Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh

dunia yang berdampak pada masalah medis, ekonomi dan sosial yang sangat

besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di

negara-negara berkembang. Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan fungsi

ginjal penderita tidak dapat disembuhkan total kembali seperti semula bahkan

dapat menyebabkan kematian. Penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu

lama, penyakit diabetes melitus, hipertensi dan asam urat merupakan

beberapa dari sekian banyak penyebab terjadinya penyakit gagal ginjal

(Syamsiah, 2011).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2014) menyebutkan pertumbuhan

jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari

tahun sebelumnya. Kejadian dan prevalensi gagal ginjal di Amerika Serikat,

meningkat 50% di tahun 2014. Kidney Disease Statistics (2015)

memperkirakan 31 juta orang di Amerika Serikat (10% dari populasi orang

dewasa) memiliki penyakit gagal ginjal kronis. Berdasarkan data di United

1
States Renal Data System, penyakit gagal ginjal kronik meningkat sebesar

20-25% setiap tahunnya.

Kemenkes RI (2013) menyatakan di Indonesia terdapat sekitar 70.000

pasien gagal ginjal kronik memerlukan penanganan terapi hemodialisis,

namun hanya 7.000 yang dapat melakukan hemodialisis. Hasil Riskesdas

(2013), populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis

sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK di

negara-negara lain. Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia (PRSSI) tahun 2016, menyatakan jumlah pasien gagal ginjal kronik

diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60%nya adalah usia

dewasa dan usia lanjut (Rustina, 2012).

Data dari Riskesdas (2018) hanya menangkap data orang yang

terdiagnosis PGK sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia baru

terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir. Hasil Riskesdas (2018) juga

menunjukkan prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur,

dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan

kelompok umur 25-34 tahun. Prevalensi pada laki-laki (0,42%) lebih tinggi

dari perempuan (0,35%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat

perdesaan (0,38%), tidak bersekolah (0,57%), pekerjaan wiraswasta,

petani/nelayan/buruh (0,35%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan

menengah bawah masing-masing 0,3%.

Data dari yayasan peduli ginjal (Yadugi), saat ini di Indonesia terdapat

40.000 penderita gagal ginjal kronik (GGK). Namun dari jumlah tersebut,

2
hanya sekitar 3.000 penderita yang melakukan cuci darah atau hemodialisis.

Sisanya putus asa tidak melakukan hemodialisis karena pada dasarnya

penderita hemodialisis tidak bisa sembuh (Yadugi, 2015).

Data penyakit Gagal Ginjal Kronik di NTB selama 2 tahun terakhir

(2016-2017) mengalami peningkatan. Data penyakit gagal ginjal pada tahun

2016 sebanyak 3450 pasien yang menjalani hemodialisa dan tahun 2017

sebesar 4.380 pasien (Dikes NTB, 2018). Adapun data yang didapatkan di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram mengenai jumlah pasien

hemodialisa 3 tahun terakhir, yakni pada tahun 2016 jumlah pasien

hemodialisa sebanyak 1271 pasien, pada tahun 2017 sebanyak 1372,

sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 1876 pasien hemodialisa. (RSUD Kota

Mataram, 2018). Sedangkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi NTB mengenai jumlah pasien hemodialisa 3 tahun terakhir,

yakni pada tahun 2016 jumlah pasien hemodialisa sebanyak 1855 pasien,

pada tahun 2017 sebanyak 1729, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 1531

pasien hemodialisa. (RSUD Provinsi NTB, 2018).

Data dari Ruangan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Mataram (2019), didapatkan bahwa rata-rata pasien yang menjalani

hemodialisis selama tiga bulan terakhir sebanyak 108 orang dengan rata-rata

kunjungan pasien hemodialisis lebih kurang 32 pasien perhari dengan jumlah

bed yang ada di ruang HD sebanyak 16 bed. Jumlah rata-rata tindakan

hemodialisis sebanyak 687 kali setiap bulan, dimana tiap pasien terjadwal

3
menjalani hemodialisis 1-2 kali perminggu (Data RSUD Kota Mataram,

2019).

Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian

dari fungsi ginjal yang dilakukan secara rutin pada pasien CKD di renal unit

fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit. Di Indonesia berdasarkan Report Of

Indonesian Renal Registry 2014 terdapat 358 renal unit dengan bentuk

instalasi di rumah sakit 334 dan status kepemilikan pemerintah. Peningkatan

jumlah renal unit menandakan meningkatnya kebutuhan pasien CKD dalam

menjalani HD. Lebih dari 380.000 penderita GGK menjal hemodialisis

reguler (USRDS, 2011). Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 15353 pasien

yang baru menjalani HD dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien

yang menjalani HD sebanyak 4268 orang (IRR, 2013).

Pasien dengan penyakit ginjal stadium lanjut hampir semua memiliki

minimal satu gangguan dermatologis. Manifestasi kulit paling umum timbul

pada penyakit ginjal stadium lanjut diantaranya pruritus. Hal ini juga

predisposisi terhadap infeksi karena membahayakan pertahanan kulit normal.

Tertundanya penyembuhan luka pada pasien penyakit ginjal stadium lanjut

ini meningkatkan risiko infeksi. Salah satu penatalaksanaan pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) yaitu pengobatan segera terhadap infeksi untuk

mencegah infeksi sampai keginjal karena pada penderita Gagal ginjal kronik

(GGK) terjadi penurunan imunitas.

Selama ini pengobatan pilihan untuk uremik pruritus yaitu emolien,

4
topikal capsaicin cream, ultraviolet B fototerapi, gabapentin, arang aktif oral

dan nalfurafine, antagonis opiat. Pengobatan ultraviolet B

dikontraindikasikan penggunaan jangka lama. Pengobatan dengan

gabapentin jika diberikan dalam waktu lama dapat terakumulasi dan

menyebabkan neurotoksik. Penggunaan Talidomid juga harus dibatasi

penggunaannya karena berpengaruh pada kardiovaskuler dan neuropati

periper sedangkan penggunaan tacrolimus jangka panjang belum diketahui

dan tidak direkomendasikan sampai mendapat data yang mendukung .

Alangkah baiknya jika kita mencoba salah satu bahan alami yaitu lidah

buaya yang dipercaya dapat mengatasi keluhan pada kulit tersebut.

Banyak penelitian menyebutkan daun lidah buaya dapat sebagai anti

inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan regenerasi sel. Telah diteliti oleh Atik

tanaman lidah buaya dapat digunakan untuk perawatan luka, penelitian oleh

Wijaya lidah buaya dapat digunakan.

Data yang diperoleh dari RSUD Kota Mataram (2019) pada studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November didapatkan

bahwa selama tahun 2019 jumlah seluruh pasien yang menjalani hemodialisis

dengan rawat inap adalah 902 dengan jumlah pasien per bulan 90 pasien.

Hasil wawancara terhadap 10 pasien yang sudah menjalani hemodialisis 2

pasien mengalami gatal-gatal dengan intesitas berat , 4 pasien mengalami

gatal-gatal dengan intenstas sedang dan 4 pasien mengalami gatal-gatal

ringan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 pasien, 8 pasien

5
menjalani hemodialisis dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan pasien

mengatakan setelah menjalani hemodialisa mengalami gatal-gatal.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada Pengaruh gel Aloevera terhadap penurunan kejadian pruritis

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kota Mataram?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh gel aloevera terhadap penurunan kejadian pruritis

pada pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di

ruang Hemodialisa RSUD Kota Mataram.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi pruritis sebelum diberikan gel aloevera pada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

2. Mengidentifikasi pruritis sesudah diberikan gel aloevera pada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

3. Menganalisis pengaruh pemberian gel aloevera sesudah diberikan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan teori

dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama tentang hubungan

6
pemberian gel aloevera terhadap penurunan kejadian pruritis pada

pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan atau

sumber imformasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dan

bahan pelajaran dalam mata kuliah keperawatan medical bedah,

khususnya hubungan pemberian gel aloevera terhadap penurunan

kejadian pruritis pada pasien gagal ginjal kronik yang sedang

menjalani hemodialisa.

2. Bagi masyarakat

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan bagi masyarakat

luas, khususnya yg berkaitan dengan pemberian gel aloevera terhadap

penurunan kejadian pruritis pada pasien gagal ginjal kronik yang

sedang menjalani hemodialisa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian keperawatan

medikal bedah yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh gel aloevera

terhadap penurunan kejadian pruritis pada pasien gagal ginjal kronis.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel

independen yaitu gel aloevera dan variabel dependen yaitu pruritis pada

pasien gagal ginjal kronis. Penelitian ini menggunakan design one

7
group pre test post test design. Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit

umum daerah kota mataram.

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Judul Penulis Metodologi Hasil Persamaan dan
perbedaan
No

1 Pengaruh Fatimahkhoirini Jenis penelitian Terdapat Persamaan:


pemberian gel ini adalah perbedaan
lidah buaya dan Eksperiment pruritus yang Penelitian
gel placebo menggunakan signifikan sebelumnya dengan
terhadap pruritus pre test sebelum dan penelitian yang
pasien Gagal post test control sesudah akan diteliti yaitu
Ginjal Kronik group design, pemberian variabel gel
tehnik gel lidah buaya aloevera , dan
pengambilan pada kulit pasien pruritis
sampel dengan Gagal Ginjal
random Kronik. Implikasi Perbedaan:
sampling. Jumlah dari penelitian ini Adapun perbedaan
responden 36 adalah dengan penelitian
orang yaitu : 18 Gel lidah buaya yang dilakukan
orang kelompok bisa adalah waktu,
kontrol dipertimbangkan tempat, desain
pemberian lotion menjadi bahan penelitian, jumlah
kulit gel placebo alternatif tindakan sampel, dan metode
2 kali keperawatan pada penelitian ini
sehari setelah pruritus penderita menggunakan
mandi selama 3 GGK. desain eksperimen
hari dan 18 orang dengan
kelompok menggunakan pre
eksperiment test one test control
dengan group design
pemberian gel
lidah buaya 2 kali
sehari setelah
mandi selama 3
hari

2. Pemanfaatan Dyanti Penelitian ini Infusa Aloe vera Persamaan:


Infusa Lidah Warrahmah merupakan L. dapat Penelitian
Buaya (Aloe vera Dewi1, Siti penelitian mengurang sebelumnya dengan
L) sebagai Khotimah2, eksperimental jumlah koloni penelitian yang
Antiseptik Delima Fajar murni (true kuman pada akan diteliti yaitu
Pembersih Tangan experimental telapak tangan variabel gel

8
terhadap Jumlah Liana design) dengan dengan penurunan aloevera,
Koloni Kuman metode koloni terbanyak
Rancangan Acak pada penggunaan Perbedaan:
Lengkap (RAL), konsentrasi Adapun perbedaan
menggunakan 350%.. dengan penelitian
lima perlakuan yang dilakukan
yaitu adalah waktu,
mencuci tangan tempat, desain
menggunakan air penelitian, jumlah
mengalir sebagai sampel, dan metode
perlakuan kontrol penelitian one
negatif, group pre test dan
perlakuan post test
mencuci tangan
menggunakan
hand sanitizer
sebagai
kontrol positif,
perlakuan
mencuci
tangan
menggunakan
infusa lidah
buaya (Aloe vera
L.) konsentrasi
150%,
konsentrasi
250%, dan
konsentrasi 350%
sebagai
kelompok
eksperimen.

3 Korelasi Lama Aria Wahyuni1*, Desain penelitian Hasil penelitian Persamaan:


Menjalani Uzia Zaida yang digunakan terkait dengan Penelitian
Hemodialisa Lawati2 , Eka adalah deskriptif karakteristik sebelumnya
Dengan Pruritus Gusti korelasi dengan responden pada dengan penelitian
Pada Pasien pendekatan cross tabel 1.1 yang akan diteliti
Hemodialisa sectional. didapatkan bahwa yaitu variabel
Penelitian dari 83 responden pruritis,
dilakukan di sebagian besar
ruangan pasien yang Perbedaan:
hemodialisa di menjalani Adapun
salah hemodialisa perbedaan dengan
satu rumah sakit berumur direntang penelitian yang
yang ada di 44-62 dilakukan adalah
Bukittinggi tahun sebesar 45 waktu, tempat,
pada bulan Mei- orang (54.3%), desain penelitian,
Juni 2018. berjenis jumlah sampel,
Populasi pada kelamin laki-laki dan metode

9
penelitian ini sebanyak 48 orang penelitian
adalah seluruh (57.8%) dengan
pasien gagal tingkat pendidikan
ginjal kronis yang rendah
menjalani terapi sebanyak 74 orang
hemodialisa di (89.1%),
ruangan banyaknya
hemodialisa yang responden yang
berjumlah 83 tidak bekerja
orang sementara sebanyak 40
sampel orang (48.2%).
diambil
menggunkan
teknik total
sampling

10

Anda mungkin juga menyukai