Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
LABORATORIUM TEKNOLOG
I FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2019/2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
DASAR TEORI
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Karena mempunyai luas
permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat
dicampur dengan air minum.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi
(pulvis). Serbuk oral tidak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti
antasida, laksansia, makanan diet dan beberapa jenis analgetik tertentu, pasien dapat
menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya
adalah serbuk gigi dan serbuk tabur, keduanya untuk pemakaian luar.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan
ujungnya tumpul tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus, misal
ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik sering
mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk mengetahui identitas
pabrik.
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume kapsul dan dikenal 8 macam ukuran
yang dinyatakan dalam nomor kode (000,00,0,1,2,3,4,5). 000 ialah ukuran terbesar dan
5 adalah ukuran terkecil. Umumnya ukuran 00 adalah ukuran terbesar yang dapat
diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk
memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar
tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal terssebut, perlu bagi kita untuk
mampu memilih ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil
yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam
rangka mempersiapkan resep dokter di apotik.
3
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 RESEP I
Dr. Suryo
CITO !!!
R/ Acetaminophen 0,25
Luminal 0,25
SL 0,1
m.f. pulv. dtd. No.VI
St.dd pulv I
4
3.5 PENGGOLONGAN OBAT
No Nama Bahan Golongan Obat Logo
1 Acetaminophen Bebas
2 Luminal Psikotropika
5
a.Acetaminophen = 250 mg x 6 = 1500 mg = 1,5 g
b.Luminal = 50 mg x 6 = 300 mg = 0,3 g
c.SL = 100 mg x 6 = 600 mg = 0,6 g
2. Tablet
a.Acetaminophen =
b.Luminal =
3.11 KIE
1.Nama pasien : Intan (10 tahun).
2.Indikasi : Demam disertai kejang.
6
3.Efek samping : Sakit kepala, pusing.
4.Aturan pakai : Diminum 3x sehari 1 bungkus sesudah makan.
5.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari cahaya.
7
3.1 RESEP II
“APOTEK UMKT”
Jl. Juanda No. 15 Samarinda
SIA : 15/VIII/DKK/2016
COPY RESEP
Nama Pasien : Fandi (23 thn/BB 58 kg)
Tgl. Resep : 21 Agustus’19
Tgl. Pembuatan : 21 Agustus’19
No. Resep :3
R/ Rifampisin 300 mg
INH 100 mg
Pyridoxin HCl 10 mg
Lactosum 100 mg
m.f pulv. Dtd. No. CXX
S. I. dd pulv I ac
det CV
p.c.c
8
3.4 KELENGKAPAN RESEP
1. Nama apoteker : Tidak ada
2. SIPA apoteker : Tidak ada
3. Nama dokter : Tidak ada
4. Alamat pasien : Tidak ada
5. Tanda tangan apoteker : Tidak ada
6. Cap stempel apotek : Tidak ada
3.5 PENGGOLONGAN OBAT
No Nama Bahan Golongan Obat Logo
1 Rifampisin Keras
2 INH Keras
9
a. Dosis Penyesuaian Umur
1xp =-
1xh =
b. Dosis Pemakaian
1 bungkus mengandung INH sebanyak 100 mg
1 x p = 1 x 100 mg = 100 mg
1 x h = 1 x 100 mg = 100 mg
c. DM %
1xp =-
1xh =
10
APOTEK AKASHI FARMA
Jl. Teuku Umar No. 56
Samarinda 75125 telp 089520188124
APA : Fadilla mubakkira,S.Farm,Apt.
NO.SIPA: 504/SIPA-15/dkk/ii/2016
No. 02 Smd: 7 Desember 2019
Fandi Bungkus TIDAK BOLEH
1 X Sehari 1 Tablet Antibiotik DIULANG TANPA
Kapsul Dihabiskan
Sebelum / Sesudah Makan
Semoga Lekas Sembuh
3.11 KIE
1. Nama pasien : Fandi (23 tahun/BB 58 kg).
2. Indikasi : Tuberculosis.
3. Efek samping : Urine berwarna merah.
4. Aturan pakai : Diminum 1x sehari 1 bungkus sebelum makan.
5. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya.
11
3.1 RESEP III
SIP : 899/DKK/V/Smd
Jl. Imam Bonjol 05 Samarinda
Samarinda, Feb 2019
Iter 2x
R/ Chlotrimeton 0,024
Pehacort 0,03
Sanmol 6
m.f. pulv. No.XII
St.dd pulv I
3 Sanmol Bebas
12
3.6 URAIAN BAHAN
1. Klorfeniramin maleat (FI Edisi III, 1979 hal. 153)
a. Sinonim : Chlorpheniramini maleas, Klorfeniramina maleat.
b. Khasiat : Antihistaminikum.
c. Pemerian: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit.
d. Kelarutan: Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P dan
dalam 10 bagian kloroform P, sukar larut dalam eter P.
2. Prednison (FI Edisi III, 1979 hal 512)
a. Sinonim : Prednisolonum, Prednisolon.
b. Khasiat : Adrenoglukokortikoidum.
c. Pemerian: Serbuk hablur, putih atau putih atau hampir putih, tidak berbau,
rasa pahit.
d. Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, dan dalam aseton P, sangat sukar larut dalam kloroform P, larut
dalam methanol P, dan dalam dioksan P.
3. Parasetamol (FI Edisi III, 1979 hal. 37)
a. Sinonim : Acetaminophenum, Acetaminofen, Paracetamol.
b. Khasiat : Analgetikum, antipiretikum.
c. Pemerian: Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit.
d. Kelarutan: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
3.7 PERHITUNGAN DOSIS
1. Klorfeniramin maleat : DM (sehari 40 mg)
a. Dosis Penyesuaian Umur
1xp =-
1xh =
b. Dosis Pemakaian
1 bungkus mengandung klorfeniramin maleat sebanyak .
1 x p = 1 x 2 mg = 2 mg
1 x h = 3 x 2 mg = 6 mg
c. DM%
1xp =-
1xh =
3.8 PENIMBANGAN BAHAN
1. Serbuk
a. Chlotrimeton = 24 mg = 0,024 g
Pengenceran serbuk chlotrimeton :
1.Chlotrimeton =
2.Sisa Pengenceran = 500 mg – 240 mg = 260 mg
b. Pehacort = 30 mg = 0,03 g
c. Sanmol = 6000 mg = 6 g
2. Tablet
a. Chlotrimeton =
b. Pehacort =
c. Sanmol =
3.9 CARA KERJA
13
1. Siapkan alat dan bahan. Distarakan timbangan.
2. Ambil bahan.
3. Masukkan chlotrimeton ke dalam mortar, kemudian gerus sampai halus.
4. Masukkan pehacort ke dalam mortar, kemudian gerus samoai homogen.
5. Masukkan sanmol ke dalam mortar, kemudian gerus sampai homogen.
6. Keluarkan sediaan dari mortar, siapkan 12 kertas perkamen, kemudian bagi
sediaan sebanyak 12 di atas kertas perkamen secara visual, lipat, bungkus
dengan rapi.
7. Masukkan sediaan ke dalam plastik klip, beri etiket putih dan label NI.
8. Serahkan kepada pasien beserta KIE.
3.10 PENANDAAN
1. Etiket
APOTEK AKASHI FARMA
Jl. Teuku Umar No. 56
Samarinda 75125 telp 089520188124
APA : fadilla mubakkira,S.Farm,Apt.
NO.SIPA: 504/SIPA-15/dkk/ii/2016
No. 03 Smd: 7 Desember 2019 TIDAK BOLEH
An. Susi (12 t Bungkus DIULANG TANPA
3 X Sehari 1 Tablet Alergi
Kapsul Radang
Sebelum / Sesudah Makan
Semoga Lekas Sembuh
2. Copy Resep
14
APOTEK AKASHI FARMA
Jl. Teuku Umar No. 56
Samarinda 75125 telp 089520188124
APA : fadilla mubakkira A,S.Farm,Apt.
NO.SIPA: 504/SIPA-15/dkk/ii/2016
COPY RESEP
No : 03
Nama Dokter : dr. Hadi S
Tgl. Penulisan Resep : 7 Desember 2019
Tgl. Pembuatan Resep: 7 Desember 2019
Nama Pasien : Susi
Umur Pasien : 12 Tahun
Alamat Pasien : Jl. Loa Bakung 25 Smd
Iter 2x
R/ Chlotrimeton 0,024 mg
Pehacort 0,03 mg
Sanmol 6 mg
m.f pulv. No. XII
S. t. dd pulv I
det orig
p.c.c
3.11 KIE
1. Nama pasien : Susi (12 Tahun).
2. Indikasi : Alergi disertai peradangan.
3. Efek samping : Mulut kering, menyebabkan rasa kantuk.
4. Aturan pakai : Diminum 3x sehari 1 bungkus sesudah makan.
5. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terhindari dari cahaya.
15
3.1 RESEP IV
DR. Candy lou
Pro : Angga
Alamat : Jl. Biawan 10 Smd
16
2 Bisolvon Bebas Terbatas
3 PCT Bebas
17
2. Klorfeniramin maleat: DM (sehari 40 mg)
a. Dosis Penyesuaian Umur
1xp =-
1xh =
b. Dosis Pemakaian
1 kapsul mengandung klorfeniramin maleat sebanyak 2 mg
1 x p = 1 x 2 mg = 2 mg
1 x h = 2 x 2 mg = 4 mg
c. DM %
1xp =-
1xh =
3.8 PENIMBANGAN BAHAN
1. Serbuk
a. Codein HCl = 15 mg x 10 = 150 mg = 0,15 g
b. Bisolvon = 1 mg x 10 = 10 mg = 0,01 g
Pengenceran Serbuk Bisolvon HCl
1.Bisolvon =
2.Sisa Pengenceran = 500 mg – 100 mg = 400 mg
c. PCT = 250 mg x 10 = 2500 mg = 2,5 g
d. Pehachlor= 2 mg x 10 = 20 mg = 0,02 g
Pengenceran serbuk Pehachlor
1.Pehachlor =
2.Sisa Pengenceran = 500 mg – 200 mg = 300 mg
2. Tablet
a. Codein Hcl =
b. Bisolvon =
Pengenceran Tablet Bisolvon
1) 1 tab Bisolvon + SL ad 500 mg
2) Bisolvon = 0,25 tab x 500 mg = 125 mg
3) Sisa Pengenceran = 500 mg – 125 mg = 375 mg
c. PCT =
d. Pehachlor =
18
9. Bagi sediaan sebanyak 10 di atas kertas perkamen secara visual, masukkan ke
dalam masing-masing cangkang kapsul, lalu tutup kapsul, pastikan sediaan
kapsul bersih dan tertutup rapat.
10. Masukkan sediaan kapsul ke dalam plastik klip, beri etiket putih dan label NI.
11. Serahkan kepada pasien beserta KIE
.
3.10 PENANDAAN (Etiket dan Label)
3.11 KIE
1. Nama pasien : Angga (15 tahun).
2. Indikasi : Batuk kering disertai alergi.
3. Efek samping : Mulut kering, menyebabkan rasa kantuk.
4. Aturan pakai : Diminum 2x sehari 1 kapsul sesudah makan.
5. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 RESEP I
Acetaminophen, luminal dan sl dalam bentuk serbuk memiliki bentuk yang
hablur karena itu dalam pengerjaannya harus digerus sampai benar-benar halus
agar pasien mudah menggunakannya. Dalam bentuk serbuk semua sediaan
berwarna putih maka perlu penambahan carmin secukupnya untuk mengetahui
homogenitasnya.
Cara pengerjaannya, yaitu siapkan alat dan bahan, distarakan timbangan.
Kemudian, ditimbangnya semua bahan atau ambil bahan jika menggunakan
sediaan tablet. Sebelum menggerus acetaminophen dan luminal, mortar terlebih
dahulu diberi sebagian sl untuk melapisi mortar digerus sampai halus, setelah itu
dimasukkan luminal ke dalam mortar karena jumlah dan besar tablet lebih kecil
daripada acetaminophen, setelah itu di gerus sampai homogen kemudian
dimasukkan acetaminophen dan sisa, kemudian digerus sampai homogen. Setelah
semuanya homogen liha warna pada sediaan apabila berwarna putih maka
ditambahkan carmin, dan jika sudah berwarna maka tidak perlu penambahan
carmin. Kemudian sediaan dikeluarkan dari mortar dan dibagi sebanyak 6
bungkus menggunakan kertas perkamen, dilipat dengan rapi dan dimasukkan ke
dalam plastik klip. Pada plastik klip diberi etiket berwarna putih dan lebel NI.
Penambahan lebel NI dikarenakan sediaan mengandung luminal yang merupakan
obat golongan psikotropika, yang artinya obat golongan tersebut tidak boleh
diulang tanpa resep dokter. Langkah terakhir yaitu menyerahkan sediaan kepada
pasien beserta PIO/KIE.
Acetaminophen dan luminal berfungsi sebagai zat berkhasiat utama dan sl
sebagai zat tambahan. Acetaminophen berkhasiat untuk menurunkan deman,
luminal berkhasiat pereda kejang, sedangkan sl hanya zat tambahan.
Sediaan ini berkhasiat sebagai penurun demam yang disertai dengan kejang,
memiliki efek samping rasa pusing saat menggunakannya. Aturan pakainya, yaitu
diminum 3 kali sehari 1 bungkus setelah makan. Disimpan pada tempat yang
kering, tertutup baik dan terhindar dari cahaya matahari.
4.2 RESEP II
Rifampisin, INH, pyridoxine HCl memilliki bentuk tablet, karena itu pada
saat menggerus tablet yang lebih kecil dahulu yang digerus lalu tablet yang
berukuran lebih besar, sedangkan lactosum berbentuk serbuk/ hablur digerus
diawal sebagai pelapis mortar dan diakhir. Tablet rifampisin, INH, pyridoxine dan
serbuk lactosum memiliki warna yang berbeda, karena itu tidak perlu
ditambahkan carmin untuk mengetahui homogenitasnya.
Cara pengerjaannya, yaitu siapkan alat dan bahan, distarakan timbangan.
Diambil bahan dan timbang lactosum. Masukkan sebagian lactosum untuk
melapisi mortar gerus sampai halus. Kemudian dimasukkan tablet pyridoxine
HCl, INH dan rifasmpisin ke dalam mortar satu persatu gerus sampai homogen.
Terakhir masukkan sisa lactosum ke dalam mortar dan gerus sampai homogen.
Kemudian sediaan dikeluarkan dari mortar, dibagi sebanyak 15 bungkus
menggunakan kertas perkamen, dan dilipat dengan rapi. Setelah itu sediaan
dimasukkan ke dalam plastik klip, tidak lupa diberi etiket berwarna putih serta
lebel NI, Karena mengandung rifampisin yang merupakan antibiotik dan golongan
20
obat keras, maka tidak boleh diulang tanpa resep dokter dan pada etiket ditulis
harus dihabiskan. Setelah itu menyerahkan sediaan kepada pasien beserta
PIO/KIE.
Rifampisin dan INH berfungsi sebagai zat utama obat, pyridoxine HCl
berfungsi sebagai penunjang zat utama obat, dan lactosum berfungsi sebagai zat
tambahan. Rifampisin berkhasiat sebagai antibiotik, INH berkhasiat untuk
mengobati penyakit TBC, pyridoxine HCl berkhasiat sebagai vitamin B kompleks,
dan lactosum hanya zat tambahan.
Sediaan ini berkhasiat untuk mengobati TBC dan antibiotik, efek samping
saat menggunakannya adalah urine berwarna merah. Aturan pakainya, diminum 1
kali sehari 1 bungkus setelah makan dan harus dihabiskan. Penyimpananya dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya matahari.
4.3 RESEP III
Chlortrimeton, pehacort dan sanmol berbentuk tablet, karena itu saat
menggerus tablet yang memiliki ukuran kecil dahulu yang digerus lalu tablet yang
berukuran lebih besar. Pada saat menggerus tidak memerlukan penambahan
carimin untuk mengetahui homogenitasnya karena tablet-tablet tersebut sudah
memiliki warna yang berbeda.
Cara pengerjaanya, yaitu siapkah alat dan bahan, distarakan timbangan.
Kemudian ambil bahan. Dimasukkan chlortrimeton ke dalam mortar gerus hingga
halus. Masukkan pehacort ke dalam mortar dan gerus sampai homogen. Terakhir
masukkan sanmol dan gerus sampai homogen. Setelah homogen sediaan
dikeluarkan dari mortar, dibagi sebanyak 12 bungkus dengan kertas perkamen,
dilipat dengan rapi. Setelah itu dimasukkan ke dalam plastik klip diberi etiket
berwarna putih dan lebel NI karena mengandung prednisone yang merupakan
golongan obat keras. Kemudian menyerahkan sediaan kepada pasien beserta
PIO/KIE.
Chlortrimeton berfungsi sebagai zat utama, pehacort dan sanmol berfungsi
sebagai penunjang zat utama. Chlortrimeton berhasiat mengobati alergi, pehacort
berkhasiat untuk peradangan dan sanmol berkhasiat menurunkan demam atau rasa
nyeri.
Sediaan ini berkhasiat untuk mengobati alergi, disertai dengan radang dan
demam, efek samping penggunaanya adalah rasa kantuk setelah meminumnya.
Aturan pakainya, diminum 3 kali sehari 1 bungkus setelah makan.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik dab terhindar dari cahaya matahari.
Pada resep tertulis iter 2x yang artinya resep dapat diulang sebanyak 3x
(original, iter 1x, iter 2x), nomero pada resep adalah 12 yang artinya jumlah obat
yang diterima pasien adalah 36 bungkus. Karena kita baru memberikan yang
original nya saja yaitu 12 bungkus masih ada sisanya 24 bungkus, maka pasien
diberi copy resep. Penulisan copy resep sama seperti resep aslinya dengan
penambahan diakhir resep tanda det (sudah diberikan) atau nedet (belum
diberikan). Pada copy resep ini ditulis tanda det orig (telah diberikan originalnya)
yaitu 12 bungkus. Perlu disampaikan kepada pasien bahwa copy resep ini dapat
ditebus di apotek yang kami (yang menyerahkan copy resep) atau apotek lain
yang diinginkan dengan syarat membawa copy resep ini.
4.4 RESEP IV
Codein HCl, Bisolvon, PCT dan Pehachlor berbentuk tablet, karena itu saat
menggerus tablet yang ukurannya lebih kecil dahulu yang dimasukkan ke dalam
21
mortar lalu tablet yang ukurannya lebih besar. Saat menggerus sediaan akhir tidak
perlu penambahan carmin untuk mengetahui homogenitasnya karena tablet-tablet
tersebut memiliki warna yang berbeda-beda.
Cara pengerjaannya, yaitu siapkan alah dan bahan, distarakan timbangan.
Diambil bahan obat, dilakukan pengenceran 1 tab bisolvon dan sisihkan. Setelah
itu masukkan tablet pehachlor ke dalam mortar gerus sampai halus. Kemudian
masukkan 1 tab bisolvon dan hasil pengenceran bisolvon ke dalam mortar lalu
gerus sampai homogen. Setelah itu dimasukkan tablet codein HCl gerus sampai
homgen. Terakhir masukkan PCT dan gerus sampai homogen. Setelah sediaan
homogen, keluarkan dari mortar dan bagi sebanyak 10 dengan kertas perkamen,
dimasukkan ke dalam cangkang kaspul, tutup kapsul dengan rapat. Kemudiaan
dimasukkan ke dalam plastik klip diberi etiket berwarna putih dan lebel NI karena
sediaan mengandung codein HCL yang merupakan obat golongan narkotika,
artinya tidak boleh diulang tanpa resep dokter. Selanjutnya menyerahkan sediaan
kepada pasien beserta PIO/KIE.
Codein HCl dan bisolvon berfungsi sebagai zat utama, sedangkan PCT dan
pehachlor berfungsi sebagai penunjang zat utama. Codein HCl berkhasiat untuk
mengobati batuk kering, bisolvon berkhasiat untuk mengobati batuk berdahak,
PCT berkhasiat untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa nyeri, dan
pehachlor bekhasiat untuk alergi.
Sediaan ini untuk mengobati batuk kering dan batuk berdahak yang disertai
demam dan alergi. Efek samping penggunaan ini adalah rasa kantuk setelah
meminumnya. Aturan pakainya, diminum 2 kali sehari (pagi dan malam) 1 kapsul
setelah makan. Penyimpananya dalam wadah tertutup baik dan terhindar dari
cahaya matahari.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Praktikan sudah mampu membaca dan memahami resep.
2. Praktikan sudah mampu menghitung dosis dalam resep dengan benar.
3. Praktikan sudah mampu membuat sediaan puyer dan kapsul dengan baik dan
benar sesuai dengan resep yang diberikan.
4. Praktikan sudah mampu menulis etiket (pemakaian dalam/luar), salinan resep
dan memberikan informasi obat dengan benar.
5.2 Saran
1. Memakai lengkap alat pelindung diri dan name tag.
2. Tidak mengobrol, bercanda dan ribut saat praktikum sedang berlangsung.
3. Selalu bekerja dengan bersih dan teliti.
4. Tidak bermain handphone saat praktikum berlangsung.
5. Saat mengambil bahan tidak rusuh agar tidak menyenggol teman sehingga
bahan yang telah diambilnya tumpah dan berserakan kemana-mana.
6. Pastikan saat menggerus mortar dilapisi terlebih dahulu dengan serbet pada
bagian bawah mortar agar tidak licin dan mudah pecah.
7. Apabila tangan basah sebaiknya menggunakan hand scone saat pengisian
sediaan ke dalam kapsul untuk menghindari rusaknya cangkang kapsul.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Jakarta : PT.
ISFI.
Kawasaki, Jiro. 2006. The Japanese Phamacopolea Edisi 15. Japan.
Maryani. 2015. Ilmu Resep. Jakarta : P2B Community
24