2203 - 5 Bab Ii
2203 - 5 Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Pemeriksaan laboratorium
8
Obat Antikholinergik
1. Sulfas Atropin
Obat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang
berkhasiat menekan aktivitas kholinergik atau parasimpatis.
Mekanisme kerja:
Menghambat mekanisme kerja asetil kolin pada organ yang
diinervasi oleh serabut saraf otonom para simpatis atau serabut saraf
yang mempunyai neurotransmitter asetil kholin.
Obat ini juga menghambat muskarinik secara kompetitif yang
ditimbulkan oleh asetil kholin pada sel efektor organ terutama pada
kelenjar eksokrin, otot polos dan otot jantung.
Cara pemberian dan dosis
Intramuskular, dosis 0,01 mg/kgBB, diberikan 30-45 menit
sebelum induksi.
Intravena, dengan dosis 0,005 mg/kgBB, diberikan 10-15 menit
sebelum induksi.
Obat Sedatif
1. Midazolam
Mekanisme kerja:
Sebagai agonis benzodiazepin yang terikat dengan spesifitas
yang tinggi pada reseptor benzodiazepin, sehingga mempertinggi
daya hambat neurotransmiter susunan saraf pusat diresptor GABA
sentral. Mempunyai efek sedasi dan anti cemas yang bekerja pada
sistem limbik dan pada ARAS serta bisa menimbulkan amnesia
anterograd.
Cara pemberian dan dosis :
Premedikasi, diberikan intramuskular dengan dosis 0,2
mg/kgBB. Pada dosis intravena diberikan 2 mg disusul setelah 2
menit meningkatkan 0,5-1 mg bila sedasi tidak memadai.
Obat antiemetik
1. Ondancentron
11
Mekanisme Kerja :
Ondansetron adalah golongan antagonis reseptor serotonin (5-
HT3) merupakan obat yang selektif menghambat ikatan serotonin
dan reseptor 5-HT3. Obat-obat anestesi akan menyebabkan
pelepasan serotonin dari sel-sel mukosa enterochromafin dan dengan
melalui lintasan yang melibatkan 5-HT3 dapat merangsang area
postrema menimbulkan muntah. Pelepasan serotonin akan diikat
reseptor 5-HT3 memacu aferen vagus yang akan mengaktifkan
refleks muntah. Serotonin juga dilepaskan akibat manipulasi
pembedahan atau iritasi usus yang merangsang distensi
gastrointestinal.
Efek ondansetron terhadap kardiovaskuler sampai batas 3
mg/kgBB masih aman, clearance ondansetron pada wanita dan orang
tua lebih lambat dan bioavailabilitasnya 60%, ikatan dengan protein
70-76%, metabolisme di hepar, diekskresi melalui ginjal dan waktu
paruh 3,5-5,5 jam. Mula kerja kurang dari 30 menit, lama aksi 6-12
jam.
Cara pemberian dan dosis :
Ondansetron biasa diberikan secara oral dan intravena atau
intramuskuler. Awal kerja diberi 0,1-0,2 mg/kgBB secara perlahan
melalui intravena atau infus untuk 15 menit sebelum tindakan
operasi.
Dosis premedikasi : 4-8 mg IV
Obat Analgetik
1. Ketorolak
Mekanisme Kerja
Ketorolak menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya
menghambat enzim siklooksogenase (prostaglandin sintetase).
Selain menghambat sintese prostaglandin, juga menghambat
tromboksan A2. ketorolak tromethamine memberikan efek anti
inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh
12
Farmakokinetik
Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif
hepatik oleh cytochrome P-450. Namun metabolisme tidak hanya
dipengaruhi hepatik tetapi juga ekstrahepatik. Metabolisme hepatik
lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut
air sementara metabolisme asam glukoronat diekskresikan melalui
ginjal. Propofol membentuk 4-hydroxypropofol oleh sitokrom P450.
Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan glukoronide menjadi
tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek
hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin.
Waktu paruh propofol adalah 0,5-1,5 jam tapi yang lebih penting
sensitive half time dari propofol yang digunakan melalui infus selama 8
jam adalah kurang dari 40 menit. Maksud dari sensitive half time adalah
pengaruh minimal dari durasi infus karena metabolisme propofol yang
cepat ketika infus dihentikan sehingga obat kembali dari tempat
simpanan jaringan ke sirkulasi.
Meskipun metabolisme propofol cepat tidak ada bukti yang
menunjukkan adanya gangguan eliminasi pada pasien sirosis hepatis.
Konsentrasi propofol di plasma sama antara pasien yang meminum
alkohol dan yang tidak. Disfungsi ginjal tidak mempengaruhi
metabolisme bersihan propofol dan selama pengamatan lebih dari 34
tahun metabolisme propofol dimetabolisme di urin hanya 24 jam
pertama.
Farmakodinamik
Efek pada Susunan Saraf Pusat
Propofol menurunkan Cerebral Metabolism Rate terhadap
oksigen (CRMO2), aliran darah, serta tekanan intrakranial (TIK). Pada
pasien dengan TIK normal terjadi penurunan TIK (30%) yang
berhubungan dengan penurunan sedikit tekanan perfusi serebral (10 %).
Pemberian fentanyl dosis rendah bersama dengan propofol dosis
suplemen mencegah kenaikan TIK pada intubasi endotrakeal.
17
1. Isofluran
Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak
berwarna, tidak eksplosis, tidak berbau dan tidak iritatif sehingga baik
untuk induksi inhalasi. Proses induksi dan pemulihannya relatif cepat
dari semua obat-obatan anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi
masih lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran.
Sama seperti halotan, isofluran digunakan terutama sebagai
komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesi umum. Disamping
efek hipnotik, juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot
ringan.
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Isofluran merupakan halogenasi eter dan secara kimia sangat
mirip dengan metoksifluran dan sevofluran. Rentang keamanan
isofluran lebih lebar dibandingkan halotan dan metoksifluran.
Penggunaaan isofluran pada dosis anestesi atau subanestesi
menurunkan metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi akan
meningkatkan aliran darah di otak dan tekanan intrakranial, sehingga
menjadi pilihan pada pembedahan otak.
Isofluran yang terhirup dieksresikan dalam bentuk tidak berubah
melalui paru-paru. Sedikit hasil penguraian isofluran yang dihasilkan
tidak cukup untuk menimbulkan toksisitas pada ginjal, hati atau organ
lain. Isofluran tidak menunjukkan sifat mutagen, teratogen atau
karsinogen.
Isofluran memiliki Minimal Alveolar Concentration (MAC)
dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70% oksida nitrosa
sebesar 0,5%. MAC adalah konsentrasi agen inhalasi minimal yang
dapat mencegah gerakan pada 50% pasien terhadap respon stimulus
standar (irisan operasi pertama).
Induksi dengan isofluran relatif cepat tetapi isofluran dapat
mengiritasi jalan nafas bila digunakan pada awal induksi dengan
masker pada konsentrasi tinggi. Induksi lambat direkomendasikan
21
tergantung pada diameter tabung, tetapi juga dipengaruhi oleh panjang tabung
dan kurvatura.3,4
14. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas atau obat anestesia
inhalasi dan berikan oksigen 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit
15. Berikan neostigmin dan atropin (jika diperlukan)
16. Ekstubasi pipa trakea dilakukan apabila pasien sudah bernapas spontan
dan adekuat serta jalan napas (mulut, hidung, dan pipa endotrakea) sudah
bersih, jika belum bersih lakukan suction.
pasien belum sadar atau setelah pasien sadar. Tidak boleh dilakukan dalam
keadaan setengah sadar karena bisa menyakiti pasien. Adapun kriteria
dilakukan ekstubasi yaitu: 7
1. Kesadaran yang adekuat untuk mempertahankan reflex protektif jalan
napas dan reflex batuk untuk mempertahankan jalan napas.
2. Cadangan paru yang adekuat seperti: laju paru <30 kali/menit, FVC >15
ml/ka, PaO2/FiO2 >200.
3. Pada pasien pasca pembedahan jalan nafas atas atau edema jalan nafas
atas. Edema jalan nafas telah minimal atau ditandai dengan adanya
kebocoran udara yang adekuat setelah cuff pipa endotrakeal dikosongkan.
4. Pasien bedah plastik atau THT bila memungkinkan dibicarakan terlebih
dahulu dengan dokter bedah plastik atau THT sebelum ekstubasi.
5. Pasien-pasien khusus seperti pasien PPOK, pasien dengan kesadaran yang
tidak baik membutuhkan diskusi dengan konsultan yang bertugas untuk
melakukan ekstubasi.7
2.4.7 Kesulitan tindakan pemasangan OTT
Dalam tindakan pemasangan OTT, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan tindakan, yaitu:1,3
1. Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap
2. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
3. Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)
4. Kesulitan membuka mulut
5. Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)
6. Abnormalitas pada daerah servikal
7. Kontraktur jaringan leher
2.4.8 Komplikasi Pemasangan OTT
Adapun komplikasi dari tindakan pemasangan OTT yang tidak
diinginkan seperti:4
1. Memar & oedem laring
2. Strech injury
3. Non specific granuloma larynx
37
4. Stenosis trakea
5. Trauma gigi geligi
6. Laserasi bibir, gusi dan laring
7. Aspirasi
8. Spasme bronkus
2.5 Prosedur Operasi Kista Sinus Maksilaris dengan Teknik Lcw (Luc
Caldwell)
Bedah Caldwell-Luc. Caldwell-Luc adalah fenestration dari dinding
anterior dari sinus maksilaris dan drainase bedah sinus ini ke dalam hidung
melalui sebuah antrostomy. Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum.
Potong kecil dibuat antara bibir atas dan gusi untuk memberikan akses ke rahang
atas sinus, di dinding anterior dari sinus maksilaris. Pembukaan alami dari sinus
ke rongga hidung sering diperbesar pada saat yang sama untuk memperbaiki
drainase sekresi normal dan mengurangi kemungkinan berulang penyakit.
Komplikasi umum yang biasa terjadi pasca bedah caldwell-luck: Wajah
bengkak, nyeri/mati rasa pada wajah (neurapraxia infra-orbital), terjadi
sementarajarang menetap dan Sakit (sementara / permanen) dari gigi dan gusi
atas. 8,9
pembengkakan, nyeri dan demam. Infeksi gigi atau abses gigi dapat menyebar
ke daerah sinus, terutama setelah bedah mulut, karena lokasi sinus terletak di
atas rahang atas.
Diagnosis
Diagnosis kista sinus maxillaris dibuat berdasarkan anamnesis yang
cermat, pemriksaan rinoskopi anterior dan posterior, serta pemeriksaan
penunjang berupa transluminasi untuk sinus maksila, pemeriksaan radiologik,
pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan histopatologik dari
jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan meatus
medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi dan
pemeriksaan CT Scan.
X-ray, CT scan dapat menentukan diagnosis kista, sangat penting untuk
mengetahui lokasi dan dapat ditampilkan dalam gambar tampak di sinus
maksilaris dengan bayangan perselubungan pada sinus, sebagian besar tepi yang
jelas. Foto polos x-Ray (posisi water) tampak sebagai penebalan dinding sinus,
foto polos tak dapat membedakan antara penebalan mukosa dan gambaran
fibrotik beserta pembentukan jaringan parut.
Penatalaksanaan
Kista di sinus maksilaris jarang menimbulkan gejala,observasi dan
pengobatan asimtomatik tetapi ketika kista menghalangi jalan napas atau
penyebab penyumbatan maka operasi menjadi perlu.Indikasi operasi:
1. Kista sinus maksilaris yang berhubungan dengan sakit kepala, nyeri pipi atau
tekanan di
2. Hidung selalu mengeluarkan secret yang mempengaruhi aktivitas;
3. Merusak tulang.
Metode operasi kista sinus maxilarris:
a. Pembedahan Radikal
Yaitu dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari
sinus yang terkena. Operasi pada sinus maksila adalah operasi Caldwell-Luc.
8,9