KATA PENGANTAR
Penulis menyadari modul praktikum Operasi Teknik Kimia 1 (OTK 1) ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran masukan demi
kesempurnaan Modul ini ke depannya. Mudah-mudahan penuntun praktikum ini
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa yang mengikuti praktikum
Operasi Teknik Kimia 1 (OTK 1).
ii
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
iii
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
iv
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
JUDUL PERCOBAAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
1. Tujuan Percobaan
2. Dasar Teori (minimal 1 halaman)
3. Alat dan Bahan
a. Alat
b. Bahan
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Praktikum
6. Pembahasan (memuat apa saja yang dikerjakan selama praktikum dan hasil
yang diperoleh kemudian dibahas)
7. Jawaban Tugas
8. Kesimpulan
9. Saran
10. Daftar Pustaka
11. Lampiran A : Fotocopy Laporan Sementara yang dikumpul pada saat
praktikum
12. Lampiran B : Tulis lengkap semua perhitungan
v
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................vi
Percobaan 1 : Distilasi......................................................................................... 1
Percobaan 3 : Drying......................................................................................... 12
Percobaan 4 : Filtrasi......................................................................................... 20
Percobaan 6 : Sedimentasi.................................................................................35
vi
PERCOBAAN I
DISTILASI
I. Tujuan
1. Memahami proses distilasi etanol - air
1
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
2
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Gambar 1.1 Kesetimbangan upa-cair pada kondisi bubble dan dew temperature
Gambar 1.2 Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan (xA1 dan yA1 =
komposisi cairan dan uap pada kesetimbangan)
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen yang
kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA selalu lebih besar dari
pada harga xA. Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di
bawah titik didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut azeotrop
maksimum seperti dapat dilihat pada gambar 1.3, sedangkan campuran kedua
disebut azeotrop minimum seperti pada gambar 1.4. Dalam kedua hal, yA tidak
selalu lebih besar dari pada harga xA, ada kesetimbangan uap cairan dengan yA
selalu lebih kecil dari pada xA. Pada titik azeotrop, yA sama dengan xA dan
campuran cairan dengan komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan cara distilasi.
3
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
B. Bahan
1. Etanol teknis 97% v/v
2. Aqua DM
4
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
V. Tugas
1. Hitung fraksi mol etanol dalam umpan (F) dan dalam produk (D) dengan
densitas etanol 0,789 g/cm3 dan densitas air 1 g/cm3 !
5
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : DISTILASI
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
6
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
PERCOBAAN II
EKSTRAKSI CAIR - CAIR
I. Tujuan
1. Memahami proses ekstraksi cair-cair
7
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Pada keadaan ideal, diluent dan solvent tidak saling melarutkan, namun
dalam kenyataannya ada sedikit diluent yang larut dalam solvent sehingga dalam
ekstrak sebenarnya terdapat juga diluent yang larut dalam jumlah sedikit. Karena
diluent dan solvent tidak saling melarut, maka akan terbentuk dua lapisan. Lapisan
atas merupakan diluent dengan solute yang tersisa disebut rafinat, lapisan bawah
mengandung solvent dengan solut yang terambil serta diluent dalam jumlah
sedikit (yang larut dalam solvent) disebut ekstrak layer. Diluent memiliki densitas
yang lebih kecil daripada solvent, sehingga fase rafinat terdapat di atas dan
ekstrak berada di bawah (Foust,1980).
Peralatan untuk ekstraksi dengan konsep stage ideal cair-cair adalah stage.
Stage adalah tempat dimana dua fase yaitu umpan dan solven dikontakkan pada
stage terjadinya transfer massa diantara fase-fase yang dikontakkan dan setelah itu
dipisahkan.
Konsep stage ideal dapat digunakan untuk memperkirakan hasil pemisahan
suatu campuran. Konsep stage ideal menggunakan dasar bahwa arus-arus yang
keluar dari stage dalam keadaan setimbang atau telah terjadi kesetimbangan fase.
Pada kenyataannya, untuk mencapai keadaan setimbang diperlukan waktu yang
lama sehingga ada kemungkinan fase-fase yang dikontakkan dipisahkan sebelum
keadaan seimbang tercapai.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan, operasi ekstraksi dilakukan dalam
stage yang jumlahnya lebih dari satu (multistage) dalam susunan seri. Pada
ekstraksi multistage hasil yang diperoleh dari satu stage setimbang dikontakkan
dari stage berikutnya. Pengontakkan berulang pada proses ekstraksi dapat
dilakukan dengan cara arus lawan arah (counter current multiple contact) atau
arus silang (cross current multiple contact). Pada proses ekstraksi arus lawan arah,
solven dan umpan masuk pada ujung yang berlawanan dari rangkaian stage yang
berlawanan dan dikontakkan secara kontinyu. Pada proses ekstraksi arus
berlawanan akan didapatkan ekstraksi dengan konsentrasi yang tinggi, tetapi
ekstrak yang terambil sedikit. Pada ekstraksi arus silang rafinat dari suatu stage
dikontakkan dengan solven yang segar, demikian seterusnya untuk stage
berikutnya. Pada proses ini didapatkan ekstrak yang banyak tetapi kemurnian
tidak tinggi.
Pemilihan etanol sebagai solute didasarkan pada :
1. etanol dapat larut dalam aquadest dan benzene sehingga harus dipilih
kombinasi solvent dan diluent sedemikian rupa sehingga etanol lebih larut
dalam solvent daripada diluent.
2. etanol merupakan larutan yang kurang volatil dalam suhu lingkungan dan suhu
percobaan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih solvent antara lain :
1. Selektivitas
Menyatakan efektivitas dari solvent dalam memisahkan komponen dari umpan.
Dengan selektivitas harus lebih dari satu, semakin besar semakin baik. Jika
selektivitas bernilai satu maka tidak ada pemisahan (plait point).
2. Koefisien Distribusi
8
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Menyatakan rasio fraksi berat solute dalam ekstrak dan rafinat pada
kesetimbangan. Nilai koefisien yang besar sangat diharapkan karena berarti
diperlukan solvent dalam jumlah sedikit.
3. Ketidaklarutan solvent
Solvent yang tidak larut akan lebih berguna, karena tidak akan terlarut dalam
campuran yang dipisahkan.
4. Recoverability
Solvent sebaiknya dapat diambil lagi untuk digunakan lagi (recover), biasanya
dilakukan dengan proses distilasi setelah ekstraksi.
5. Densitas
Semakin besar perbedaan densitas, semakin baik, karena pemisahan semakin
mudah dilakuakan antara ekstrak dan rafinat.
6. Tegangan antar muka
Antara fase ekstrak dan rafinat harus mempunyai tegangan yang besar,
sehingga masing-masing fase dapat menahan gaya tarik dan membentuk
lapisan pemisah antara ekstrak dan rafinat.
7. Kereaktifan
Solvent harus stabil (inert) terhadap komponen lain dalam sistem dan juga
terhadap bahan konstruksi dari tempat ekstraksi.
8. Viskositas, tekanan uap dan titik beku
Ketiganya harus bernilai rendah untuk memudahkan penanganan dan
penyimpanan. Viskositas yang rendah akan mempermudah transportasi zat,
tekanan uap rendah menandakan solvent tidak mudah menguap (titik didih
tinggi), dan titik beku yang rendah mempermudah penyimpanan dan
transportasi.
9. Murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
Memperbesar efisiensi pemisah (terutama bila solvent diperlukan dalam jumlah
besar), mengurangi resiko terbakar, dan juga tidak mencemari hasil ekstraksi
(terutama dalam produksi makanan dan minuman (Treybal,1981).
Keterangan :
1. Corong pemisah
2. Rafinat
3. Ekstrak
4. Gelas beker
5. Statif
9
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Cholorofom
Etanol mempunyai rumus molekul CHCl3 dengan berat molekul 119,38 g/gmol.
Pada kondisi standar titik didihnya 61 oC.
2. Asam asetat glasial
Asam asetat glasial mempunyai rumus molekul CH3COOH dengan berat
molekul 60,05 g/gmol. Pada kondisi standar titik didihnya 118,1 oC.
3. Aquadest
Aquadest mempunyai rumus kimia H2O. Rapat massa pada suhu 25oC adalah
0,997045 g/ml (Perry, 1984). Pada kondisi standar (tekanan 1 atm) mempunyai
titik didih pada 100 oC dan titik beku 0 oC. Aquadest digunakan sebagai pelarut
(solvent).
V. Tugas
1. Buat neraca massa total (dalam mol) setiap stage!
10
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : EKSTRAKSI
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
11
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
PERCOBAAN III
DRYING
I. Tujuan
1. Menentukan kadar air pasir dan serbuk kayu
2. Menghitung laju pengeringan bahan
3. Mengetahui hubungan perbedaan bahan dengan laju pengeringan
12
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Contoh:
Padatan non porous yang tidak larut umumnya mempunyai kandungan air
kesetimbangan yang rendah, contoh glass wool, Kaolin, sedang bahan yang
berasal dari mahkluk hidup seperti wool, kulit, kayu mempunyai kandungan air
kesetimbangan yang tinggi.
Pengaruh suhu
Kandungan cairan keseimbangan akan berkurang dengan naiknya suhu.
Contoh : kapas pada kelembaban relatif 50%
Pada suhu 311 K XC = 7,3 kg H2O/100 kg
Pada suhu 366 K XC = 5,3 kg H2O/100 kg
13
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
14
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
15
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
V. Perhitungan
X = Xt - X*
W - Ws
Xt =
Ws
Ls ∆X
R= - .
A ∆t
Keterangan :
X = kadar air bebas (kg air bebas/kg bahan kering)
16
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Catatan:
Kadar air kesetimbangan adalah kadar air saat tidak terjadi lagi perubahan
berat bahan (konstan)
VI. Tugas
1. Buat grafik hubungan antara waktu dengan kadar air untuk bahan pasir
seperti Gambar 3.2 kemudian bagaimana hubungannya!
2. Buat grafik hubungan antara kadar air dengan laju pengeringan untuk
bahan pasir seperti Gambar 3.3 kemudian bagaimana hubungannya!
3. Buat grafik hubungan antara waktu dengan kadar air untuk bahan serbuk
kayu seperti Gambar 3.2 kemudian bagaimana hubungannya!
4. Buat grafik hubungan antara kadar air dengan laju pengeringan untuk
bahan serbuk kayu Gambar 3.3 kemudian bagaimana hubungannya!
5. Jelaskan perbedaan waktu pengeringan untuk kedua bahan!
17
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : DRYING
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
18
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
19
PERCOBAAN IV
FILTRASI
I. Tujuan
1. Menentukan volume ekivalen untuk berbagai konsentrasi slurry yang di
filtrasi
2. Menentukan hubungan volume ekivalen dengan konsentrasi slurry
3. Menghitung volume air pencuci untuk berbagai konsentrasi slurry yang di
filtrasi
4. Menentukan hubungan volume air pencuci dengan konsentrasi slurry
20
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
4. Centrifugal filtration
Proses pemisahan yang dilakukan dengan filtrasi tetapi gaya sentrifugal yang
digunakan menyebabkan perbedaan tekanan dapat diabaikan.
5. Mechanical size reduction and separation
Pemisahan dilakukan dengan cara mengubah diameter partikel, kemudian
dipisahkan dengan ayakan.
Operasi filtrasi dapat dijalankan dengan dua cara yaitu:
1. Filtrasi batch
Pada operasi batch, alat harus dibongkar untuk pengambilan cake kemudian
dipasang kembali, sehingga ada masalah waktu bongkar pasang. Hal ini
menyebabkan proses secara batch membutuhkan waktu yang lama. Operasi
batch ini juga lebih mahal karena terbatas untuk sekala kecil.
2. Filtrasi kontinu
Pada operasi secara kontinu, pengambilan cake dilakukan dengan
mengeruknya secara terus menerus menggunakan pisau. Proses filtrasi secara
kontinu ini banyak diterapkan pada industri kimia. Analisis operasi filtrasi ini
dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pembentukan cake,
b. Pencucian cake untuk membuang larutan
c. Pelepasan cake dari filter.
Berdasarkan gaya pendorong yang digunakan, dikenal bermacam-macam
filter yaitu gravity filters, plate and frame filter press dan continous rotary
vacuum filters (Brown, 1950). Tipe plate and frame filter press merupakan alat
filtrasi yang paling umum digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Plate and
frame filter press jenis ini yang diaplikasikan di industri umumnya terdiri atas
tujuh bagian medium filter dari logam yang saling menutupi secara renggang dan
tempat yang cukup untuk menampung cake sampai filtrasi selesai.
Keuntungan filter jenis Plate And Frame Filter Press ini adalah:
1. Biaya relatif murah
2. Perawatan mudah
21
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
3. Sangat fleksibel
Jenis lain adalah rotary vacuum filter. Rotary Vacuum Filter adalah sebuah
filter yang bekerja secara berkelanjutan dimana bagian yang solid dari sebuah
campuran dipisahkan oleh filter yang hanya dapat dilalui oleh liquid atau gas,
dalam hal ini keadaan vakum diperlukan untuk mengakumulasi zat padat di
permukaan. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bentuk dari filter jenis ini. Filter ini
dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan diluar drum adalah tekanan
atmosferik tetapi di dalam drum mendekati vakum. Drum dimasukkan ke dalam
cairan yang mengandung suspensi padatan, lalu diputar dengan kecepatan rendah.
Cairan tertarik melewati filter cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan
tertinggal di permukaan luar drum membentuk cake. Jika cake akan diambil dari
drum, putaran drum dihentikan, drum dikeluarkan dari fasa cair, cake dicuci,
dikeringkan, dan kemudian diambil. Pengambilan padatan dari drum dilakukan
dengan sejenis pisau yang juga bermcam-macam jenis dan disainnya bergantung
jenis cake.
22
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
3. Vacum Filtration
Merupakan filtrasi yang dilakukan dengan prinsip hampa udara untuk
mengalirkan cairan. Alat filtrasi dengan prinsip hampa udara dapat dilihat
pada Gambar 4.4. Filter ini dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan di
luar drum adalah tekanan atmosferik, tetapi didalam drum mendekati vakum.
Drum ini dimasukkan ke dalam cairan yang mengandung suspensi padatan
yang akan difilter, lalu drum diputar dengan kecepatan rendah selama operasi.
Cairan tertarik melewati filter cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan
akan tertinggal di permukaan luar drum membentuk cake pada proses.
Jika cake akan diambil dari drum, putaran drum dihentikan, drum dikeluarkan
dari fasa cair, cake dicuci, dikeringkan, dan kemudian diambil. Pengambilan
padatan dari drum dilakukan dengan sejenis pisau yang juga bermcam-macam
jenis dan disainnya bergantung jenis cake.
23
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
IV. Prosedur
a. Filtrasi
1. Timbang 25 gram CaCO3 di dalam gelas kimia
2. Campurkan CaCO3 dengan 500 ml air kemudian aduk sampai homogen
(slurry)
3. Tambahkan 2 ml pewarna, aduk sampai homogen
4. Pindahkan slurry ke dalam corong dan langsung saring slurry
menggunakan kertas saring
5. Hidupkan stopwatch, kemudian hitung waktu setiap 25 ml filtrat yang
tertampung sampai tidak ada lagi filtrat yang keluar
b. Pencucian
1. Cuci slurry yang menempel di kertas saring sampai warna air pencuci
jernih
2. Ukur volume air pencucian
24
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Lakukan langkah yang sama pada point a, b, dan c untuk 125 gram CaCO3
dalam 500 ml air dan ditambahkan 10 ml pewarna.
V. Perhitungan
∆tf 2 . CV 2 . CV
= 2 .V + 2 .Ve
∆V A . (-∆Pc ) A . (-∆Pc )
Persamaan garis : y = mx + c
m = slope
c = intersept
2 . CV
m= 2
A . (-∆Pc )
2 . CV
c= 2 .Ve
A . (-∆Pc )
c
Ve =
m
VI. Tugas
1. Buat grafik hubungan volume filtrat (V) dengan Δtf/ΔV untuk masing –
masing variasi konsentrasi slurry?
2. Dengan regresi linear, cari persamaan garis dan tentukan nilai Ve (volume
ekivalen) menggunakan rumus perhitungan di atas!
3. Bagaimana hubungan Ve dengan konsentrasi slurry?
4. Berapakah volume air pencuci untuk masing – masing variasi konsentrasi
slurry?
5. Bagaimana hubungan volume air pencuci dengan konsentrasi slurry?
25
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : FILTRASI
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
26
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
27
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
PERCOBAAN V
PENGOSONGAN TANGKI
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan waktu pengosongan tangki teoritis
2. Menentukan faktor koreksi pengosongan tangki
28
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Z=0
Fk
Fs
Z=L
2. f .L. 2
Lwf = ……………(3)
Dp
29
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
b. Untuk aliran turbulen, dengan nilai Re > 4000 nilai f dapat dicari dengan
rumus Blasius (Perry, 1984)
f = 4. Co ……………..(7)
Persamaan di atas berlaku untuk pipa yang licin (Bird, 1960) dengan
=0.00001
D
4x 0.0791
f= 1
……………..(8)
Re 4
30
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
31
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Tabel 5.1 Data Hubungan antara Waktu Efflux (ts) dengan Variasi Diameter
Pipa (Dp) pada Panjang Pipa (L) Tetap.
Tabel 5.2 Data Hubungan antara Waktu Efflux (ts) dengan Variasi Panjang
Pipa (L) pada Diameter Pipa (Dp) Tetap.
2. Perhitungan
Menghitung kecepatan aliran dalam pipa (ν)
Q
v
A
1 h
DT 2
4 ts
v
1
D p 2
4
2
DT h
v 2
…………(14)
Dp ts
Waktu pengosongan cairan dalam tangki dapat tangki dapat didekati
dengan persamaan :
1. Untuk aliran laminer
2
32. .L.DT L H1
tt = 4
Ln ………….(15)
.g .Dp L H2
2. Untuk aliran turbulen dan transisi
2
7 DT 3
3
7
tt = .c. L H 1 ) 7
( L H 2 ………….(16)
3.Dp 4
32
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
4
1
4
7
0 . 0791 . L.
dengan: c= 1
2 4.g .Rp 5 4 . 14
vD p
Re ………….(17)
Faktor koreksi dapat dihitung dengan persamaan t
t
η= s ………….(18)
tt
VI. Pertanyaan
1. Bagaimanakah faktor koreksi data hasil percobaan ? Jika terjadi
penyimpangan, hal-hal apa sajakah yang menyebabkan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efflux time?
3. Jelaskan mengenai vortex!
4. Jelaskan mengenai end effect !
Daftar Pustaka
Bird, R. B., Steward, W.E., and Lightfoot, E. N., 1960, “Transport
Phenomena”, pp. 181-187, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Daugherty, R. L., 1954, “Fluid Mechanics with Engineering Application”,
5ed., p.168, Kawakusha co., Ltd., Tokyo.
Perry, R. H. and Green, D. W., 1984, “Perry’s Chemical Engineer’s
Handbook”, 6ed., pp. 3-75, 3-243, McGraw Hill Book Company, Inc., New York.
Streeteer, V. L., 1962, “Fluid Mechanics”, 3ed., pp. 221-224, McGraw Hill
Book Company, Inc., New York.
33
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : PENGOSONGAN TANGKI
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
Data Percobaan
Diameter rata-rata tangki = 6,4 cm
Δh = 2 cm
Tabel 1. Data Hubungan antara Waktu Efflux (ts) dengan Variasi Diameter Pipa
(Dp) pada Panjang Pipa (L) Tetap
Dp, ts, detik
No. L, cm
cm H1- H2 H2- H3 H3- H4 H4- H5 H5- H6
1 15,5 0,8
2 15,5 0.55
Tabel 2. Data Hubungan antara Waktu Efflux (ts) dengan Variasi Panjang Pipa (L)
pada Diameter Pipa (Dp) Tetap
Dp, ts, detik
No. L, cm
cm H1 - H2 H2 - H3 H3 - H4 H4 - H5 H5 - H6
1 15,5 0.55
2 24 0.55
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
34
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
PERCOBAAN 6
SEDIMENTASI
I. Tujuan Percobaan
1. Membuat grafik hubungan antara kecepatan sedimentasi (vL) pada setiap
konsentrasi padatan (CL)
2. Membuat persamaan hubungan antara kecepatan sedimentasi (vL) pada setiap
konsentrasi padatan (CL)
Keterangan :
A = cairan bening
35
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening
dan endapan (Foust, 1980).
Tujuan dari proses sedimentasi yaitu :
1. Thickening
Tujuan dari sedimentasi adalah untuk meningkatkan konsentrasi padatan pada
slurry. Contohnya adalah thickener untuk memekatkan konsentrasi pulp pada
pabrik kertas. Biasanya alat ini didesain untuk kuantitas yang cukup besar.
2. Clarifier
Tujuan dari sedimentasi adalah untuk menurunkan konsentrasi padatan
dengan jalan mengendapkan padatan terlarut dan hasil yang diinginkan
adalah beningan dengan konsentrasi padatan terlarut sekecil mungkin.
Biasanya alat clarifier ini dibuatsecara batch.
Pada proses pengendapan, maka dari endapan yang terbentuk dapat diukur
porositasyna dan kadar padatan dalam slurry (xs). Porositas merupakan
perbandingan ruang kosong dengan volume total kueh. Ruang kosong yang
dimaksud adalah ruang dalam suspensi yang terisi oleh cairan.
Penyebab porositas antara lain :
1. Terdapat kadar padatan yang tidak larut dalam suspensi
2. Adanya cairan yang mengisi ruang kosong dalam suspensi
Hal-hal yang mempengaruhi porositas :
1. Sifat bulk padatan
Semakin besar, porositas semakin kecil
2. Konduktivitas thermal effective
Semakin besar, porositasnya semakin kecil
3. Tahanan elektrik fase
Sebanding dengan nilai porositas
4. Pressure drop yang mengalir melalui fase
Berbanding terbalik dengan porositas
36
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Tabel 6.1 Data Hubungan antara Tinggi Lapisan Batas (ZL) dengan Waktu
Pengendapan (θL) untuk Konsentrasi CaCO3 40 g/L
37
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Tabel 6.2 Data Hubungan antara Tinggi Lapisan Batas (ZL) dengan Waktu
Pengendapan (θL) untuk Konsentrasi CaCO3 60 g/L
Run ke-1 Run ke-2 Run ke-3
θL, θL, θL,
zL,cm zL,cm zL,cm
menit menit menit
b. Perhitungan
Menentukan Kecepatan Sedimentasi dengan Cara Visualisasi
Keterangan:
C : Konsentrasi pada lapisan, g/L
V : kecepatan sedimentasi, , cm/s
vL : kecepatan naiknya lapisan, cm/s
c-dc : konsentrasi padatan masuk lapisan, g/L
v + v L :kecepatan padatan keluar terhadap
permukaan lapisan, cm/s
v+dv : kecepatan padatan masuk ke dalam lapisan
terhadap permukaan lapisan, cm/s
38
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
39
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Keterangan :
z0: tinggi slurry mula-mula, cm
zi: intersep garis singgung kurva pada titik
(θ L,zL)
zL: tinggi slurry saat mencapai cL, cm
θ L: waktu yang diperlukan untuk
mencapai zL, detik
Gambar 6.3. Hubungan antara Tinggi Lapisan Batas (zL) dengan Waktu
Sedimentasi (θ L), (Foust, 1980)
40
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
VI. Pertanyaan
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan
dan jelaskan bagaimana pengaruhnya?
2. Apakah kelebihan dan kelemahan perhitungan kecepatan sedimentasi
dengan cara visualisasi ?
3. Bagaimanakah kecepatan sedimentasi dari awal proses sedimentasi hingga
akhir proses ?
Daftar Pustaka
Brown, G. G., 1950, “Unit Operation”, Modern Asia Edition, pp. 74, 110-113,
John Wiley and Sons, Inc., New York.
Foust, A. S., 1980, “Principle of Unit Operations”, 2 ed., pp. 629-633, John Wiley
and Sons, Inc., New York.
41
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
LAPORAN SEMENTARA
MODUL : SEDIMENTASI
Kelompok : ..............................................................................................
Nama Anggota : 1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. ..........................................................................................
4. ..........................................................................................
5. ..........................................................................................
Tanggal Praktikum : ..............................................................................................
Pukul : ..............................................................................................
Data Percobaan
Massa CaCO3 yang ditimbang :
1. Konsentrasi 40 gram/L : gram
2. Konsentrasi 60 gram/L : gram
Tabel 1. Data Hubungan antara Tinggi Lapisan Batas (ZL) dengan Waktu
Pengendapan (θL) untuk Konsentrasi CaCO3 40 g/L
Run ke-1 Run ke-2 Run ke-3
θL, θL, θL,
zL,cm zL,cm zL,cm
menit menit menit
42
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA POLIMER, POLITEKNIK STMI JAKARTA
Tabel 2. Data Hubungan antara Tinggi Lapisan Batas (ZL) dengan Waktu
Pengendapan (θL) untuk Konsentrasi CaCO3 60 g/L
Run ke-1 Run ke-2 Run ke-3
θL, θL, θL,
zL,cm zL,cm zL,cm
menit menit menit
Jakarta, ….....................2018
Praktikan
(...................................)
43