Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi

Oleh :

1. Dian Pratiwi 7101411041


2. Novita anggraini 7101411052
3. Bagus Priyono 7101411508
4. Neni Mersita 7101411060
5. Nuryati 7101411160

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia saling
membutuhkan dengan manusia yang lainnya. Manusia membutuhkan
komunikasi untuk bisa saling berinteraksi dengan kelompoknya. Interaksi
antar manusia membantu untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi
sebagai media untuk mensosialisasikan diri terhadap lingkungan. Perlunya
keahlian komunikasi untuk dapat menerima dengan baik pesan yang
disampaikan oleh orang lain. Komunikasi membantu manusia untuk saling
memahami didalam kelompoknya. Didalam kelompoknya untuk saling
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Pencapaian tujuan tersebut
dilakukan dengan cara saling berkomunikasi antar anggota didalamnya.
Dengan demikian komunikasi kelompok sangat diperlukan dalam
pencapaian tujuan kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut diatas adalah :


1. Apa pengertian sistem komunikasi ?
2. Bagaiaman fungsi sistem komunikasi kelompok ?
3. Bagaiamana bentuk komunikasi kelompok ?
4. Bagaiamana klasifikasi komunikasi kelompok ?
5. Bagaimana pengaruh komunikai kelompok ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian sistem komunikasi kelompok
2. Mengetahui fungsi sistem komunikasi kelompok
3. Mengetahui bentuk komunikasi kelompok
4. Mengetahui klasifikasi komunikasi kelompok
5. Mengetahui pengaruh komunikasi kelompok

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Sebelum mengetahui tentang komunikasi kelompok, perlu
diketahui terlebih dahulu pengertian komunikasi. Komunikasi atau
communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis
yang berarti “sama” communico, communicare yang berarti “membuat
sama”. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama.

Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses yang


memungkinan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikate).

Setelah mengetahui pengertian komunikasi selanjutnya yang perlu


diketahui adalah pengertian komunikasi kelompok. Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling
kebergantungan ), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi
punya peran yang berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk
pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group
communication), jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang
peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan
ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok dengan
sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi
kelompok.

Ada dua tanda kelompok secara psikologis, yaitu :

1. Anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan


kelompok (ada sense of belonging) yang tidak dimiliki orang yang
bukan anggota.
2. Nasib anggota-anggota saling bergantung, sehingga hasil
setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.
B. FUNGSI SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Adapun fungsi dari sistem komunikasi kelompok adalah sebagai berikut :
1. Fungsi hubungan sosial, yaitu suatu kelompok mampu memelihara
dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti
bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan
kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai
dan menghibur.

2. Pendidikan, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal


maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan
pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari
para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan
dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak,
bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang
dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi
interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan
sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan
yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang
disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini
akan tercapai.

3. Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya


mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif
dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh
para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut
terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok,
maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan
menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan
kedudukannya dalam kelompok.

4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya


untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.
Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan
alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan
pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan
pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah
menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.

5. Terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok


lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari
kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan
personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan
anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha
utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu
kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini
adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita
narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak
komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama
pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang
mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka
tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar
anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin
atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

C. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI KELOMPOK


Didalam bukunya psikologi komunikasi Jalaluddin Rahmat berdasarkan
pendapat Jhon.F Cragan dan David W.Wright. membagi kelompok pada
dua kategori yaitu kelompok deskriftif dan kelompok perspektif :
1. Komunikasi kelompok deskriftif
Dalam komunikasi kelompok deskriftif, menunjukkan kelasifikasi
kelompok melihat proses tahapan perkembangan kelompok.

Kelompok deskriftif dibedakan menjadi 3 :


a. Kelompok tugas
Kelompok tugas adalah kelompok yang bertujuan untuk
mememcahkan suatu masalah. Aubrey Fisher ( dalam buku
Jalaluddin Rahmat 1999) menjelaskan bahwa kelompok
melewati empat tahap yaitu orentasi , konflik, pemunculan,
dan peneguhan. Pada tahap orentasi, setiap anggota saling
mengenal dan saling memahami satu sama lain. Tindak
komunikasi pada tahap ini umumnya menunjukkan
persetujuan, mempersoalkan pernyataan serta terkadang tidak
seragam dalam menafsirkan usulan. Pada tahap konflik
tentunya akan terjadi kontroversi diantara kelompok serta
mempertahankan pendirian masing-masing. Pada tahap
pemunculan, anggota-anggota bersikap tidak jelas dan
komunikasi berupa usulan-usulan yang ambigu. Pada tahap
penengahan disini anggota kelompok mulai menemukan solusi
dari permasalahan dan menyatakan pendapat-pendapat mereka,
dan pernyataan umumnya bersifat positif.

b. Kelompok pertemuan
Kelompok peremuan adalah kelompok orang yang menjadikan
diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap
anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Sebagi
contoh ialah kelompok terapi dirumah sakit jiwa yang
membantu pasiennya untuk menemukan jati dirinya sendiri.

c. Kelompok penyadar
Kelompok penyadar bertujuan untuk menciptakan indentitas
sosial politik yang baru. Kelompok penyadar ini dibentuk atas
dasar kesamaan nasib, golongan dan ras. Sebagai contoh yaitu
pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi
wanita radikal, mereka membentuk kelompok-kelompok yang
menggunakan kelompok wanita untuk menentang masyarakat
yang di dominasi pria.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok
penyadar muncul karena mereka memiliki pemikiran yang
sama.

2. Komunikasi kelompok perspektif


komunikasi kelompok sangat berpengaruh untuk
menyelesaikan tugas, memecahkan persoalan, membuat keputusan,
serta dapat melahirkan gagasan-gagasan keratif untuk memecahkan
suatu masalah.
Dalam kelompok perspektif, kelompok ini mengacu pada
langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam
mencapi tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan
enam format kelompok perspektif, yaitu diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium dan prosedur
parlementer.

a. Diskusi Meja Bundar


Didalam diskusi meja bundar ini, lebih memberi
kebebasan kepada anggota kelompok. Karena sususnan tempat
duduk yang bundar menyebabkan arus komunikasi yang bebas
diantara anggota-anggota kelompok. Dan dengan susunan meja
bundar memudahkan pertisipasi spontan yang lebih
demokratis, sehingga hubungan sosial secara interpersonal dan
semua anggota merasa diikut sertakan.

b. Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek yang
menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang
pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversal dalam
format diskusi yang telah dirancang sebelumnya.

c. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah format khusus yang anggota-
anggota kelompoknya berintraksi, baik berhadap-hadapan
maupun melalui mediator diantara mereka sendiri dan dihadiri
tentang masalah yang kontroversal.
Jalaludin Rahmat mengutip pendapat (Cragan dan
Wright : 1980 ) menyatakan : “ biasanya, susunan tempat
duduk diskusi panel meletakkan peserta diskusi pada meja segi
empat yang menghadap khalayak dengan moderator yang
duduk di tengah-tengah diantara kedua belah pihak.
d. Forum
Forum adalah waktu Tanya jawab yang terjadi setelah
diskusi terbuka, misalnya simposium. Ada lima macam
simposium (1) Forum ceramah (2) forum debat (3) forum
dialog (4) forum panel dan, (5) forum simposium.

e. Kolokium
Kolokium adalah sejenis format diskusi yang
memberikan kepada khalayak untuk bebas memberi
pertanyaan kepada orang atau beberapa orang ahli, perlu
diingat, kolokium berformal dan diatur oleh seorang
moderator.

f. Prosedur Perlementer
Prosedur perlementer adalah format diskusi yang secara
ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu
yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Tata tertib
perlemen dijalankan dengan ketat sehingga sidang dapat
menentukan siapa yang dapat berbicara, untuk berapa lama dan
berapa kali.

D. KLASIFIKASI KELOMPOK
Dalam kegiatan komunikasi kelompok terdapat klasifikasi jenis kelompok
yang ada disekitar kita yang memunginkan kita untuk memasukinya,
yaitu :
1. Kelompok primer
Kelompok primer merupakan kelompok yang memiliki terikat
secara emosional, bersifat mendalam, meluas dan personal.
Hubungannya mementingkan ISI dari hubungan. Contohnya :
keluarga, sahabat, tetangga
2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder merupakan kelompok yang tidak ada ikatan
emosional. Contohnya : organisasi massa, fakultas, serikat buruh

E. PENGARUH KELOMPOK PADA PERILAKU KOMUNIKASI


1. KON FORMITAS
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan
menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real
atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan
atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda
merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan
anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan
mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju
juga.
Contoh :
Pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang dihadiri
oleh 33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum
(misalnya A) merancang 5 orang perwakilan daerah tersebut untuk
berbicara dalam rapat pemilihan tersebut dan menyatakan pilihannya
pada A. Maka setelah kelima orang tersebut selesai berbicara, anggota-
anggota perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan ”terbawa” pada
pendapat/pilihankelima orang tersebut, sehingga akan terpilih Calon A
menjadi Ketua Umum.

2. FASILITASI SOSIAL
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah)
menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena
ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga
menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi
pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial,
bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang
meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon
yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila
respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan
prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah
respon yang benar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat
kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
Contoh :
Seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik
perilakunya . Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah
kelompoknya (baca : Geng Nero), maka perilakunya akan berubah
menjadi nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya,
karena tidak menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia
terlihat diam dan kalem.

3. POLARISASI
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem.
Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak
mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat
lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para
anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras. Jadi polarisasi adalah proses
mengkutub, baik ke arah mendukung/positif/pro maupun kearah
menolak/negatif/kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi


kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil
(small group communication). Komunikasi kelompok memiliki fungsi sebagai
hubungan sosial, pendidikan, persuasi, memcahkan persoalan, dan terapi.
Kemudian komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelompok
primer dan kelompok sekunder. Kelompok dapat mempengaruhi perilaku
komunikasi yaitu dengan konformitas, perilaku sosial, dan polarisasi

DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar.Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Wiryanto, 2005.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Rahmat, Jalaludin, (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arni, Muhammad, (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai