Tugas 2 Januari 20
Tugas 2 Januari 20
Ditulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hidrologi TS 2144
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat kepada kita sekalian. Khususnya kepada penulis, sehingga laporan Tugas
Besar Hidrologi ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini ditujukan untuk
memenuhi persyaratan Ujian Akhir Semester.
1. Bapak K.R.A.P.H. Ronni I.S. Hadinagoro, Ir., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil.
2. Roni Farfian, ST., MPSDA.selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hidrologi.
3. Serta rekan-rekan mahasiswa dan yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
Indonesia termasuk Negara Agraris karena sebagian penduduknya bekerja di sektor
pertanian. Dengan keadaan alam yang subur curah hujan yang tinggi dan memiliki
dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, maka pertanian tepat
dikembangkan di negara ini. Oleh sebab itu, sektor pertanian di Indonesia akan
sangat penting bagi perkonomian bangsa Indonesia.
Kebutuhan utama akan air dalam segi pertanian maupun untuk air bersih merupakan
masalah utama dalam lingkunagan masyarakat saat ini, tetapi dengan cuaca serta
iklim yang berubah-ubah seiring dengan pemanasan global menyebabkan
ketersediaan air menjadi hal yang sangat diutamakan, sehingga dibutuhkan
beberapa bangunan hidrolik air baik berupa bendungan, waduk, serta bangunan-
bangunan pelengkap bendung.
Bendung merupakan salah satu alternatif dalam mensuplai kebutuhan air dari suatu
sungai. Dengan kondisi pertanian di Indonesia yang sangat membutuhan banyak air
menyebabkan harus dibuat suatu bendung sehingga didapatkan debit air yang
diinginkan.
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai atau sudetan sungai
untuk meninggikan muka air sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara
gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Oleh karena itu bendung merupakan salah
satu elemen yang terkait dalam pembangunan wilayah. Mengacu pada pentingnya
fungsi bendung dalam perencanaan suatu wilayah, diperlukan upaya untuk dapat
memahami permasalahan dan potensi yang terkandung dalam suatu sistem
bendung.
Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung gerak.
Bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu
yang dapat digerakan untuk mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan
bendung gerak adalah bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air
sampai pada ketinggian yang diperlukan agar dapat dialirkan ke saluran irigasi dan
petak tersier.
2.1 Sungai
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di atas permukaan
bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu
menuju ke bagian hilir dan ke muara (Junaidi, 2014). Menurut Putra (2014), sungai
dapat diartikan sebagai aliran terbuka dengan ukuran geometrik (tampak lintang,
profil memanjang dan kemiringan lembah) berubah seiring waktu, tergantung pada
debit, material dasar dan tebing, serta jumlah dan jenis sedimen yang terangkut oleh
air. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sungai
merupakan wadah atau alur alami maupun buatan yang didalamnya tidak hanya
menampung air akan tetapi juga mengalirkan mulai dari hulu menuju muara.
Menurut Junaidi (2014), proses terbentuknya sungai berasal dari mata air yang
mengalir di atas permukaan bumi. Proses selanjutnya aliran air akan bertambah
seiring dengan terjadinya hujan, karena limpasan air hujan yang tidak dapat diserap
bumi akan ikut mengalir ke dalam sungai. Perjalanan dari hulu menuju hilir, aliran
sungai secara berangsur-angsur menyatu dengan banyak sungai lainnya,
Penggabungan ini membuat tubuh sungai menjadi semakin besar. Peraturan
Pemerintah RI No. 38 tahun 2011, suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan disebut dengan daerah
aliran sungai (DAS).
No. 7 Tahun 2004 tentang SDA memaparkan bahwa DAS memiliki bagian yang
disebut dengan sub DAS yaitu yang menerima air hujan dan mengalirkannya
melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub-sub
DAS. Adapun pada sempadan sungai memiliki aturan untuk perlindungan kawasan
sungai dan sekitarnya sungai yang terdapat di kawasan sendiri dengan sempadan 5
– 10 meter berupa jalur hijau atau jalan inspeksi. Menurut Asdak (2007: 4), DAS
merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung
punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya kelaut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan
daerah tangkapan air (catchment area) yang merupakan suatu ekosistem yang unsur
utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya
manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.
Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang
ditinjau dari muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai
terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.
Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran
limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum
sepanjang sungai utama dari stasiun yang ditinjau (muara) ke titik terjauh dari batas
DAS (Triatmodjo, 2010).
DAS adalah suatu area dipermukaan bumi yang didalamnya terdapat sistem
pengaliran yang terdiri dari satu sungai utama (main stream) dan beberapa anak
cabangnya (tributaries), yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan
mengalirkan air melalui satu keluaran (outlet) (Soewarno, 1995).
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi. Luas
DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin besar
DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula
aliran permukaan atau debit sungai. (Triadmodjo, 2010).
Analisis hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang
mana debit banjir rencana akan berpengaruh besar terhadap besarnya debit
maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan dibangun. Pada studi ini, data
curah hujan harian akan dijadikan dasar perhitungan dalam menentukan debit banjir
rencana. Data hujan harian selanjutnya akan diolah menjadi data curah hujan
rencana, yang kemudian akan diolah menjadi debit banjir rencana. Data hujan
harian didapatkan dari beberapa stasiun hujan di sekitar lokasi sunngai, dimana
stasiun tersebut masuk dalam catchment area atau daerah pengaliran sungai.
Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data hujan. Data
yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data tersebar
yang terjadi selama satu tahun, yang diukur selama beberapa tahun (Bambang
Triatmodjo, 2008).
Hasil analisis frekuensi ini diperlukan untuk menentukan curah hujan dalam periode
ulang tertentu. Curah hujan ini akan digunakan untuk menghitung debit banjir untuk
data perencanaan hidrologi.
2.3.1.2 Dispersi
Nilai rerata (average) merupakan nilai yang cukup representatip dalam suatu
distribusi. Nilai rerata dapat digunakan untuk pengukuran suatu distribusi dan
mempunyai bentuk berikut ini :
2. 1
Dimana :
: Rerata
: Variabel random n n : Jumlah data
Tidak semua variat dari variabel hidrologi sama dengan nilai reratanya, tetapi ada
yang lebih besar atau lebih kecil. Besarnya derajat sebaran variat di sekitar nilai
reratanya disebut varian (variance) atau penyebaran (disperse). Penebaran data
dapat diukur dengan deviasi standar (standar deviation) dan varian. Standar deviasi
dapat dihitung dengan rumus :
2. 2
Koefisien varian adalah nilai perbandingan antara deviasi standard an nilai rerata,
yang mempunyai bentuk :
2.3
2. 4
2. 5
Penentuan jenis distribusi probabilitas yang sesuai dengan data dilakukan dengan
mencocokan parameter data tersebut dengan syarat masing-masing jenis distribusi
seperti pada tabel berikut :
Distribusi Persyaratan
Gumbel Cs = 1,14
Ck = 5,4
Normal ( ±s) = 68,27%
(x±2s) = 95,44 % Cs
0
Ck 3
Log Normal
+3
Log Pearson III Selain dari nilai diatas
1. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk
analisis frekuensi banjir. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
sebagai berikut :
2. 6
Dimana :
: Besarnya curah hujan yang diharapkan terjadi dalam periode ulang TR tahun
(dalam mm).
2. 7
Dimana :
: Simpangan baku (standar deviasi) dari data curah hujan
: Data curah hujan
2. 8
: Reduced variate
: Reduced mean
: Reduced standard deviation
Dari hasil perhitungan persamaan regresi tersebut kemudian diplot pada Gumbel
Probability Paper, dengan sebagai ordinat dan sebagai absis.
2. Distribusi Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal sering digunakan untuk menganalisis
frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit
rata-rata tahunan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai
berikut :
2. 9
2. 10
Dimana :
: Besarnya curah hujan yang terjadi dengan kata ulang T tahun
X : Rata-rata hitung variat
Sx : Standar deviasi
k : Faktor frekuensi (nilai variabel reduksi
Gauss)
2. 11
2. 12
2. 13
Dimana :
X : Nilai variat pengamatan
Slog X : Standar deviasi dari logaritma
n : Jumlah data
Log X : Logaritma rata-rata
k : Faktor frekuensi
1. Harga rata-rata
2. Standar deviasi
3. Koefisien kemencengan
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah
dengan mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
2. 14
2. 15
2. 16
2. 17
Dimana :
Cs : Koefisien kemencengan
k : Faktor frekuensi
n : Jumlah data
2.1 8
Dimana :
: Parameter Chi-Kuadrat terhitung
G : Jumlah sub-kelompok
Of : Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Ef : Frekuensi (banyak pengamatan) yang diharapkan sesuai dengan pembagian
kelasnya.
Nilai yang diperoleh harus lebih kecil dari nilai , untuk suatu derajat nyata
tertentu, yang sering diambil 5%. Derajat kebebasan dihitung dengan persamaan berikut :
Dimana :
DK : Derajat kebebasan
K : Banyaknya kelas
: Banyaknya keterikatan (banyaknya parameter), untuk uji Chi-Kuadrat adalah 2.
1. Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya. Dan tentukan besarnya peluang
dari masing-masing data tersebut.
2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya).
3. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
2.22
2.23
Yaitu :
:2 Pada daerah pengaliran biasa
: 1.5 Pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
:3 Pada bagian naik hidrograf cepat, turun lambat
: Satuan waktu dari curah hujan yang besarnya yaitu
2. 39
2.24
2.25
Dimana :
: Debit puncak banjir (m³/ dt)
C : Koefisien pengaliran
A : Luas daerah aliran sungai (m²)
: Hujan satuan, 1 mm
: Waktu puncak (jam)
: Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak menjadi
30% dari debit puncak (jam)
: Satuan waktu hujan
: Waktu konsentrasi (jam), ditentukan berdasarkan L
: Time Base
3. Menentukan keadaan kurva sebagai berikut :
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
Dimana :
Waktu dari titik berat excess rainfall ke peak flow unit Hydrograf
Dimana :
2.33
Jika > tR
2.34
2.35
Dimana :
2.36
2.37
2. 54
2.38
2.39
2.40
1. Time Lag ( )
2. Waktu puncak ( )
3. Waktu dasar ( )
2.41
Sedang untuk HSS ITB-2 rumusan time lag yang digunakan adalah :
2.42
Dimana :
2.43
2.44
Selanjutnya waktu dasar hidrograf satuan (Tb) didefinisikan sebagai berikut :
2.45
2.46
2. HSS ITB-2 memiliki persamaan bentuk dasar yang dinyatakan dengan dua
persamaan yaitu persamaan lengkung naik dan lengkung turun sebagai berikut :
- Lengkung Naik (0 t ):
2.47
- Lengkung Turun ( t > 1 s/d ):
2.48
Dengan :
Jika bentuk dasar hidrograf satuan diketahui dan harga waktu puncak Tp dan waktu
dasar Tb diketahui, maka debit puncak hidrograf satuan sintetis akibat tinggi hujan
satu satuan R = 1 mm yang jatuh selama durasi hujan satu satuan Tr = 1 jam, dapat
dihitung sebagai berikut :
2.49
Dengan :
AHSS = Luas HSS tak berdimensi yang dapat dihitung secara exact atau secara
numerik
2000 143.39
2001 133.67
2002 175.36
2003 135.63
2004 157.45
2005 113.33
2006 134.05
2007 140.3
2008 128.44
2009 138.9
Sumber : ARC-GIS
Setelah mendapatkan gambar daerah aliran sugai, dapat diketahui data – data
mengenai daerah aliran sungai tersebut. Didapat data daerah aliran sungai sebagai
berikut :
Sungai : Sinjan
Panjang Sungai : 65.700 Km
Luas DAS : 353.330 Km2
2000 143.39
2001 133.67
2002 175.36
2003 135.63
2004 157.45
2005 113.33
2006 134.05
2007 140.3
2008 128.44
2009 138.9
Pada perhitungan analisis frekuensi hujan digunakan empat statiun hujan untuk
menghitung hujan rencana,adapun data rekapitulasi yang di gunakan untuk
menghitung hujan rencana adalah sebagai berikut :
No. Tahun No. Urut Rmax (mm/hr) Rmax-urut (mm/hr) (Rmax - µ)2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2000 3 143.39 175.36 1246.655
2 2001 8 133.67 157.45 302.690
3 2002 1 175.36 143.39 11.142
4 2003 6 135.63 140.30 0.062
5 2004 2 157.45 138.90 1.327
6 2005 10 113.33 135.63 19.554
7 2006 7 134.05 134.05 36.024
8 2007 4 140.30 133.67 40.730
9 2008 9 128.44 128.44 134.839
10 2009 5 138.90 113.33 714.065
Jumlah Data N 10
Jumlah Nilai
∑Rmax 1400.520
Data
Koefisien Yn (Reduced
Yn 0.4952
Mean)
Contoh Perhitungan :
Jumlah data (N) = 10 data
∑Rmax = 1400.520 mm/hari
Nilai Rata-rata (µ) = 140.052 mm/hari
(6) = ((5) - µ )2
= (175.36 – 140.052)2
= 1246.655 mm/hari
∑(DATAmax - µ)2 = 2507.088 mm/hari
Standar deviasi (S) = 16.690
Sampel Yn Sn
10 0.4952 0.9496
11 0.4996 0.9676
12 0.5035 0.9833
13 0.5070 0.9971
14 0.5100 1.0095
15 0.5128 1.0206
Yn = 0,495
Sn = 0,949
Contoh Perhitungan :
Ytr = LN (LN(Tr 2 tahun/(Tr 2 tahun-1)))
= LN ( LN ( 2 / (2 - 1)))
= 0.37 mm
Rtr = µ + ((( Ytr – Yn ) / Sn) x S)
= 140.052 + ((( 0.37 – 0,495) / 0,949) x 16.690)
= 137.79 mm
1. Pengujian Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi
yang telah terpilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
a. Chi-Kuadrat Distribusi Gumbel
1) Jumlah Data
n = 10 data
2) Jumlah Kelas
G = 1 + 3.322 Log n
= 1 + 3.322 Log(10)
=4
3) Derajat Bebas (DK)
R =2
DK = G – ( R+1 )
= 4 - ( 2+1 )
= 1.00
4) Signifikan ( a, %)
a, % =5
5) D kritis
D kritis berdasarkan tabel 3.6 untuk uji chi-kuadrat di dapatkan 3.841
Batas kelompok
1 25% 4.00
2 50% 2.00
3 75% 1.33
4 100% 1.00
Periode Ulang
yt yn Sn Sx Xa Xt
T (tahun)
4.00 1.2459 0.4952 0.9496 16.69 140.05 153.25
2.00 0.3665 0.4952 0.9496 16.69 140.05 137.79
1.33 -0.3266 0.4952 0.9496 16.69 140.05 125.61
1.00 -1.9328 0.4952 0.9496 16.69 140.05 97.38
Contoh Perhitungan
Yt = Lon (-Lon( 4 -1 )/4)
= 1.2459
Yn = Yn Rtr gumbel
= 0.4952
Sn = Sn Rtr gumbel
= 0.9496
Sx = Standar Deviasi Rtr gumbel
= 16.69
Xa = µ Rtr gumbel
= 140.05
Xt = Xa+((( Yt – Yn ) / Sn) x Sx )
= 140.05+((( 1.2459– 0.4952) / 0.9496) x 16.69)
= 153.25
Contoh perhitungan
Probabilitas = 25% x 100
= 25
Ef = n/ G
= 10 / 4
=2.50
Nilai batas = > 153.25
Of =2
Ef – Of = 2.50 – 2
= 0.50
(Ef – Of)2/Ef = (0.50)/ 2.50
= 0.10
X2 = 0.10 + 0.10 + 0.90 + 1.90
=2
X2Cr = 2 x 3.841
= 7.682
3.3.4.1 Nakayasu
1. Karakteristik Daerah Aliran Sungai
a. Nama Sungai : Sungai Sinjan
b. Stasiun : Paloh
c. Luas DAS (A) : 353,330 Km2
d. Panjang Sungai Utama (L) : 65,7 Km
e. Tinggi Hujan Satuan : 1 mm
f. Durasi Hujan Satuan (Tr) : 1 Jam
2. Parameter hidrograf satuan sintetis :
a. Tg = 0,4 + 0,058 x L
= 0,4 + 0,058 x 353,330
= 4,3385 Jam
b. Tr = 0,75 x Tg
= 0,75 x 4,3385
= 3,2539 Jam
c. T0,8 = 0,8 x Tr
= 0,8 x 3,2539
= 2,6031 Jam
d. Waktu Puncak Tp
Tp = Tg + 0,8 x Tr
1
= 353,33 𝑥 1
3,6 𝑥 ( )
0,3 𝑥 6,9416+15,1848
= 5,684 m3/s
i. Volume HSS
= 350.876 m3
j. Tinggi Hujan
Volume HSS 350876
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝐴𝑆 353,330
= =
1000 1000
= 0,993 mm
Tinggi Hujan 0,993 < 1.05 dan 0,993 > 0.95 maka tinggi limpasan OK
900.0 0.0
Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu S. SINJAN 20.0
800.0
40.0
700.0
60.0
600.0
80.0
Q (m3/s)
500.0
R (mm)
Hujan
Efektif 100.0
400.0 (mm)
TR 2 120.0
300.0 TAHUN
140.0
200.0
160.0
100.0 180.0
0.0 200.0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72
T (Jam)
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis hidrologi pada Daerah aliran sungai dapat
disimpulkan sebagai berikut :
DAS yang digunakan merupakan DAS Sinjan, yang terletak di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis hidrologi pada Daerah aliran sungai dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari data curah hujan ekstrim yang didapat selama kurun waktu 10 tahun curah
hujan rata-rata sebesar 140,052 mm/hari. Kemudian di analisis frekuensi
menggunakan metode distribusi gumbel sehingga di dapatkan hujan rencana
periode ulang 2 – 100 tahun seperti pada tabel 4.1 berikut ini :