Anda di halaman 1dari 26

Definisi

Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah suatu kelumpuhan yang sifatnya mendadak dan
layuh, biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan, otot bisa mengecil,
reflek fisiologis dan refleks patologis negative (Widoyono, 2008).
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem
saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah
umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan
sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali
sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi
pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil
dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut
disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang
belakang dan intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis
atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan.
Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
· Tipe I Brunhilde
· Tipe II Lansing dan
· Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-kadang
menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah
bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).

Tanda Gejala
Tanda gejala polio terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a) Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya
tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

b) Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan gejala ini
berlangsung beberapa hari.

c) Poliomyelitis non paralitik


Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul beberapa
hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam fase
kedua dengan demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,tulang tubuh
dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
1. demam sedang
2. sakit kepala
3. kaku kuduk
4. muntah
5. diare
6. kelelahan yang luar biasa
7. rewel
8. nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. kejang dan nyeri otot
10. nyeri leher
11. nyeri leher bagian depan
12. kaku kuduk
13. nyeri punggung
14. nyeri tungkai (otot betis)
15. ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
16. kekakuan otot.
d) Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala
abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan
timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada
ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis anterior,peronius.sedangkan pada
ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.
Poliomielitis paralitik
1. demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
2. sakit kepala
3. kaku kuduk dan punggung
4. kelemahan otot asimetrik
5. onsetnya cepat
6. segera berkembang menjadi kelumpuhan
7. lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
8. perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
9. peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
10. sulit untuk memulai proses berkemih
11. sembelit
12. perut kembung
13. gangguan menelan
14. nyeri otot
15. kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
16. ngiler
17. gangguan pernafasan
18. rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
19. refleks Babinski positif.

Klasifikasi
1.Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut,
lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika
disentuh.
2.Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang
menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam.
Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda- tanda lain, seperti: sakit
kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:
Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan
sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan padabatang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering
ditemukan terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap
olehkapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang
saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem
saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus
dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusatdapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut,
disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita
kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi
pada kedua lengan dantungkai.

Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan
saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan
otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf
otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban
dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi
perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-
paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian
udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian. Tingkat kematian karena polio bulbar

Epidemologi
Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak
balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat
pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi 139
kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214
dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi
kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio
merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti
Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarangdan Medan Epidemi
terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa
gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan
sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.
Terjadinya wabah polio biasanya akibat:
a.Sanitasi yang jelek
b.Padatnya jumlah penduduk
c.Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.Pengadaan air ber`sih yang kurang

Penularan dapat melalui:


a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat.
Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan dilakukan pula
tindakan bedah seperti tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan.
Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan
,Namun data epidemiologi yang sukar didapat.Dalam salah satu symposium imunisasi
dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000
kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya
program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.
Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh komplikasi
berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya
kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10%
yang memberikan gejala poliomyelitis.

Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron
yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringansekali dapat terjadi penyembuhan fungsi
neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbulgejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis
ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial sertaformasio
retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang
nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik

Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairanserebrospinal dan isolasi
virus polio.
Pemeriksaan Lab lainnya :
a. Pemeriksaan darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiologi
Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis aboratif
- Diberikan analgetik dan sedative
- Diet adekuat
- Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti aborif
b. Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama
15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterapi
e. Akupuntur
f. Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada
telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu sehingga
dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih
rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
a. Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan
setelah 2 hari demam hilang.
Diagnostik Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena
penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah
diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari
seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut
menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah
virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika
pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut
terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat
menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatanjumlah
sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan
protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).

Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagikarena
ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yangbiasanya digunakan
untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan
memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot
yang sakit.
1. Poliomielitis abortif
a. Diberikan analgesic dan sedative
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegahaktivitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksaneuroskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti abortif
b. Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengankompres hangat
selama 15-30 menit, setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterafi
e. Akupuntur
f. Interferon

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain :
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin diakibatkan erosi
usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen
(dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju kesembuhan setelah serangan
penyakit/ masa penyembuhan), menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu , biasanya pada
stdium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medula.
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di tempat
tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi
otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan)
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari tulang/ gigi)
akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan
pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu tungkai lebih
pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek
mengalami antropi otot.
h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan kelumpuhan
sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.
Prognosis
Pasien dengan penyakit minor dan jenis nonparalitik dapat sembuh total,dan
kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali sembuh total. Kurang dari
25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup cacat.Meskipun Anda dapat sembuh
sepenuhnya dari gejala polio, polio meninggalkan beberapa kerusakan.
Seiring pertambahan usia, sistem saraf Andamungkin menjadi kurang mampu
mengkompensasi kerusakan yang disebabkanpolio, sehingga gejala secara bertahap dapat muncul
kembali. Hal ini dapat terjadi15 atau 30 tahun setelah infeksi polio aktif. Gejala berulang dari
polio yangdisebut post-polio syndrome.

Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan
dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
1. fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal
dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
2. oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat
lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada
keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-
tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan
suhu dan adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air
permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus
polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan
yang terbatas secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC
faecese beberapa minggu.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
 Identitas Pasien
Nama Pasien :
No. RM :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Suku :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :

Penanggung Jawab
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan Pasien :
No. Telepon :
b. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
* Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut dan
pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat
tidur.

- Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada telapak
kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
- Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki
menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.
* Anak besar
- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak
bisa melakukannya.
- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.
- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.
Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat
pada tungkainya.
- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
c. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu (38,9 °C)
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalamikelumpuhan, pasien
tidak mampu berdiri dan berjalan
d. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Viral Isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di peroleh pada
tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan
12 minggu setelah gejala klinis.

b. Uji Serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika pada
darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis orang tersebut terkena polio benar.
Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antibodi
immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan hasil yang positif.

c. Cerebrospinal Fluid (CSF)


Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar protein sebanyak
40-50 mg/100 ml (Paul,2004).

2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang sedang
tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis dan rongga
medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise, subluksasio dan dislokasi
dari sendi.

e. Diagnosa
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
d. Intervensi
Dx 1 :
1. Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak
2 Berikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang

3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.


4. Timbang berat badan
Mengetahui perkembangan anak
5. Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Berikan makanan tapi sering
Mempermudah proses pencernaan

Dx 2 :
1. Pantau suhu tubuh
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
Dapat membantu mengurangi demam

Dx 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas
Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri
dan dapat lebih di toleransi

2. Libatka orang tua dalam memilih strategi


Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang
diperlukan
5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

Dx 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

Dx 6 :
1 Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang,
parah).
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya.
Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.

Asuhan Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan Pola Fungsional Gordon :


 PENGKAJIAN
1.Identitas
a.Id en ti tas Pasi en
Nama : An. W
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
Agama : Islam
Tgl MRS : 7/6/2012
Jam MRS : 16.00 WIB
Diagnosa : Poliomyelitis

b. Identitas Penanggung Jawab :


Nama : Tn. P
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg klien : ayah klien

2.Riw ayat Keseh atan Kep erawatan


1. Keluhan Utama :
pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Kakak pasien menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan
gejala awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu
berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-).

3. Riwayat Penyakit sebelumnya :

Riwayat Tumbuh Kembang anak :


- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat
lahir, Polio oral belum pernah diberikan
- Status Gizi : Baik Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. W
mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan
dari orang tua sendiri.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga:


- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. W dalam merawat
klien.
- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area pemukiman
kumuh.
- Kultur dan kepercayaan : -
- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)


1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Kakak pasien tampak merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin
poliosejak kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu karena cobaan Tuhan.

2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : n o r m a l .
Selama sakit :nafsu makan berkurang.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : 1 0 j a m s e h a r i , 2 j a m t i d u r s i a n g d a n 8 j a m t i d u r
malam.

Selama sakit : sering terbangun.

6) Sensori, Persepsi dan Kognitif


-
7) Konsep diri
- klien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien masih berusia 3tahun.
8) Sexual dan Reproduksi
-Klien belum berkeluarga

9) Pola Peran Hubungan


Sebelum sakit : Interaksi dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik.
Selama sakit : pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan lingkungan.
Aktivitas meningkat, tetapi terganggu.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : klien belum mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya karena klien
masih balita, klien dibantu dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.

Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena keterbatasan aktivitas akibat
nyeri sendi.
4. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu 38,9°C


b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal

e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi


bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalamikelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri
dan berjalan

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
pada pemeriksaan sampel fesesditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan
serumditemukan adanya peningkatan antibody.

2. Pemeriksaan radiologi
b. Analisa Data
Nama kilen : An. W
Ruang Rawat : Rumah Sakit
Diagnosa medik : Poliomyelitis
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : pasien mengatakan lemas, mual muntah. - anoreksia - Perubahan n
DO : konstipasi -mual muntah

DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah -proses infeksi - hipertermi


diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c, adanya peningkatan
antibody
DS : kakak pasien mengatakan badan pasien Paralysis -gangguan mo
lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONA
KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan nutrisi anak
1. Kaji pola makan anak  Mengetah
dari kebutuhan tubuh b/d terpenuhi.Kriteria Hasil : 
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Untuk m
anoreksia, mual dan - Pasien memperlihatkan pemberian nutrisi output dan
muntah d/d peningkatan berat badan yang
3. Berikan makanan secara adekuat  Mencuku
DS : pasien mengatakan progresif 4. Berikan nutrisi kalori, protein,vitamin seimbang
lemas, mual muntah. - Nilai laboratorium pasien dan mineral  Mengetahu
DO : konstipasi (albumin, protein,
5. Timbang berat badan
 Menambah
elektrolit)menunjukkan nilai
6. Berikan makanan kesukaan anak
untuk maka
normal 7. Berikan makanan porsi sedikit tapi
 Memperm
- Mual muntah berkurang dan sering
nafsu makan bertambah.

2. Hipertermi b/d 
proses Tujuan suhu akan kembali Pantau suhu tubuh  Untuk
infeksi d/d normal dalam waktu 1x 24 tubuhyang
DS : - kakak pasien jam.  
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol Dapat me
mengatakan belum pernah Kriteria hasil :- Suhu normal saat mandi/kompres3.  Menguran
diimunisasi polio 36,5°C- 37,5°C  Dapat me

DO : demam, S: 38,9°c, - Nadi dan pernapasan dalam Hindari mengigil.4.
adanya peningkatan rentan normal (N= <
antibody 160x/ menit , RR= 30-40
 Kompres mandi hangat durasi 20-30
x/menit) menit.

3. Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Dalam waktu 3 x 24


1. Tentukan aktivitas  Memberik
b/d paralysis d/d jam, klien mampu
2. Catat dan terima keadaan untuk men
DS : kakak pasien melaksanakan aktivitasfisik kelemahan(kelelahan yang ada). perawatan
mengatakan badan pasien sesuai dengan
3. Indetifikasi 
factor-faktor Kelelahan
lemas disekujur tubuhnya, kemampuannya.Kriteria hasil : yangmempengaruhi kemampuan dapatmeng
tungkai kanan sulit - Klien dapat ikut serta dalam untuk aktif seperti 
pemasukan Memberik
digerakkan program latihan. makananyang tidak adekuat. untuk mem
DO : tidak mampu berdiri - Tidak terjadi kontraktur
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan untuk mem
dan berjalan, letargi sendi. mobilisasi secara aman meningkat
- Bertambahnya kekuatan otot.
5. Kolaborasi dengan fisioterapis
- Klien menunjukan tindakan  Latihan
untuk meningkatkan mobilitas meningkat
anak untuk

c. Diagnosa keperawatan sesuai perioritas


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah d/d
DS : pasien mengatakan lemas, mual muntah.
DO : konstipasi
2. Hipertermi b/d proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c, adanya peningkatan antibody
3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing Interventions


Classification (NIC). USA : Mosby

Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC

Suyitno, Hariyono. DKK. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Ed 3. Jakarta : Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai