Berdasarkan ciri litologi pada satuan batuan ini, maka satuan batulempung
disetarakan dengan Formasi Sangkarewang (Koesoemadinata dan Matasak, 1981).
Hubungan satuan ini ditemukan menjari dengan satuan konglomerat, sedangkan
kontak dengan satuan batugamping dan satuan granit di bawahnya tidak selaras.
33
2011
3.2.4.1 Penyebaran
Satuan ini terdiri dari konglomerat, memiliki warna abu gelap sampai
coklat, ukuran fragmen dari kerikil sampai bongkah, polimik, terdiri dari fragmen
batuan beku granit dan batugamping, ukuran butir membundar, kemas terbuka,
terpilah buruk, porositas buruk, matriks terdiri dari pasir kasar (Gambar III.14).
3.2.4.3 Umur
Pada satuan ini tidak dapat ditentukan umur secara langsung karena tidak
ditemukan fosil. Penentuan umur dilakukan berdasarkan hubungan stratigrafi
yang menjari dengan satuan batulempung yaitu Eosen.
34
2011
35
2011
3.2.5.1 Penyebaran
Satuan ini menempati 44% dari luas daerah penelitian berupa perlapisan
batupasir konglomeratan, batupasir, dan batulanau. Satuan ini terletak pada bagian
tengah daerah penelitian, melampar dari utara sampai selatan. Satuan ini ditandai
dengan warna kuning tua pada peta geologi (Lampiran A3). Singkapan terbaik
ditemukan di daerah Kandi, Samtur, dan pertambangan di daerah Parambahan.
Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan dari rekonstruksi penampang yaitu > 845
meter.
36
2011
3.2.5.3 Umur
37
2011
Gambar III.16 Singkapan batupasir, batulanau, dan batulempung dengan kontak erosional (kiri)
pada stasiun KRG – 3 dan singkapan batupasir, batulanau, dan batubara pada stasiun RTH – 6.
3.2.6.1 Penyebaran
38
2011
Satuan batuan ini dapat diamati dengan baik pada lintasan KLK – 18 dan
STR – 14 pada daerah Parambahan dan Sijantang (Gambar III.17 dan Gambar
III.18). Satuan batupasir dibedakan terhadap satuan batupasir - batulempung
karena dicirikan oleh kenampakkan satuan batupasir yang bersifat masif dengan
kontak erosional dari tiap perlapisan, sedangkan satuan batupasir - batulempung
dicirikan dengan batupasir yang memiliki perselingan dengan batulanau, dan
batubara dengan kontak erosional antar lapisan.
Sayatan tipis pada satun batuan (Lampiran B5) ini menunjukkan batupasir
dengan pilah baik, kemas tertutup, kontak butiran concavo – convex dan sutured
contact. Butiran (80%) terdiri dari kuarsa, mika, opak, dan k – feldspar. Matriks
(10%) berupa mineral lempung, semen (5%) berupa semen silika, dan porositas
(10%) antar butir. Berdasarkan klasifikasi Pettijohn, batupasir pada sayatan ini
adalah Lithic Arkose.
39
2011
3.2.6.3 Umur
40
2011
Gambar III.17 Singkapan batupasir dengan kontak antar lapisan erosional pada stasiun KLK –18.
Gambar III.18 Singkapan batupasir dengan kontak antar lapisan erosional pada stasiun STR - 14.
41
2011
3.2.7.1 Penyebaran
3.2.7.3 Umur
Umur dari satuan endapan aluvial ini berumur Resen yang diketahui dari
proses pengendapan yang masih berlangsung sampai saat ini.
42
2011
Gejala sesar yang menunjukkan tipe dan arah pergerakan sesar sulit
ditemui di lapangan karena batuan di daerah penelitian mengalami pelapukan
yang kuat. Sifat pergerakan sesar ditentukan dari analisa kelurusan sungai,
kelurusan citra SRTM, kelurusan peta topografi daerah penelitian, dan analisa
kinematik dan dinamik dari struktur penyerta yang ditemukan di lapangan.
43
2011
Gambar III.19 Indikasi keberadaan Sesar Menganan Turun Kolok berupa kekar di
Sungai Bt. Malakutan.
44
2011
Gambar III.20 Sesar minor pada satuan batugamping (diambil di daerah Sikunyit
menghadap ke arah timur).
45
2011
1. Sinklin Kandi
46
2011
Gambar III.21 Model simple shear (Harding,1973 dalam Harsolumakso, dkk., 2008).
Sesar naik dengan arah jurus baratlaut – tenggara pada daerah penelitian
dan disertai dengan kehadiran sesar – sesar mendatar yang memiliki arah
baratdaya – timurlaut sesuai dengan pola subduksi Pulau Sumatra saat ini dengan
arah tegasan utama baratdaya – timur laut. Kehadiran sesar mendatar pada daerah
penelitian memiliki arah yang hampir tegak lurus dengan sesar naik dan lipatan
serta paralel dengan arah tegasan utama mengindikasikan bahwa sesar geser
tersebut adalah sesar sobekan (Gambar III.22). Sesar sobekan terbentuk akibat
adanya perbedaan properti dari lapisan batuan atau akibat bentukan dari batuan
47
2011
Gambar III.22 Sesar sobekan yang terbentuk akibat akomodasi pemendekan yang berbeda (Twiss
dan Moores, 1992).
48