Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TENTANG BIOLOGI LAUT

DI SUSUN

OLEH:

NADIYA SARI 180405051

SABRI 180405009

TRI YOGI FAINANDO 180405033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA TAHUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha


esa, berkat rahmat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul
“Biologi Laut“ dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Oceanografi. kami menyadari bahwa dalam makalah kami ini
masih banyak kekurangan, sehingga kami memohon kritikan yang
bersifat membangun.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca


terkhusus kami serta menambah ilmu dan wawasan bagi kita
semua, dan kiranya Tuhan yang maha esa senantiasa
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Biologi laut yaitu ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut,

berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis

biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya

luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota di laut barangkali

hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di

darat. Tidak kurang dari 833 jenis tumbuh-tumbuhan laut (alga, lamun, dan

mangrove), 910 jenis karang (Coelenterata), 850 jenis sepon (porifera), 2500 jenis

kerang dan keong (molluska), 1502 jenis udang dan kepiting (crustaceae), 745

jenis hewan berkulit duri (echinodermata), 2000 jenis ikan (pisces), 148 jenis

burung laut (aves) dan 30 jenis hewan menyusui laut (mammalia), diketahui hidup

di laut. Di samping itu tercatat juga tujuh jenis penyu dan tiga jenis buaya

(reptilia) (Romimoharto dan Juwana, 2009).

Lingkungan laut yang luas membuat biota laut tidak mampu hidup

diseluruh wilayah perairan. Biota laut dikelompokkan berdasarkan pengaruh sifat

sifat lingkungan di beberapa wilayah perairan. Para ahli membagi lingkungan laut

menjadi beberapa zonasi dengan karakteristik wilayah di perairan tersebut

(Anggraini, 2008)

Lingkungan laut yang terdiri atas kolom air dan dasar air, maka

lingkungan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pelagik yang meliputi seluruh
kolom dan merupakan tempat bagi tumbuhan dan hewan mengapung dan bagian

dasar laut yang merupakan tempat bagi hewan untuk melata atau membenamkan

diri pada pasir (Anggraini, 2008).

Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters

yang menyimpan berjuta misteri kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang

hingga sekarang masih belum banyak tersingkap. Lingkungan yang dinamakan

Lingkungan Laut (Marine Environment) cakupannya dimulai dari bagian pantai

(coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudra, dimulai dari

bagian permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe

kedalamannya dan bentuk morfologisnya.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kelautan, baik itu Biologi Kelautan (Marine Biology) maupun Oseanografi,

membuat tabir yang seolah menutupi lautan dengan segala misteri yang

dikandungnya sedikit demi sedikit dapat tersingkap. Salah satunya adalah

pengetahuan mengenai lingkungan laut (Nontji, 1987).

Ratusan ribu jenis biota laut telah diketahui dan semua relung (niche =

sebanding dengan mikrohabitat) di lingkungan laut dihuni oleh biota. Di sebagian

besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis biota laut yang saling

berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat

beberapa jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan

khususnya dan kendala lingkungan umumnya (Romimoharto dan Juwana, 2009).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Biota Laut


Pulau Barrang Lompo terletak sekitar 12 kilometer sebelah barat Kota

Makassar dan berada di kawasan Kepulauan Spermonde.Pulau ini memiliki luas

sekitar 89 hektar, dengan jumlah penduduk kurang lebih 5.000 jiwa dan berasal

dari berbagai etnik. Untuk sampai di pulau ini dari Kota Makassar, ditempuh

perjalanan sekitar satu jam dengan menggunakan speed boat. Sekitar 90%, mata

pencaharian penduduk pulau ini sebagai nelayan, si-sanya bekerja disektor lain

(Dekranasda, 2009).

Pulau Barrang Lompo termasuk wilayah Kecamatan Ujung Tanah, dan

berada di sebelah utara P. Barrang Caddi, dan berjarak 13 km dari Makassar.

Pulaunya berbentuk bulat, dengn luas 19 Ha.Vegetasi yang umum tumbuh di

pulau ini adalah pohon asam, pohon pisang dan pohon sukun, sedangkan pohon

kelapa hanya dijumpai disisi timur dan barat pulau ini (Hamdani, 2011).

Lingkungan laut meliputi kawasan yang luas dan majemuk olehnya

kelompok organisme tertentu tidak dapat hidup pada semua lingkungan tersebut.

Lingkungan laut terutama terdiri dari kolom air dan dasar laut olehnya pembagian

zonasi difokuskan pada kedua lingkungan tersebut. Pembagian mintakat atau

zonasi pada kolom air bersifat vertical sementara perwilayahan dasar laut bersifat

horizontal (Litaay, dkk., 2013).


1.Spermatophyta Laut (Lamun)

Di laut kita terdapat dua kelompok utama tumbuh-tumbuhan berbunga

yang keduanya membentuk ekosistem yang penting di wilayah pantai, yaitu

lamun dan mangrove (K. Romimohtarto dan Sri Juwana, 2009). Lamun memiliki

perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut lainnya,

seperti makro alga atau rumput laut (seaweeds). Tanaman lamun memiliki bunga

dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Pertumbuhan lamun sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti kondisi fisiologis dan metabolisme;

serta faktor eksternal, seperti zat-zat hara dan tingkat kesuburan perairan.

Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup

(Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara

permanen di bawah permukaan air laut (Sheppard et al., 1996). Lamun (seagrass)

merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki dan

memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut

beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup

terbenam di dalam air, beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass)

sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun,

berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas (Fitriana, 2007).

Lamun dibedakan atas 2 suku atau familia dalam sistem pengklasifikasian

yaitu suku Hydrocharitaceae dan suku Potamogetonaceae. suku Hydrocharitaceae

yaitu memiliki bentuk daun seperti pita, membulat, memiliki pelepah, daun

penumpu, dan rhizoma. Ciri khas yang paling terlihat pada suku hydrocharitaceae

yaitu memiliki fibrous bistle. Suku potamogetonaceae memiliki ciri morfologi

ukuran tubuh lebih kecil, rhizome yang kecil dan beruas, pada tiap buku terdapat
tunas tegak dengan 2-4 helai daun. Daunnya berbentuk pita atau jarum, ujung

daun bulat, bergerigi, dan tidak beraturan (Fairhurst dan Graham, 2003).

Pembagian

2.Makroalgae

Alga adalah tumbuhan non-vascular yang memiliki thalus yang beragam,

uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makro alga)

dapat hidup di perairan air tawar dan laut (Blod dan Wynne 1978:1; Dawes

1981;59)

. Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta

(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.

Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak

dengan bentuk serupa benang atau lembaran. Tubuh ganggang terdapat zat warna

(a. fikosianin : warna biru

b. klorofil : warna hijau

c. fikosantin : warna perang/ coklat

d. fikoeritrin : warna merah

e. karoten : warna keemasan

3.Echinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani yaitu echinos yang berarti duri

dan derma yang berarti kulit, lebih dikenal dengan hewan berkulit duri.

Echinodermata dibagi ke dalam lima kelas yaitu Kelas Asteriodea, Kelas

Crinoidea, Kelas Echinodea, Kelas Holothuroidea dan Kelas Ophiuroidea. Hewan

ini mempunyai kemampuan autotomi dan regenerasi bagian yang putus, rusak
atau hilang. Bintang mengular memiliki kemampuan regenerasi yang besar,

lengan dapat bergenerasi pada setiap titik tetapi apabila semua bagian tubuh

terpisah dari semua lengan maka hewan ini akan mati. Bintang mengular ini

dengan mudah melepaskan lengannya apabila diserang oleh pemangsa.Bintang

laut dapat menumbuhkan kembali lengan yang hilang dan lili laut (Crinoidea)

mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi sehingga dapat menyembuhkan

diri dari luka (Hutauruk, 2009).

4.Cumi-cumi dan Sotong

Pada pengamatan terhadap spesies cephalopoda, ditemukan hanya satu

spesies di Pulau Barrang Lompo, yakni cumi cumi Loligo sp. Permukaan tubuh

cumu-cumi mempunyai banyak pigmen warna yang dinamakan kromatofor.

Pigmennya berubah-ubah sesuai dengan lingkungan sekitarnya saat berkamuflase.

Mempunyai cangkang dalam yang tersusun dari zat kitin sehingga strukturnya

lunak.

5.Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas perairan

daerah tropis yang mempunyai produktifitas sangat tinggi demikian pula

keanekaragaman hayatinya. Karang batu merupakan fauna dominan dalam

ekosistem ini dimana kondisinya dipakai sebagai petunjuk akan kondisi ekologis

dari terumbu karang (Westmacott et al., 2000).

Pertumbuhan dan perkembangan karang berkaitan erat dengan

zooxanthellae, dimana karang mendapat zat-zat makanan dan O2 sebagai hasil

fotosintesisdansebaliknya zooxanthellae mendapat perlindungan, zathara dan CO2 .


6.Sponge

Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap

(sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada).

Spons tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot

maupun jaringan saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan

sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum

dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal

hingga zona subtidal suatu perairan (Bella dan Aunorohim, 2013).

Komunitas spons laut disuatu wilayah perairan mampu menjadi salah satu

bioindikator kualitas perairan laut mengingat sifat dari spons laut yang immobile

serta persebaran telur dan larvanya akan selalu terbatasi oleh barrier yang ada

mengharuskan spons tersebut selalu beradaptasi terhadap komponen- komponen

fisik maupun biotik yang terdapat pada wilayah tersebut. Salah satu interaksi

ekologis inter spesies yang mampu mempengaruhi komposisi struktur komunitas

spons (Porifera) adalah kompetisi ruang antara spons dan organisme benthik lain

terutama coral.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lamun

Pada pengamatan terhadap jenis-jenis lamun, ditemukan 7 spesies lamum

di Pulau Barrang Lompo, diantaranya:

1. Thalassia hemprici. Lamun ini juga biasa disebut lamun dugong karena

merupakan makanan dari dugong. Ciri khasnya yaitu helaian daun yang mati

tidak akan terlepas dari pelepah, pelepah ini yang akan menjadi busuk.

Mempunyai batang yang menjalar dibawah pasir (rhizoma) dimana batangnya

mempunyai nodus dan buku yang berfungsi agar tanaman tidak mudah

terbawa arus. Mempunyai rimpang yang membulat, keras, dan menjalar.

Memiliki pelepah daun (vagina) yang apabila daunnya

mati akan terlepas namun akan timbul daun yang

lainnya. Adaptasi fisiologisnya dengan adanya

kutikula pada daun sebagai pengganti stomata yang

berfungsi sebagai tempat difusi dan osmosis O2 dan

CO2. Jumlahnya sangat berlimpah. Berfungsi sebagai

indikator pencemaran air dan sebagai produsen dalam

rantai makanan di perairan.

2. Pama, Enhalus acoroides. Lamun ini juga sering disebut lamun gondrong

karena mempunyai rambut-rambut hitam (fibrios brustle) yang terdapat di

bawah pelepah daunnya yang berfungsi menahan hantaman arus. Mempunyai

akar tunggal (single root). Menghasilkan tannin sebagai pertahanan dirinya


dari produsen yang berupa ikan/ hewan lain, namun tidak semua hewan laut

dapat memakan lamun ini. Mempunyai daun yang panjang ebagai bentuk

adaptasinya untuk tetap memperoleh cahaya

matahari. Merupakan lamun yang habitatnya paling

dekat dengan laut dala, dimana jarak dari bibir

pantai sekitar 30 m. Mempunyai rimpang yang

membulat, keras, dan menjalar. Jumlah daunnya 2-5

helaian. Adaptasi fisiologisnya dengan adanya

kutikula pada daun sebagai pengganti stomata yang berfungsi sebagai tempat difusi dan
osmosis O2 dan CO2. Jumlahnya sangat

berlimpah. Berfungsi sebagai indikator pencemaran air dan sebagai produsen

dalam rantai makanan di perairan.

3. Cymodocea rotundata. Lamun ini mempunyai batang yang menjalar dibawah

pasir (rhizoma) dimana batangnya mempunyai nodus dan buku yang berfungsi

agar tanaman tidak mudah terbawa arus. Tiap ruas pada rhizomanya mterdapat

akar serabut agar melekat pada substrat berpasir. Mempunyai daun yang

panjang ebagai bentuk adaptasinya untuk tetap memperoleh cahaya matahari.

Adaptasi fisiologisnya dengan adanya kutikula pada

daun sebagai pengganti stomata yang berfungsi sebagai

tempat difusi dan osmosis O2 dan CO2. Jumlahnya

sangat berlimpah. Berfungsi sebagai indikator

pencemaran air dan sebagai produsen dalam rantai

makanan di perairan.Dalam satu tangkai terdapat 3

helaian daun diamana 2 helaian disamping lebih panjang

daripada helaian yang ditengah.


4. Syringodium isoetifolium. Lamun ini sering disebut lamun suntik karena

bentuk daunnya yang kecil dan runcing membulat. Memiliki 2 helai daun

dalam satu tangkai yang merupakan cirri khasnya. Daunnya berbentuk seperti

daun dan umumnya berukuran sama. Mempunyai batang yang menjalar

dibawah pasir (rhizoma) dimana batangnya mempunyai nodus dan buku yang

berfungsi agar tanaman tidak mudah terbawa arus. Tiap ruas pada rhizomanya

mterdapat akar serabut agar melekat pada substrat berpasir. Adaptasi

fisiologisnya dengan adanya kutikula pada

daun sebagai pengganti stomata yang berfungsi

sebagai tempat difusi dan osmosis O2 dan CO2.

Mempunyai daun yang panjang ebagai bentuk

adaptasinya untuk tetap memperoleh cahaya

matahari. Merupakan lamun perintis karena

habitatnya di zona pasir. Berfungsi sebagai

indikator pencemaran air dan sebagai produsen

dalam rantai makanan di perairan.

5. Halophila minor. Lamun ini mempunyai daun yang berbentuk membulat

sebagai bentuk adaptasinya karena hanya hidup di daerah yang tidak terlalu

dalam sehingga mudah memperoleh cahaya matahari. Merupakan lamun

perintis karena tumbuh di zona pasir dan sekitarnya. Pertulangan daunnya

kurang dari lima. Mempunyai batang yang

menjalar dibawah pasir (rhizoma) dimana

batangnya mempunyai nodus dan buku yang

berfungsi agar tanaman tidak mudah terbawa

arus. Tiap ruas pada rhizomanya mterdapat


akar serabut agar melekat pada substrat

berpasir. Adaptasi fisiologisnya dengan

adanya kutikula pada daun sebagai pengganti

stomata yang berfungsi sebagai tempat difusi

dan osmosis O2 dan CO2. Berfungsi sebagai indikator pencemaran air dan

sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.

6. Lamun sendok, Halophila ovalis. Dinamakan lamun sendok karena bentuk

daunnya yang oval menyerupai sendok sebagai bentuk adaptasinya karena

hanya hidup di daerah yang tidak terlalu dalam sehingga mudah memperoleh

cahaya matahari. Mempunyai batang yang menjalar dibawah pasir (rhizoma)

dimana batangnya mempunyai nodus dan buku yang berfungsi agar tanaman

tidak mudah terbawa arus. Tiap ruas pada rhizomanya mterdapat akar serabut

agar melekat pada substrat berpasir. Mempunyaidaun penumpu untuk

melindungi batang dan daun yang baru tumbuh. Merupakan lamun perintis

karena tumbuh di zona pasir dan sekitarnya

dengan jarak sekitar 10 m dari bibir pantai.

Adaptasi fisiologisnya dengan adanya kutikula

pada daun sebagai pengganti stomata yang

berfungsi sebagai tempat difusi dan osmosis O2

dan CO2. Berfungsi sebagai indikator

pencemaran air dan sebagai produsen dalam

rantai makanan di perairan.

7. Halodule uninervis. Lamun ini mempunyai ujung daun yang berbentuk trisula

dan terbagi 3. Mempunyai tulang daun yang jelas. Ujung daunnya bersisik Mempunyai
batang yang menjalar dibawah pasir (rhizoma) dimana batangnya
mempunyai nodus dan buku yang berfungsi agar tanaman tidak mudah

terbawa arus. Tiap ruas pada rhizomanya mterdapat akar serabut agar melekat

pada substrat berpasir. Adaptasi fisiologisnya dengan adanya kutikula pada

daun sebagai pengganti stomata yang berfungsi sebagai tempat difusi dan

osmosis O2 dan CO2. Mempunyai daun yang panjang ebagai bentuk

adaptasinya untuk tetap memperoleh cahaya matahari. Berfungsi sebagai

indikator pencemaran air dan sebagai produsen dalam rantai makanan di

perairan.

B.Makroalgae

Pada pengamatan terhadap spesies makroalga, ditemukan 15 spesies di

Pulau Barrang Lompo, diantaranya:

1. Padina sp. Spesies ini berwarna coklat karena memiliki pigmen fikosantin.

Mempunyai garis-garis pertumbuhan pada daun semunya. Tallusnya berupa

helaian-helaian tipis. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat

melekat pada substrat pasir maupun karang yang bersifat massive (padat).

Peranannya sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.

2. Sargassum cristaefolium. Spesies ini berwarna coklat karena memiliki pigmen

fikosantin. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat). Pada daun semunya mempunyai

bintik-bintik hitam. Hidup di daerah lamun dan karang. Peranannya sebagai

produsen dalam rantai makanan di perairan. Memiliki bludder (gelembung

udara) yang terletak di sekitar daun semu yang membantunya agar tetap

berdiri ataupun mengapung di perairan.

3. Turbinaria decurens. Spesies ini berwarna coklat karena memiliki pigmen


fikosantin. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat). Ciri khas pada bentuk daun

semunya yang berbentuk segitiga dimana pinggiran daunnya berduri sebgai

perlindungan dari mangsa. Bentuk daunnya yang berkumpul yang bertujuan

agar tidak mudah terlepas dari substratnya. Peranannya sebagai produsen

dalam rantai makanan di perairan.

4. Turbinaria ornata. Spesies ini berwarna coklat karena memiliki pigmen

fikosantin. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat). Daun semunya berbentuk bulat

tidak beraturan, dengan tepi daun yang bergerigi agar terhindar dari

pemangsa.Memiliki bludder (gelembung udara) yang terletak di sekitar daun

semu yang membantunya agar tetap berdiri ataupun mengapung di perairan.

P5. Turbinaria triquetra. Spesies ini berwarna coklat karena memiliki pigmen

fikosantin. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat). Daun semunya berbentuk

segitiga melengkug dan agak keras. Peranannya sebagai produsen dalam rantai

makanan di perairan.

6. Laurencia optusa. Spesies ini berwarna merah karena memiliki pigmen

fikoeretrin. Mempunyai cakram (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat). Habitatnya di daerah lamun dan

karang. Tallusnya bercabang-cabang dimana setiap ujungnya terdapat bulatan

bulatan. Hidup secara berkelompok untuk menghindari hantaman arus.

Peranannya sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.

7. Halymenia durvillaei. Spesies ini berwarna merah karena memiliki pigmen

fikoeretrin. Mempunyai cakram (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada


substrat karang yang bersifat massive (padat). Habitatnya di daerah lamun dan

karang. Tubuhnya hanya berupa tallus. Memiliki senyawa alginate yang bias

digunakan sebagai bahan kosmetik. Peranannya sebagai produsen dalam rantai

makanan di perairan dan dapat digunakan dalam pembuatan agar-agar. eranannya


sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.

8. Actinotricia pragilis. Spesies ini berwarna merah karena memiliki pigmen

fikoeretrin. Mempunyai cakram (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat karang yang bersifat massive (padat)ataupun pasir. Habitatnya di

daerah lamun dan karang. Percabangannya betingkat yakni satu cabang akan

menghasilkan dua cabang yang baru dan seterusnya. Peranannya sebagai

produsen dalam rantai makanan dan tempat pemijahan ikan di perairan.

9. Caulerpa serrulata. Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil a dan

b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada substrat

pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang. Pada ujung daun semunya

berwarna orange dan bercabang. Mempunyai batang menjalar (rhizoma)

sebagai tempat melekatnya daun semu (filoid). Pinggiran daunnya bergerigi.

Peranannya sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.

10. Halimeda macroloba. Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil a

dan b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang. Dapat mendepositkan

senyawa CaCO3 di daunnya sehingga strukturnya agak keras dan berfungsi

sebagai perlindungan. Daun semunya berupa fragmen-fragmen yang

berukuran besar dan bercabang-cabang. Reproduksinya dengan membentuk

tallus baru dengan percabangan dua dan tumbuh terus ke atas. Peranannya

sebagai produsen dalam rantai makanan di perairan.


11. Halimeda opuntia. Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil a dan

b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada substrat

pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang.Daun semunya berupa fragmen

fragmen yang berukuran kecil, bercabang-cabang dan tidak beraturan. Dapat

mendepositkan senyawa CaCO3 di daunnya sehingga strukturnya agak keras

dan berfungsi sebagai perlindungan. Peranannya sebagai produsen dalam

rantai makanan di perairan.

12. Chlorodesmis fastgiata. Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil a

dan b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang. Bentuk daunnya sangat

halus sehingga tampak seperti lumut. Merupakan laga primitif karena

bentuknya hanya seperti benang. Peranannya sebagai produsen dalam rantai

makanan di perairan.

13. Ceratodyction spongiosum.Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil

a dan b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang. Merupakan alga yang

berbentuk seperti spons karena merupakan peralihan dari spons. Mempunyai

ujung yang bercabang dua. Teksturnya keras karena mampu mendepositkan

zat kapur di laut. Bersimbiosis dengan spons. Peranannya sebagai produsen

dalam rantai makanan di perairan.

14. Boergesenia forbessi. Spesies ini berwarna hijau karena memiliki klorofil a

dan b. Mempunyai holdfast (alat pelekat) sehingga dapat melekat pada

substrat pasir. Habitatnya di daerah lamun dan karang. Berbentuk gada/ bulir

yang berisi air dan udara. Melekat pada dasar karang agar terlindungi dari arus

karena bentuknya yang lunak. Mempunyai tallus yang berwarna hijau cerah.
Reproduksinya dengan konjugasi. Peranannya sebagai produsen dalam rantai

makanan di perairan.

C.Echinodermata

Pada pengamatan terhadap spesies echinodermata, ditemukan 12 spesies di

Pulau Barrang Lompo, diantaranya:

1. Ophiurix sp. Spesies ini disebut pula bintang ular karena memiliki lengan

yang panjang meyerupai ular sehingga termasuk kelas Ophiurotidae. Jumlah

legannya 5-6. Hidup di sela-sela karang. Pada lengannya terdapat duri. Anus

dan madreporitnya (saluran air) terdapat pada bagian bawah dari tubuhnya.

Reproduksinya dengan frgmentasi, dimana jika salah satu lengannya patah

atau terpotong, maka lengan tersebut akan berkembang menjadi individu baru.

Bergerak dengan menggunakan kaki tabung dimana mekanismenya yakni air

masuk ke madreporit (saluran air) menuju saluran batu, ke saluran cincin, lalu

ke saluran radial, menuju saluran ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya

sebagai konsumen pada ekosistem perairan.

2. Archaster typicus. Spesies ini banyak ditemukan pada daerah berpasir karena

mampu beradaptasi dengan warna tubuhnya yang menyerupai warna pasir.

Pada lengannya terdapat duri. Anus dan madreporitnya (saluran air) terdapat

pada bagian bawah dari tubuhnya. Reproduksinya dengan frgmentasi, dimana

jika salah satu lengannya patah atau terpotong, maka lengan tersebut akan

berkembang menjadi individu baru. Bergerak dengan menggunakan kaki

tabung dimana mekanismenya yakni air masuk ke madreporit (saluran air) menuju
saluran batu, ke saluran cincin, lalu ke saluran radial, menuju saluran

ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem


perairan.

3. Protoreaster spinosus. Mempunyai lengan yang menyerupai bintang dimana

disepanjang lengannya terdapat tonjolan yang tajam. Permukaan tubunya

kasar. Habitatnya di daerah karang dan lamun. Reproduksinya dengan

frgmentasi, dimana jika salah satu lengannya patah atau terpotong, maka

lengan tersebut akan berkembang menjadi individu baru. Bergerak dengan

menggunakan kaki tabung dimana mekanismenya yakni air masuk ke

madreporit (saluran air) menuju saluran batu, ke saluran cincin, lalu ke saluran

radial, menuju saluran ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya sebagai

konsumen pada ekosistem perairan.

4. Protoreaster nodusus. Mempunyai lengan yang menyerupai bintang dimana

disepanjang lengannya terdapat tonjolan yang tumpul. Tonjolan ini awalnya

meruncing dan tajam, namun patah akibat benturan dan pergerakan spesies ini

sehingga menjadi tumpul. Permukaan tubunya kasar. Habitatnya di daerah

karang dan lamun. Reproduksinya dengan frgmentasi, dimana jika salah satu

lengannya patah atau terpotong, maka lengan tersebut akan berkembang menuju saluran
batu, ke saluran cincin, lalu ke saluran radial, menuju saluran

ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem

perairan.

menjadi individu baru. Bergerak dengan menggunakan kaki tabung dimana

mekanismenya yakni air masuk ke madreporit (saluran air) menuju saluran

batu, ke saluran cincin, lalu ke saluran radial, menuju saluran ampula hingga

ke kaki tabung. Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem perairan.

5. Bintang laut bantal Culcita novaeguinea. Dinamakan bintang laut bantal

karena bentuknya yang menggembung dan membesar menyerupai bantal.


Bergerak dengan menggunakan kaki tabung dimana mekanismenya yakni air

masuk ke madreporit (saluran air) menuju saluran batu, ke saluran cincin, lalu

ke saluran radial, menuju saluran ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya

sebagai konsumen pada ekosistem perairan. Habitatnya di daerah karang dan

lamun. Anus dan madreporitnya (saluran air) terdapat pada bagian bawah dari

tubuhnya.

6. Linckia laevigata. Spesies ini mempunyai lengan yang fleksibel, memanjang

dan kecil. Permukaan tubuhnya kasar. Habitatnya di daerah karang dan lamun.

Pada lengannya terdapat duri. Anus dan madreporitnya (saluran air) terdapat

pada bagian bawah dari tubuhnya. Biasanya memiliki warna tubuh yang cerah.

Reproduksinya dengan frgmentasi, dimana jika salah satu lengannya patah

atau terpotong, maka lengan tersebut akan berkembang menjadi individu baru.

Bergerak dengan menggunakan kaki tabung dimana mekanismenya yakni air masuk ke
madreporit (saluran air) menuju saluran batu, ke saluran cincin, lalu

ke saluran radial, menuju saluran ampula hingga ke kaki tabung. Peranannya

sebagai konsumen pada ekosistem perairan.

7. Bintang laut seribu Archantaster planci. Dinamakan bintang laut seribu

dikarenakan pada lengannya terdapat duri-duri yang tebal dengan ukuran 2-4

cm dan panjang yang menyerupai kaki seribu. Jumlah lengannya 13-21.

Bentuk tubuhnya pipih dan melebar. Hidup pada daerah karang karena

makanan utamanya yakni karang. Mempunyai variasi warna tergantung

lokasinya. Reproduksinya dengan frgmentasi, dimana jika salah satu

lengannya patah atau terpotong, maka lengan tersebut akan berkembang

menjadi individu baru. Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem

perairan.
8. Landak laut Diadema setosum. Dinamakan landak laut karena mempunyai

duri yang panjang dan berwarna hitam yang menyerupai duri pada landak.

Bentuk tubuhnya bulat pipih. Saluran genital, anus dan madreporitnya terdapat

pada bagian atas (aboral). Durinya mempunyai kandungan CaC03 yang tidak

keras dan mudah larut dalam darah apabila tertusuk. Hidupnya berkoloni

uSistem pencernaannya dengan system lentera aristoteles, dimana makanan

masuk ke mulut, diteruskan ke lentera aristoteles, lalu ke usus dan dikeluarkan

melaui anus.Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem perairan.

9. Echinometra mathei. Duri pada spesies ini berwarna kekuningan, tebal dan

lebih pendek. Bentuk tubuhnya agak oval. Hidup di daerah lamun dan di sela

sela karang. Saluran genital, anus dan madreporitnya terdapat pada bagian atas

(aboral). Durinya mempunyai kandungan CaC03 yang tidak keras dan mudah

larut dalam darah apabila tertusuk. Hidupnya berkoloni untuk memudahkan

pada saat kawin dan mengurangi pergerakan akibat arus. Sistem

pencernaannya dengan system lentera aristoteles, dimana makanan masuk ke

mulut, diteruskan ke lentera aristoteles, lalu ke usus dan dikeluarkan melaui

anus.Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem perairan.

10. Mesphilia globulus. Spesies ini mempunyai duri yang lebih halus dan

berukuran lebih kecil. Garis-garis konsentris pada tubuhnya terlihat sangat

jelas. Saluran genital, anus dan madreporitnya terdapat pada bagian atas

(aboral). Sistem pencernaannya dengan system lentera aristoteles, dimana

makanan masuk ke mulut, diteruskan ke lentera aristoteles, lalu ke usus dan

dikeluarkan melaui anus.Peranannya sebagai konsumen pada ekosistem

p11. Echinotrix calamaris. Spesies ini mempunyai duri yang memanjang dan

berwarna belang hitam dan biasanya mengandung racun. Ukuran tubuhnya


kecil dan bentuknya membulat. Saluran genital, anus dan madreporitnya

terdapat pada bagian atas (aboral). Sistem pencernaannya dengan sistem

lentera aristoteles, dimana makanan masuk ke mulut, diteruskan ke lentera

aristoteles, lalu ke usus dan dikeluarkan melaui anus. Peranannya sebagai

konsumen pada ekosistem perairan.

D.Karang

Pada pengamatan terhadap spesies karang, ditemukan beberapa spesies di

Pulau Barrang Lompo, diantaranya:

1. Pocilophora sp. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang disebut

knidoblast. Merupakan kelompok hewan yang mempunyai bentuk medusa dan

berbentuk seperti jambangan bunga. Merupakan karang acropora karena

mempunyai radial koralit dan axial koralit. Polipnya bersimbiosis mutualisme

dengan zooxanthellae sehingga member warna pada karang-karang dan dapat

mendepositkan zat kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3) berfungsi untuk

melindungi polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan koralitnya yaitu placoid

(tiap koralit memiliki dinding masing-masing dan dipisahkan oleh konestium).


erairanntuk memudahkan pada saat kawin dan mengurangi pergerakan akibat arus.

Tipe pertumbuhan koloninya yaitu submassive (percabangan bentuk gada/

lempeng dan kokoh).

2. Pachysetis rugosa. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang disebut

knidoblast. Merupakan kelompok hewan yang mempunyai bentuk medusa dan

berbentuk seperti jambangan bunga. Merupakan karang non acropora karena

hanya mempunyai radial koralit dan tidak memiliki axial koralit. Polipnya

bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae sehingga member warna pada


karang-karang dan dapat mendepositkan zat kapur. Tersusun atas zat kapur

(CaCO3) berfungsi untuk melindungi polip dari mangsanya. Tipe

pertumbuhan koralitnya yaitu meandroid (koloni) mempunyai koralit yang

membentuk lembah dan koralit disatukan oleh dinding-dinding yang saling

menyatu dan membentuk alur-alur seperti sungai). Tipe pertumbuhan

koloninya yakni foliose (berbentuk lembaran yang berukuran kecil hingga

sedang.

3. Vavia sp. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang disebut knidoblast.

Merupakan kelompok hewan yang mempunyai bentuk medusa dan berbentuk

seperti jambangan bunga. Merupakan karang non acropora karena hanya

mempunyai radial koralit dan tidak memiliki axial koralit. Polipnya

bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae sehingga member warna pada karang-


karang dan dapat mendepositkan zat kapur. Tersusun atas zat kapur

(CaCO3) berfungsi untuk melindungi polip dari mangsanya. Tipe

pertumbuhan koralitnya yaitu cerioid (dinding koralitsaling menyatu dan

membentuk permukaan yang datar). Tipe pertumbuhan koloninya massive

(padat dan berbentuk seperti bongkahan batu).

4. Acropora carvicornis. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang disebut

knidoblast. Merupakan kelompok hewan yang mempunyai bentuk medusa dan

berbentuk seperti jambangan bunga. Merupakan karang acropora karena

mempunyai radial koralit dan memiliki axial koralit. Polipnya bersimbiosis

mutualisme dengan zooxanthellae sehingga member warna pada karang

karang dan dapat mendepositkan zat kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3)

berfungsi untuk melindungi polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan

koralitnya yaitu placoid (tiap koralit memiliki dinding masing-masing dan


dipisahkan oleh konestium). Tipe pertumbuhan koloninya yakni branching

(berbentuk bercabang seperti ranting pohon).

E.Sponge

Pada pengamatan terhadap spesies sponge, ditemukan 4 spesies di Pulau

Barrang Lompo, diantaranya:

1. Calyspongia aerizusa. Mempunyai tubuh yang berpori dan tersusun atas

serabut-serabut sponging/ spons. Tubuhnya terdiri atas dua lapiasan

(diploblastik) dimana lapisan luarnya berupa prokariot dan lapisan dalamnya

koanosit. Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan metabolit

sekunder yang membuat hewan ini cenderung dihindari oleh kebanyakan

hewan pemangsa. Mempunyai duri-duri (spina) diseluruh tubuhnya sebagai

bentuk perlindungan diri. Reproduksi aseksual secara pertunasan, sedangkan

seksual dengan sponning yang dilakukan secara seksual.

2. Xtetospongia testudinata. Mempunyai tubuh yang berpori dan tersusun atas

serabut-serabut sponging/ spons. Tubuhnya terdiri atas dua lapiasan

(diploblastik) dimana lapisan luarnya berupa prokariot dan lapisan dalamnya

koanosit. Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan metabolit

sekunder yang membuat hewan ini cenderung dihindari oleh kebanyakan

hewan pemangsa. Makanan masuk melalui

ostium kemudian menuju spongocoel lalu

dikeluarkan melalui osculum. Sistem

eksresinya diedarkan dari internal tubuhnya

oleh amubosit yang berfungsi sebagai

transport zat-zat makanan. Hidup secara


heterotrof dan memakan plankton dengan

system filter fider (penyaringan).

3. Xtetospongia sp. Mempunyai tubuh yang berpori dan tersusun atas serabut

serabut sponging/ spons. Tubuhnya terdiri atas dua lapiasan (diploblastik)

dimana lapisan luarnya berupa prokariot dan lapisan dalamnya koanosit.

Makanan masuk melalui ostium kemudian menuju spongocoel lalu

dikeluarkan melalui osculum. Sistem eksresinya diedarkan dari internal

tubuhnya oleh amubosit yang berfungsi sebagai transport zat-zat makanan.

Hidup secara heterotrof dan memakan plankton dengan system filter fider

(penyaringan). Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan

metabolit sekunder yang membuat hewan ini cenderung dihindari oleh

kebanyakan hewan pemangsa. Mempunyai daya regenerasi yang tinggi.

Tubuhnya berwarna coklat.

4. Haliclona sp. Mempunyai tubuh yang berpori dan tersusun atas serabut

serabut sponging/ spons. Tubuhnya terdiri atas dua lapiasan (diploblastik)

dimana lapisan luarnya berupa prokariot dan lapisan dalamnya koanosit.

Makanan masuk melalui ostium kemudian menuju spongocoel lalu

dikeluarkan melalui osculum. Sistem eksresinya diedarkan dari internal

tubuhnya oleh amubosit yang berfungsi sebagai transport zat-zat makanan.

Hidup secara heterotrof dan memakan plankton dengan system filter fider

(penyaringan). Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan

metabolit sekunder yang membuat hewan ini cenderung dihindari oleh

kebanyakan hewan pemangsa.

F.Cephalopoda
Pada pengamatan terhadap spesies cephalopoda, ditemukan hanya satu

spesies di Pulau Barrang Lompo, yakni cumi cumi Loligo sp. Permukaan tubuh

cumi-cumi mempunyai banyak pigmen warna yang dinamakan kromatofor.

Pigmennya berubah-ubah sesuai dengan lingkungan sekitarnya saat berkamuflase.

Mempunyai cangkang dalam yang tersusun dari zat kitin sehingga strukturnya

lunak.Mempunyai 10 jerait pada kepalanya, dimana terdapat 2 jerait panjang dan

8 jerait pendek.Pada jeraitnya terdapat sucker/ mangkuk penghisap merekat

mangsanya agar mudah dimakan.Sirip lateralnya terdapat pada seluruh bagian

samping dari tubuhnya. Mempunyai siphon sebagai tempat keluarnya tinta.

Mempunyai kantung yang berisi tinta hitam yang dapat digunakan untuk

mengelabui predator lain jika merasa terancam.

Matanya berkembang dengan baik sehingga dapat melihat objek lebih

baik.Tubuhnya tersusun dari 70-80% air. Habitatnya di perairan dalam. Pada

spesies jantan, salah satu lengannya mengalami modifikasi menjadi hektokotilus

sebagai alat untuk mentransfer kapsul sperma dan berubah warna ketika saling

kawin. Telur-telur dari cumi-cumi terbungkus oleh suatu selubung yang berbentuk

seperti kapsul panjang yang transparan. Ketika telur keluar dari tubuh induk, maka

akan terkumpul dalam satu daerah di dasar laut dan kemudian berkembang

menjadi individu baru.


BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah tentang biologi laut ini adalah Biologi laut yaitu ilmu
pengetahuan tentang kehidupan biota laut,

berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis

biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya

luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota di laut barangkali

hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat
yang nantinya akan kami perjelas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/biologi/article/view/1068

http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/kelautan/article/view/1387

http:// www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFBb

http://unila.ac.id.com

https;//books.google.co.id.books

http://ilmukelautan.com

http://www.chea.org/chronicle/v/oi.1/no/indeks.

Anda mungkin juga menyukai