Anda di halaman 1dari 16

A.

ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar.
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
1. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
2. Gemelli
3. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus dan 4000 gram kehamilan dengan makrosomia

menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan

pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput

ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan

selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

- Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat

mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah

peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,


volume

tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa

hari saja

c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo


pelvic

disproporsi).

e. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke

atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan

persalinan lama.

f. Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi

selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada


selaput

ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

h. Riwayat KPD sebelumya

i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI

B. DEFINISI
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
ketuban pecah sampi terjadinya kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah
dini” periode laten.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
12 jam sebelum waktunya melahirkan.
C. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
c. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar.
d. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
4. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
5. Gemelli
6. Makrosomia
7. Hidramnion

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

E. PATOFISILGI
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.

F. FAKTOR RESIKO ATAU PREDISPOSISI KETUBAN PECAH DINI


a. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
b. riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 – 4
c. tindakan sanggama : tidak berpengaruh kepada risiko, kecuali jika higiene
buruk, predisposisi terhadap infeksi
d. perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga
(20x)
e. bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
f. pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
g. servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
h. flora vagina abnormal : risiko 2-3x
i. fibronectin 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
j. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada
stress psikologis, disebut dapat menjadi stimulasi persalinan preterm

G. PENGARUH KPD
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan
merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka
suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

H. PENATALAKSANAAN KPD
a. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
e. Menghadapi ketuba pecah dini, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan
dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia
biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan
pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
g. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai
24 jam, bila tidak terjadi his spontan.

I. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
a. Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi

Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya


terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih

sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat

sebanding dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.


Syndrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,

kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

9. PENANGANAN

a. Konservatif

Rawat di rumah sakit

Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta

Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama

halnya jika terjadi amnionitosis

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin

- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari
selama 7

hari.

Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason,
dosisnya

IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan

tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.

b. Aktif

Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram

intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

- Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6,


12, atau 24

jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.

- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per

rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan


kultur

air ketuban

c. Penatalaksanaan lanjutan

- Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu

yang menggigil.

- Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan

yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat

pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat

tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan

infeksiuteri.

- Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

- Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga


hal-hal

berikut:

Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa


Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda

Warna rabas atau cairan di sarung tangan

- Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas
dari setiap

infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

POHON MASALAH

Kehamilan

KETUBAN PECAH DINI

Faktor Predisposisi:

- Infeksi genetalia

- Servik incompetent

- Gemeli

- Hidranion

- Kehamilan Praterm

Patosiologi selaput

Ketuban ≠ kuat

Selaput ketuban mudah pecah

TM I

TM II

TM I
Keluar air ketuban Janin mudah Ada Air ketuban Deman

- Putih keruh diraba selaput sudah kering infeksi

- Jernih ketuban

- Kuning

- Hijau

Komplikasi

Pada ibu Pada Anak

- Partus lama dan infeksi - IUFD dan DFD

- Atonia uteri - Asfiksia

- Perdarahan post partum

Hamil Prematur Kehamilan Anterm

- Observasi Kelainan Obsetrik Letak

kepala

- Suhu rektal - distres janin

- Distres janin - Letak sungsang indikasi induksi

- Kortikosteroid - letak lintang

CPD Infertil

Gagal Berhasil

Reduksi Uterus ≠ada persalianan

Kelainan Letak kepala - Fase laten & aktif

Memanjang
SC

-distres janin

-ruptur uteri iminens

-CPD

INTERVENSI

Dx : G..........P..........UK........... dengan KPD +

Tujuan :

KH :

Intervensi

1. Periksan usia kehamilan bila ada dengan USG

R : penentuan usia kehamilan digunakan untuk menetukan tindakan yang tepat pada KPD

menggunakan distansis dan kematangan paru

2. Berikan rehidrasi cairan infus dan pantau input/output cairan

R : pengantian pengeluaran cairan tubuh ibu yang berlebihan untuk mencegah dehidrasi

3. Lakukan pemeriksaan inspakulo (dengan speculum DTT)

R : menilai cairan yang keluar ( jumlah, warna, bau dan membedakan dengan urine)

4. Batasi pemeriksaan dalam

R :engurangi terjadinya infeksi

5. Kaji TTV ibu dengan DJJ

R : deteksi dini adanya perubahan yang berpengaruh pada tanda-tanda bahaya

6. Lakukan titah baring dengan menganjurkan klien untuk miring ke kiri

R : miring ke kiri dapat memperlancar sirkulasi darah uterus


7. Tentukan tanda-tand inpartu

R : untuk menentukan waktu persalinan yang tepat

8. Posisi knne cheat / sujud bila janin hidup dan terdapat prolops tali pusat

R : menghindari tali pusat tertekan kepala janin

9. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

R : menentukan tindakan yang tepat apabila kemungkinan terjadi komplikasi

Masalah

A. Cemas

Tujuan : mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu

KH : ibu tidak merasa cemas dan lebih merasa tenang

Intervensi

1. Berikan penjelasan tentang keadaan yang dialami klien

R : dengan penjelsan ibu akan merasa lebih tenang

2. Berikan motivasi dan dukungan emosional kepada klien dan keluarga

R : pemberian motivasi dan semagat pada ibu dan keluarga dapat menimbulkan kemauan,
dan

mempengaruhi kondisi psikologis untuk menghadapi persalinan

3. Beri penjelasan setiap tindakan

R : pasien dapat lebih kooperatif / bekerjasama dengan tindakan yang akan dilakukan

B. Nyeri

Tujuan : nyeri berkuang atau hilang

KH : TTV dalam batas normal

Ibu tampak tenang


Nyeri pada perut ibu berkurang

Intervensi

1. Lakukan pendektan terapeutik pada ibu dan keluarga

R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Kaji TTV ibu

R : untuk mengetahui keadaan umum pada ibu

3. Anjurkan pasien teknik relaksasi

R : untuk menggurangi nyeri yang dirasakan

4. Atur posisi pasien

R : untuk memberikan rasa nyaman

5. Lakukan kolaborasi

R : untuk mendapat perawatan lebih intensif

C. Trauma

Tujuan : traumateratasi / berkurang

KH : KU ibu baik

TTV dalam keadaan normal

Kebutuhan cairan tercukupi

Intevensi

1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga

R : terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Anjurkan ibu minum-minuman yang manis


R : mengurangi syok / memulihkan tenaga / energi

3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup

R : mengurangi rasa trauma dan mengalihkan perasaan trauma

4. Jelaskan pada ibu penyebab terjadinya KPD

R : untuk pengethuan dan mencegah terulang kembali

5. Berikan motivasi/ dukungan supaya ibu tidak berlarut-larut khawatir

R : untuk mengurangi terjadinya stress pada ibu

6. Lakukan kolaborasi

R : untuk mendapatkan perawatan lebih intensif

Kebutuhan

A. Motivasi dan dukungan

Tujuan : Ibu tetap semangat dan tidak trauma pada saat melahirkan

KH : Ibu tampak tenang

Ibu dapat beradaptasi

Intervensi

1. Lakukan pendekatan terpeutik pada ibu dan keluarga

R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Anjurkan keluarga dan suami selalu memberikan semangat

R : dengan memberikan semangat dari orang-orang terdekat dapat mengurangi stress

3. Berikan penjelasan pada Ibu

R : dengan diberikan penjelsan ibu dapat segera beradaptasi

4. Anjurkan ibu rileks dan tidak khawatir

R : dengan ibu rileks menghindari dari ketakutan melahirkan


B. Cairan dan nutrisi

Tujuan : kebutuhan cairan ibu tercukupi

KH : KU ibu bauk

Kesadaran Composmentis

Ibu tidak lemas

Ibu mau makan dan minum

Intervensi

1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga

R: terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akann dilakukan

2. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi seimbang

R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

3. Anjurkan minum-minuman yang bergula

R : untuk pemulihan tenaga

C. Istirahat dan tidur cukup

Tujuan : kebutuhan istirhat dan tidur ibu tidak ada gangguan

KH : ibu tenang

Intervensi

1. Lakukan pendakan terapietik pada ibu dan keluarga

R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Anjurkan ibu istrhat / tidur

R : mengurangi kelelahan
3. Jelaskan pada ibu pentingnya kebutuhan istirhat tidur

R : untuk mengurangi kelelahan yang menambah stres pada ibu

4. Anjurkan keluarga / suami membatasi keluarga yang ingin menjenguk

R : meminimalkan terjadinya kelelahan yang berlebihan pada ibu

D. Pemberian antibiotik

Tujuan : masalah berkurang dengan diberikan antibiotik

KH : ibu merasa tenang dan nyaman

Tidak terjadi infeksi

Intervensi

1. Lakukan pendekatan terpeutik pada klien dan keluarga

R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Berikan antibiotik

R : untuk mencegah infeksi

3. Observasi TTV

R : untuk mengetahui kondisi umum ibu

IMPLEMENTASI

Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien

EVALUASI

Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang


dilakukan

dengan mengacu pada kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk

Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai