Anda di halaman 1dari 6

Pengauditan Internal

Dosen pengampu :

Halmawati

Oleh :

Lila Afiska

Lola Chyntia

Melia Mardani

Mellynia Tri Anita Rahim

Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang

2019
A. Pegertian Auditing Internal
Audit Internal adalah suatu aktivitas independen yang bertujuan memberikan
keyakinan dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal audit membantu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi dengan memberikan suatu pendekatan yang
sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola organisasi.
Menurut Dewan Standar Audit Internal (Internal Auditing Standards Boards-
IASB) Audit Internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi
3. Peraturan eksternal serta kebijakan prosedur internal yang bisa diterima telah
diikuti
4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi
5. Sumber daya yang telah digunakan secara efisien dan ekonomis
6. Tujuan organisasi yang telah dicapai secara efektif yang dilakukan dengan
tujuan sebagai konsultasi dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

B. Sejarah Auditing Internal


Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh terhadap
perkembangan audit Internal. Audit internal modern mulai muncul pada tahun
1941 ketika Ikatan Auditor Internal-Institute Of Internal Auditors (IIA) dibentuk.
Sejak saat itu para auditor internal memperluas ruang lingkup audit untuk menilai
semua aspek yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Sejak saat itu profesi
auditor internal menjadi setara dengan auditor eksternal.
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan
diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki
orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit
internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat
perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini
audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan
pusat perhatian yang lebih luas. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa
yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control, kinerja, risiko, dan tata
kelola (governance) perusahaan public maupun privat. Perkembangan auditing,
yaitu :
1. Audit Internal di Abad-abad Permulaan
Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang
secara sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Ilmu dan
profesi audit internal telah dimulai pada 3.500 Sebelum Masehi. Catatan
sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda
kecil yang dibuat disamping angka-angka transaksi-transaksi keuangan.
Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang ada pada saat itu
merupakan potret dari system verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang
menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan memverifikasi (memeriksa)
laporan tersebut. Control internal, system verifikasi, dan konsep pembagian
tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu. Sejarah mencatat
bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada abad-abad permulaan
juga menerapkan system yang sama. Orang-orang Mesir, misalnya
mensyaratkan adanya saksi dalam transaksi penyerahan padi ke lumbung desa
dan mensyaratkan adanya dokumen yang sah untuk transaksi tersebut.
Orang Yunani sangat mementingkan control atas transaksi keuangan. Catatan
sejarah tentang masyarakat Yunani menunjukan diperlukannya prosedur
otorisasi dan verifikasi. Sistem control mereka bias dikatakan cukup aneh.
Mereka lebih suka mempekerjakan budak sebagai petugas pencatat karena bila
sesuatu terjadi, maka penyiksaan terhadap budak guna mengorek informasi
dianggap sebagai cara yang lebih efektif dari pada harus menanyai karyawan
yang bukan budak dibawah sumpah. Kerajaan Romawi kuno “sistem dengar
laporan”. Seorang karyawan akan membandingkan catatannya dengan catatan
karyawan lain. Verifikasi secara lisan ini dirancang untuk menghalangi para
karyawan yang bertanggung jawab terhadap dana untuk melakukan
kecurangan. Dalam perkembangannya, tugas mendengarkan ini muncul istilah
“audit”, yang berasal dari bahasa latin auditus (“mendengarkan”). Salah satu
contoh penerapannya di Kerajaan Romawi adalah quaestors (“pihak penanya”)
akan memeriksa laporan Gubernur untuk mendeteksi kecurangan dan penyalah
gunaan dana.

2. Audit Internal di Abad-abad Pertengahan


Pada abad ke 13 dimulai pencatatan keuangan melalui system pembukuan
berpasangan (double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi debit dan
kredit. System ini memudahkan mengawasi arus kas masuk dan kas keluar
sehingga seorang auditor mudah untuk memeriksa keuangan perusahaan
maupun keuangan Negara. Sistem ini membantu para pengusaha mengintrol
transaksi dengan para pelanggan dan pemasok serta juga membantu mereka
mengawasi pekerjaan karyawannya. Audit dilakukan dengan serius. Bahkan,
seorang auditor yang mewakili Ratu Isabella ikut menemani Colombus
menjelajah dunia.

3. Audit Internal di Masa Revolusi Industri


Dimulai ketika terjadi revolusi industry di Inggris, dimana perusahaan-
perusahaan mulai memperkerjakan akuntan untuk memeriksa catatan
keuangannya melalui jurnal maupun laporan keuangan dan dokumen-
dokumen lainnya sebagai bahan bukti.

4. Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini


Orang-orang kaya Inggris mulai berinvestasi ke lintas Negara seperti
Amerika Serikat dan mereka menginginkan verifikasi keuangan secara
independent atas investasinya melalui aduditor-auditor dari Inggris dengan
memakai metode dan prosedur audit yang bisa diterima oleh pihak-pihak yang
terkait. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kebutuhan akan modal luar
negeri menjadi pendorong utama perkembangan audit.

C. Ruang Lingkup Pekerjaan Auditing internal dan Auditing Eksternal


1. Sertifikasi Audit Internal
Begitu Common Body of Knowledge diterapkan, maka program sertifikasi
mulai bermunculan. Dewan Direksi melaksanakan program ini tahun 1972,
dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Agustus 1974. Peserta
yang mendapat gelar menunjukkan bahwa mereka telah melakukan audit
internal dalam kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada
Kode Etik IIA. Ujian CIA menguji pengetahuan dan kemampuan peserta
mengenai praktik audit internal saat ini. Ujian tersebut menguji keahlian
manajemen, prinsip-prinsip control manajemen, manajemen risiko, control
internal, teknologi informasi, strategi untuk mengembangkan usaha dan tata
kelola, serta topic-topik lainnya yang berkaitan.

2. Kode etik Profesi


a. Integritas : Intergritas auditor internal membentuk keyakinan dan menjadi
dasar kepercayaan terhadap pertimbangan auditor.
b. Objektivitas : Auditor menunjukan objektivitas profesional dalam
memperoleh, mengevaluasi dan mengkonsumsi informasi mengenai
aktivitas proses yang diuji
c. Kerahasiaan : Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan
informasi yang diterima dan tidak mengungkapkan informasi
d. Profesionalisme : Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum
dan peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang
bisa merusak profesi
e. Kompetensi : Auditor internal menerapkan pengetahuan, kecakapan dan
pegalaan yang diperlukan dalam memberikan jasa audit internal

3. Pendekatan Audit
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan masing-
masing, auditor internal dapat melakukan beberapa pendekatan yang berbeda.
Dan pendekatan yang biasa digunakan antara lain:
a. Audit Komprehensif : Menggambarkan audit atas semua aktivitas yang
terdapat dalam entitas pemerintah
b. Audit Berorientasi Manajemen : Penalaahan atas semua aktivitas sesuai
dengan perspektif manajer dan konsultan manajemen. Audit berorientasi
manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya berdasarkan cara
pandangnya, bukan dari segi prosedur audit. Audit berorientasi manajemen
memfokuskan diri pada membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
mengelola perusahaan dengan lebih baik.
c. Audit Partisipatif : Proses yang melibatkan bantuan klien dalam
mengumpulkan data, dan mengevaluasi oeprasi, dan mengoreksi masalah.
Jadi audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah.
d. Audit Program : Penelaahan atas seluruh program untuk menentukan
apakah manfaat yang diinginkan telah tercapai. Program dalam istilah ini
berarti serangkaian rencana dan prosedur untuk mencapai hasil akhir yang
ditentukan
4. Independensi Dalam auditing
Salah satu hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat
memiliki departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit
internal tersebut harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan.
a. Independensi dalam Program Audit:
· Bebas dari Intervensi manajerial atas Program Audit
· Bebas dari segala Intervensi atas Prosedur Audit
· Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang
memang diisyaratkan untuk sebuah Proses Audit.
b. Independensi dalam Verifikasi:
· Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audiT
· Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen
selama verifikasi audit.
· Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membahas pemerolehan bahan baku
· Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
c. Independensi dalam Pelaporan:
· Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi
dari fakta-fakta yang dilaporkan.
· Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan
dalam laporan audit.
· Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.

D. Perbedaan Auditing Internal dan Eksternal


Perbedaan auditor internal dengan auditor eksternal diantaranya dapat dilihat tabel
dibawah ini :
No. Keterangan Auditing Internal Auditing Eksternal

1. Tujuan Audit Melakukan penilaian secara Memberi


independent atas aktivitas pendapat mengenai
operasional perusahaan kewajaran laporan
dengan mengukur dan keuangan suatu
mengevaluasi kecukupan organisasi.
kontrol serta efisiensi dan
efektifitas kinerja
perusahaan
2. Pengguna Laporan Internal perusahaan yaitu Pihak ketiga, seperti para
direksi & manajemen pemegang saham, calon
investor.

3. Orientasi Masalah operasional masa Melihat catatan keuangan


lalu, sekarang dan yang yang terjadi pada periode
akan datang dengan
melakukan perbaikan agar
lebih baik dimasa lalu(historical)
mendatang

4. Orang Merupakan karyawan Merupakan orang yang


perusahaan, atau bisa saja independen di luar
merupakan entitas perusahaan.
independen.

5. Timing Kegiatan audit dilakukan Bersifat periodik


berkesinambungan. biasanya tahunan.

Anda mungkin juga menyukai