisa tertuntaskan.

Penyediaan air dalam bentuk PAH (Penampungan air hujan) bagi penduduk

setempat juga telah dilakukan namun demikian PAH bukanlah pemecahan

utama karena dengan berakhirnya musim penghujan maka fungsi penyediaan air

pada akhirnya menjadi hilang. Alternative pengadaan air bersih melalui beli air

dengan truk tanki air menjadi beban ekonomi tersendiri bagi masyarakat

setempat.
7. Perilaku, Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat

7.1.Perilaku Kesehatan

a. Pola Konsumsi Makan Masyarakat

Perilaku penggunaan anggaran rumah tangga yang dialokasikan

untuk kebutuhan pangan lebih besar dari konsumsi non pangan. Hasil

tersebut menunjukkan masyarakat masih belum sejahtera, karena makin

sejahtera masyarakat konsumsi non pangan akan lebih tinggi. Hasil ini pula

sesuai dengan data dari Susenas (survey sosial ekonomi nasional). Biaya

pangan tersebut sepertiganya dibelanjakan untuk konsumsi jenis padi-

padian, kemudian disusul kebutuhan non pangan dimana untuk kebutuhan

kesehatan dan pendidikan masih sangat minim, hal ini merupakan pekerjaan

rumah bagi puskesmas gedangsari untuk merubah perilaku mereka.

b. PHBS

Salah satu program yang tengah disosialisasikan kepada masyarakat

adalah Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) yang pada intinya

memberikan penilaian terhadap beberapa indicator perilaku di rumah

tangga. Terbagi dalam 4 strata dengan penilaian berdasarkan warna dan

hasil survey PHBS dengan sasaran rumah tangga seperti terlihat pada tabel

3.8 dibawah ini :


Tabel 3.10.
Starata PHBS Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun
2015

Strata PHBS Target Hasil

A. Merah (buruk) < 25 0


II. Kuning (kurang) 25 – 49 47
III. Hijau (cukup) 50 – 74 47
IV. Biru (baik) > 75 241
Sumber : Promkes dan KB UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015

Dari hasil kajian strata PHBS diatas ditemukan masalah yaitu pada

strata hijau (cukup) masih kurang dari target yaitu hanya 47 sedangkan

target 50-74. Dan strata yang lain sudah melebihi dari target. Hal ini bisa

disebabkan karena gedangsari masuk kategori sedang untuk wilayah

kecamatan bebas rawan gizi (>15%) yaitu 16,47% dan melebihi prosentase

KEP (kurang energi protein) dan jumlah posyandu yang aktif sebagai bentuk

partisipasi masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan hanya 34,33%

saja.

c. Perilaku Pemberian ASI

Berkaitan dengan pola pemberian ASI, ibu rumah tangga di wilayah

gedangsari relative cukup baik dimana pada umumnya mereka menyusui

bayinya sampai dengan usia 6 bulan secara ekslusif yaitu 33 bayi (57,9%)

dari 57 bayi usia 0-6 bulan. Meskipun lebih dari 50% tetapi masih perlu

diupayakan sosialisasi/promosi supaya dapat tercapai sesuai target

terutama dengan program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang juga

bermanfaat untuk mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir.

d. Perilaku Pencarian Pengobatan

Berat ringannya penyakit serta kondisi ekonomi dalam hal ini ketersediaan

keuangan daam rumah tangga akan menjadi alternative dalam pencarian

pertolongan akan kesehatannya. Perilaku pencarian pengobatan masyarakat


bersadar data sebagian besar sudah menggunakan tenaga dan fasilitas

kesehatan meskipun masih ada yang pergi ketabib, sinse atau dukun tapi

jumlahnya relative kecil.

7.2.Peran Serta Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan

Untuk kegiatan peran serta masyarakat bisa kita lihat antara lain dari

kegiatan Posyandu. Kegiatan posyandu merupakan kegiatan dari masyarakat,

untuk masyarkat dan oleh masyarakat sehingga maju mundurnya posyandu

tidak lepas dari campur tangan masyarakat setempat. Walaupun demikian,

puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan dasar dan mempunyai

fungsi diantaranya adalah merupakan penggerak peran serta masyarakat di

wilayah kerjanya, tidak lepas dalam hidupnya kegiatan posyandu.

Kegiatan posyandu yang banyak dilakukan di masyarakat adalah

penimbangan balita yan didukung dengan program peningkatan gizi berupa

pemberian makanan tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada balita

banyak ditemukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu. Selain itu

kegiatan pemberian vitamin A, Fe dan yodium juga dilakukan melalui posyandu.

Cakupan penimbangan balita di posyandu pada tahun 2015 tidak banyak

berbeda dengan hasil survey tentang kebiasaan menimbang balita dimana

80,22% ibu balita biasa menimbangkan anaknya baik ke posyandu, sarana

pelayanan pemerintah maupun swasta. Jenis posyandu dikelompokkan menjadi

4 kelompok yang meliputi posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri.

Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.


Gambar 3.3
Tingkatan Posyandu Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

Purnama; 36; 35%


Pratama
Madya; 66; 65% Madya
Purnama
Mandiri

Sumber : Sie Promkes UPT Puskesmas Gedangsari, 2015

Tingkatan perkembangan posyandu yang menjadi harapan adalah tingkat Purnama

atau Mandiri dimana cakupan kegiatan sudah mencapai >50% (KIA, KB, Imunisasi, cakupan

D/S). selain itu masih ada indicator tambahan lain yaitu adanya program tambahan dan dana

sehat. Cakupan UPT puskesmas Gedangsari pada tingkatan mandiri masih 0% dan menjadi

catatan untuk lebih mengembangkan kegiatan peran serta masyarakat dalam upaya

pembangunan kesehatan.

C. Manajemen Dan Kebijakan Kesehatan

a. Kebijakan dan Peraturan Kesehatan

Adanya Undang-Undang Nomor 22 tahun 2000 yan direvisi menjadi

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

memberikan banyak perubahan menuju Desentralisasi dibidang kesehatan.

Kebijakan desentralisasi melalui peraturan daerah memberikan landasan yang

kuat bagi Dinas Kesehatan yang dibawahnya terdapat 29 puskesmas termasuk

UPT Puskesmas Gedangsari untuk menyusun kebijakan-kebijakan baru sebagai

implementasi dari otonomi pembangunan kesehatan.


Beberapa peraturan daerah telah dihasilkan sebagai manifestasi atas

lahirnya desentralisasi di kabupaten Gunungkidul. Pengembangan kebijakan

yang dihasilkan antara lain adalah peraturan daerah tentang Struktur Organisasi

Dinas Kesehatan, perijinan pelayanan kesehatan swasta dan standart pelayanan

minimal bidang kesehatan. Dalam upaya memperbaiki pendapatan daerah di

kabupaten gunungkidul, maka dilakukan perubahan perda retribusi pelayanan

kesehatan puskesmas yang mulai diimplementasikan pada tahun 20015

b. Informasi dan IPTEK kesehatan

Substansi pokok informasi kesehatan mencakup data tentang derajat

kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan

dan pemberdayaan masyarat dibidang kesehatan serta menejemen kesehatan.

Informasi kesehatan dihasilkan melalui jaringan informasi kesehatan

wilayah pustu dan sector terkait. Pengumpulan data dilaksanakan dengan

perpaduan pencatatan dan pelaporan rutin dari puskesmas maupun swasta

serta dari kegiatan survaylans, hasil survey nasional, propinsi maupun local

kabupaten gunungkidul.

Pengolahan dan analisis data dilaksanakan puskesmas dan Dinas

Kesehatan dengan memanfaatkan tekhnologi informasi yang ada diantaranya

adalah computer yang diberikan sejumlah 4 buah. Penyebarluasan informasi

dilaksanakan melalui penyuluhan pada kader atau masyarakat, leaflet, poster

dan spanduk.

Pengolahan data dan informasi melalui system informasi merupakan hal

yang sangat diperlukan dimasa globalisasi ini. Ketersediaan data yang

tepat/akurat, up to date dan cepat menjadi kebutuhan yang seharusnya dapat

terpenuhi mengingat terkait erat dengan mekanisme menejemen.


Perencanaan tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa

tersedianya data dan informasi yang memadai. Usulan program yang tidak

rasional merupakan wujud dari tidak adanya data dan informasi yang memadai

dari programmer. Hal ini juga memberikan bebab yang sangat berlebih bagi

puskesmas sebagai ujung tombak karena system pada saat itu tidak mampu

mengevaluasinya. Monitoring dan evaluasi pada satu sisi proyek akan

tidakmenyenangkan dan dicurigai, lebih cenderung ke nuansa sosial yang

menjadi prioritas pertama sebelum tupoksi.

Sarana, prasarana dan tatalaksana system informasi lebih mengacu

system sentralisasi (laporan ke pusat) dan menggeneralisir wilayah kerjanya.

Orientasi global menjadi pilihan petugas terlihat dari minimnya data-data hasil

penelitian ilmiah sehingga seringkali menjadi kendala dalam mengikuti

perkembangan kemajuan pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan

maupun system informasi.

Pelaksanaan menejemen kesehatan berdasar fakta (evidence based) perl

didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). IPTEK

kesehatan dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan kesehatan

(Litbangkes). Pelaksanaan penelitian di UPT Puskesmas Gedangsari banyak

dilakukan baik melalui karya tulis ilmiah dari petugas yang meneruskan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk keperluan pembuatan

profil puskesmas. Banyak dilakukan melalui kerjasama dengan lintas program

dan sektoral.

Pendayagunaan hasil-hasil penelitian dipakai sebagai evaluasi

pembangunan kesehatan dan sebagai acuan atau bahan penyusunan

perencanaan pembangunan kesehatan dimasa berikutnya sehingga program

kesehatan bisa efektif.


c. Administrasi kesehatan

Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas

dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Perencanaan

kesehatan di UPT Puskesmas Gedangsari disusun secara bottom up planning,

berjenjang dari masing-masing puskesmas pembantu dan para pemegang

program yang telah dibagi job discriptionnya membuat POA beserta

anggarannya kemudian dibahas dalam acara Lokakarya Mini Puskesmas untuk

kemudian diteruskan ke bagian Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinas kesehatan

Kabupaten Gunungkidul.

Upaya kesehatan dilaksanakan melalui upaya preventif, promotif, kuratif

dan rehabilitative. Paradigma sehat merupakan paradigm yang dikembngkan

dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 melalui strategi Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) dengan orientasi bahwa pelayanan preventif dan promotif

mendapatkan porsi lebih utama tanpa memgabaikan pelayanan kuratif dan

rehabilitative. Pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk melihat sejauhmana kebrhasilan

program dan kesesuaian dengan pedoman dan standart yang ditetapkan oleh

daerah.
BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

TAHUN 2016 (DATA 2015)

A. DERAJAD KESEHATAN

1. Umur Harapan Hidup

Data dari BPS Gunungkidul, rata-rata umur harapan hidup penduduk

gunungkidul adalah 70,53. Masih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata

nasional yaitu 68 tahun. Hal ini menandakan bahwa meskipun banyak kendala

hidup di gunungkidul ternyata masih mampu bertahan hidup dan berumur

panjang.

Beberapa factor yang mempengaruhi panjang umur antara lain kesederhanaan

hidup, tidak banyak factor stress, dan relative tidak banyak persaingan,

disamping pola hidup kekeluargaan yang tinggi.

2. Angka Kematian

Angka kematian bayi baru lahir (neonatus) sudah berhasil melampoi rata-rata

nasional yaitu 0,03 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan bahwa

program upaya kesehatan bayi, anak dan balita cukup berhasil. Demikian pula

pada upaya kesehatan ibu hamil, melahirkan dan ibu nifas. Angka kematian ibu

pada tahun 2008 tidak ada kasus. Angka kematian kasar adalah cukup baik yaitu

0,04 per 1000 penduduk, artinya sudah melampoi rata-rata kematian nasional

yaitu 7 per 1000 penduduk.

3. Angka Kesakitan

Angka kesakitan pada semua golongan umur sebesar 71,71%. Angka kematian

bayi secara absolut sebesar 4 bayi atau sebesar 0,04 kematian bayi per 1000

kelahiran hidup. Peningkatan jumlah kasus di tahun 2008 lebih dikarenakan


mulai tertatanya system informasi kematian melaui Audit Maternal Perinatal

dari berbagai sumber data, sedang di tahun 2006 hanya tercatat kasus di

puskesmas saja sehingga angka kematian sedikit.

B. STATUS GIZI

Kasus KEP, KEK masih banyak dijumpai dan dari kategori status gizi sudah melampoi

target. Angka gizi buruk diatas standar nasional yaitu 0,73% dari target <1%. Total

KEP 16,47% lebih besar dari target nasional >15%.

C. SUMBERDAYA KESEHATAN

Dari total tenaga kesehatan yang ada di UPT puskesmas gedangsari, proporsi tenaga

medis sebanyak 3 orang termasuk kepala puskesmas (10,71%), tenaga paramedic

(bidan, perawat dan teknis medis) sebesar 14 orang (50%) dan tenaga lain sebesar

11 orang (39,28%). Proporsi yang demikian, terutama di UPT puskesmas Gedangsari

yang memiliki 4 wilayah kerja, masih dirasakan kekurangan, meskipun pada tahun

2007 ada rekrutmen PNS medic dan paramedic, namun setelah dicermati pendaftar

adalah dokter dan paramedic PTT dan Honorer sehingga tidak menambah jumlah.

D. UPAYA KESEHATAN

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak

Cakupan K1 dan K4 cukup berhasil yaitu meningkat disbanding tahun 2014

, kecuali pada K4 yang masih dibawah target nasional 95%. Kurangnya dokumentasi

persalinan dan pelacakan kasus menjadi alas an utama mengapa data yang dikumpulkan

masih dibawah target.

Pada tahun 2015 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun

2014 dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization)

100%.

Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-

sekolah (APRAS) tetapi pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga
tidak ada data, hal ini dimungkinkan tidak ada koordinasi, job discribtion yang

baik sehinga perlu membentuk jejaring dengan lintas sector. Data yang ada

jumlah balita ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada

1719 jiwa.

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program perbaikan gizi dengan cara pemberian Vit.A, Fe dan kapsul Iodium. Dari

semua sasaran sudah diatas target nasional. Begitu pula dengan cakupan desa

dengan garam beryodium baik yaitu 100%.

3. Pelayanan Pengobatan/Perawatan

Angka kunjungan rawat jalan (didalam maupun diluar gedung) cukup tinggi

dengan rata-rata 94,59% dari total penduduk.

Untuk pemanfaatan rawat inap masih cukup rendah yaitu <5% dari jumlah

penduduk. Hal ini dikarenakan rawat inap baru dilaksnakan sekitar bulan

Oktober 2008 sehingga masih banyak yang harus dipelajari dan dibenahi agar

kinerjanya bisa optimal ditambah karena proses pembangunan dan rehabilitasi

gedung pasca gempa.

E. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2MPL)

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun

2007 sebanyak 35 kasus. Upaya pencegahan dan pemberantasan telah dilakukan

tetapi rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus DBD

menandakan terus adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab

penyakit DBD.

2. Malaria

Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).
3. Diare

Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare

pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari

tahun 2014 yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan

serta perilaku. Kejadian diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan

sebelum makan.

4. Kusta

Jumlah penderita kusta tahun 2015 ada 0 orang (Multi Basiler/MB) terjadi

penurunan dari pada tahun 2014 yang ditemukan 1 kasus baru murni.

Ditemukannya penderita baru sangat dimungkinkan karena adanya kontak

dengan penderita lama.

5. TBC-Paru

Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati

semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2014

dimana BTA(+) 6 orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita

mengalami fluktuasi baik penemuan dengan BTA (+) maupun Rontgen.

6. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam

top ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan penyakit lain saluran

pernafasan atas (J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X

sebagai berikut :

a. J00 = common cold /nasopharingitis akut

b. J06 = infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas

c. J22 = infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian bawah

d. Didalamnya termasuk tonsillitis, infeksi saluran pernafasan bagian atas,

penyakit lain saluran pernafasan bagian atas , pneumonia.


7. Penyakit Kelamin

Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah

pada sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau

IMS.

8. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi difteri, pertusis, tetanus, tetanus

neonatorum, campak, polio, hepatitis B.

9. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular didominasi oleh Dispepsia. Menurut hasil penelitian,

tingkat stress masyarakat tinggi karena kesepian (gangguan jiwa ringan).

Manifestasinya adalah munculnya Dispepsia, akibat meningkatnya asam

lambung.

10. Penyehatan Lingkungan

Cakupan sarana sanitasi dasar hesilnya menurun disbanding survey sebelumnya.

Banyaknya indicator yang harus diukur untuk kesehatan lingkungan dan

duplikasi dengan program lain seperti PHBS dan kecamatan sehat menjadikan

evaluasi cakupan program kesehatan lingkungan kurang spesifik dan kurang

focus.

F. PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan di UPT puskesmas gedangsari dilakukan melalui penyuluhan

langsung ke kader/masyarakat, penyebaran leaflet, brosur, penempelan poster dan

spanduk. Keterlibatan pihak swasta juga telah berjalan di Sekolah Dasar binaan UPT

puskesmas gedangsari yaitu di SD Tengklik Tegalrejo yaitu dari pihak ASTRA dalam

program pendidikan dan kesehatannya.


G. KINERJA PROGRAM KESEHATAN

Kinerja program kesehatan dapat dilihat pada hasil capaian indicator baik input,

proses maupun output masing-masing program.

Kinerja program bila dilihat dari output seperti yang tercantum dalam indicator

derajat kesehatan masyarakat secara umum (AKI, AKB, UHH dan status gizi) bisa

dikatakan baik yang dibuktikan dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu,

penurunan angka kesakitan bayi dan balita serta penurunan angka status gizi buruk.

Namun demikian, kinerja pelayanan kesehatan anak masih perlu peningkatan karena

jumlah kematian bayi dan neonatal ternyata mengalami peningkatan.

H. PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat dalm pembangunan kesehatan mengalami peningkatan. Hal

tersebut bisa dilihat pada perhatian stakeholder untuk pembangunan kesehatan

cukup aktif. Upaya kesehatan bersumber masyarakat misalnya posyandu merupakan

wujud nyata dari peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kegiatan

tilik yandu yang dilaksanakan Bupati beserta jajarannya merupakan program yang

responsive menangkap dan mendukung peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan.

Jejaring kesehatan di masyarakat seperti kader kesehatan, posyandu, poskesdes,

polindes dan upaya kesehatan bersumber masyarakat lainnya merupakan asset yang

perlu dijaga keberlangsungannya.


BAB V

PENUTUP

Demikian secara umum hasil program pembangunan kesehatan di UPT Puskesmas

Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (data 2015) sebagai gambaran keberhasilan

pembangunan kesehatan menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan

berbagai program tersebut diharapkan dapat mengantarkan menuju Visi “Gunungkidul

Sehat Mendukung Indonesia Sehat Tahun 2010” dan lebih meluas lagi bisa memberikan

kontribusi dalam Millennium Development Goals (MDGs) By The Year 2015.

Tentunya banyak hal yang belum terekam dan tersajikan pada Profil kesehatan UPT

Puskesmas Gedangsari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (Data 2016) ini,

sehingga data yang lain yang dimiliki oleh masing-masing lintas program maupun lintas

sector akan semakin memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan yang lebih

detail. Untuk itulah saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna

penyempurnaan lebih lanjut.

Akhirnya, semoga profil ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bekepentingan dan

dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan manajemen puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai