Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

DOKTER PENANGGUNGJAWAB PELAYANAN


( DPJP )
RUMAH SAKIT KASIH IBU
2013

Rumah Sakit Kasih Ibu


Jl. Brigjen Slamet Riyadi 404 Surakarta
Telp (0271) 714422, Fax (0271) 717722
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah staf medis yang memiliki tanggung
jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian asuhan medis (perawatan pasien, informasi
dan rencana perawatan, informasi terapi, diagnosa dan keputusan tentang perujukan dan
pemulangan) pasien rawat inap serta mengupayakan keselamatan pasien dan meminimalkan
terjadinya kejadian tidak diharapkan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 39 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Republik Indonesia No.
44 tentang Rumah Sakit.

Pelayanan medis merupakan inti kinerja berdasarkan evidence base medicine (Kedokteran
berbasis bukti). Dalam proses ini, DPJP ( Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ) melakukan
pelayanan sesuai dengan keahliannya, bila kasus kebidanan maka DPJP yang kompeten untuk
kasus kebidanan adalah dokter kebidanan begitu juga dengan spesialis lainnya.

Dalam era saat ini, pelayanan medis harus sesuai dengan kompetensinya. Berkaitan dengan
hal tersebut diatas, maka masing-masing SMF menetapkan dan mengatur DPJP-nya, bila
melakukan rawat bersama maka ditetapkan salah seorang dokter sebagai Ketua Tim yang
mengkoordinasikan kegiatan pelayanan, sekaligus menjamin komunikasi dan kesepakatan
antar professional yang menjamin keselamatan pasien. Dokter Spesialis wajib
bertanggungjawab pada pelayanan dan pengelolaan asuhan medis seorang pasien yang
dirawatnya.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan untuk menyelamatkan / menyembuhkan pasien


dari penyakitnya dengan menekan berbagai risiko klinis maupun non klinis yang mungkin
terjadi selama proses tersebut. Keselamatan pasien merupakan faktor yang sangat penting dan
menjadi prioritas utama. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang aman, efektif dan
efisien diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari para personel rumah sakit,
sesuai dengan wewenang dan kompetensinya. Kerjasama tim dan komunikasi yang baik
merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan.
RS. Kasih Ibu Surakarta mengatur pelayanan pasien khususnya staf yang bertanggungjawab
terhadap pelayanan pasien yaitu DPJP untuk meningkatkan kontinuitas pelayanan, koordinasi,
kepuasan pasien dan menjamin kualitas pelayanan. Buku panduan ini diharapkan dapat
mengatur pelayanan DPJP di RS. Kasih Ibu Surakarta agar pelayanan dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


a. MAKSUD :
 Buku Panduan ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan penjelasan
tentang tata cara penentuan dan pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) di setiap lini pelayanan di Rumah Sakit demi tercapainya
kualitas pelayanan yang tinggi, meningkatnya kepuasan pasien dan mencegah
serta mengurangi angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cedera dan sentinel.
b. TUJUAN :
1. Sebagai panduan bagi para dokter dan petugas kesehatan lainnya dalam
menentukan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di setiap lini
pelayanan di Rumah Sakit sehingga diperoleh kesamaan pengertian,
keseragaman dalam pelaksanaan, serta pencatatan dan pelaporan.
2. Agar dalam pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP terlaksana dengan
baik sesuai dengan standar pelayanan dan standar keselamatan pasien.

C. RUANG LINGKUP :
 Buku Panduan ini menjelaskan tentang pengertian DPJP, tata cara penerapan DPJP di
berbagai lini pelayanan seperti: IGD, poliklinik, ruang perawatan,
ICU/ICCU/PICU/NICU, dan kamar operasi, serta menjelaskan tentang tata cara
penentuan DPJP dalam perawatan bersama.

D. LANDASAN :
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
BAB. II

DPJP (DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN)

1. Pengertian :
 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah staf medis yang memiliki
tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian asuhan medis (perawatan
pasien, informasi dan rencana perawatan, informasi terapi, diagnosa dan keputusan
tentang perujukan dan pemulangan) pasien rawat inap serta mengupayakan
keselamatan pasien dan meminimalkan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

2. Tugas DPJP
a. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan medis
yang meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan
pemberian terapi, tindak lanjut / follow up (evaluasi asuhan medis) sampai
rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta pendapat atau
perawatan bersama.
c. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat segala aspek
asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan penunjang, konsultasi,
rehabilitasi pasien dan sebagainya.
d. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kejadian
yang tidak diharapkan.
e. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya terhadap
rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter umum / perawat / staf
administrasi.
f. Pemberian pendidikan / edukasi harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP
telah memberikan penjelasan.
g. DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien yaitu:
1. Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas, benar, dan
jujur tentang penyakit dan kondisi lain.
2. Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan tanggung
jawabnya.
3. Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang
tidak dimengerti.
4. Pasien dan keluarganya wajib memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan.
5. Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan menghormati
peraturan rumah sakit.
6. Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa.
7. Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial yang
disepakati.
BAB. III

TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Kebijakan pelayanan pasien. Setiap pasien yang dirawat harus memiliki seorang
DPJP yaitu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang merawat pasien tersebut dan
memberikan asuhan medis sesuai prosedur tetap pelayanan DPJP. Bila pasien dirawat
bersama oleh beberapa dokter dari berbagai disiplin ilmu harus segera ditunjuk seorang
DPJP utama dan satu atau lebih DPJP tambahan sesuai dengan bidang penyakit yang
terkait menangani pasien tersebut.
2. Penentuan DPJP. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah
sakit baik dari IGD maupun Poliklinik.
3. Klarifikasi DPJP di ruang perawatan. Apabila dari IGD maupun poliklinik DPJP
belum ditentukan, maka petugas ruangan diwajibkan segera melakukan klarifikasi
tentang siapa DPJP pasien tersebut.
4. Jadwal konsulen jaga. Konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus
rujukan yang ditujukan langsung kepada salah seorang konsulen.

a. Surat Rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait. Dokter
spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang dimaksud, kecuali
bila dokter tersebut berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP
beralih kepada konsulen jaga pada hari itu.
b. Atas permintaan pasien/keluarga. Pasien dan keluarga berhak meminta salah
seorang dokter sebagai DPJP apabila ada relevansinya dengan bidang
spesialisasi dokter yang bersangkutan. Bila tidak ada relevansinya, hendaknya
diberikan penjelasan dan diberikan alternatif DPJP lain sesuai SOP yang
berlaku. Penjelasan sebaiknya dilakukan oleh dokter tersebut dan dilimpahkan
kepada dokter lain yang lebih berkompeten dalam bidangnya.
5. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama. Seorang DPJP hanya memberikan
pelayanan dibidang kompetensi dan keahliannya saja. Bila ditemukan penyakit yang
memerlukan penanganan disiplin profesi lain harus dikonsulkan dan ditunjuk DPJP
tambahan sesuai kebutuhan, dan ditentukan siapa yang menjadi DPJP utama sebagai
koordinator dan DPJP tambahannya. Dalam hal Rawat Bersama lebih dari dua DPJP
harus ada pertemuan bersama para DPJP minimal satu kali dan dicatat dalam rekam
medis pasien yaitu dalam lembar catatan perkembangan terintegrasi.
6. Pengalihan DPJP di IGD. Dalam pelayanan di IGD, demi keselamatan pasien, apabila
dokter DPJP / konsulen jaga SMF tidak dapat dihubungi secara mendesak, dapat
dilakukan pengalihan konsultasi kepada konsulen lain sesuai dengan SOP di IGD dan
masing-masing SMF.

7. DPJP di kamar operasi. Adalah dokter operator yang melakukan operasi, dan
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasi serta permasalahan yang berkaitan
dengan tindakan operasi. Dokter Anestesi yang melakukan tindakan pembiusan
merupakan DPJP Anestesi pasien tersebut dan bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan tindakan anestesi bahkan sampai pasien kembali
ke ruangan atau ICU/ICCU/PICU/NICU. Sebelum operasi dilaksanakan, dokter
operator dan dokter anestesi harus ikut melakukan prosedur time out dan
menandatangani formulir panduan time out, sesuai dengan SOP time out di kamar
operasi.

8. Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP

a. Koordinasi antara DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan efektif dengan mengacu pada Panduan Pelayanan
Klinis (PPK) dan Standar Keselamatan Pasien.
b. Koordinasi dan transfer informasi (komunikasi dan konsultasi) antar DPJP harus
dilaksanakan secara tertulis dengan menyampaikan beberapa aspek antara lain
diagnosis, hasil pemeriksaaan, permasalahan dan keperluan konsultasi yang
diperlukan.
c. Bila secara tertulis baik dengan formulir maupun dalam berkas rekam medik belum
optimal harus dilakukan koordinasi langsung baik dalam komunikasi pribadi
(langsung atau melalui telepon) maupun pertemuan formal dalam penatalaksanaan
kasus tersebut.
d. Koordinasi dan transfer informasi DPJP di dalam lingkup satu SMF yang sama bisa
dibuat tertulis dalam status rekam medis pasien, sedang antar SMF harus dalam
formulir konsultasi khusus.
e. Konsultasi yang dituju bisa secara khusus kepada disiplin ilmu / sub disiplin atau
kepada konsultan secara perorangan.
f. Konsultasi bisa bersifat biasa maupun segera atau emergency (cito).
g. Penyampaian adanya konsultasi bisa dengan menyampaikan / membawa berkas
rekam medis dan formulir dengan atau tanpa pasien (pada kasus tertentu) atau
melalui telepon untuk kasus emergency seperti IGD atau kasus di atas meja operasi.
h. Proses konsultasi di IGD dan kamar operasi sesuai SOP yang berlaku di IGD dan
kamar operasi.
i. Dalam hal konsultan pribadi yang dituju berhalangan / tidak di tempat dapat
dialihkan kepada konsultan jaga harian disiplin yang sama dengan melaporkan
terlebih dahulu kepada DPJP yang mengkonsulkan.
j. Konsultasi di IGD kepada konsultan jaga yang dilakukan oleh dokter umum jaga
IGD dapat dilakukan dengan lisan melalui telepon dalam melakukan pengobatan
emergency kepada pasien di bidang disiplin terkait. Jawaban konsulen harus ditulis
di dalam berkas rekam medis setelah dilakukan klarifikasi ulang.

9. Pola Operasional Dokter Penanggung Jawab Pelayanan :


1. Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien yang datang di IGD
tanpa surat rujukan atau dengan surat rujukan, tetapi tidak ditujukan
kepada dokter tertentu, adalah Dokter Jaga IGD pada saat itu.
b. Dalam keadaan gawat darurat dan diperlukan konsultasi dengan dokter
spesialis, dokter penanggung jawab pelayanan pasien tersebut berpindah
kepada dokter spesialis ini sesuai dengan jadwal jaga dan kompetensinya,
yang sudah dihubungi dan sudah menyatakan kesanggupannya untuk
merawat pasien tersebut.
c. Pasien yang datang ke IGD dengan membawa surat rujukan dari dokter
spesialis untuk memperoleh penanganan di IGD (transfusi darah,
observasi, dll), maka dokter penanggung jawab pelayanan pasien tersebut
adalah spesialis yang mengirimnya.
2. Di Poliklinik :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien yang datang di
Poliklinik Umum tanpa surat rujukan atau dengan surat rujukan adalah
Dokter Poliklinik Umum pada saat itu.
b. Jika diperlukan konsultasi dokter spesialis, dokter penanggung jawab
pelayanan pasien tersebut berpindah kepada dokter spesialis ini sesuai
dengan jadwal jaga dan kompetensinya, yang sudah dihubungi dan sudah
menyatakan kesanggupannya untuk merawat pasien tersebut.
c. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien yang datang di
Poliklinik Spesialis adalah Dokter Poliklinik Spesialis pada saat itu.
3. Di Bangsal dan ICU/ ICCU/ PICU/ NICU :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien di ruangan yang dirawat
dan dikelola sendiri oleh dokter spesialis dan tidak memerlukan rawat
bersama dengan dokter spesialis bidang lain, adalah dokter spesialis
pemegang pasien tersebut.
b. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien yang dirawat bersama
oleh lebih dari satu dokter spesialis, adalah dokter spesialis dari masing-
masing bidang spesialisasi. Sebagai DPJP Utama (Koordinator) adalah
dokter spesialis yang membidangi bagian yang mempunyai bobot lebih
besar dari permasalahan utama penyakit pasien. Untuk kasus tertentu yang
memerlukan pemikiran/ kajian yang lebih mendalam dan koordinasi,
maka dapat dibentuk tim dokter spesialis.
( Contoh 1 : pasien dengan diagnosis utama peritonitis generalisata
disertai dengan penyakit DM atau penyakit jantung koroner maka Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan adalah DPJP Bedah yang akan memberikan
asuhan bedah, DPJP Penyakit Dalam yang akan memberikan asuhan
penyakit dalam dan DPJP Kardiologi yang akan memberikan asuhan
penyakit jantung. Sedangkan DPJP Utama adalah Dokter spesialis bedah).
( Contoh 2 : pasien yang masuk dengan diagnosis awal dyspepsia dengan
DPJP Penyakit Dalam, dalam perkembangannya terjadi appendicitis
perforasi dan diperlukan tindakan operasi, sehingga diperlukan rawat
bersama dengan dokter bedah yang bertanggung jawab sebagai DPJP
bidang bedah, mengingat permasalahan utamanya adalah bidang bedah
maka DPJP Utama akan berpindah ke dokter spesialis bedah).
4. Di Kamar Bedah/ Operasi :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Bedah bagi pasien yang menjalani
operasi di kamar operasi adalah dokter spesialis bedah, sedangkan dokter
penanggung jawab pelayanan pembiusan adalah dokter spesialis anestesi.
b. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Obstetri dan Gynecology bagi
pasien yang menjalani operasi di kamar operasi adalah dokter spesialis
obsgyn, sedangkan dokter penanggung jawab pelayanan pembiusan
adalah dokter spesialis anestesi.
c. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan THT dan Mata bagi pasien yang
menjalani operasi di kamar operasi adalah dokter spesialis THT dan Mata,
sedangkan dokter penanggung jawab pelayanan pembiusan adalah dokter
spesialis anestesi.
d. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan bagi pasien yang menjalani operasi
lebih dari 1 kasus, adalah dokter spesialis dari masing-masing bagian
sedangkan DPJP Utamanya adalah dokter spesialis yang membidangi
bagian yang mempunyai bobot lebih besar dari permasalahan utama
penyakit pasien.
( Contoh : pasien operasi tumor kandungan kemudian durante operasi
ditemukan perlengketan dengan usus sehingga diperlukan tindakan dari
dokter spesialis bedah untuk membantu membebaskan usus tersebut, maka
pada kasus ini sebagai DPJP Utama adalah Dokter Spesialis Obsgyn).
e. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan pasien bisa berpindah dari dokter
spesialis satu ke dokter spesialis bidang lainnya apabila dalam perjalanan
operasi ditemukan kasus dari bidang spesialis lain.
( Contoh : Dokter Spesialis Bedah melakukan operasi dengan diagnosis
awal appendicitis akut, tetapi durante operasi ditemukan diagnosis yang
berbeda yaitu kehamilan ektopik terganggu maka Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan Utama selanjutnya akan berpindah ke Dokter Spesialis
Obsgyn).
10. Proses Penunjukan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) :
 Proses penunjukkan DPJP yang dilakukan di ruang perawatan sebagai berikut :
- Perawat memberikan penjelasan kepada pasien / keluarganya mengenai
penunjukan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang akan merawat
pasien selama pasien dalam perawatan di rumah sakit.
- Perawat memberikan formulir Penunjukan DPJP kepada pasien /
keluarganya yang harus diisi.
- Setelah pasien / keluarga memberikan persetujuan untuk dirawat oleh
DPJP yang ditunjuk, perawat kemudian menghubungi DPJP yang ditunjuk
untuk merawat pasien tersebut.
 Proses penunjukkan DPJP pada pasien dengan kondisi emergency di IGD sebagai
berikut :
- DPJP di IGD (Dokter Jaga IGD) akan memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien mengenai kondisi penyakit pasien yang memerlukan
konsultasi segera (cito) dengan Dokter Spesialis yang sesuai dengan
bidangnya.
- Perawat memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai penunjukan
DPJP yang akan merawat pasien dengan memberitahukan kepada keluarga
mengenai jadwal jaga DPJP pada saat itu atau sesuai dengan pilihan
keluarga.
- Perawat memberikan formulir Penunjukan DPJP kepada keluarga pasien
yang harus diisi.
- Setelah keluarga memberikan persetujuan untuk dirawat oleh DPJP yang
ditunjuk, Dokter jaga IGD kemudian menghubungi DPJP yang ditunjuk
untuk merawat pasien tersebut.

 Proses penunjukkan DPJP rawat bersama pada pasien saat dilakukan tindakan
operasi di Kamar Operasi sebagai berikut :
- DPJP di Kamar Operasi (Operator) akan memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien mengenai kondisi penyakit pasien yang memerlukan
konsultasi segera (cito) serta tindakan operasi bersama dengan Dokter
Spesialis lain yang sesuai dengan penyakit yang ditemukan pada saat itu.
- Perawat memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai penunjukan
DPJP yang akan melakukan tindakan operasi bersama dengan DPJP
Utama dengan memberitahukan kepada keluarga mengenai jadwal jaga
DPJP pada saat itu atau sesuai dengan pilihan keluarga.
- Perawat memberikan formulir Penunjukan DPJP kepada keluarga pasien
yang harus diisi.
- Setelah keluarga memberikan persetujuan untuk dirawat bersama dengan
DPJP yang ditunjuk, Operator kemudian menghubungi DPJP yang
ditunjuk untuk melakukan tindakan operasi bersama pada pasien tersebut.
BAB. IV

PENUTUP

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah staf medis yang memiliki tanggung
jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian asuhan medis (perawatan pasien, informasi
dan rencana perawatan, informasi terapi, diagnosa dan keputusan tentang perujukan dan
pemulangan) pasien rawat inap serta mengupayakan keselamatan pasien dan meminimalkan
terjadinya kejadian tidak diharapkan.

RS. Kasih Ibu Surakarta mengatur pelayanan pasien khususnya staf yang
bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien yaitu DPJP untuk meningkatkan kontinuitas
pelayanan, koordinasi, kepuasan pasien dan menjamin kualitas pelayanan.

Penyusunan Buku Panduan ini diharapkan dapat dijadikan panduan dan disosialisasikan
di lingkungan RS. Kasih Ibu agar tercapai kesamaan pengertian dan keseragaman dalam
pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan serta pengawasan dan pengendalian DPJP.

Anda mungkin juga menyukai