Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yaitu menimbulkan

penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan

peran social (Keliat, dkk., 2012)

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai

dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan

realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul,

gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami

kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat, dkk., 2013)

Salah satu gejala yang dialami oleh pasien skizofrenia adalah

halusinasi. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori

persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan

sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau

penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, dkk., 2012)

Untuk mengurangi resiko munculnya kembali halusinasi adalah

dengan menyibukkan diri dengan aktivitas. Dengan beraktivitas secara

terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri

yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang

megalami halusinasi dapat dibantu untuk mengatasi halusinasinya

1
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur

malam, tujuh hari dalam seminggu. Setiap kegiatan yang dilatih

dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai tidak ditemukan

waktu luang(Keliat, dkk., 2012)

Terapi musik adalah intervensi klinis yang menggunakan musik.

Terapi musik merupakan salah satu intervensi psikososial yang dapat

digunakan untuk menurunkan gejala skizofrenia serta meningkatkan

interaksi sosial serta fungsi neuropsikologis . Terapi musik dapat

mempengaruhi respon fisiologis, aktivitas sistem syaraf, sistem

endokrin, dan sistem kardiovaskular. Terapi musik akhirnya akan

menstabilkan mental dan fisik, meningkatkan emosi, fungsi kognitif,

dan perilaku positif. Hal ini juga menjelaskan mengapa individu dengan

skizofrenia cenderung melihat musik sebagai sesuatu yang menarik

dan menenangkan (Kamardi, Satiadarma, & Suryadi, 2017).

Penderita gangguan jiwa di Indonesia tercatat meningkat

berdasarkan haril Riset Kesehatan Dasar 2018 terungkap ada

peningkatan jumlah dari 1,7 per mil menjadi 7 per mil rumah tangga.

Jadi artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang

ada orang dengan gangguan jiwa, sehingga jumlahnya diperkirakan

dari tahun 2013 yang hanya sekitar 400 ribu menjadi 450 ribu orang

dengan ganggua jiwa (Riskesdas, 2018)

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey awal

penelitian di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Privinsi Nusa Tenggara

Barat bahwa jumlah pasien rawat jalan pada tahun 2018 tercatat

2
sebanyak 48.479 pasien, dan khususnya yang mengalami skizofrenia

tercatat sebanyak 427 pasien. Dari 10 Kota atau Kabupaten yang ada

di Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram berada pada tingkat tertinggi

yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 14.656 pasien (RSJ Mutiara

Sukma NTB, 2018).

Penderita skizofrenia sering mengalami kekambuhan setelah

mendapatkan terapi dari rumah sakit. Kekambuhan adalah kondisi

pemunculan kembali tanda dan gejala penyakit. Terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan pada penderita

skizofrenia, antara lain meliputi ekspresi emosi keluarga, pengetahuan

keluarga, ketersediaan pelayanan kesehatan dan kepatuhan minum

obat. Salah satu faktor penyebab yang sering terjadi adalah

disebabkan oleh perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani

pasien skizofrenia di rumah dan keluarga yang memiliki ekspresi emosi

yang tinggi atau highly expressed emotion atau gaya afektif negatif

secara signifikan. Ekspresi emosi keluarga berhubungan secara

bermakna dan berkorelasi negatif dengan kekambuhan penderita

skizofrenia. Perawatan di Rumah sakit tidak akan bermakna apabila

tidak dilanjutkan dengan perawatan dirumah (Purnama & Rahmanisa,

2016).

Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan

nofarmakologi. Terapi nonfarmakologi lebih aman digunakan karena

tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena terapi

nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis. Salah satu terapi

3
nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik

memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningktakan

kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi

sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan

memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, social, dan spiritual

(Damayanti, Jumaini, & Utami, 2014).

Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang seperti musik

dangdut yang ringan dan santai enak didengar. Musik dangdut yang

bernada lembut dapat memberikan kalimat-kalimat atau motivasi dapat

juga mempengaruhi suasana hati subjek pendengar dapat lebih positif

dan dapat menurunkan tingkat stres yang dialaminya (Alfiansyah,

Rochmawati, & Purnomo, 2016).

Berdasarkan uraian tersebut dan beberapa pertimbangan maka

penulis tertarik untuk meneliti “Asuhan Keperawatan Dengan

Pemberian Terapi Musik dalam Mengontrol Halusinasi pada Pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Bagaimanakah

Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik dalam

Mengontrol Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Mutiara Sukma NTB?”

4
C. Tujuan Studi Kasus

Untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Terapi Musik dalam Mengontrol Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam cara mengontrol

halusinasi melalui terapi musik.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan ilmu

keperawatan kesehatan jiwa, khususnya dalam hal peran perawat

dalam meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi melalui terapi musik.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

terapi musik pada asuhan keperawatan pasien halusinasi.

5
6

Anda mungkin juga menyukai