Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN DAKWAH

TEORI-TEORI PSIKOLOGI KOMUNIKASI


Disusun memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psikologi Komunikasi dan
Dakwah
Dosen: Babay Barmawi,M.Si.

oleh: Kelompok 10
1. Adi Dwi Cahya (NIM.1708302010)
2. Karina Noer Meilawaty (NIM.1708302017)
3. Rafa Mardhyansyah (NIM.1708302028)

KPI A Semester 3

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2018 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan
makalah yang berjudul “Teori-Teori Psikologi Komunikasi”. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Psikologi
Komunikasi dan Dakwah. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam mengenal lebih dalam tentang teori psikologi
komunikasi.

Serta pembaca dapat mengetahui tentang kajian yang memahami teori-teori


dari psikologi komunikasi. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan dosen yang
telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Cirebon, 03 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Psikologi Komunikasi...............................................................................2

2.2. Teori-Teori Psikologi Komunikasi............................................................2

2.2.1. Teori Persuasi.....................................................................................2

2.2.2. Teori Belajar (Learning Theory)........................................................3

2.2.3. Teori Kognitif Disonansi...................................................................4

2.2.4. Teori Respons Kognitif......................................................................4

2.2.5. Teori Heuristik Sistematik (Systematic Heuristic Theory)................8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi sangat vital dalam menumbuh kembangkan kepribadian
manusia. Berbicara mengenai komunikasi tidak akan pernah terlepas dari perilaku
serta pengalaman kesadaran manusia. Secara panjang penelitian fenomena
komunikasi memperlihatkan keterkaitan yang erat antara psikologi dan
komunikasi.

Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya kontak dan komunikasi. Dapat
dikatakan bahwa komunikasi adalah peristiwa sosial. Suatu peristiwa sosial yang
coba dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sosial. Psikologi
komunikasi adalah bagian dari psikologi sosial. Dengan demikian, pendekatan
psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari psikologi komunikasi?
2. Teori apa saja yang ada dalam psikologi komunikasi?
3. Contoh apa yang dapat kita pelajari dari psikologi komunikasi?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari psikologi komunikasi.
2. Mengetahui teori-teori dari psikologi komunikasi.
3. Mengetahui contoh apa saja yang terdapat di dalam psikologi komunikasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Psikologi Komunikasi
Psikologi merupakan suatu dasar ilmu mengenai perilaku manusia sehingga
seseorang dapat dipelajari. Komunikasi adalah alat untuk menyampaikan suatu
pesan dari komunikator kepada komunikan. Singkatnya psikologi komunikasi
adalah bagian dari psikologi sosial.

2.2. Teori-Teori Psikologi Komunikasi


Suatu teori dibangun sebagai suatu hipotesis untuk diuji berdasarkan proposi
tertentu. Bila benar maka dinyatakan benar dan dapat dipergunakan karena telah
melalui uji hipotesis. Namun, bila salah maka dapat ditinjau ulang mengapa hal
tesebut salah, apakah salah dalam sistem berfikirnya atau dalam metedologinya.
Kesalahan bisa terjadi karena falsifikasi logika yang dibangun untuk melandasi
hipotesisnya atau karena ada faktor lain. Suatu hipotesis yang sahih dapat
diaplikasiakan secara tepat, sedangkan yang salah perlu diuji cobakan secara
metodologis.

2.2.1. Teori Persuasi


Persuasi merupakan bujukan, rayuan atau meyakinkan pihak lain agar
mereka mau melakukan sesuatu yang kita inginkan dengan kesadaran sendiri
tanpa merasa kita yang memintanya. Kajian tentang persuasif telah berjalan sejak
1940-an. Riset mengenai persuasi didorong oleh suatu paradigma tentang
pemikiran dan perilaku manusia yang menempatkan sikap sebagai pusat dalam
sistem kognitif [CITATION Maa15 \p 70 \l 1057 ]. Komunikasi dalam bentuk pesan
sebagai variabel bebas, sedangkan sikap dan perilaku sebagai variabel tak bebas.

Teori persuasi pertama kali dikemukakan oleh tim peneliti dari Universitas
Yale, Amerika Serikat, pada 1940-an yang telah mengadakan penelitian awal
yang menjadi embrio teori persuasi. Tim yang dipimpin oleh Lazarfeld tersebut
memfokuskan penelitian pada kredibilitas yang memengaruhi penerimaan suatu
pesan. Penelitian tentang persuasi diarahkan pada sumber, pesan, media, dan

2
karakteristik penerimanya. Hal tersebut menjadi titik kuat dari temuan saat mereka
tertarik pada sumber dan pesan yang mereka terima.

Hasil penelitian dari Universitas Yale tersebut telah mengalami perubahan


setiap waktu, seperti dikurangi hingga hanya menjadi empat komponen yaitu:
atensi, komprehensi, antisipasi, dan evaluasi. Atensi, kompreshensi, dan antisipasi
merupakan faktor belajar, sedangkan evaluasi merupakan suatu faktor
penerimaan. Jika seseorang termotivasi dia akan memerhatikan pesannya
mengarahkan tenaga untuk memahaminya serta mengantisipasi potensi setiap
pesan untuk memprediksi sikap dan perilaku mana yang layak untuk diberikan.

2.2.2. Teori Belajar (Learning Theory)


Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Carl I. Hovland, khususnya yang
berkaitan dengam teori respon kognitif dari Greenwald, Petty, dan Cacioppo.
Teori respon kognitif diaplikasikan untuk komunikasi persuasi dalam berbagai
konteksnya seperti ruang kelas, pengadilan, dan dakwah. Sedangkan hubungan
antara sikap dan perilaku penulis menggunakan Teori Cognitive Congruity dan
Teori Cognitive Balance. Upaya untuk mengantisipasis adanya ketidak sejalinan
antara keduanya digunakan Teori Cognitive Dissonance.

Teori Belajar memberti pehatian pada sejauh mana pengaruh komunikasi


persuasif terhadap sikap audiens yang diistilahkan dengan ‘model hierarki
pengaruh’ (Hierarchy of Effect Model). Teori belajar mengarah pada sikap dengan
berbagai komponennya yang terdiri atas kognisi yang meliputi kesadaran dan
pemahaman, afeksi yang meliputi kepercayaan serta keinginan untuk bertindak.
Model hierarki pengaruh (Hierarchy of Effect Model) dipergunakan untuk melihat
adanya perbedaan pengaruh yang terjadi akibat dari adanya perbedaan
karakteristik audiens dalam memproses pesan komunikasi.

Zajonc membahas hierarki efek yang paling besar dalam komunikasi, yaitu
komponen kognisi. Bagaimana suatu pesan dapat berpangaruh terhadap pihak
lain, melalui tahapan dari mendengar, belajar, merasakan, memahami, dan

3
kemudian minat untuk melakukan. Hal tersebut merupakan suatu asumsi yang
sangat rasional dari pembentukan sikap dan keterlibatan tinggi pada pesannya.

2.2.3. Teori Kognitif Disonansi


Teori kognitif desonansi pertama kali dicetuskan oleh Leon Festinger pada
1957. Teori kognitif disonensi berasal dari ide bahwa seseorang yang memiliki
dua kepercayaan yang inkonsisten, atau apa yang diistilahkannya sebagai kognitif
disonansi, pengalaman dalam kondisi yang tidak menyenangkan yang hendak
mereka kurangi. Teorinya memprediksi bahwa mereka akan mengombinasikan
untuk memegang suatu pandangan yang tidak mudah, memeotivasi mereka untuk
menghilangkan ketidak konsistenan. Dia melakukan tindakan mengubah
perilakunya dengan mengubah kepercayaannya atau dengan mencoba untuk
menjembatani kesenjangan.

Perubahan Sikap

Perubahan sikap dapat dilakukan dengan cara mengomunikasikan pesan kepada


orang lain yang sikapnya akan kita bentuk namun pesan-pesan tersebut harus
bertitik tolak dari pemahaman yang sejalan dengan sikap yang sudah ada.
Menurut Kelman untuk mengubah sikap seseorang dapat melalu tiga cara yaitu
dengan cara menakut-nakuti, identifikasi, dan internalisasi.

2.2.4. Teori Respons Kognitif


Teori respons kognitif berupaya untuk memahami sikap dan proses
perubahanya dengan memahami pikiran orang-orang yang dibangkitkan oleh
pesan untuk merespons komunikasi persuasi. Teori ini berasumsi bahwa
seseorang bereaksi pada berbagai aspek dari suatu posisi tertentu dengan
pemikiran yang positif maupun yang negatif. Pemikiran tersebut nantinya akan
menentukan apakah individu mendukung posisinya atau tidak. Dalam teori
tersebut dinyatakan bahwa perubahan sikap dalam merespons pesan-pesan
persuasif akan mengambil tempat melalui suatu proses argumentasi dan proses
membangkitkan argumen tandingan.

4
Konsep-konsep mengenai respons kognitif berkembang pesat dan telah
melahirkan satu model yang dasarkan pada pengertian bahwa orang-orang ingin
memiliki sikap dan kepercayaan yang benar. Seseorang akan memproses
informasi yang masuk kepadanya. Konsep inilah yang disebut sebagai model
kemungkinan elaborasi.

Hubungan Sikap dan Perilaku

Teori ini berhubungan dengan analisis mengenai kemampuan manusia untuk


mengolah informasi rasional yang sudah ada dan akan memperkuat pemahaman
yang sudah ada. Kemamuan tersebut diperlukan dalam komunikasi antarpribadi,
pikiran subjektif, dan kenyataan sosial yang muncul dari interaksi dilihat sebagai
suatu kenyataan yang dibangun berdasarkan informasi yang sudah ada.

Perilaku dinyatakan sebagai manifestasi dari sikap; terdapat kesejalinan


antara sikap dan perilaku, namun terkadang perilaku tidak sejalan dengan sikap.
Sikap merupakan sistem yang tetap dengan kesiapan untuk merespons berbagai
objek yang di luar diri. Menurut Littlejohn “attitude is mental state, creating in
the person a readiness to behave positively or negatively toward certain people,
situation, and thing...”

Berdasarkan uraian tersebut, dapat didefinisikan bahwa sikap merupakan


kondisi mental yang membentuk kesiapan seseorang untuk berperilaku secara
positif atau negatif terhadap seseorang, situasi, atau benda-benda tertentu.
Terdapat tiga ciri sikap yaitu: (1) sikap dapat dipelajari, maksudnya seseorang
tidak dilahirkan langsung dengan membawakan sikap yang sudah terbentuk; (2)
sikap memiliki intensitas, berakibat pada sikap seseorang yang berbeda dengan
orang lain; positif dan negatif; (3) sikap memiliki objek dan bersifat menanggapi
(sharon).

Terdapat dua model hubungan antara sikap dan perilaku, yaitu: Teori
Rasio Aksi (Action Ratio Theory) dan Teori Tindakan Terencana (Action Planned
Theory). Teori Rasio Aksi menyatakan bahwa suatu tindakan terjadi apabila: (1)
sikap seseorang terhadap perilaku bersifat menyenangkan seseorang; (2) rasio

5
menyetir perilaku hubungan perilaku dan sikap; (3) seseorang percaya bahwa ini
cukup mudah untuk membentuk perilaku.

Teori Tindakan Terencana merupakan teori yang dicetuskan oleh Azjen


dan Fishbein. Teori ini merupakan suatu upaya untuk menetapkan faktor-faktor
yang menentukan konsistensi sikap dan perilaku. Asumsinya adalah bertindak
sejalan dengan minat pengetahuan kita yang dilandasi oleh perhitungan rasional
sekitar efek utamanya dari perbuatan dan bagaimana orang lain akan
merasakannya.

ALUR TEORI RESPONS KOGNTIF

Evaluations of
Behavior’s
outcomes Attitude toward
X the Behavior
Likelihood of Each
Outcome
Behavior
Behavior
Approval of Intention
Behavior by
Significant others Subjective
X Social Norms
Motivation to
comply with
other’s wishes

Perilaku tersebut pada prinsipnya menyatakan bahwa suatu tindakan baru akan
terjadi apabila seseorang brminat untuk melakukannya. Namun, agar suatu minat
mucul, diperlukan perenungan dan evaluasi akibat dari perilaku tersebut yang
mengarah pada pertimbagan kondisi yang dihadapi.

Titik sentral teori ini adalah perilaku seseorang dapat diprediksi dari niatan
(maksud) untuk bertindak. Sedangkan niatan untuk bertindak dapat diprediksi dari
2 variabel utama, yaitu sikapnya terhadap perilaku dan norma sosial subjektifnya.

6
Sikap seseorang terhadap perilaku diprediksi melalui kjerangka harapan-nilai;
kemauan terhadap setiap luaran yang mungkin yang diperberat bobotnya oleh
kemungkinan luaran tersebut. Norma sosial subjektif diprediksi melalui bayangan
harapan dari pihak lain yang diperkuat oleh motivasi untuk meneguhkan harapan.

Elaboration of Likelihood Model

Teori ini memiliki satu kekhasan yang dikenal sebagai model kemungkinan
elaborasi (Elaboration of Likelihood Model), yaitu suatu “informasi atau pesana
kan diproses secara kognitif oleh audiens atau penerima karena mereka terlibat
secara aktif dalam pemrosesan dengan cara mengevaluasi informasi yang datang
dalam konteks pengetahuan dan sikap yang telah ada”.

ELM merupakan suatu teori yang menjelaskan bahwa suatu informasi


sampai kepada penerima (audiens) melalui 2 jalur, yaitu jalur pusat (central route)
dan jalur pinggiran (peripheral route). Satu prosedur yang dikenal sebagai jalur
sentral persuasi, yaitu pemrosesan informasi secara cermat dan hati-hati (disebut
juga ‘jalur sentral’) terhadap kelayakan topik. Prosedur (strategi) kedua dikenal
sebagai ‘jalur pinggir’ persuasi, yang kurang melibatkan kiprah kognitif dan
terjadi pada saat isyarat kurang serius, seperti apakah sumber informasi tampak
sebagai seorang ahli ataukah sebah produk dikemas dalam kemasan yang menarik.
Pesan melalui jalur pusat terjadi bila subjeknya termotivasi untuk memproses dan
memiliki kemampuan (ability) untuk memprosesnya.

Model ELM mengansumsikan bahawa individu-individu yang tinggi


keterlibatannya dan kemampuannya terhadap pesan persuasif yang diterapkan
akan menikmati niatan tersebut. Suatu informasi atau pesan yang disampaikan
melalui komunikasi persuasi akan direspons oleh komunikan, namun terdapat dua
hal yang perlu diperhatikan agar responsnya sesuai dengan tujuan komunikasinya.
Jika dua hal ini tidak diperhatikan, akan menghasilkan respons yang bertolak
belakang dengan tujuan komunikasinya (kontra produktif).

7
Pertama, berkaitan dengan sifat dari informasi atau pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Kedua, berkaitan dengan kemampuan
komunikan dalam berpikir dan menikmati pemikiran.

GRAFIK ELABORATION LIKELIHOOD MODEL (ELM)

AUDIENS

KEMAMPUAN/
MOTIVASI KOMPETENSI

MEMPROSES
INFORMASI

Pemrosesan sentral membutuhkan: pertama, motivasi untuk memprosses


informasi. Kedua, kemampuan untuk memproses informasi.

2.2.5. Teori Heuristik Sistematik (Systematic Heuristic Theory)


Teori ini bertolak dari konsep heuristik yang berarti informasi yang masuk
pada diri seseorang akan diseleksi, disimpan, dan menjadi asas pemrosesan
informasi berikutnya. Informasi yang baru akan disaring, di-crosscheck, dan
diverifikasi oleh informasi yang terdahulu yang sudah dimiliki oleh seseorang.
Heuristik merupakan bagian dari kognisi belajar yang dapat diarahkan pada
sesuatu yang baik, tergantung dari potensi diri.

Heuristik merupakan proses yang berjalan terus menerus dan berlangsung


secara sistematis. Teori ini paling sering dipergunakan untuk menetapkan suatu

8
kondisi baru yang diketahui oleh seseorang berdasarkan informasi yang telah
dimiliki oleh orang sebelumnya, misalnya dalam konteks belajar, dunia spionase,
merekam ulang suatu peristiwa tindak kejahatan di jalan raya, atau pada langkah
komunikasi tersebut.

Terdapat beberapa macam heuristik, yaitu heuristik kognitif, heuristik


ketersediaan, heuristik simulasi, dan heuristik jangkar. Heuristik kognitif
merupakan aktivitas pemecahan masalah. Heuristik ketersediaan merupakan suatu
pemrosesan informasi berdasarkan suatu telaah yang sudah ada sebelumnya, baik
melalui sikap maupun perilaku. Heuristik ketersediaan membantu seseorang untuk
menentukan apakah ciri orang atau peristiwa tertentu merupakan suatu skema.

Heuristik simulasi dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan yang


luas, seperti prediksi, kausalitas, dan respons afeksi (kasih sayang). Seseorang
dapat melakukan heuristik simulasi, baik untuk kepentingan masa lalu maupun
sekarang, dan membayangkan peristiwa hipotesis yang akan datang, yang
membuat peristiwa tersebut menjadi lebih mungkin. Sedangkan heuristik jangkar
merupakan pemahaman yang membatasi kita dengan apa yang dilakukan dengan
pemahaman yang telah dimiliki.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teori dalam psikologi mengenai kehidupan yang ada disekitar kita
diantaranya adalah teori persuasi, teori belajar, teori kognitip disonasi, teori
respons kognitif, dan teori heuristik. Dari teori-teori tersebut kita dapat memahami
perilaku-perilaku manusia dalam hal komunikasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ma'arif, B. S. (2015). Psikologi Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya Offset.

11

Anda mungkin juga menyukai