I. BADAN POM
1. KEDUDUKAN DAN DASAR HUKUM
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan
Keenam atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan
Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintah tertentu dari Presiden. Badan POM berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dan dalam melaksanakan tugasnya dikoordinasi oleh Menteri Kesehatan.
● KepPres No. 166/2000 dan No. 103/2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND)
● KepPres No. 3/2002 tentang
▪ Perubahan atas KepPres No. 103/2001 tentang
▪ Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND)
● Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) adalah lembaga pemerintah pusat yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
● LPND berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
● BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) adalah salah satu LPND yang dibentuk
pemerintah.
● Dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan.
2. VISI MISI
Visi : Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui
Secara Internasional untuk Melindungi Masyarakat
Misi:
1. Melakukan Pengawasan Pre-Market dan Post-Market berstandar Internasional.
2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu secara Konsisten.
3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini.
4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang
beresiko terhadap kesehatan.
5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization).
Balai Besar POM Bandung yang berlokasi di Jl. Pasteur No.25 Bandung merupakan salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Badan POM yang mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan Badan POM di wilayah Jawa Barat. Tugas Balai Besar POM yaitu melaksanakan
kebijakan di bidang pengawasan produk terapeutik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lain, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan, dan bahan berbahaya.
Pasal 36
Sejak ditetapkan Peraturan ini 🡪 30 UPT dilingkungan BPOM, yaitu
1. 12(dua belas) Balai Besar POM Tipe A
2. 7 (tujuh) Balai Besar POM Tipe B
3. 7 (tujuh) Balai POM Tipe A
4. 4 (empat) Balai POM Tipe B
4. SISPOM
3 pilar pengawasan
1. Sub Sistem Pengawasan Produsen
CPOB 🡪 CDB
2. Sub Sistem Pengawasan Pemerintah
Pre-market & Post-market
3. Sub Sistem Pengawasan Konsumen
Peningkatan kesadaran & pengetahuan tentang mutu produk & cara penggunaan yang rasional
6. TUGAS BBPOM
Badan POM mempunyai tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bidang kerja yang dilakukan
oleh Badan POM meliputi produk terapeutik, produk biologi, narkotika, psikotropika,
makanan dan minuman, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan dan produk komplemen.
Fungsi Badan POM adalah:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan
b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan
c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM
d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan dan rumah tangga
7. SASARAN PENGAWASAN
PRODUK PRODUSEN DISTRIBUTOR
a. Obat PBF, Apotek, Toko Obat, Sarana Pelayanan Kesehatan lain
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
B. Izin Distribusi :
Kementerian Kesehatan
PBF Cabang Dinas Kesehatan Propinsi
C. Izin Edar :
Tata cara registrasi obat : PERMENKES No 1010Th 2008 REGISTRASI OBAT JADI
Registrasi Obat :
⮚ Praregistrasi
Untuk pertimbangan jalur evaluasi dan kelengkapan dokumen registrasi
• Obat Baru (Jalur I: 100 HK, Jalur II: 150 HK, Jalur III: 300 HK)
• Obat Copy (Jalur I: 100 HK, Jalur III: 80 HK atau 150 HK)
⮚ Registrasi
Penyerahan dokumen registrasi dengan persyaratan :
• Mengisi form permintaan
disket sesuai hasil Pra Registrasi atau surat permohonan
• Membayar biaya evaluasi
• Mengisi disket
• Menyerahkan berkas lengkap sesuai tujuan registrasi
Tata cara pengajuan notifikasi (Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010
tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika) :
Obat tradisional yang Tidak wajib izin edar :
• Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian;
• Obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas;
• Obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan
pameran dalam jumlah terbatas;
• Obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong;
SD : Suplemen Lokal
SI : Suplemen Impor
SL : Suplemen Lisensi
2. Serbuk 6. Cairan
Tata cara registrasi pangan olahan (Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.5.12.11.09955
Tahun 2011) : Setiap pangan olahan yang diproduksi di Indonesia atau dimasukkan ke wil.
Indonesia wajib memiliki Surat persetujuan Pendaftaran yang diterbitkan oleh Kepala Badan
POM, Kecuali:
- Masuk dalam wil Indonesia dalam jumlah kecil ( sampel dalam rangka permohonan
pendaftaran, penelitian, konsumsi sendiri),
- Digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku dan tidak dijual scara langsung kpd konsumen
akhir.
● Sertifikasi sarana produksi berdasarkan CPPB 🡪 nilai min B 🡪 rekomendasi ke Badan POM
● Surat distributor
● Sertifikasi sarana produksi berdasarkan CDOB 🡪 nilai min C 🡪 rekomendasi ke Badan POM
• Digit 10,11,12 : no. urut perusahaan / pabrik yang prod nya terdaftar
Produk yang tidak termasuk ke dalam pangan industri rumah tangga (P-IRT) :
- Pangan kaleng
- Pangan bayi
- Minuman beralkohol
- Pangan SNI
SERTIFIKASI HALAL
2. SEKSI LAYANAN INFORMASI KONSUMEN
Seksi Layanan Informasi Konsumen bertugas memberikan layanan informasi konsumen baik
langsung maupun tidak langsung.
III. Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen
⚫ Pelaksanaan
⚫ Pelaporan
⚫ Evaluasi
Pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapeutik,
narkotik, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.
Produk yang diuji : terapeutik, narkotik, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga.
Kriteria produk terapeutik dan NAPZA yang di sampling ditetapkan berdasarkan profil obat yang
beredar di wilayah BBPOM dengan mempertimbangkan :
3. Obat essensial
4. Obat program
8. Narkotik, psikotropik dan obat yang mengandung senyawa yang digunakan sebagai
prekursor yang rawan didiversikan
3. Sering diiklankan
4. Banyak di peredaran
Pengujian dilakukan sesuai dgn parameter uji yang tercantum dalam pustaka acuan, untuk
Produk terapetik acuannya :
⚫ USP
⚫ BP
Paramaet uji produk terapeutik dan NAPZA dijui sesuai dengan monografi yang tertera pada
pustaka acuan :
• Uji identifikasi
• Penetapan kadar
• Uji disolusi
• pH
• Uji parameter lain sesuai monografi (termasuk pengujian secara mikrobiologi ; uji pirogen
Uji toksisitas, endotoksin bakteri, uji vaksin (di Bidang Pengujian MIKROBIOLOGI), uji identifikasi
DNA babi dirujuk ke PPOMN)
● Parameter yang diuji dalam rangka sampling survailan difokuskan terhadap pengujian
identifikasi bahan yang dilarang, misalnya merkuri, pewarna jingga K1, merah K10
● Parameter yang harus diuji dalam rangka sampling compliance adalah parameter uji
mikrobiolgi (di Bidang Pengujian Mikrobiologi) dan kesesuaian terhadap parameter uji kimia
fisika
- Identifikasai pewarna
• Fluoresensi
• Daya serap
• pH
• Koefisien fenol
• Uji parameter lain sesuai ketentuan (termasuk pengujian secara mikrobiologi --> ke
Bidang Pengujian MIKROBIOLOGI )
• Uji parameter lain sesuai ketentuan (termasuk pengujian secara mikrobiologi --> ke Bidang
Pengujian MIKROBIOLOGI )
Metode Pengujian :
⚫ Titrasi
⚫ Gravimetri
⚫ HPLC
⚫ GC
⚫ AAS
⚫ Spektrofotometris UV/Vis
⚫ Spektrofluorometris
• PENYELIA : periksa, penetapan kesimpulan (MS atau TMS --> uji ulang, paraf & tanggal,
pencantuman NO. LAB, ekspedisi)
• Laporan sampel rutin & kasus, dikirim ke BADAN POM --( PPOMN, tembusan ke DEPUTI I
Atau II) --> dievaluasi, SAMPEL TMS :
• PERINGATAN
• PENARIKAN PRODUK
• PENGHENTIAN PRODUKSI
• PENCABUTAN IZIN
• PENUTUPAN
• PUBLIC WARNING
1. Pengawasan mutu
2. Perlindungan terhadap konsumen
❖ Mendeteksi cemaran
❖ Mengetahui kebenaran daya guna (potensi antibiotik, uji sterilitas dan uji
koefisien fenol)
Tugas pokok
Meaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan peeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.
Fungsi
Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi
1. Sampel rutin.
2. Sampel khusus/kasus, apabila terjadi keracunan atau diduga terjadi pemalsuan produk atau
produk dibuat tidak sesuai peraturan.
3. Sampel permintaan pihak ketiga, yang dapat berasal dari perorangan atau perusahaan.
4. Sampel dari Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) tingkat I dan PKD tingkat II.
Penangan sampel
1. Penerimaan >> Dilengkapi dokumen; Dicatat & didokumentasikan; Ada penanggung jawab
2. Penyimpanan >> Ruang khusus, sesuai petunjuk penyimpanan; Aman ; Ada penanggung
jawab
3. Pengujian >> dibuat SPK (Surat Perintah Kerja); dilengkapi SSP (Surat perintah pengujian)
4. Pelaporan >> semua data dicatat; Semua data dicatat & didokumentasikan; Data yang salah
tidak boleh dihapus; Koreksi dilakukan dg mencoret & paraf; Dievaluasi (berjenjang); Dibuat
kesimpulan
5. Pengarsipan >> Arsip sampel; Arsip laporan; Data mentah disimpan oleh penguji; CP, LCP
dan LHU disimpan di bagian lain
TAHAPAN PENGUJIAN
Bertugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan
laporan.
Jenis sampel :
● Internal
Sampel rutin
Garam beryodium
Garam konsumsi beryodium adalah produk makanan yang komponen utamanya natrium
klorida (NaCl) dengan penambahan kalium iodat (KIO3). Menurut Standar Nasional Indonesia
Garam Beryodium 01-3556-2000 kadar yodium yang diperbolehkan adalah 30-80 ppm.
Tepung terigu
B. Syarat mutu tepung terigu mencakup 17 aspek termasuk keadaan, benda asing, kehalusan,
kadar air, dsb.
● Eksternal
Permintaan pihak ketiga
Sampel kasus
Ruang lingkup:
● Penandaan
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan No.02240/B/SK/VII/1991
tentang Pedoman Persyaratan Mutu serta Label dan Periklanan Makanan, makanan dan
minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label tulisan berupa pernyataan yang berisi
(Departemen Kesehatan RI, 1996; Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1991):
A. Nama makanan/nama produk
B. Komposisi atau daftar ingredient
C. Isi netto
D. Nama dan alamat pabrik/importIr
E. Nomor pendaftaran
F. Kode produksi
G. Tanggal kadaluwarsa
H. Petunjuk atau cara penyimpanan
I. Nilai gizi
J. Tulisan atau pernyataan khusus
● Organoleptic
● Parameter kimia-fisika
Pada prinsipnya sampel diuji parameter kimia-fisikanya berdasarkan keamanan dan mutu/gizi
pangan menggunakan prosedur yang telah divalidasi. Prosedur atau disebut juga instruksi
kerja disusun oleh penyelia (apoteker) di bidang pangan dengan mengacu pada metode
analisis PPOM dan disetujui oleh kepala bidang. Metode analisis yang digunakan terdiri dari
metode analisis sederhana (reaksi warna), menengah (titrasi, gravimetri, Kromatografi Lapis
Tipis, Kromatografi Kertas, Spektrofotometri), dan canggih (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
Kromatografi Gas). Selain itu, pengujian juga perlu didukung oleh alat yang terkalibrasi dengan
baik sehingga hasil yang diperoleh menjadi akurat.Instruksi kerja alat disusun oleh
penanggung jawab alat berdasarkan manual alat atau prosedur operasional alat. Persyaratan
hasil pengujian mengacu pada persyaratan yang ditetapkan oleh SNI (Standar Nasional
Indonesia), undang-undang, peraturan pemerintah, SK Kepala Badan, dan Permenkes yang
sesuai dengan jenis pangan.
● Parameter mikro
Cemaran mikroba dari sampel diuji berdasarkan Standar Nasional Indonesia atau SK POM No.
03726/B/SK/VII/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam
makanan.Pelaksanaan pengujian mikrobiologi dilakukan oleh bidang pengujian mikrobiologi,
namun hasilnya digabung kembali dengan hasil pengujian parameter kimia fisika yang
dilaksanakan di bidang pengujian pangan dan bahan berbahaya.
Metode analisis yang digunakan mengacu kepada: SNI, MA POMN, dan AOAC
A. Pewarna
Rhodamin B :
Methanil yellow :
C. Boraks
● Sampel ditambah aquades
● Ditambah 1ml HCL 2N
● Celup kertas kurkumin
● POSITIF apabila berwarna merah kertasnya
D. Formalin
Identifikasi kualitatif:
Identifikasi kuantitatif:
● Sampel+aquades+as. Fosfat 10% 5ml
● Disaring ke labu destilasi
● Destilasi
● Destilat ditampung di labu ukur 100ml yang telah isi 10ml air
● Pipet ke tb. Reaksi tertutup: 5ml destilat + 5ml aquades + 5ml hantzch
● Dipanasin di penangas air
● Dipindah ke labu ukur 25ml, add dg aquades
● Penetapan kadar dengan spektro UV/Vis (350-500nm)
Pelaporan
Hasil pengujian sampel oleh analis dibuat laporannya dalam format CP (Catatan
Pengujian) kemudian diserahkan kepada penyelia. Penyelia menentukan hasil pengujian apakah
memerlukan pengulangan atau tidak. Laporan yang telah disetujui penyelia diserahkan kepada
Kepala Bidang untuk diperiksa ulang dan disetujui. Laporan kemudian dikirim ke POMN dan Dir
Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Deputi III BPOM.Untuk sampel eksternal, hasil pengujian disertai
dengan sertifikat hasil uji.
Tindak lanjut
Untuk sampling rutin, tindak lanjut dari hasil pengujian dilakukan oleh Direktur Insert
Pangan, dilaksanakan sesuai juknis tindak lanjut terhadap hasil pengawasan produk pangan.
Monitoring garam beryodium dan tepung terigu ditindaklanjuti oleh Direktur Insert Pangan
dengan ketentuan yang berlaku. Pada produk tanpa reg MD/ML atau TMS, bekerjasama dengan
Disperindag setempat untuk tindak lanjut dan pembinaan.